Anda di halaman 1dari 10

Trauma

Trauma adalah sebuah respon emosi terhadap kejadian yang sangat buruk
seperti kecelakaan, pemerkosaan, atau bencana alam. Trauma adalah reaksi fisik
dan psikis yang bersifat stress buruk akibat suatu peristiwa, kejadian atau
pengalaman spontanitas atau secara mendadak (tiba – tiba) yang membuat
individu kaget, menakutkan, shock, tidak sadarkan diri yang tidak mudah hilang
begitu saja dalam ingatan manusia. sebagaimana yang disebutkan The American
Psychological Association (2010), trauma as an emotional response to a terrible
event like an accident, rape or natural disaster.

Jenis – Jenis Trauma

1. Trauma Psikologis

Trauma ini adalah akibat dari suatu peristiwa atau pengalaman yang luar biasa,
yang terjadisecara spontan (mendadak) pada diri individu tanpa berkemampuan
untuk mengontrolnya (loss control and loss helpness) dan merusak fungsi
ketahanan mental individu secara umum. Eksesdari jenis trauma ini dapat
menyerang individu secara menyeluruh (fisik dan psikis).

2. Trauma Neurosis

Trauma ini merupakan suatu gangguan yang terjadi pada saraf pusat (otak)
individu, akibat benturan-benturan benda keras atau pemukulan di kepala.
Implikasinya, kondisi otak individumengalami pendarahan, iritasi, dsb. Penderita
trauma ini biasanya saat terjadi tidak sadarkan diri,hilang kesadaran, dsb. yang
sifatnya sementara

3 . Trauma Psychosis

Trauma psikosis merupakan suatu gangguan yang bersumber dari kondisi atau
problema fisik individu, seperti cacat tubuh, amputasi salah satu anggota tubuh,
dsb. Trauma tersebut menimbulkan shock dan gangguan emosi. Pada saat-saat
tertentu gangguan kejiwaan ini biasanya terjadi akibat bayang-bayang pikiran
terhadap pengalaman/ peristiwa yang pernah dialaminya, yang memicutimbulnya
histeris atau fobia.

4. Trauma Diseases

Gangguan kejiwaan jenis ini oleh para ahli ilmu jiwa dan medis dianggap sebagai
suatu penyakityang bersumber dari stimulus-stimulus luar yang dialami individu
secara spontan atau berulang-ulang, seperti keracunan, terjadi pemukulan, teror,
ancaman, dsb.

Dampak Psikososial dalam Bencana

a. Dampak psikologis pada individu

Dalam bencana tidak ada patokan yang kaku tentang tahapan dalam merespon
bencana, ada banyak variasi pada setiap tahap dan tahap tumpang tindih. Oleh
karena itu munculnya gejala gangguan psikologis dapat bervariasi, tergantung
banyak factor, namun bisa mencapai 90% atau bahkan lebih korban akan
menunjukkan setidaknya beberapa gejala psikologis yang negatif setelah beberapa
jam paska bencana . Jika tidak diatasi dan diselesaikan dengan tepat dan cepat,
reaksi tersebut dapat menjadi gangguan psikologis yang serius.

1. Tahap Tanggap Darurat

Tahap ini adalah masa beberapa jam atau hari setelah bencana. Pada tahap
ini kegiatan bantuan sebagian besar difokuskan pada menyelamatkan penyintas
dan berusaha untuk menstabilkan situasi. Penyintas harus ditempatkan pada lokasi
yang aman dan terlindung, pakaian yang pantas, bantuan dan perhatian medis,
serta makanan dan air yang cukup.

Gejala-gejala dibawah ini dapat muncul pada tahap tanggap darurat:

· Kecemasan berlebihan
Korban menunjukkan tIbu-ibu/Bapak-tIbu-ibu/Bapak kecemasan, mudah terkejut
bahkan oleh hal-hal yang sederhana, tidakmampu untuk bersantai, atau
tidak mampu untuk membuat keputusan.

· Rasa bersalah

korban yang selamat, namun anggota keluarganya meninggal, seringkali


kemudian menyalahkan diri sendiri. Mereka merasa malu karena telah
selamat, ketika orang yang dikasihinya meninggal.

· Ketidaksatbilan emosi dan pikiran

Beberapa korban mungkin menunjukkan kemarahan tiba-tiba


danbertindak agresif atau sebaliknya, mereka menjadi apatis dan tidak peduli,
seakan kekurangan energi. Mereka menjadi mudah lupa ataupun mudah menangis.

· Kadang-kadang, korban muncul dalam keadaan kebingungan,


histeris ataupun gejala psikotik seperti delusi, halusinasi, bicara tidak teratur, dan
terlalu perilaku tidak teratur juga dapat muncul.

2. Tahap Pemulihan

Setelah situasi telah stabil, perhatian beralih ke solusi jangka panjang.Disisi lain,
euforia bantuan mulai menurun, sebagian sukarelawan sudah tidak datang lagi
dan bantuan dari luar secara bertahap berkurang. Para korban mulai
menghadapi realitas. Pada tahap ini berbagai gejala pasca-trauma muncul,
misalnya "Pasca Trauma Stress Disorder," "Disorder Kecemasan Generalized,"
"Abnormal Dukacita, " dan " Post Traumatic Depresi ".

Akut Stress Paska Trauma

Gejala-gejala dibawah ini adalah normal, sebagai reaksi atas kejadian yang tidak
normal (traumatik). Biasanya gejala-gejala diawah ini akan menghilang seiring
dengan berjalannya waktu.

· Emosi
Mudah menangis ataupun kebalikkannya yakni mudah marah, emosinya labil,
mati rasa dan kehilangan minat untuk melakukan aktivitas, gelisah, perasaan
ketidakefektifan, malu dan putus asa.

· Pikiran

Mimpi buruk, mengalami halusinasi ataupun disasosiasi, mudah curiga (pada


penyintas kasus bencana karena manusia), sulit konsentrasi, menghindari pikiran
tentang bencana dan menghindari tempat, gambar, suara mengingatkan penyintas
bencana; menghindari pembicaraan tentang hal itu

· Tubuh

Sakit kepala, perubahan siklus mensruasi, sakit punggung, sariawan atau sakit
magh yang terus menerus sakit kepala, berkeringat dan menggigil,
tremor, kelelahan, rambut rontok, perubahan pada siklus haid, hilangnya gairah
seksual, perubahan pendengaran atau penglihatan, nyeri otot

· Perilaku

Menarik diri, sulit tidur, putus asa, ketergantungan, perilaku lekat yang
berlebihan atau penarikan social, sikap permusuhan, kemarahan, merusak diri
sendiri, perilaku impulsif dan mencoba bunuh diri

Post Trauma Stress Disorder (PTSD)

Meliputi: Jika setelah lebih dari dua bulan gejala gejala di atas (ASPT) masih ada
maka, maka dapat diduga mengalami PTSD, jika memunjukkan gejala ini
selepas 2 bulan dari kejadian bencana:

· Reecperience atau mengalami kembali

Korban akan mengalami kembali peristiwa traumatic yang mengganggu; misalnya


melalui mimpi buruk setiap tidur, merasa mendengar, melihat kembali kejadian
yang berhubungan dengan bencana, dalam pikirannya kejadian bencana terus
menerus sangat hidup, apapun yang dilakukan tidak mampu mengalihkan
pikirannya dari bencana. Pada anak-anak korhan konflik senjata,
mereka bermain perang-perangan berulang-ulang.

· Avoidance atau menghindar

Hal-hal yang berkaitan dengan ingatan akan bencana, misalnyamenghindari


pikiran atau perasaan atau percakapan tentang bencana; menghindari aktivitas,
tempat, atau orang yang mengingatkan korban dari trauma, ketidakmampuan
untuk mengingat bagian penting dari bencana, termenung terus dengan tatapan
dan pikiran yang kosong

· Hyperarusal atau rangsangan yang berlebihan

Misalnya kesulitan tidur; sangat mudah marah atau kesulitan


berkonsentrasi; jantung mudah berdebar-debar, keringat dingin, panik dan nafas
terengah-engah saat teringat kejadian, kesulitan konsentrasi dan mudah terkejut.

Generalized Anxiety Disorder

Meliputi: Kecemasan yang berlebihan dan khawatir tentang berbagai peristiwa


ataupun kegiatan (tidak terbatas bencana). Cemas berlebihan saat air tidak
mengalir, seseorang tidak muncul tepat waktu

Dukacita Eksrim

Biasanya, setelah kematian orang yang dicintai. Seringkali respon pertama adalah
penyangkalan. Kemudian, mati rasa dan kadang kemarahan.

Post Trauma Depresi


Depresi berkepanjangan adalah salah satu temuan yang paling umum
dalam penelitan terhadap penyintas trauma. Gangguan ini sering terjadi dalam
kombinasi dengan Post Traumatic Stress Disorder. Gejala umum depresi termasuk
kesedihan, gerakan yang lambat, insomnia (ataupun kebalikannya hipersomnia),
kelelahan atau kehilangan energi, nafsu makan berkurang (atau berlebihan nafsu
makan), kesulitan dengan konsentrasi, apatis dan perasaan tak berdaya, anhedonia
(tidak menunjukkan minat atau kesenangan dalam aktivitas hidup), penarikan
sosial, pikiran negatif, perasaan putus asa, ditinggalkan, dan mengubah hidup
tidak dapat dibatalkan, dan lekas marah.

3. Tahap Rekonstruksi.

Satu tahun atau lebih setelah bencana, fokus bergeser lagi. Pola kehidupanyang
stabil mungkin telah muncul. Selama fase ini, walaupun banyakkorban mungkin
telah sembuh, namun beberapa yang tidak mendapatkan pertolongan dengan
tepat menunjukkan gejala kepribadian yang serius dan dapat bersifat permanen.
Pada tahap ini risiko bunuh diri dapat meningkat, kelelahan kronis,
ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan sehari-hari, dan
kesulitan berpikir dengan logis. Mereka menjadi pendendam dan mudah
menyerang orang lain termasuk orang-orang yang ia sayangi. Gangguan ini pada
akhirnya merusak hubungan korban dengan keluarga dan komunitasnya.

Dampak Psikologis Bencana Pada Wanita

Kondisi psikososial didaerah bencana khususnya bagi kaum perempuan


mengakibatkan berbagai goncangan psikologis seperti hilangnya rasa percaya diri,
muncul kekhawatir bahkan memunculkan gejala phobia yaitu perasaan takut yang
berlebihan. Individu dan komunitas mengalami trauma dan tekanan hidup bertubi-
tubi dan berkelanjutan.
Situasi demikian dapat menurunkan motivasi untuk mempertahankan hidup
selanjutnya. Selain implikasi psikososial yang pada umumnya muncul dikalangan
perempuan, biasanya mereka mengalami pengalaman traumatis dimana daya
penyesuaian satu individu dengan individu lainnya akan mengalami kendala. Hal
tersebut akan dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya:

a. Gambaran umum tentang dirinya,

b. Dukungan sosial yang diterimanya,

c. Kapasitas berpikir dan penyesuaian diri,

d. Tingkat keparahan,

e. Pengalaman traumatik

Selain itu korban bencana akan mengalami perubahan dalam kepribadian yang
berpengaruh pada tingkat fungsi dan hubungan dengan lingkungan sekitarnya dan
bahkan mereka tidak mampu menata kembali hidup mereka. Sebagian besar dari
korban bencana mengalami gejala temporer. Gejala yang paling popular adalah
stres dan stres paska trauma yang seringkali menghinggapi korban-korban
bencana. Stres terjadi karena adanya situasi eksternal atau internal yang
memunculkan tekanan atau gangguan pada keseimbangan hidup individu.

Kaum perempuan di daerah bencana karena hidup dengan kondisi yang lebih lebih
buruk dari sebelumnya maka memunculkan perasaan gelisah, sedih, tak berdaya
dan bingung. Harapan hidupnya seolah-olah hilang. Depresi akan mucul akibat
ketidakmampuan melakukan perubahan. Individu dan komunitas mengalami situsi
belajar dari pengalaman dan situasi hidup bahwa mereka tidak mampu
mengatasinya. Trauma yang muncul ini bersifat kolektif dan memberikan dampak
psikososial.

Beberapa gejala yang pada umumnya muncul akibat bencana adalah sebagai
berikut:
1. Ingatan yang senantiasai mencengkeram berbagai bayangan tentang trauma

2. Perasaan seolah-olah trauma muncul kembali

3. Mimpi buruk

4. Gangguan tidur

5. Gangguan makan (muntah/mual)

6. Gangguan saat mengingat traumna

7. Ketakutan

8. Kewaspadaan yang berlebih

9. Kesulitan mengendalikan emosi

10. Kesulitan berkonsentrasi

Aktivitas Psikososial pada Orang Dewasa

1. Ajak untuk perbanyak melakukan kegiatan agama

2. Temani mereka

3. Ajak bicara tentang apa saja sehingga ia tidak merasa sendiri

4. Menjadi pendengar yang baik terutama saat ia menceritakanperasaannya


tentang bencana yang menimpa

5. Dorong korban untuk banyak beristirahat dan makan yang cukup

6. Ajak korban melakukan aktifitas yang positif

7. Ajak korban untuk melakukan kegiatan rutin sehari-hari

8. Ajak bercIbu-ibu/Bapak dengan menggunakan humor ringan


9. Ajak berbincang-bincang tentang kondisi saat ini diluar

10. Membantu menemukan sanak saudara yang masih terpisah

11. Memberikan informasi yang dibutuhkan sehingga menimbulkan harapan

Aktivitas Psikososial pada Wanita

 Dalam memulihkan diri sendiri :

1. Mengungkap masalah yang dirasakan kepada orang yang dipercayai

2. Merawat dan menjaga kesehatan diri, baik fisik maupun psikis

3. Melakukan aktivitas-aktivitas yang disukai yang dapat mengalihkan dari


pikiran - pikiran akan kejadian, baik dilakukan sendiri maupun secara
berkelompok

4. Belajar Ketrampilan Baru

5. Mencoba iklas dan mendekatkan diri kepada-Nya

 Membantu keluarganya dalam memulihkan kondisi pasca bencana

1. Memberikan pengetahuan dan informasi mengenai bencana (gempa,


banjir, tsunami, longsor dll) kepada anak dan keluarga

2. Saling mendukung dan memperhatikan sesama anggota keluarga, serta


memberikan perhatian lebih kepada anggota keluarga yang masih memiliki
masalah akibat bencana dan peristiwa sulit

3. Memberikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan baik di


sekolah maupun di luar sekolah

4. Apabila dia berperan sebagai orang tua tunggal, maka dia bekerja
untukmencari nafkah bagi keluarga sesuai dengan kemampuan/ketrampilan
yang dimiliki.
 Memulihkan sesama perempuan dalam komunitas:

1. Saling memberikan perhatian kepada sesama perempuan korban bencana


yang tinggal di sekitarnya.

2. Saling bercerita dan berbagi perasaan antar sesama perempuan di komunitas

3. Saling memberi informasi kepada sesama perempuan baik dalam hal


mengembangkan usaha (industri kecil) bersama-sama dan dapat berupa
informasi lainnya.

4. Mengajak rekan perempuan dalam komunitas agar lebih percaya diri, dan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kelompok

5. Bersama-sama ikut memberikan pendapat dalam rapat atau pertemuan


penyelesaian masalah karena suara perempuan juga penting.

Sumber :

Kharismawan, Kuriake. 2008. Panduan Program Psikososial Paska Bencana.


Semarang : Center For Trauma Recovery Unika Soegijapranata.

Anda mungkin juga menyukai