Anda di halaman 1dari 5

UPAYA MENCEGAH HAZARD KIMIA

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan terhadap sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
Adapun hazard bahaya yang berpotensi cukup tinggi di rumah sakit, yaitu hazard kimia. Hazard
kimia adalah potensi bahaya kimia merupakan paparan yang terjadi pada pekerja dengan
berbagai macam bahan yang mengandung racun dengan paparan terjadi dalam kondisi kerja
normal yang berdampak pada efek yang merugikan bahkan dapat menyebabkan kecelakaan
kerja.

Hazard kimia ini terdapat pada bahan-bahan kimia golongan berbahaya dan beracun.
Pengendalian yang harus dilakukan adalah dengan identifikasi bahan-bahan B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun), pelabelan standar, penyimpanan standar, penyiapan MSDS (Material
Safety Data Sheet) atau lembar data keselamatan bahan, penyiapan P3K, serta pelatihan teknis
bagi petugas pengelola B3. Selain itu pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui
saluran air kotor yang akan masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Hazard kimia, berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan yang sangat luas dari yang ringan
seperti bersin-bersin, kulit gatal sampai yang berat seperti kelainan organ hati dan saraf, gagal
ginjal atau cacat fungsi paru. Hal tersebut sangat berisiko terhadap kesehatan sang pekerja, dan
orang yang berada di sekitarnya.

A. Risiko Dari Bahan Kimia yang Digunakan Dalam Proses Produksi


1. Desinfektan yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk dekontaminasi lingkungan dan
peralatan di rumah sakit seperti; mengepel lantai, desinfeksi peralatan dan permukaan
peralatan dan ruangan, dan lain-lain.
2. Antiseptik yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk cuci tangan dan mencuci permukaan
kulit pasien seperti alkohol, iodine povidone, dan lain-lain.
3. Detergen yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mencuci linen dan peralatan lainnya.
4. Reagen yaitu zat atau bahan yang dipergunakan untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
klinik dan patologi anatomi.
5. Obat-obat sitotoksik yaitu obat-obatan yang dipergunakan untuk pengobatan pasien.

6. Gas medis yaitu gas yang dipergunakan untuk pengobatan dan bahan penunjang pengobatan
pasien seperti oksigen, karbon dioxide, nitrogen, nitrit oxide, nitrous oxide, dan lain-lain.
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi risiko hazard kimia di rumah sakit antara
lain :

B. Upaya Mencegah Hazard Kimia


1. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan
kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3, penyimpanan, pelabelan,
pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
2. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet / MSDS), petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan
B3, serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
3. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet atau
didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai
resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan
Kecelakaan Kerja akibat B3.
4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk
memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan
tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
5. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta kondisi
kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3, jika
belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
6. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang ke Tempat
Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah
limbah B3.

Untuk pengendalian bahan kimia, ada 4 tipe pengendalian yang dapat dilakukan yaitu :

1. Inherently Safer Alternative (ISA)

ISA adalah strategi pengendalian bahaya dengan cara mengganti bahan baku atau proses
berbahaya dengan bahan baku atau proses yang tingkat bahayanya lebih rendah. Saat yang
paling tepat melakukan ISA adalah pada saat awal pengembangan produk atau proses
(development stage).
Ada empat strategi yang dapat dilakukan dalam ISA, yaitu:

a. Miminizemenggunakan bahan kimia berbahaya dalam jumlah kecil, baik selama


penyimpanan, proses maupun pengiriman. Dengan mengurangi jumlah bahan kimia maka risiko
dari bahan tersebut juga menjadi lebih kecil jikadibandingkan dengan jumlah yang lebih besar.

b. Subtitutemengganti bahan kimia yang berbahaya dengan bahan kimia yang kurang
berbahaya. Misalnya pelarut organik yang bersifat mudah terbakar digantidenga air.

c. Moderate jika dua hal diatas tidak bisa dilakukan maka kita dapat melakukan prosesatau
penyimpanan pada kondisi yang lebih aman, misalnya pengenceran, penyimpanan dengan suhu
yang lebih rendah, proses yang lebih sederhanadan sebagainya. Sehingga laju reaksi atau energi
yang reaksi yang dihasillebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi normal.

d. Dilution melarutkan untuk mengurangi tingkat bahaya reaktifitas, baik pada saat proses
produksi maupun penyimpanan.2.

2.Passive Control

Passive control adalah mengurangi bahaya atau resiko dengan merancang proses dan peralatan
yang lebih aman. Passive control dapat mengurangifrekuensi atau konsekuensi dari bahaya
tersebut tanpa fungsi aktif peralatan apapun, misalnya tempat penampungan (contaiment),
dindingtahan api, pipa atau tangki yang tahan terhadap tekanan tinggi

3. Active Control

Active control menggunakan sistem engineering control, misalnya safetyinterlock, emergency


shutdown system, smoke detector dan lainsebagainya.4.

4.Procedural Control

Procedural control disebut juga administrative control, yaitu proses pengendalian dengan cara
membuat prosedur administratif menggurangi bahaya dan resiko dari bahaya kimia. Misalnya
work instruction, safeoperating limit, work permit dan sebagainya

Adapun upaya yang dapat dilakukan agar mengurangi / mencegah risiko hazard kimia di rumah
sakit antara lain :
1. Pengendalian bahan kimia dilakukan oleh Unit K3RS berkoordinasi dengan seluruh satuan
kerja. Hal-hal yang perludiperhatikan adalah pengadaan B3, penyimpanan, pelabelan,
pengemasan ulang /repacking, pemanfaatan dan pembuangan limbahnya.
2. Pengadaan bahan beracun dan berbahaya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku di
Indonesia. Penyedia B3 wajib menyertakan Lembar Data Keselamatan Bahan (Material Safety
Data Sheet / MSDS), petugas yang mengelola harus sudah mendapatkan pelatihan pengelolaan
B3, serta mempunyai prosedur penanganan tumpahan B3.
3. Penyimpanan B3 harus terpisah dengan bahan bukan B3, diletakkan diatas palet atau
didalam lemari B3, memiliki daftar B3 yang disimpan, tersedia MSDS, safety shower, APD sesuai
resiko bahaya dan Spill Kit untuk menangani tumpahan B3 serta tersedia prosedur penanganan
Kecelakaan Kerja akibat B3.
4. Pelabelan dan pengemasan ulang harus dilakukan oleh satruan kerja yang kompeten untuk
memjamin kualitas B3 dan keakuratan serta standar pelabelan. Dilarang melakukan pelabelan
tanpa kewenangan yang diberikan oleh pimpinan rumah sakit.
5. Pemanfaatan B3 oleh satuan kerja harus dipantau kadar paparan ke lingkungan serta kondisi
kesehatan pekerja. Pekerja pengelola B3 harus memiliki pelatihan teknis pengelolaan B3, jika
belum harus segera diusulkan sesuai prosedur yang berlaku.
6. Pembuangan limbah B3 cair harus dipastikan melalui saluran air kotor yang akan masuk ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Limbah B3 padat harus dibuang ke Tempat
Pengumpulan Sementara Limbah B3 (TPS B3), untuk selanjutnya diserahkan ke pihak pengolah
limbah B3.

DAFTAR PUSTAKA
Hilmi, I. L., & Ratnasari, D. (2020). Potensi Bahaya Penyebab Kecelakaan Kerja di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit. PharmaCine: Journal of Pharmacy, Medical and Health Science, 1(1), 25-
33.

Nurani, P. F., Wahyuni, I., & Jayanti, S. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres
Kerja pada Pekerja dengan Hazard Kimia di dalam Ruang Terbatas di PT Z. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(2), 136-146.

https://www.safetysign.co.id/news/94/4-Metode-Pengendalian-Risiko-Bahaya-Kimia

Pertiwi, V., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2017). Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(3), 420-430.

Anda mungkin juga menyukai