Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 5

AFRIANI FADILLA 1911313023


LOAN ATIKA 1911313020
FITRI YANI 1911313014
KHAIRA AGUSDA DASRIL 1911313044
INDRI VANIA DEWITA 1911313023
MAHYA RODHIYAH 1911313038
EDELWEIS RINJANI O 1911313026

ISOLASI SOSIAL
A. PENGERTIAN ISOLASI SOSIAL

Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang di alami oleh individu dan dipersepsikan
disebabkan orang lain dan sebagai kondisi yang negatif dan mengancam (Sukaesti, 2018). Isolasi sosial
seseorang merupakan ketidakmampuan klien dalam mengungkapkan perasaan klien yang dapat
menimbulkan klien mengungkapkan perasaan klien dengan kekerasan. Perilaku kekerasan merupakan
respon destruktif individu terhadap stresor (Sukaesti, 2018). Isolasi sosial merupakan kondisi dimana
pasien selalu merasa sendiri dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman, isolasi sosial
merupakan pengalaman kesendirian secara individu yang dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai
keadaan yang negatif atau mengancam dalam jurnal (Julianto A. B, Dwi H. R, 2015).
B. Tanda dan gejala

1. Gejala Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Respons verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
h. Klien merasa ditolak
i. Menggunakan kata - kata simbolik
2. Gejala Objektif
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap Iingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Aktivitas menurun
o. Kurang energi (tenaga)
p. Postur tubuh berubah, misatnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)
C. Etiologi
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi diantaranya perkembangan dan sosial budaya.
Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, putus asa
terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat menimbulkan
perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan
kegiatan sehari-hari terabaikan (Kusumawati, 2010).

1) Faktor-faktor penyebab menurut Copel (2007) diantaranya adalah:  


a) Riwayat keluarga yang disfungsional.  
b) Harga diri rendah.  
c) Riwayat penyakit fisik atau mental.  
d) Kesuitan berkomunikasi.  

2) Faktor predisposisi  
a) factor perkembangan
b) factor biologis
c) factor structural
3) Faktor prespitasi menurut Dermawan (2013)
Faktor pencetus terdiri terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alam perasaan adalah:
a) Kehilangan ketertarikan yang nyata atau dibayangkan, termasuk kehilangan cinta seseorang, fungsi fisik, kedudukan
atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain
merupakan hal yang sangat penting.
b) Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak
terhadap masala-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.
c) Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi depresi terutama pada wanita
ASKEP TEORITIS

1. Pengkajian
 Identitas klien

 Keluhan utama

 Faktor predisposisi

 Aspek fisik/biologis

 Aspek psikososial

 Genogram yang menggambarkan tiga generasi

 Konsep diri

a) Citra tubuh

b) Identitas diri

c) Peran

d) Ideal diri

e) Harga diri
F) Status mental
g) kebutuhan persiapan pulang
h) Mekanisme koping
i) aspek medic terapi

2. Diagnosa

Menurut Kusumawati dan Hartono, (2010) diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah
keperawatan pasien mencakup baik respon sehat adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang.
Diagnosa keperawatan yang diangkat adalah :

a. Isolasi Sosial
b. Hambatan komunikasi verbal
c. Defisit perawatan diri
d. Harga diri rendah
e. Gangguan sensori persepsi Halusinasi
3. Intervensi:
1.) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik.
2.) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
3.) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul.
4.) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri tanda-tanda serta penyebab yang muncul.
5.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain.
6.) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
7.) Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
8.) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain.
9.) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan.
10.) Dorong klien untuk mengungkapkan perasannya bila berhubungan dengan orang lain.
11.) Diskusikan dengan klien tentang perasaan manfaat berhubungan dengan orang lain.
12.) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi dengan orang lain.
4. Implementasi
Implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan
rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi
dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini (Keliat dkk, 2005).

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan yang dilakukam pada klien.
Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi
dibagi dua, yaitu evaluasi proses dan formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum
yang telah dilakukan. (Keliat, 2005).
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir

S : respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan


O : respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
A : analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru
atau ada yang kontradiksi dengan masalah yang ada
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.

Anda mungkin juga menyukai