Anda di halaman 1dari 11

MODUL 3

PEMERIKSAAN SENSORIK MOTORIK DAN REFLEKS

Tujuan Pembelajaran
Bila dihadapkan dengan pada pasien/boneka peraga, mahasiswa mampu:
1. Melakukan pemeriksaan pada sistem neurologi: sensorik motorik dan refleks

Pemeriksaan Sensorik
A. Anamnesis a) Apa yang dikeluhkan.
Keluhan dapat berupa: kesemutan atau baal (parestesia), rangsang yang tidak
nyeri dirasakan sebagai nyeri (disestesi/painful parestesi), kurang peka
(hipestesi), terlalu peka (hiperestesi), gangguan keseimbangan dan gait (gaya
berjalan), modalitas sensorik normal tetapi tidak bias mengenal
benda pada perabaan tangan (astereognosis), lain-lain keluhan
b) Kapan timbulnya keluhan.
c) Lokasi keluhan.
Keluhan positif semacam parestesi, disestesi dan nyeri biasanya dapat
dilokalisir, tetapi gejala-gejala negative seperti hipestesi dan anogsia sulit
dilokalisir.
d) Sifat keluhan.
Penderita diminta menggambarkan sifat keluhan. Pada keluhan nyeri perlu juga
diketahui derajat rasa nyeri yang timbul.
e) Kejadian-kejadian tertentu yang berkaitan.
Apakah ada kejadian-kejadian yang memicu terjadinya keluhan. Misalnya pada
HNP, penderita merasakan ischialgia pada waktu mengangkat benda berat, dan
nyeri meningkat pada keadaan-keadaan yang menyebabkan peningkatan
tekanan intrakranial, misalnya batuk, mengejan, bersin), dan lain-lain.
f) Kelainan neurologis yang menyertai.
Dapat berupa kelemahan/gangguan motorik, gangguan bahasa, kejang,
gangguan defekasi dan miksi, dan gangguan saraf otonom.
B. Pemeriksaan 1) Pemeriksaan modalitas : modalitas primer dari sensasi somatik
fisik (seperti rasa nyeri, raba, posisi, getar dan suhu) diperiksa lebih dulu
sebelum memeriksa fungsi sensorik diskriminatif/kortikal.

 Pemeriksaan sensasi nyeri superfisial


Nyeri merupakan sensasi yang paling baik untuk menentukan batas gangguan
sensorik. Alat yang digunakan adalah jarum berujung tajam dan tumpul.
Cara pemeriksan:
a) Mata penderita ditutup
b) Pemeriksa terlebih dahulu mencoba jarum pada dirinya sendiri.
c) Tekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai
menimbulkan perlukaan.
d) Rangsangan terhadap terhadap kulit dilakukan dengan ujung runcing dan
ujung tumpul secara bergantian. Penderita diminta menyatakan sensasinya
sesuai yang dirasakan. Penderita jangan ditanya: apakah anda merasakan
ini atau apakah ini runcing?
e) Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang
kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)
f) Penderita juga diminta menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas
ketajaman rangsang di derah yang berlainan.
g) Apabila dicurigai daerah yang sensasinya menurun/meninggi maka
rangsangan dimulai dari daerah tadi ke arah yang normal.

 Pemeriksaan sensasi nyeri tekan dalam


Pemeriksaan dilakukan dengan cara menekan tendo Achilles, fascia antara jari
tangan IV dan V atau testis.

 Pemeriksaan sensasi taktil/raba


Alat yang dipakai adalah kapas, tissue, bulu, kuas halus, dan lain-lain. Cara
pemeriksaan :
a. Mata penderita ditutup
b. Pemeriksa terlebih dahulu mencoba alat pada dirinya sendiri.
c. Stimulasi harus seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan
terhadap jaringan subkutan. Tekanan dapat ditambah sedikit bila
memeriksa telapak tangan atau telapak kaki yang kulitnya lebih tebal.
d. Mulailah dari daerah yang dicurigai abnormal menuju daerah yang normal.
Bandingkan daerah yang abnormal dengan daerah normal yang
kontralateral tetapi sama (misalnya: lengan bawah volar kanan dengan kiri)
e. Penderita diminta untuk mengatakan “ya” atau “tidak” apabila merasakan
adanya rangsang, dan sekaligus juga diminta untuk menyatakan tempat
atau bagian tubuh mana yang dirangsang.

 Pemeriksaan sensasi getar/vibrasi


Alat yang digunakan adalah garpu tala berfrekuensi 128 atau 256 Hz.
Cara pemeriksaan:
a) Garpu tala digetarkan dengan memukulkan pada benda padat/keras.
b) Kemudian pangkal garpu tala diletakkan pada daerah dengan tulang yang
menonjol seperti ibu jari kaki, pergelangan tangan, maleolus
lateralis/medialis, procc. spinosus vertebrae, siku, bagian lateral clavicula,
lutut, tibia, sendi-sendi jari dan lainnya.
c) Bandingkan antara kanan dan kiri.
d) Catat intensitas dan lamanya vibrasi.
e) Untuk penentuan lebih cermat, garpu tala kemudian dipindahkan pada
bagian tubuh yang sama pada pemeriksa. Apabila pemeriksa masih
merasakan getaran, berarti rasa getar penderita sudah menurun.

 Pemeriksaan sensasi gerak dan posisi


Tujuannya adalah memperoleh kesan penderita terhadap gerakan dan
pengenalan terhadap arah gerakan, kekuatan, lebar atau luas gerakan (range of
movement) sudut minimal yang penderita sudah mengenali adanya gerakan
pasif, dan kemampuan penderita untuk menentukan posisi jari dalam ruangan.
Tidak diperlukan alat khusus.
Cara pemeriksaan:
a) Mata penderita ditutup.
b) Penderita diminta mengangkat kedua lengan di depan penderita
menghadap ke atas.
c) Penderita diminta mempertahankan posisi tersebut. Pada kelemahan otot
satu sisi atau gangguan proprioseptik maka lengan akan turun dan menuju
ke arah dalam. Modifikasi dari tes ini adalah dengan menaik turunkan
kedua tangan dan penderita diminta menanyakan tangan mana yang
posisinya lebih tinggi.
Kedua tes di atas dapat dikombinasi dengan modifikasi tes Romberg.
Caranya: penderita diminta berdiri dengan tumit kanan dan jari-jari kaki kiri
berada pada satu garis lurus dan kedua lengan ekstensi ke depan. Kemudian
penderita diminta menutup matanya. Bila ada gangguan proprioseptik pada
kaki maka penderita akan jatuh pada satu sisi.

Untuk tes posisi dapat dilakukan dengan cara berikut:


a. Penderita dapat duduk atau berbaring, mata penderita ditutup.
b. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan terpisah
satu sama lain sehingga tidak bersentuhan.
c. Jari penderita digerakkan secara pasif oleh pemeriksa, dengan sentuhan
seringan mungkin sehingga tekanan terhadap jari-jari tersebut dapat
dihindari, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan
aktif seringan apapun.
d. Penderita diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari atau
adakah gerakan pada jarinya.
Cara lain adalah dengan menempatkan jari-jari salah satu penderita pada posisi
tertentu dan meminta penderita diminta menirukan posisi tersebut pada jari
yang lain.

 Pemeriksaan sensasi suhu


Alat yang dipakai adalah tabung berisi air bersuhu 5-10ºC untuk sensasi dingin
dan air 40-45ºC untuk sensasi panas.
Cara pemeriksaan:
a. Penderita lebih baik pada posisi berbaring. Mata penderita ditutup.
b. Tabung panas/dingin lebih dahulu dicoba terhadap diri pemeriksa.
c. Tabung ditempelkan pada kulit penderita dan penderita diminta menyatakan
apakah terasa dingin atau panas.

2. Pemeriksan sensorik diskriminatif/kortikal


Syarat pemeriksaan ini adalah fungsi sensorik primer (raba, posisi) harus baik
dan tidak ada gangguan tingkat kesadaran, kadang-kadang ditambah dengan
syarat harus mampu memanipulasi objek atau tidak ada kelemahan otot-otot
tangan (pada tes barognosis).

Macam-macam gangguan fungsi sensorik kortikal:


a. Gangguan two point tactile discrimination :
Gangguan ini diperiksa dengan dua rangsangan tumpul pada dua titik di anggota
gerak secara serempak, bisa memakai jangka atau calibrated two point
esthesiometer. Pada anggota gerak atas biasanya diperiksa pada ujung jari.
Orang normal bisa membedakan dua rangsangan pada ujung jari bila jarak
kedua rangsangan tersebut lebih besar
dari 3 mm. Ketajaman menentukan dua rangsangan tersebut sangat bergantung
pada bagian tubuh yang diperiksa, yang penting adalah membandingkan kedua
sisi tubuh.

b. Gangguan graphesthesia
Pemeriksaan graphesthesia dilakukan dengan cara menulis beberapa angka
pada bagian tubuh yang berbeda-beda dari kulit penderita. Pasien diminta
mengenal angka yang digoreskan pada bagian tubuh tersebut sementara mata
penderita ditutup. Besar tulisan tergantung luas daerah yang diperiksa. Alat
yang digunakan adalah pensil atau jarum tumpul. Bandingkan kanan dengan
kiri.

c. Gangguan stereognosis = astereognosis


Diperiksa pada tangan. Pasien menutup mata kemudian diminta mengenal
sebuah benda berbentuk yang ditempatkan pada masing-masing tangan dan
merasakan dengan jari-jarinya. Ketidakmampuan mengenal benda dengan
rabaan disebut sebagai tactile anogsia atau astereognosis. Syarat pemeriksaan,
sensasi proprioseptik harus baik.

d. Gangguan topografi/topesthesia = topognosia


Kemampuan pasien untuk melokalisasi rangsangan raba pada bagian tubuh
tertentu. Syarat pemeriksaan, rasa raba harus baik.

e. Gangguan barognosis = abarognosis


Membedakan berat antara dua benda, sebaiknya diusahakan bentuk dan besar
bendanya kurang lebih sama tetapi beratnya berbeda. Syarat pemeriksaan, rasa
gerak dan posisi sendi harus baik.

f. Sindroma Anton-Babinsky = anosognosia


Anosognosia adalah penolakan atau tidak adanya keasadaran terhadap bagian
tubuh yang lumpuh atau hemiplegia. Bila berat, pasien akan menolak adanya
kelumpuhan tersebut dan percaya bahwa dia dapat menggerakkan bagian-
bagian tubuh yang lupuh tersebut.

g. Sensory inattention = extinction phenomenon


Alat yang digunakan adalah kapas, kepala jarum atau ujung jari. Cara
pemeriksaan adalah dengan merangsang secara serentak pada kedua titik di
anggota gerak kanan dan kiri yang letaknya setangkup, sementara itu mata
ditutup. Mula-mula diraba punggung tangan pasien dan pasien diminta
menggenal tempat yang diraba. Kemudian rabalah pada tititk yang satangkup
pada sisi tubuh yang berlawanan dan ulangi perintah yang sama. Setelah itu
dilakukan perabaan pada kedua tempat tersebut dengan tekanan yang sama
secara serentak. Bila ada extinction phenomen maka pasien hanya akan
merasakan rangsangan pada sisi tubuh yang sehat saja.

3. Pemeriksaan sensorik khusus


 Tinel’s sign
Umumnya digunakan untuk tes saraf medianus pada sindroma Carpal-
Tunnel. Tepukan ujung jari pada saraf medianus di tengah-tengah
terowongan carpal akan menimbulkan disesthesi (rasa paresthesi dan
nyeri yang menjalar mulai dari tempat rangsang ke jari-jari telunjuk,
tengah dan manis yang mirip
aliran listrik).

 Perspiration test
Prinsip: adanya keringat akan bereaksi dengan amilum/tepung yang
diberi yosium, sehingga memberikan warna biru.
Cara pemeriksaan :
a. Bagian depan tubuh (leher ke bawah) disapu dengan tepung yang
mengandung yodium.
b. Kemudian tubuh penderita ditutup dengan semacam sungkup supaya
cepat berkeringat (bila perlu diberi obat antipiretik).
c. Setelah 1-2 jam sungkup dibuka dan dicatat bagian tubuh yang tetap
putih (tidak ada produksi keringat).
Tes ini adalah tes yang obyektif dan digunakan pada kasus-kasus
paraplegia
untuk menentukan batas lesinya.
Pemeriksaan Motorik
Alat:
Manekin otot dan saraf

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Motorik

No Cara Kerja Penilaian


Dilakukan Tidak
Dilakukan
Persiapan
1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan
diri*
2. Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan
UKURAN OTOT
3. Mintalah klien berbaring dengan santai
Lakukanlah observasi pada semua otot
4. Periksalah perubahan bentuk otot (eutrofi, hipertrofi,
hipotrofi)
5. Carilah ada atau tidaknya tremor, khores, atetose,
distonia, balismus, spasme, tik, fasikulasi dan miokloni
otot

TONUS OTOT
6. Mintalah klien berbaring dengan santai.
7. Alihkanlah perhatian klien dengan mengajaknya
berbicara.
8. Gunakan kedua tangan untuk menggerakkan lengan
bawah klien di sendi siku secara pasif, lakukan
berulang kali secara perlahan dan kemudian secara
cepat
9. Nilai tahanan yang dirasakan sewaktu menekukkan
dan meluruskan tangan
10. Lakukanlah pemeriksaan juga pada sendi lutut, pada
anggota gerak kanan dan kiri,
11. Cara pemeriksaan lain:
Lakukan fleksi dan ekstensi pada sendi siku, lutut,
pergelangan tangan dan kaki.
KEKUATAN OTOT
12. Meminta klien berbaring, kemudian pemeriksa berdiri
disamping kanan tempat tidur klien.
A. Kekuatan otot ekstremitas atas bilateral
1) Minta pasien untuk menjabat kemudian
menggenggam tangan pemeriksa
2) Minta pasien untuk menarik tangan pemeriksa
berlawanan arah dengan tahanan
3) Minta pasien untuk mendorong tangan pemeriksa
berlawanan arah dengan tahanan
13. B. Kekuatan otot ekstremitas bawah bilateral
1) Meminta pasien untuk menekan ke bawah tangan
pemeriksa dengan kaki mereka berlawanan arah
dengan tahanan
2) Meminta pasien untuk mengangkat kaki mereka
melawan tahanan dari tangan pemeriksa
3) Memberikan penekanan lembut pada tulang kering
dan meminta pasien untuk memfleksikan dan
mengekstensikan tungkai kaki berlawanan arah
dengan resisten
14 Interpretasi : Kekuatan otot dinilai dalam derajat :
5 : Kekuatan normal Seluruh gerakan dapat
dilakukan berulang-ulang tanpa terlihat adanya
kelelahan
4 : Seluruh gerakan otot dapat dilakukan dengan
benar dan dapat melawan tahan ringan dan sedang
dari pemeriksa
3 : Dapat mengadakan gerakan melawan gaya berat
2 : Di dapatkan gerakan tetapi gerakan ini tidak
mampu melawan gaya berat (gravitasi)
1 : Kontraksi minimal dapat terasa atau teraba pada
otot yang bersangkutan tanpa mengakibatkan
gerakan
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali. Paralisis total.
15. Lakukan cuci tangan rutin
16. Mengucapkan terimakasih dan salam*

Pemeriksaan Refleks Fisiologis


Alat:
Refleks Hammer

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Refleks Fisiologis

No Cara Kerja Penilaian


Dilakukan Tidak
Dilakukan
Persiapan
1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan
diri*
2. Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan
A. PEMERIKSAAN REFLEK BISEPS
3. Mintalah klien berbaring telentang dengan santai
4. Fleksikanlah lengan bawah klien di sendi siku
5. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di bawah
umbilikus
6. Letakkanlah ibu jari pemeriksa pada tendo biseps klien
lalu ketuklah tendo tersebut palu
B. PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS
7. Mintalah klien berbaring dengan santai
8. Fleksikan lengan bawah klien di sendi siku dan tangan
sedikit dipronasikan
9. Letakkanlah tangan klien di daerah perut di atas
umbilikus
10. Ketuklah tendo otot triseps pada fosa olekrani
C. PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS
11. Mintalah klien berbaring dengan santai
12. Posisikan lengan bawah klien dalam posisi setengah
fleksi dan tangan sedikit dipronasikan

13. Mintalah klien untuk merelaksasikan lengan bawahnya


sepenuhnya
14 Ketuklah pada processus styloideus
D. PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA
15. Mintalah klien berbaring dengan santai
16. Letakkan tangan pemeriksa di belakang lutut
17. Fleksikan tungkai klien pada sendi lutut
18. Ketuklah pada tendon muskulus kuadriseps femoris di
bawah patella
E. PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES
19. Mintalah klien berbaring dengan santai
20. Fleksikan tungkai bawah sedikit, kemudian pegang kaki
pada ujungnya untuk memberikan sikap dorsofleksi
ringan pada kaki
21. Ketuklah pada tendo achilles
22. Lakukan cuci tangan rutin
23. Mengucapkan terimakasih dan salam*
Pemeriksaan Refleks Patologis
Alat:
Refleks Hammer

Standar Operasional Prosedur Pemeriksaan Refleks Patologis

No Cara Kerja Penilaian


Dilakukan Tidak
Dilakukan
Persiapan
1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan
diri*
2. Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan
yang akan dilakukan
A. PEMERIKSAAN REFLEKS HOFFMANN
3. Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
4. Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari
jarinya disuruh fleksi-entengkan
5. Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan
jari tengah kita.
6. Dengan ibu jari kita ”gores kuat” ujung jari tengah klien
Interpretasi:
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi
mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan
aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.
B. PEMERIKSAAN REFLEKS TROMNER
7. Mintalah klien berbaring telentang atau duduk
dengan santai
8. Tangan klien kita pegang pada pergelangan dan jari
jarinya disuruh fleksi-entengkan
9. Jari tengah penderita kita jepit di antara telunjuk dan
jari tengah (ibu jari) kita.
10. Dengan jari tengah kita mencolek-colek ujung jari klien
11. Interpretasi:
Refleks positif (+), bila goresan kuat tadi
mengakibatkan fleksi jari telunjuk, serta fleksi dan
aduksi ibu jari.
Kadang disertai fleksi jari lainnya.
C. PEMERIKSAAN REFLEKS BABINSKI (EXTENSOR
PLANTAR
RESPONSE)
12. Mintalah klien berbaring dan istirahat dengan tungkai
diluruskan.
13. Kita (pemeriksa) memegang pergelangan kaki klien
supaya tetap pada tempatnya.
14 Telapak kaki klien digores dengan menggunakan ujung
gagang palu refleks secara perlahan dan tidak
menimbulkan rasa nyeri untuk menghindari refleks
menarik kaki.
Goresan dilakukan pada telapak kaki bagian lateral,
mulai dari tumit menuju pangkal ibu jari.
15. Interpretasi:
Positif (+) jika didapatkan gerakan dorso fleksi ibu jari ,
yang dapat disertai mekarnya jari-jari lainnya.
16. Lakukan cuci tangan rutin
17. Mengucapkan terimakasih dan salam*

Anda mungkin juga menyukai