Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

“Pemeriksaan Sensorik, Motorik dan Reflek”

Dibuat untuk memenuhi tugas praktikum " Keperawatan Dewasa Sistem Muskuloskletal,
Integumen, persepsi sensori dan persarafan"

Dosen Pengampu: Esi Afriyanti, S.Kp.M.Kes

Disusun Oleh

Monica

2111312055

Kelompon C A1 2021

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2023
Pemeriksaan Sensorik

1. Pengertian
Pemeriksaan sensorik adalah proses evaluasi yang dilakukan oleh tenaga medis
atau profesional kesehatan untuk mengevaluasi fungsi sensorik seseorang. Fungsi
sensorik mencakup kemampuan tubuh untuk menerima, memproses, dan
menginterpretasikan informasi sensorik dari lingkungan eksternal dan internal.
2. Tujuan
Pemeriksaan sensorik bertujuan untuk menilai integritas dan fungsi sistem
sensorik, termasuk penglihatan, pendengaran, perabaan (sentuhan), rasa, dan penciuman.
Melalui pemeriksaan ini, profesional kesehatan dapat mengidentifikasi adanya gangguan
sensorik, mengevaluasi tingkat kerusakan atau disfungsi, dan membantu dalam diagnosis
serta perencanaan pengobatan atau intervensi yang tepat.
3. Indikasi
a. Gangguan Sensorik.
b. Cedera atau Trauma
c. Gangguan Neurologis
d. Gangguan Perkembangan
e. Evaluasi Pengaruh Obat atau Racun
f. Pemantauan Pasca Intervensi.
4. Kontraindikasi
Pemeriksaan sensorik umumnya merupakan prosedur yang aman dan tidak memiliki
kontraindikasi absolut.
5. Alat dan Bahan
 Tusuk gigi
 Cotton bud
 Dua buah tabung reaksi
 Air panas
 Air dingin
 Garpu tala 128 Hz
6. SOP
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Jelaskan kepada pasien jenis pemeriksaan yang akan dilakukan dan prosedurnya.
c. Nilai sensasi nyeri:
 Pada area dimana yang diyakini tidak terdapat defisit sensorik, tekan ujung
runcing tusuk gigi dan ujung tumpul cotton bud dan biarkan pasien merasakan
perbedaan rangsangan.
 Minta pasien menutup mata.
 Tekan ujung tajam tusuk gigi dan ujung tumpul cotton bud. Lakukan prosedur
ini di beberapa tempat secara bergantian dan acak.
 Tanyakan sensasi yang dirasakan oleh pasien pada setiap penekanan salah satu
benda diatas, apakah pasien merasakan sensasi tajam atau tumpul.
 Apabila terdapat gangguan membedakan sensasi tajam dan tumpul, gunakan
istilah hipalgesia atau analgesia dan catat bagian tubuh yang mengalami
gangguan.
d. Nilai sensasi suhu:
 Siapkan dua buah tabung reaksi yang berisi air dingin dan air panas.
 Pada area dimana yang diyakini tidak terdapat defisit sensorik, perkenalkan
rangsangan suhu yang akan digunakan dan biarkan pasien merasakan
perbedaan rangsangan.
 Minta pasien menutup mata.
 Sentuhkan rangsangan panas dan dingin di beberapa area pada tubuh pasien,
tanyakan apa yang pasien rasakan setiap kali memberikan rangsangan.
 Catat bagian tubuh mana saja yang mengalami gangguan dalam membedakan
rangsangan suhu.
e. Nilai sensasi raba halus:
 Untuk pemeriksaan ini, gunakan ujung cotton bud.
 Minta pasien untuk menutup mata.
 Selalu sentuh pasien dengan sentuhan ringan, jangan di tekan.
 Minta pasien mengatakan “ya” setiap kali pasien merasakan kontak.
 Minta pasien untuk menyebutkan bila pasien merasakan sensasi yang berbeda
saat disentuh.
 Catat bagian tubuh mana saja yang mengalami gangguan dalam membedakan
rangsangan suhu.
f. Nilai rasa posisi (propioseptif):
 Minta pasien menutup mata.
 Pegang jempol kaki pasien diantara jempol dan jari telunjuk pemeriksa.
 Pastikan bahwa pemeriksa tidak menyentuh jari pasien yang lainnya.
 Gerakkan jempol kaki pasien dan tanyakan bila pasien merasakan gerakan
tersebut dan menyebutkan arahnya.
 Ulangi prosedur ini pada ekstremitas atas.
 Lakukan pemeriksaan getar dengan menggunakan garpu tala yang
ditempatkan pada tulang yang menonjol.
 Lakukan pemeriksaan two point discrimination dengan cara menekankan 2
tusuk gigi pada ujung jari sisi telapak dengan jarak 2-5 mm.
Pemeriksaan Motorik

1. Pengertian
Pemeriksaan motorik adalah proses evaluasi yang dilakukan oleh tenaga medis atau
profesional kesehatan untuk mengevaluasi fungsi motorik seseorang. Fungsi motorik
mencakup kemampuan seseorang dalam menggerakkan tubuh, mengendalikan otot, dan
melaksanakan berbagai tindakan motorik.
2. Tujuan
Pemeriksaan motorik bertujuan untuk menilai integritas dan fungsi sistem motorik,
termasuk kekuatan otot, koordinasi gerakan, kelenturan, keseimbangan, dan kemampuan
motorik halus. Melalui pemeriksaan ini, profesional kesehatan dapat mengidentifikasi
adanya gangguan motorik, mengevaluasi tingkat kerusakan atau disfungsi, dan membantu
dalam diagnosis serta perencanaan pengobatan atau intervensi yang tepat.
3. Indikasi
a. Gangguan Motorik.
b. Cedera atau Trauma
c. Gangguan Neurologis
d. Gangguan Perkembangan
e. Pemantauan Pasca Intervensi
4. Kontraindikasi
a. Cedera atau Trauma yang Parah
b. Peradangan atau Infeksi Aktif
c. Keterbatasan Fisik yang Signifikan
d. Ketidakmampuan Kerjasama
5. SOP
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Jelaskan kepada pasien jenis dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan.
c. Cuci tangan sebelum melakukan prosedur pemeriksaan.
d. Lakukan inspeksi:
 Minta pasien berdiri dengan santai.
 Nilai postur tubuh pasien dan kontur otot. Amati tanda-tanda adanya hipertrofi
maupun atrofi otot.
 Nilai adanya gerakan involunter seperti tremor, fasikulasi dan gerakan
koreiform.
e. Nilai tonus otot
 Persiapkan pasien dalam posisi berbaring, se-rileks mungkin.
 Pegang lengan pasien dengan menempatkan tangan pemeriksa disekitar
pergelangan tangan pasien (hanya di sendi siku dan lutut;sendisendi besar).
Siku dalam keadaan menempel pada meja periksa.
 Tempatkan jari-jari pemeriksa pada tendon biceps.
 Fleksi dan ekstensikan sendi siku beberapa kali.
 Nilai tonus otot-otot lengan atas pasien dan bandingkan kanan dan kiri.
 Nilai juga tonus otot-otot tungkai atas dengan fleksi dan ekstensi secara pasif
sendi panggul dan lutut.
f. Nilai kekuatan otot:
 Untuk menilai kekuatan otot, pasien harus mengkontraksikan ototnya secara
maksimal.
 Coba untuk membuat tahanan terhadap otot yang diperiksa dengan
menggunakan tangan pemeriksa.
 Saat menilai kekuatan otot pasien, coba untuk membuat perbandingan dengan
kekuatan pemeriksa.
 Buat penilaian semi kuantitatif berdasarkan skala 0-5.
g. Nilai sistem motorik area kepala dan leher
h. Nilai sistem motorik ekstremitas atas
 M. serratus anterior
 Minta pasien berdiri dengan kedua tangan diregangkan dan disandarkan
pada dinding. Tinggi tangan yang menempel pada dinding kurang lebih
sejajar dengan bahu.
 Minta pasien mendorong tembok. Nilai kekuatan ototnya, bandingkan
kanan dan kiri.
 M. deltoideus
 Minta pasien untuk mengekstensikan kedua lengannya ke arah
samping dan minta ia untuk mempertahankan posisi tersebut.
 Tekan kedua lengan pasien ke bawah sambil meminta pasien melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. biceps brachii
 Minta pasien memfleksikan sendi sikunya dengan maksimal ke arah
bahu, dengan posisi supinasi lengan bawah.
 Luruskan lengan pasien sambil meminta pasien melawan gerakan
pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. triceps brachii
 Minta pasien mengekstensikan maksimal lengannya pada sendi siku.
 Tekuk lengan pasien pada sendi siku sambil meminta pasien melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 Muskulus-muskulus ekstensor pergelangan tangan
 Minta pasien untuk mengekstensikan pergelangan tangannya dengan
pronasi lengan bawah.
 Fleksikan pergelangan tangan pasien sambil meminta pasien melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 Muskulus-muskulus fleksor pergelangan tangan
 Minta pasien meletakkan lengan bawahnya diatas meja pada posisi
supinasi dan fleksi pada sendi pergelangan tangan.
 Ekstensikan pergelangan tangan pasien sambil meminta pasien
melawan gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 Muskulus-muskulus fleksor jari
 Minta pasien untuk menggenggam jari pemeriksa sekuatnya.
 Coba lepaskan jari-jari pasien
 Nilai kekuatan ototnya
 Bandingkan kanan dan kiri.
 Muskulus-muskulus ekstensor jari
 Minta pasien meluruskan sendi-sendi jari tangannya
 Fleksikan sendi-sendi jari pasien sambil meminta pasien melawan
gerakan pemeriksa
 Nilai kekuatan ototnya
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. opponens pollicis
 Minta pasien untuk menautkan ujung jempol dan ujung kelingkingnya
sehingga membentuk lingkaran.
 Coba lepaskan lingkaran tersebut menggunakan jari pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 Muskulus-muskulus interoseus
 Minta pasien untuk mengekstensikan seluruh jarinya dan regangkan.
 Tempatkan jari-jari pemeriksa diantara jari-jari pasien dalam keadaan
ekstensi dan regangkan.
 Minta pasien untuk merapatkan jari-jarinya sekuatnya.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
i. Nilai sistem motorik ekstremitas bawah
 M. gluteus medius dan m. gluteus minimus
 Minta pasien untuk berdiri tegak.
 Amati apakah tubuh bagian atas pasien terlihat membungkuk.
 Amati apakah pasien dapat mempertahankan pelvis pada posisi sejajar
garis horizontal.
 M. iliopsoas
 Minta pasien berbaring di meja periksa dengan posisi sendi panggul
fleksi maksimal.
 Luruskan sendi panggul pasien sambil meminta pasien untuk melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. quadriceps
 Berdiri di sebelah kanan pasien.
 Tempatkan tangan kanan pemeriksa pada pergelangan kaki kanan
pasien yang sedang dalam posisi lurus, angkat sedikit kaki pasien.
 Letakkan tangan kiri pemeriksa dibawah kaki kanan pasien tepat
melewati bawah lutut dan pegang lutut kaki kiri pasien.
 Dengan menggunakan tangan kanan, tekuk sendi lutut kanan pasien
sambil meminta pasien untuk melawan gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Lakukan prosedur yang sama untuk kaki sebelah kiri dan bandingkan
kekuatannya.
 M. femoral adductor
 Minta pasien berbaring dengan posisi fleksi pada sendi panggul dan
lutut. Rapatkan kedua lutut.
 Pisahkan kedua lutut pasien sambil meminta pasien untuk melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. hamstrings
 Minta pasien berbaring dengan posisi fleksi pada sendi panggul dan
fleksi maksimal pada sendi lutut sehingga tumit pasien menyentuh
paha atas.
 Ekstensikan sendi lutut pasien sambil meminta pasien untuk melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatannya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. tibialis anterior dan m. extensor digitorum
 Minta pasien berbaring dengan posisi kedua tungkai ekstensi.
 Minta pasien untuk menarik telapak kakinya ke arah kranial sehingga
fleksi pada sendi pergelangan kaki (dorso fleksi).
 Dorong kaki pasien menjauhi tubuh sambil meminta pasien untuk
melawan gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatannya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. gastrocnemius
 Minta pasien berbaring dengan posisi kedua tungkai ekstensi.
 Minta pasien untuk meluruskan telapak kakinya seperti menginjak rem
(plantar fleksi).
 Dorong kaki pasien mendekati tubuh sambil meminta pasien untuk
melawan gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatannya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. peroneal
 Letakkan tangan pemeriksa di sisi luar kaki pasien sejajar jari
kelingking.
 Minta pasien mendorong tangan pemeriksa sekuatnya dan nilai
kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri.
 M. extensor hallucis longus
 Letakkan tangan pemeriksa di sisi dalam kaki pasien sejajar jempol.
 Minta pasien mendorong tangan pemeriksa sekuatnya dan nilai
kekuatan ototnya, bandingkan kanan dan kiri.
 M. flexor hallucis longus
 Minta pasien untuk memfleksikan kedua jempol kakinya.
 Luruskan kedua jempol pasien sambil meminta pasien untuk melawan
gerakan pemeriksa.
 Nilai kekuatan ototnya.
 Bandingkan kanan dan kiri
Pemeriksaan Reflek

1. Pengertian
Pemeriksaan reflek adalah salah satu komponen penting dalam pemeriksaan neurologis
yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi sistem saraf. Reflek adalah respons otomatis
yang terjadi sebagai tanggapan terhadap rangsangan tertentu. Pemeriksaan reflek
membantu dalam menilai integritas jalur saraf yang terlibat dalam merespons rangsangan
dan dapat memberikan petunjuk tentang adanya gangguan neurologis.
2. Tujuan
Tujuan utama dari pemeriksaan reflek adalah untuk mengevaluasi fungsi sistem saraf dan
menentukan adanya gangguan neurologis. Pemeriksaan reflek dapat memberikan
informasi penting kepada dokter atau profesional kesehatan tentang integritas jalur saraf
yang terlibat dalam merespons rangsangan, serta adanya kelainan pada otot, saraf, atau
bagian lain dari sistem saraf.
3. Indikasi
a. Gangguan Motorik
b. Cedera pada Saraf atau Sistem Saraf Perifer
c. Gangguan Neuromuskular
d. Pemeriksaan Neurologis Rutin
e. Monitoring Gangguan Neurologis:
4. Kontraindikasi
Pemeriksaan reflek umumnya merupakan prosedur yang aman dan tidak memiliki
kontraindikasi absolut.
5. Alat dan Bahan
 Palu refleks
6. SOP
a. REFLEK BISEP.
Alat yang dibutuhkan: refleks hammer
 Tempatkan ibu jari pemeriksa pada tendon bisep.
 Kemudian pukul ibu jari pemeriksa dengan menggunakan refleks hammer
 Observasi pergerakan lengan.
 Ulangi dan bandingkan dengan lengan yang lain.
Reflek brachioradialis dapat ditimbulkan dengan cara memukul tendon
brachioradialis secara langsung ketika lengan pasien dalam kondisi rileks.
- Lakukan pukulan sekitar 3 inchi diatas pergelangan tangan.
- Observasi adanya reflek supinasi.
- Ulangi dan bandingkan dengan langan lainnya.
Refleks bisep dan brachioradialis berguna untuk menilai syaraf C5 dan C6
b. REFLEKS TRISEP
Alat yang dibutuhkan: refleks hammer
- Sokong salah satu lengan pasien dengan menggunakan salah satu tangan
pemeriksa.
- Lakukan pukulan pada tendon trisep secara langsung dengan menggunakan
hammer.
Reflek trisep berguna untuk menilai syaraf C6 dan C7 terutama C7
c. REFLEK PATELA (LUTUT)
Alat yang dibutuhkan: refleks hammer
- Anjurkan pasien duduk dengan posisi tungkai bawah menggantung.
- Lakukan pukulan secara langsung pada tendon quadrisep dengan
menggunakan hammer.
- Ulangi dan bandingkan pada tungkai yang lain.
Reflek patela berguna untuk menilai saraf L3 dan L4 terutama L4.
d. REFLEK ANKLE
Alat yang dibutuhkan: refleks hammer
- Anjurkan pasien untuk merilekskan kaki.
- Sokong kaki pasien dengan menggunakan satu tangan pemeriksa dan lakukan
pukulan pada tendon achilles dengan menggunakan hammer tanpa
mefleksikan plantar.
- Bandingkan dengan kaki yang lain. Reflek ankle berguna untuk menilai syaraf
S1
e. REFLEK PLANTAR (BABINSKI)
Alat yang dibutuhkan: refleks hammer
- Gunakan ujung kunci atau ujung hammer untuk menggores secara cepat
kearah lateral dari tumit menuju ibu jari kaki. Reflek dikatakan normal jika
jari-jari kaki fleksi. Jika jari kaki ekstensi atau berpencar, menandakan adanya
kelainan atau pemeriksaan refleks babinski dinyatakan positif. Tanda-tanda
babinski positif mengindikasikan adanya lesi pada saraf motorik bagian atas
yang mempengaruhi ekstremitas bawah.
f. RESPON HOFFMAN
 Pegang jari tengah pasien dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
pemeriksa.
 Anjurkan pasien untuk melemaskan (rileks) semua jari tangannya.
 Saat pasien rileks, lakukan penekanan kebawah pada kuku jari pasien dengan
menggunakan ujung kuku pemeriksa dan lakukan gerakan kebawah sampai
kuku pemeriksa berbunyi “clicks” pada ujung kuku pasien. Normalnya tidak
terjadi. Respon hoffman dikatakan positif jika jari yang lain fleksi setelah
bunyi “click”
 Ulangi dan lakukan pada tangan yang lain.
g. TEST CLONUS
Tes klonus dilakukan jika berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan beberapa
refleks yang hyperaktif.
 Anjurkan pasien untuk merilekskan tungkai bawah.
 Sokong tungkai bawah menggunakan tangan pemeriksa
 Lakukan gerakan dorsofleksi pada kaki dan tahan.
 Rasakan adanya goyangan antara fleksi dan ekstensi yang mengindikasikan
adanya clonus. Normalnya tidak terjadi.
h. REFLEK CHADDOCK
Penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral, sekitar malleolus lateralis dari
posterior ke anterior
Respon : seperti babinski
i. REFLEK OPPENHEIM
Pengurutan crista anterior tibiae dari proksimal ke distal
Respon : seperti babinski
j. REFLEK GORDON
Penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinski
k. REFLEK SUPERFISIAL
 Refleks Cremaster
Stimulus : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke bawah
Respons : elevasi testis ipsilateral
 Refleks dinding perut
Stimulus : goresan dinding perut daerah epigastrik, supraumbilikal, infra
umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
l. REFLEK PRIMITIF
 Sucking Refleks
Stimulus : sentuhan pada bibir
Respons : gerakan bibir, lidah dan rahang bawah seolaholah menyusu
 Snout Refleks
Stimulus : ketukan pada bibir atas
Respon :kontraksi otot-otot disekitar bibir/dibawah hidung (menyusu)
 Graps Refleks
Stimulus : penekanan/penempatan jari pemeriksa pada telapak tangan pasien
Respons : tangan pasien mengepal
 Palmo Refleks
Stimulus : goresan ujung pena terhadap kulit telapak tangan bagian thenar
Respons :kontraksi otot mentalis dan orbicularis ipsilateral

Anda mungkin juga menyukai