Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pemeriksaan Fisik Sistem Persyarafan

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen Pengampu: M. Sandi Haryanto S.Kep., Ners, M. Kep

Disusun Oleh:

Riska Ernawati

1119118

Keperawatan 3C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN RAJAWLI

TAHUN AJARAN 2019/2020


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, dengan ini Saya panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat- Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah “Pemeriksaan fisik Sistem Persyarafan”. Adapun makalah ini telah Saya
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan banyak pihak,
sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah ini. Oleh sebab itu, Saya
juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata Saya berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.

Bandung, 03 Oktober 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAUHULAN
A. Latar Belakang
Sistem saraf adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls
saraf susunan saraf pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan
rangsangan (Feriyawati, 2006). Sistem saraf manusia merupakan jalinan
jaringan saraf yang saling berhubungan sangat khusus dan kompleks untuk
mengkoordinasikan mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya sistem saraf terdiri dari sel-sel saraf
(neuron) dan sel-sel penyokong (neuroglia dan sel schwan) yang saling
berkaitan dengan terintegrasi satu sama lain (Price dan Wilson,2006).
Pemeriksaan neurologis adalah suatu proses yang membutuhkan
ketelitian dan pengalaman yang terdiri dari sejumlah pemeriksaan pada fungsi
yang sangat spesifik. Meskipun pemeriksaan neurologis sering terbatas pada
pemeriksaan yang sederhana, namun pemeriksaan ini sangat penting
dilakukan oleh pemeriksa sehingga mampu melakukan pemeriksaan
neurologis dengan teliti dengan melihat riwayat penyakit dan keadaan fisik
lainnya. Banyak fungsi neurologi pasien yang dapat dikaji selama pengkajian
riwayat dan pengkajian riwayat fisik rutin. Salah satunya adalah mempelajari
tentang pola bicara, status mental, gaya berjalan, cara berdiri, kekuatan
motorik, dan koordinasinya. Aktivitas sederhana yang dapat memberikan
informasi banyak bagi orang yang melakukan pengkajian adalah saat berjabat
tangan dengan pasien (Smeltzer dan Bare, 2002).
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pemeriksaan Sistem Persyarafan?
2. Apa saja jenis dan cara pemeriksaan fisik dalam Sistem Persyarafan?
C. Tujuan
1. Dapat memahami arti dari pemeriksaan Sistem Persyarafan.
2. Dapat mengetahui jenis-jenis dan cara pemeriksaan fisik pada Sistem
Persyarafan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sistem persarafan terdiri dari otak, medulla spinalis, dan saraf perifer.
Struktur ini bertanggung jawab mengendalikan dan mengordinasikan aktivitas
sel tubuh melalui impuls-impuls elektrik. Perjalanan impuls-impuls tersebut
berlangsung melalui serat-serat dan jaras-jaras, secara langsung dan terus
menerus. Perubahan potensial elektrik menghasilkan respons yang akan
mentransmisikan sinyal-sinyal (Batticaca, 2008).
Pemeriksaan fisik sistem persyarafan adalah sebuah proses memeriksa
tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit pada sistem persyarafan.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Pemeriksaan fisik dan
rekam medis akan membantu dalam penegakan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Pemeriksaan fisik sistem persyarafan bertujuan untuk
mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada
indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis.
B. Pemeriksaan Fisik Sistem Persyarafan
1) Pengkajian Tingkat Kesadaran
Nilai kesadaran dengan menggunakan patokan Glasgow Coma Scale
(GCS). Tanggapan atau respon yang harus di perhatikan ialah respon
membuka mata (E), respon verbal (V), respon motorik (M). Tingkat
kesadaran klien dikaji menggunakan GCS :
a. Refleks membuka mata (E)
4 : Membuka secara spontan
3 : Membuka dengan rangsangan suara
2 : Membuka dengan rangsangan nyeri
1 : Tidak ada respon
b. Refleks Verbal (V)
5 : Orientasi baik

4
4 : Kata baik, Kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan
3 : Kata-kata baik tapi kalimat tidak baik
2 : Kata-kata tidak dapat di mengerti, hanya mengerang
1 : Tidak keluar suara
c. Refleks Motorik (M)
6 : Melakukan perintah dengan benar
5 : Mengenali nyeri lokal tetapi tidak melakukan perintah dengan
benar
4 : Dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi
3 : Hanya dapat melakukan Fleksi
2 : Hanya dapat melakukan Ekstensi
1 : Tidak ada gerakan
2) Pemeriksaan fungsi Cranial
a. Nervus I (Olfactory)
Fungsi Penciuman : Tes pemeriksaan kain tutup mata dan minta kain
mencium benda yang baunya mudah dikenal seperti sabun, tembakau,
kopi dan sebagainya bandingkan dengan hidung bagian kiri dan kanan.
b. Nervus II (Opticus)
Fungsi aktivitas visual : Tutup satu mata kalian kemudian suruh baca 2
baris di koran, ulang untuk satunya.
Fungsi tes lapang panpandang: Klien tutup mata kiri pemeriksa
dikanan, klien memandang hidung pemeriksa yang memegang pena
warna cerah, gerakan perlahan objek tersebut, informasikan agar klien
langsung memberitahu klien melihat benda tersebut lalu ulangi mata
yang satunya
c. Nervus III, IV, VI (Oculomotoris, Trochelar, dan Abducens)
N III : Respon pupil terhadap cahaya menyorotkan senter ke dalam
tiap pupil mulai menyinari dari arah belakang dari sisi client dan sinari
satu mamat. Jangan keduanya, perhatikan kontraksi pupil yang terkena
sinar.

5
N IV : Kepala lurus Letakkan objek kurang lebih 60 cm sejajar Mid
line mata gerakan objek ke arah kanan observasi adanya deviasi bola
mata, diplopia, nistagmus.
N VI : Abducens, minta klien untuk melihat ke arah kiri dan kanan
tanpa menengok.
d. Nervus V (Trigeminus)
Fungsi sensasi : Dengan mengusap pilihan kapas pada kelopak mata
atas dan bawah pusar pula dengan pilihan kapas pada maksila dan
mandibula dengan mata klien tertutup perhatikan apakah adanya rasa
merasakan adanya sentuhan.
Fungsi motorik : klien disuruh mengunyah periksa melakukan palpasi
otot temporal dan massester.
e. Nervus VII (Facialis)
Fungsi sensasi : Kaji sensasi rasa bagian anterior lidah terhadap rasa
manis, asin, pahit. Klien menutup mata usahakan larutan berasa
dengan kapas atau tetesan kalian tidak boleh menarik masuk lidahnya
karena akan merangsang.
Fungsi Motorik : Kontrol ekspresi muka dengan cara meminta klien
untuk tersenyum mengerutkan dahi menutup mata.
f. Nervus VIII (Acusticus)
Conchlear (mengkaji pendengaran) tutup satu telinga klien pemeriksa
berbisik di satu telinga lain atau menggesekan jari dengan bergantian.
Vestibulator (mengkaji keseimbangan) klien diminta berjalan lurus
apakah dapat melakukannya atau tidak.
g. Nervus IX (Glossopharingeal) dan Nervus X (Vagus)
N IX : Mempersarafi perasaan pengecap pada 1/3 posterior lidah tetapi
bagian ini sulit dites demikian pula dengan M. Stylopharogeus bagian
parasimpatik N IX yang mempersarafi M salivarius inferior
N X : Mempersarafi organ viseral dan torakal, pergerakan ovula,
palatum lunak sensasi paring tonsil dan palatum lunak tesnya inspeksi
gerakan ovula saat kain mengucapkan “ah" simetris dan tertarik ke
atas.

6
h. Nervus XI (Accesorius)
Klien disuruh menoleh ke samping melawan tahanan apakah dapat
terlihat apakah atrofi? Apakah stermocledomastodeus terlihat?
kemudian palpasi kekuatannya minta klien mengangkat bahu dan
pemeriksa berusaha menahan tes otot trapezius.
i. Nervus XII (Hypoglosus)
Mengkaji gerakan lidah saat berbicara dan menelan, inspeksi posisi
lidah normal, asimetris atau deviasi, keluarkan lidah klien (oleh
sendiri) dan memasukkan dengan cepat dan meminta menggerakkan ke
kiri dan ke kanan
3) Pemeriksaan Sistem Motorik
Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara
berjalan kemudahan berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki.
a. Romberg test 
Lakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan tertutup,
evaluasi perbedaan yang terjadi.
b. Pronasi dan supinasi
Dengan meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di paha,
minta untuk melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat.
Observasi kecepatan, irama, dan kehalusan gerakan. Melakukan
pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi
supine, minta klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang
tulang tibia tungkai kanan dari bawah lutut sampai ke pergelangan
kaki. Ulangi pada kaki kanan. Observasi kemudahan klien
menggerakkan tumit pada garis lurus.
Derajat kekuatan motorik :
5 : Kekuatan penuh untuk beraktivitas
4 : Ada gerakan tapi tidak penuh
3 : Ada kekuatan bergerak untuk melawan gravitas bumi
2 : Ada kemampuan bergerak tapi tidak dapat melawan gravitasi bumi
1 : Hanya ada kontraksi
0 : Tidak ada kontraksi sama sekali

7
4) Pemeriksaan Refleks
a. Refleks Patela
Pasien berbaring terlentang lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang
lebih 300 tendon patella di tengah-tengah patella dipukul dengan
refleks Hammer respon berupa kontraksi otot quadriceps femoris yaitu
ekstensi dari lutut.
b. Refleks biceps
Lengan di fleksikan terhadap siku dengan sudut 900, supinasi dan
lengan bawah ditopang pada alas tertentu atau meja periksa normal
jika timbul kontraksi otot bisep sedikit meningkat bila terjadi fleksi
sebagian dan gerakan pronasi bila hiperaktif maka akan terjadi
penyebaran gerakan fleksi pada lengan dan jari-jari atau sendi bahu
c. Refleks Triceps
Lengan ditopang dan difleksikan pada sudut 900, tendon trisep diketok
dengan refleks Hammer (tendon trisep berada pada jarak 1 sampai 2
cm di atas olekranon). Respon yang normal adalah kontraksi otot trisep
sedikit meningkat bila ekstensi ringan dan hiperaktif bila ekstensi sifat
tersebut menyebar ke atas sampai otot-otot bahu atau mungkin ada
klonus yang sementara.
d. Refleks Achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan
refleks ini kaki yang diperiksa bisa diletakkan atau disilangkan di atas
tungkai bawah kontralateral tendon achilles dipukul dengan refleks
Hammer respon normal berupa gerakan plantar fleksi kaki
e. Refleks Abdominal
Dilakukan dengan menggores abdomen di atas dan di bawah umbilikus
akan bergerak ke atas ke daerah yang digores
f. Refleks Babinski
Merupakan refleks yang paling penting Ia hanya dijumpai pada
penyakit traktus kortikospinal untuk melakukan tes ini gores lah kuat-
kuat bagian lateral telapak kaki dari tumit ke arah jari kelingking dan
kemudian melintas bagian jantung kaki respon babinski timbul jika ibu

8
jari kaki melakukan dorsofleksi dan jari-jari lainnya tersebar Respon
yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
5) Pemeriksaan fungsi sensori
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit
diantara Pemeriksaan Sistem persyarafan yang lain karena sangat subjektif
sekali. Pemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak
pada bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas
tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi objek tanpa melihat objek
(stereognosis) test merasakan tulisan di tangan (graphestesia test),
kemampuan membedakan dua titik, kemampuan mengidentifikasi bagian
tubuh yang diberi sentuhan dengan menutup mata (topognosis test).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem saraf merupakan jaringan yang sangat penting dan berpengaruh
terhadap organ lainnya. Pemeriksaan neurologis merupakan suatu proses yang
dibutuhkan bagi tenaga kesehatan untuk mendiagnosa kondisi kesehatan
neurologis pasien tujuan pemeriksaan fisik sistem persyarafan untuk mengetahui
sistem persyarafan, mengetahui status kesehatannya neuorologis pasien, sebagai
alat untuk menegakkan diagnosa, anamnesa, inspeksi pemeriksaan bahasa dan
bicara,pemeriksaan tingkat kesadaran, pemeriksaan GCS, pemeriksaan motorik,
pemeriksaan refleks, pemeriksaan sensorik.

Anda mungkin juga menyukai