Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1
PEMERIKSAAN FISIK DAN PENGKAJIAN PADA SISTEM PERSYARAFAN
1.1 Pengertian Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Tubuh manusia akan berada dalam kondisi sehat jika mampu berespon dengan
tepat terhadap perubahan-perubahan lingkungan secara terkoordinasi. Tubuh memerlukan
koordinasi yang baik. Salah satu sistem komunikasi dalam tubuh adalah sistem saraf.
Pengkajian system persarafan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk
dilakukan dalam rangka menentukan diagnosa keperawatan tepat dan melakukan tindakan
perawatan yang sesuai. Pada akhirnya perawat dapat mempertahankan dan meningkatkan
status kesehatan klien.
Pemeriksaan persarafan terdiri dari dua tahapan penting yaitu pengkajian yang
berupa wawancara yang berhubungan dengan riwayat kesehatan klien yang berhubungan
dengan system persarafan seperti riwayat hipertensi, stroke, radang otak, atau selaput otak,
penggunaan obat-obatan dan alcohol, dan penggunaan obat yang diminum secara teratur.
Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan status mental,
pemeriksaan saraf cranial, pemeriksaan motorik, pemeriksaan sensorik, dan pemeriksaan
reflex. alam melakukan pemeriksaan fisik diperhatikan prinsip-prinsip head to toe,
chepalocaudal dan proximodistal. !arus pula diperhatikan keamanan klien dan pri"acy
klien.
1. T!"!an Pemeriksaan Fisik Persyarafan
Pada pemeriksaan fisik klien dengan gangguan sistem persarafan secara umum
biasanya menggunakan teknik pengkajian persistem sama seperti pemeriksaan medikal
bedah lainnya. Pemeriksaan fisik ini dilakukan sebagaimana pemeriksaan fisik lainnya dan
bertujuan untuk menge"aluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah
ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. alam melakukan pemeriksaan
fisik sistem persyarafan seorang perawat memerlukan pengetahuan tentang anatomi,
fisiologi, dan patofisiologi dari sistem persyarafan. Pengalaman dan keterampilan perawat
diperlukan dalam pengkajian dasar kemampuan fungsional sampai manu"er pemeriksaan
diagnostik cangih yang dapat menegakkan diagnosis kelainan pada sistem persyarafan.
#
1.# Persia$an A%at Pemeriksaan Fisik Persyarafan
1.#.1 Sia$kan $era%atan yang &i$er%!kan
1. $efleks hammer
#. %arputala
&. 'apas dan lidi
(. Penlight atau senter kecil
). *pthalmoskop
+. ,arum steril
-. Spatel tongue
.. # tabung berisi air hangat dan air dingin
/. *bjek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang receh
10. 1ahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, "anilla atau parfum
11. 1ahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cuka
1#. 1aju periksa
1&. Sarung tangan
1.#. 'nt!k Pemeriksa
2uci tangan sebelum dan sesudah tindakan, sesuaikan urutan pemeriksaan dengan
keadaan umum klien, mulailah pemeriksaan fisik sejak awal kontak dengan klien dan
gunakan general precaution, metode yang digunakan cepalo kadral atau distal ke
proksimal.
1.( Pr)se&!r Pemeriksaan Fisik Persyarafan
3tur posisi klien, mintalah klien untuk duduk disisi tempat tidur. 3mati cara
berpakaian klien, postur tubuh klien, ekspresi wajah dan kemampuan bicara, intonasi,
keras lembut, pemilihan kata dan kemudahan berespon terhadap pertanyaan. 4ilai kesadara
dengan menggunakan patokan %lasgow 2oma Scale 5%2S6. Tanyakan waktu, tanggal,
tempat dan alasan berkunjung, kaji kemampuan klien dalam berhitung dan mulailah
dengan perhitungan yang sederhana. 'aji kemampuan klien untuk berfikir abstrak.
1.(.1 Saraf Krania%
1. 7ungsi saraf kranial 8 54 *l"aktorius6
Pastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. 9akukan
pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan
&
seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. 9akukan untuk
lubang hidung yang satunya.
#. 7ungsi saraf kranial 88 54. *ptikus6
a. 2atat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa
ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart
untuk jarak jauh.
b. Periksa lapang pandang: 'lien berhadapan dengan pemeriksa +0-100 cm, minta
untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan
mata yang berlawanan dengan mata klien. %unakan benda yang berasal dari arah
luar klien dank lien diminta , mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut.
;langi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya. ;kur berapa derajat
kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. %unakan opthalmoskop untuk
melihat fundus dan optic disk 5warna dan bentuk6
&. 7ungsi saraf kranial 888, 8<, <8 54. *kulomotoris, Troklear dan 3bdusen6
a. Pada mata diobser"asi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungti"a, dan
ptosis kelopak mata
b. Pada pupil diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan
pupil
c. Pada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang 5enam posisi cardinal6
yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. =inta klien
mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanya
(. 7ungsi saraf kranial < 54. Trigeminus6
a. 7ungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula
dan frontal dengan mengguanakan kapas. =inta klien mengucapkan ya bila
merasakan sentuhan, lakukan kanan dan kiri.
b. engan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga
area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.
c. engan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area
wajah tersebut. =inta klien menyebabkanutkan area mana yang merasakan
sentuhan. ,angan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.
d. engan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang
digetarkan dan disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien
mengatakan getaran tersebut terasa atau tidak
(
e. Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke
depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks
menutup mata.
f. Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa
otot maseter dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien
melakukan gerakan mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.
). 7ungsi saraf kranial <88 54. 7asialis6
a. 7ungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke
ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asam
b. 7ungsi motorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al>is
berbarengan, menggembungkan pipi. 9ihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa
kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan
coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan
dengan kedua jari.
+. 7ungsi saraf kranial <888 54. <estibulokoklear6
a. cabang "estibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test
dan rhinne test
b. 2abang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak,
kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh, lalu obser"asi adanya ayunan tubuh,
minta klien menutup mata tanpa mengubah posisi, lihat apakah klien dapat
mempertahankan posisi
-. 7ungsi saraf kranial 8? dan ? 54. %loso"aringeus dan <agus6
a. =inta klien mengucapkan aa lihat gerakan o"ula dan palatum, normal bila u"ula
terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.
b. Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring
menggunakan aplikator dan obser"asi gerakan faring.
c. Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel>an air sedikit,
obser"asi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat
klien berbicara.
.. 7ungsi saraf kranial ?854. 3sesoris6
a. Periksa fungsi trape@ius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara
bersamaan dan obser"asi kesimetrisan gerakan.
)
b. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke
kanan dan ke kiri, minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri
bergantian tanpa mengangkat bahu lalu obser"asi rentang pergerakan sendi
c. Periksa kekuatanotottrape@ius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua
telapak tangan danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya
ke atas, perhatikan kekuatan daya dorong.
d. Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh
kesatu sisi melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya
dorong
/. 7ugsi saraf kranial ?88 54. !ipoglosus6
a. Periksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, obser"asi
kesimetrisan gerakan lidah
b. Periksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi dengan
ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan
kedua jari, obser"asi kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain
1.(. F!ngsi M)t)rik
Sistem motorik sangat kompleks, berasal dari daerah motorik di corteks cerebri,
impuls berjalan ke kapsula interna, bersilangan di batang traktus pyramidal medulla
spinalis dan bersinaps dengan lower motor neuron.
Pemeriksaan motorik dilakukan dengan cara obser"asi dan pemeriksaan kekuatan.
1. =assa otot : hypertropi, normal dan atropi
#. Tonus otot : apat dikaji dengan jalan menggerakkan anggota gerak pada berbagai
persendian secara pasif. 1ila tangan A tungkai klien ditekuk secara berganti-ganti dan
berulang dapat dirasakan oleh pemeriksa suatu tenaga yang agak menahan pergerakan
pasif sehingga tenaga itu mencerminkan tonus otot.
a. 1ila tenaga itu terasa jelas maka tonus otot adalah tinggi. 'eadaan otot disebut
kaku. 1ila kekuatan otot klien tidak dapat berubah, melainkan tetap sama. Pada tiap
gerakan pasif dinamakan kekuatan spastis. Suatu kondisi dimana kekuatan otot
tidak tetap tapi bergelombang dalam melakukan fleksi dan ekstensi extremitas
klien.
b. Sementara penderita dalam keadaan rileks, lakukan test untuk menguji tahanan
terhadap fleksi pasif sendi siku, sendi lutut dan sendi pergelangan tangan.
c. 4ormal, terhadap tahanan pasif yang ringan A minimal dan halus.
+
&. 'ekuatan otot :
3turlah posisi klien agar tercapai fungsi optimal yang diuji. 'lien secara aktif menahan
tenaga yang ditemukan oleh sipemeriksa. *tot yang diuji biasanya dapat dilihat dan
diraba. %unakan penentuan singkat kekuatan otot dengan skala 9o"ettBs 5memiliki nilai
0 C )6
0 D tidak ada kontraksi sama sekali.
1 D gerakan kontraksi.
# D kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan tahanan atau
gra"itasi.
& D cukup kuat untuk mengatasi gra"itasi.
( D cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
) D kekuatan kontraksi yang penuh.
1.(.# F!ngsi Sens)rik
Pemeriksaan sensorik adalah pemeriksaan yang paling sulit diantara pemeriksaan
sistem persarafan yang lain, karena sangat subyektif sekali. *leh sebab itu sebaiknya
dilakukan paling akhir dan perlu diulang pada kesempatan yang lain 5tetapi ada yang
menganjurkan dilakukan pada permulaan pemeriksaan karena pasien belum lelah dan
masih bisa konsentrasi dengan baik6.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menge"aluasi respon klien terhadap beberapa
stimulus. Pemeriksaan harus selalu menanyakan kepada klien jenis stimulus.
%ejala paresthesia 5keluhan sensorik6 oleh klien digambarkan sebagai perasaan geli
5tingling6, mati rasa 5numbless6, rasa terbakarApanas 5burning6, rasa dingin 5coldness6 atau
perasaan-perasaan abnormal yang lain. 1ahkan tidak jarang keluhan motorik 5kelemahan
otot, twitching A kedutan, miotonia, cramp dan sebagainya6 disajikan oleh klien sebagai
keluhan sensorik. 1ahan yang dipakai untuk pemeriksaan sensorik meliputi:
1. ,arum yang ujungnya tajam dan tumpul 5jarum bundel atau jarum pada perlengkapan
refleks hammer6, untuk rasa nyeri superfisial.
#. 'apas untuk rasa raba.
&. 1otol berisi air hangat A panas dan air dingin, untuk rasa suhu.
(. %arpu tala, untuk rasa getar.
). 9ain-lain 5untuk pemeriksaan fungsi sensorik diskriminatif6 seperti :
a. ,angka, untuk # 5two6 point tactile dyscrimination.
-
b. 1enda-benda berbentuk 5kunci, uang logam, botol, dan sebagainya6, untuk
pemeriksaan stereognosis
c. Pen A pensil, untuk graphesthesia.
1.(.( F!ngsi Ref%eks
Pemeriksaan aktifitas refleks dengan ketukan pada tendon menggunakan refleks
hammer. Skala untuk peringkat refleks yaitu :
0 D tidak ada respon
1 D hypoacti"e A penurunan respon, kelemahan 5E6
# D normal 5EE6
& D lebih cepat dari rata-rata, tidak perlu dianggap abnormal 5EEE6
( D hyperaktif, dengan klonus 5EEEE6
$efleks-refleks yang diperiksa adalah :
1. $efleks patella
Pasien berbaring terlentang, lutut diangkat ke atas sampai fleksi kurang lebih &00.
Tendon patella 5ditengah-tengah patella dan tuberositas tibiae6 dipukul dengan refleks
hammer. $espon berupa kontraksi otot Fuadriceps femoris yaitu ekstensi dari lutut.
#. $efleks biceps
9engan difleksikan terhadap siku dengan sudut /00 , supinasi dan lengan bawah
ditopang pada alas tertentu 5meja periksa6. ,ari pemeriksa ditempatkan pada tendon m.
biceps 5diatas lipatan siku6, kemudian dipukul dengan refleks hammer.
4ormal jika timbul kontraksi otot biceps, sedikit meningkat bila terjadi fleksi sebagian
dan gerakan pronasi. 1ila hyperaktif maka akan terjadi penyebaran gerakan fleksi pada
lengan dan jari-jari atau sendi bahu.
&. $efleks triceps
9engan ditopang dan difleksikan pada sudut /00 , tendon triceps diketok dengan
refleks hammer 5tendon triceps berada pada jarak 1-# cm diatas olekranon6.
$espon yang normal adalah kontraksi otot triceps, sedikit meningkat bila ekstensi
ringan dan hyperaktif bila ekstensi siku tersebut menyebabkanar keatas sampai otot-
otot bahu atau mungkin ada klonus yang sementara.
(. $efleks achilles
Posisi kaki adalah dorsofleksi, untuk memudahkan pemeriksaan refleks ini kaki yang
diperiksa bisa diletakkan A disilangkan diatas tungkai bawah kontralateral.
.
Tendon achilles dipukul dengan refleks hammer, respon normal berupa gerakan plantar
fleksi kaki.
). $efleks abdominal
ilakukan dengan menggores abdomen diatas dan dibawah umbilikus. 'alau digores
seperti itu, umbilikus akan bergerak keatas dan kearah daerah yang digores.
+. $efleks 1abinski
=erupakan refleks yang paling penting . 8a hanya dijumpai pada penyakit traktus
kortikospinal. ;ntuk melakukan test ini, goreslah kuat-kuat bagian lateral telapak kaki
dari tumit kearah jari kelingking dan kemudian melintasi bagian jantung kaki. $espon
1abinski timbul jika ibu jari kaki melakukan dorsifleksi dan jari-jari lainnya tersebar.
$espon yang normal adalah fleksi plantar semua jari kaki.
Pemeriksaan khusus sistem persarafan, untuk mengetahui rangsangan selaput otak
5misalnya pada meningitis6 dilakukan pemeriksaan :
1. 'aku kuduk
1ila leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan, sehingga dagu tidak dapat menempel
pada dada, kaku kuduk positif 5E6.
#. Tanda 1rud@inski 8
9etakkan satu tangan pemeriksa dibawah kepala klien dan tangan lain didada klien
untuk mencegah badan tidak terangkat. 'emudian kepala klien difleksikan kedada
secara pasif. 1rud@inski 8 positif 5E6 bila kedua tungkai bawah akan fleksi pada sendi
panggul dan sendi lutut.
&. Tanda 1rud@inski 88
Tanda 1rud@inski 88 positif 5E6 bila fleksi tungkai klien pada sendi panggul secara pasif
akan diikuti oleh fleksi tungkai lainnya pada sendi panggul dan lutut.
(. Tanda 'ernig
7leksi tungkai atas tegak lurus, lalu dicoba meluruskan tungkai bawah pada sendi lutut.
4ormal, bila tungkai bawah membentuk sudut 1&)0 terhadap tungkai atas.
'ernig 5E6 bila ekstensi lutut pasif akan menyebabkan rasa sakit terhadap hambatan.
). Test 9aseFue
7leksi sendi paha dengan sendi lutut yang lurus akan menimbulkan nyeri sepanjang m.
ischiadicus.
=engkaji abnormal postur dengan mengobser"asi :
/
1. ecorticate posturing, terjadi jika ada lesi pada traktus corticospinal.
4ampak kedua lengan atas menutup kesamping, kedua siku, kedua pergelangan tangan
dan jari fleksi, kedua kaki ekstensi dengan memutar kedalam dan kaki plantar fleksi.
#. ecerebrate posturing, terjadi jika ada lesi pada midbrain, pons atau diencephalon.
9eher ekstensi, dengan rahang mengepal, kedua lengan pronasi, ekstensi dan menutup
kesamping, kedua kaki lurus keluar dan kaki plantar fleksi.
1.* In&ikasi Pemeriksaan G+S &an Ref%eks
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap
rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. 2ompos =entis 5conscious6, yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
#. 3patis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
&. elirium, yaitu gelisah, disorientasi 5orang, tempat, waktu6, memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
(. Somnolen 5*btundasi, 9etargi6, yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang
lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang 5mudah
dibangunkan6 tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban "erbal.
). Stupor 5soporo koma6, yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
+. 2oma 5comatose6, yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun 5tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya6.
Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk
perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena
berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.
3danya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau
sistem akti"itas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan
dengan peningkatan angka morbiditas 5kecacatan6 dan mortalitas 5kematian6.
1., T!"!an Pemeriksaan G+S &an Ref%eks
Pemeriksaan %2S dan $efleks ini bisa dijadikan salah satu bagian dari "ital sign.
10
1.,.1 Penye-a- Pen!r!nan Kesa&aran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen 5hipoksia6>
kekurangan aliran darah 5seperti pada keadaan syok6> penyakit metabolic seperti diabetes
mellitus 5koma ketoasidosis6 > pada keadaan hipo atau hipernatremia > dehidrasi> asidosis,
alkalosis> pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia> peningkatan
tekanan intrakranial 5karena perdarahan, stroke, tomor otak6> infeksi 5encephalitis6>
epilepsi.
1.,. Meng!k!r Tingkat Kesa&aran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin
adalah menggunakan %2S 5%lasgow 2oma Scale6. %2S dipakai untuk menentukan derajat
cidera kepala. $eflek membuka mata, respon "erbal, dan motorik diukur dan hasil
pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 1&, makan dikatakan seseorang mengalami
cidera kepala, yang menunjukan adanya penurunan kesadaran. =etoda lain adalah
menggunakan sistem 3<P;, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik 5alert6, berespon
dengan kata-kata 5"erbal6, hanya berespon jika dirangsang nyeri 5pain6, atau pasien tidak
sadar sehingga tidak berespon baik "erbal maupun diberi rangsang nyeri 5unresponsi"e6.
3da metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari %2S dengan hasil
yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala 32;, pasien diperiksa kesadarannya
apakah baik 5alertness6, bingung A kacau 5confusion6, mudah tertidur 5drowsiness6, dan
tidak ada respon 5unresponsi"eness6.
1.. Persia$an A%at Pemeriksaan G+S &an Ref%eks
1. Tahap Pra 8nteraksi
a. =elakukan "erifikasi data sebelumnya bila ada
b. =encuci tangan
c. =enempatkan alat di dekat pasien dengan benar
#. Tahap *rientasi
a. =emberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
b. =enjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluargaApasien
c. =enanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
d. Tahap 'erja
e. =engatur posisi pasien: supinasi
11
f. =enempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
g. %2S 5%lasgow 2oma Scale6
h. =emeriksa reflex membuka mata dengan benar
i. =emeriksa reflex "erbal dengan benar
j. =emeriksa reflex motorik dengan benar
k. =enilai hasil pemeriksaan
&. Tahap Terminasi
a. =elakukan e"aluasi tindakan
b. 1erpamitan dengan klien
c. =embereskan alat-alat
d. =encuci tangan
e. =encatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan
1./ Pr)se&!r Pemeriksaan G+S
%2S 5%lasgow 2oma Scale6 yaitu skala yang digunakan untuk menilai tingkat
kesadaran pasien, 5apakah pasien dalam kondisi koma atau tidak6 dengan menilai respon
pasien terhadap rangsangan yang diberikan.
$espon pasien yang perlu diperhatikan mencakup & hal yaitu reaksi membuka
mata, bicara dan motorik. !asil pemeriksaan dinyatakan dalam derajat 5score6 dengan
rentang angka 1 C + tergantung responnya.
Pengkajian tingkat kesadaran dengan menggunakan %2S, rea pengkajian meliputi :
respon mata, respon motorik dan respon "erbal. Total pengkajian bernilai 1), kondisi koma
apabila bernilai kurang dari -
Kriteria Ni%ai
Gye
1. Spontan (
#. Terhadap stimulus "erbal &
&. Terhadap stimulus nyeri #
(. Tidak ada respon 1
<erbal
1. *rientasi waktu, tempat, dan orang baik )
#. 1erbicara dengan bingung (
&. 1erkata-kata dengan tidak jelas &
(. 1ergumam #
). Tidak ada respon 1
=otorik
1#
1. =engikuti perintah +
#. apat melokalisasi nyeri )
&. 7leksi 5menarik6 (
(. Postur dekortikasi> bahu abduksi dan $otasi interna, fleksi pergelangan
Tangan dan tinju mengepal
&
). Postur deserabrasi> bahu abduksi dan $otasi interna, ekstensi lengan bawah,
fleksi pergelangan tangan dan tinju mengepal
#
+. Tidak berespon 1
1&
BAB
KEPERA0ATAN K1IEN DENGAN KEGA0ATAN SISTEM PERSYARAFAN
.1 +e&era K!%it Ke$a%a
'ulit kepala mengandung banyak "askularisasiApembuluh darah. 1ila mengalami
trauma kecil saja akan mengeluarkan darah. Trauma akan menyebabkan abrasi, kontusio,
laserasi, avulsi. Penanganan: irigasi, keluarkan benda asing, heacting, tutup luka.
. +e&era Ke$a%a
Haitu trauma yang meliputi kulit kepala, tengkorak dan otak, mengakibatkan
penyakit neurologik yang serius
.# Frakt!r T!%ang Tengk)rak
Tulang tengkorak terdiri dari *s cal"aria dan *s basis cranii. 7raktur Tulang
tengkorak adalah rusaknya kontinuitas Tulang tengkorak diseb oleh trauma, dapat terjadi
dengan atau tanpa kerusakan otak
1. 7raktur os cal"aria berbentuk garis 5linier6: impresi dan non impresi
#. 7raktur terbuka : mengakibatkan kerusakan duramater, harus lgsg dilakukan
pembedahan
&. 7raktur basis cranii : fraktur di sinus paranasalis pada Tulang frontal dan atau lokasi
tengah telinga di Tulang temporal.
=enimbulkan hemoraghi dari hidung, faring atau telinga dan perdarahan dibawah
konjungti"a. Iaspada pemasangan 4%T, penderita tidak sadar 5obstruksi jalan nafas6.
7raktur basis cranii dicurigai saat 2SS keluar dari telinga 5otorea cerebrospinalis6 dan
hidung 5rhinorea cerebrospinalis6
.( +e&era 2tak
2edera minor dapat menyebabkan kerusaan bermakna. *tak tidak dapat
menyimpan nutrisi 5%lukosa dan *
#
6. Sel-sel cerebral membutuhkan suplai darah terus
menerus untuk regenerasi. 'erusakan otak bersifat ire"ersibel, cedera otak serius dapat
terjadi dengan atau tanpa fraktur tengkorak. 2edera otak dapat terjadi setelah mengalami
trauma yang menimbulkan kontusio, laserasi, dan hemoragi otak. 2edera otak akibat
trauma dapat disebabkan:
1(
1. 2edera langsung 5primer6: kontusio cerebri, laserasi cerebri, perdarahan karena
terputisnya pembuluh darah
#. 2edera tidak langsung 5sekunder6
2edera sekunder dapat disebabkan oleh:
a. !ipo"olemia : aliran darah ke otak berkurang, yang dapat menyebabkan iskemik
otak bahkan infark otak
b. !ipoksia
c. !iperkarbia dan hipokarbia.
Pengaruh 2*
#
sangat penting pada trauma capitis. 2*
#
dapat menyebabkan
"asokonstriksi pembuluh darah otak, iskemia dan infark sebaliknya jika 2*
#
menyebabkan
"asodilatasi pembuluh darah otak, yang akan menyebabkan edema cerebri
4ormal kadar 2*
#
darah pada trauma capitis #+-&#mm!g
.* K)m)si) +ere-ri
'omosio cerebri setelah cedera kepala adalah hilangnya fungsi neurologik
sementara tanpa kerusakan struktur, meliputi periode tidak sadarkan diri selama beberapa
detik-menit atau komplet sewaktu 5J 1) menit6. ,ika trauma melibatkan lobus frontal dan
temporal pasien akan menunjukkan perilaku irasional yang aneh, amnesia atau disorientasi
1. *bser"asi adanya sakit kepala, pusing, peka rangsang, ansietas 5sindroma pasca
komosio6
#. 8nter"ensi: beri penjelasan, informasi dan dukungan sehingga dapat mengurangi
syndroma pasca komosio, lakukan akti"itas fisik dengan lmbt
&. 'eluarga dianjurkan untuk mengobser"asi adanya> Sukar bangun, sukar bicara,
konfusi, sakit kepala berat, muntah, kelemahan salah satu sisi tubuh, kembali ke $S
., K)nt!si) +ere-ri
=erupakan cedera kepala berat dimana otak mengalami memar bahkan
dimungkinkan terjadi hemoraghi. 'ehilangan kesadaran lebih lama, dikenal dengan 38
5difuse axonal injury6, memiliki prognosis yang lebih buruk.
Tanda gejala: penurunan kesadaran, nadi lemah, pernapasan dangkal, kulit dingin
dan pucat, sering tdapat defekasi dan miksi tanpa disadari. ;mumnya mengalami cedera
luas, fungsi motorik abnormal, peningkatan T8', pemulihan lambat
1)
.. Hemoragi Intrakranial 3Per&ara4an &i Da%am 2tak5
1. 'lasifikasi :
a. Gpidural hematom 5perdarahan terletak diantara tengkorak dan duramater6
b. Subdural hematom 5perdarahan diantara duramater dan dasar otak6
c. 8ntracerebral hematom 5perdarahan didalam jaringan otak6
#. =anifestasi klinis
a. %angguan kesadaran
b. 'onfusi
c. 3bnormalitas pupil
d. efisit neurologik
e. Perub tanda "ital
f. isfungsi sensori
g. 'ejang otot
&. Penatalaksanaan
h. Sakit kepala
i. <ertigo
j. %angguan pergerakan
k. 'ejang
l. Syok hipo"olumik
m. Tanda lateralisasi
n. 3nisokor
a. Selalu waspada terhadap adanya fraktur cer"ical, traksi ringan pada kepala dengan
neck collarAcolar cer"ical
b. 3irway dan breathing. Semua trauma capitis dapat menyebabkan gangguan
"entilasi, hipoksia dan hiperkarbia.
c. 2irculation. 2edera kepala pasti menyebabkan gangguan perfusi darah ke otak.
'ontrol hemorhagi, perbaiki hipo"olemia.
d. isability, dilakukan dengan penilaian %2S, pupil dan tanda lateralisasi.patau ketat
terhadap PT8' 5oksigenasi adekuat, peningkatan kepala tt6, pemberian manitol
untuk mengurangi edema cerebral dan dehidrasi osmotik. Penurunan %2S K 1sgera
konsultasi r Sp1s.
Semua terapi adalah untukmempertahankan homeostasis otak dan men6ega4
kerusakan otak sekunder.
./ Pen!r!nan tingkat kesa&aran
./.1 Gangg!an Kesa&aran Ne!r)%)gis
1. %angguan kesadaran dalam dan menetap
#. %erakan bola mata fixed
&. =otorik lateralisasi
(. $eflek pathologis unilateral
). Perjalanan penyakit mendadak
./. Gangg!an Kesa&aran N)n Ne!r)%)gis
1. %angguan kesadaran delirium dan berubah5-6ubah
#. %erakan bola mata bergerak terus
&. =otorik simetris
(. $eflek pathologis bilateral
). Perjalanan penyakit perlahan5-6lahan
./.# Yang $er%! &i$er4atikan gangg!an kesa&aran
1. Perhatikan T, 4, $$
#. $iwayat penyakit dahulu seperti =, ginjal paru dan febris
&. 2yto lab gula darah, ureum 5C6, kreatinin
(. Pasang infus
). Pasang kateter
+. Pasang mag slang
./.( Tata%aksana Pen!r!nan Kesa&aran
Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat,
pengobatan dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua
komponen utama yaitu umum dan khusus.
1. Umum
a. Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi bila
tidak ada kontraindikasi seperti fraktur ser"ikal dan tekanan intrakranial yang
meningkat.
b. Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial,
pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan suction di daerah
nasofaring jika diduga ada cairan.
c. 9akukan imobilisasi jika diduga ada trauma ser"ikal, pasang infus sesuai dengan
kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.
d. Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan
elektrokardiogram 5G'%6.
e. Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah aspirasi,
lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. 1erikan tiamin 100 mg i",
berikan destrosan 100 mgAkgbb. ,ika dicurigai adanya o"erdosis opiumA morfin,
berikan nalokson 0, 01 mgAkgbb setiap )-10 menit sampai kesadaran pulih
5maksimal # mg6.
2. Khusus
a. Pada herniasi
16 Pasang "entilator lakukan hiper"entilasi dengan target P2*
#
: #)- &0 mm!g.
#6 1erikan manitol #0L dengan dosis 1-# grA kgbb atau 100 gr i". Selama 10-#0
menit kemudian dilanjutkan 0, #)-0, ) grAkgbb atau #) gr setiap + jam.
&6 Gdema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10 mg i"
lanjutkan (-+ mg setiap + jam.
(6 ,ika pada 2T scan kepala ditemukan adanya 2T yang operabel seperti epidural
hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
b. Pengobatan khusus tanpa herniasi
16 ;lang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
#6 ,ika pada 2T scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan
pungsi lumbal 59P6. ,ika 9P positif adanya infeksi berikan antibiotik yang
sesuai. ,ika 9P positif adanya perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan
perdarahan subarakhnoid.
.7 Ke"ang 8 Sei9!res
.7.1 +a:eats
1. Penyebab umum kejang :
a. Gpilepsi idiopatik
b. Gpilepsi ,aringan parutAscar 5sekunder akibat stroke sebelumnya atau trauma
kepala6
c. =eningitis atau ensefalitis
d. Tumor otak 5primer atau sekunder6
e. 'etidakseimbangan elektrolit seperti hipoglikemi, hipokalemi, hipomagnesemia
f. *bat-obatan atau alcohol
g. 2on"ulsi"e syncope karena disritmia jantung 5"entricular fibrilasiAtakikardi,
torsades de pointes6
h. 'ejang demam 5pada anak kecil usia + bulan sampai ) tahun6
#. $iwayat yang didapat dari saksi sangat penting untuk diagnosa
&. Tanya riwayat medikasi bila pasien telah diketahui memiliki epilepsy
.7. Mana"emen
1. Isolated Seizure pada sebuah keadaan Epileptik
a. 3mbil darah untuk mengetahui kadar antikon"ulsan
16 ,ika rendah, berikan obat dengan dosis dua kali lipat
#6 ,ika pasien Mnon-compliance, maka buat keadaan menjadi McomplianceB.
&6 ,ika keadaan pasien telah compliance terhadap obat, maka tingkatkan dosis jika
dosis maksimum belum tercapai.
(6 ,ika dosis maksimum telah tercapai, maka konsul neurologist untuk pemeberian
antikon"ulsan yang lain.
b. Penempatan : *bser"asi di G selama #-& jam> '$S bila sudah tidak ada kejang.
$ujuk ke klinik neurology.
2. Kejang pertama pada pasien yang tidak diketahui memiliki riwayat epilepsy
2atatan : kejang dengan tidak adanya pulsasi utama harus diasumsikan disebabkan
karena "entricular fibrilasi sampai terbukti bukan.
a. engan demam
16 Periksa %3
#6 9ab: 712AureaAelektrolitAkreatinin, ion kalsium, magnesium
&6 Penempatan :
a6 =eningitis
b6 Gnsefalitis
c6 3bses serebral
d6 Subarachnoid hemorrhage
b. Tanpa demam : eksklusi penyebab yang mungkin:
16 2ek %3
#6 9ab : ureaAelektrolitAkreatinin, ion kalsium, magnesium
&6 G'% pada pasien tua untuk mencari tanda iskemik atau disritmia
(6 Pertimbangkan foto polos kepala jika terdapat riwayat trauma
)6 Penempatan :
a6 *bser"asi pada G selama #-& jam. ,ika pasien baik, dan tidak ada
abnormalitas pada hasil laboratorium, '$S-kan pasien untuk control ke poli
neurology.
b6 Tidak perlu untuk memulai pemberian antiepilepsi
c6 Peringatkan pasien agar tidak mengemudi, mengendarai sepeda, minum
alcohol, berenang atau kegiatan memanjat.
d6 =$S jika 516 penyebab ditemukan, contoh : factor resiko positif untuk
abnormalitas intra cranial seperti trauma, alkoholisme, malignansi, shunts,
!8< positif, 2<3 lama> 5#6 ada abnormalitas neurologik> 5&6 pasien tidak
bisa melakukan control untuk follow up> atau 5(6 pasien atau keluarga
pasien memaksa untuk dirawat.
. Status epileptikus
idefinisikan sebagai kejang N # kali tanpa pemulihan kesadaran diantara serangan
atau kejang yang terus-menerus N &0 menit.
Status epileptikus ialah suatu bangkitan kejang yang berlangsung cukup lama atau
berulang dengan antara cukup pendek, tanpa diselingi keadaan sadar, bisa bersifat
umum atau fokal.
Status epileptikus merupakan keadaan darurat dan memerlukan tindakan segera sebab
bila berlangsung lama akan menyebabkan kerusakan neuron dan dapat berakibat
kematian.
Penatalaksanaan pada anak-anak
a. Perawatan
16 ,alan nafas harus dijaga supaya tetap bebas.
#6 3ntara kedua rahang diletakkan karet agar lidah jangan tergigit.
&6 1aju yang ketat harus dilonggarkan
(6 Penderita ditempatkan sedemikian agar jangan terjadi cedera.
b. =embrantas kejang secepatnya
16 iberi dia@epam 5"alium6 i.". perlahan-lahan dengan dosis:
1erat badan sampai 10 kg : 0,) C 0,-)mgAkg 11, minimal #,) mg
1erat badan 10 C #0 kg : 0,) mgAkg 11, minimal -,) mg
1erat badan lebih dari #0 kg : 0,) mgAkg 11.
1ila dalam #0 menit setelah suntikan kedua masih kejang, dilakukan suntikan
ketiga dengan dosis yang sama i.m. penyuntikan dia@epam i." adalah perlahan-
lahan dalam #-& menit dan apabila sebelum obat habis penderita sudah sadar
kembali maka suntikan dihentikan. 'arena masa kerja dia@epam singkat, maka
perlu diberi obat anti kon"ulsan lain, misalnya fenobarbital 59uminal6 i.m.
7enobarbital diberikan langsung setelah kejang berhenti i.m., dengan dosis
awal, yaitu :
- 4eonatus : &0 mg
- 1 bulan-1 tahun : )0 mg
- iatas 1 tahun : -) mg
Selanjutnya fenobarbital diberikan sebagai dosis penunjang yaitu untuk hari
pertama dan kedua .-10 mg A 11Atamhari yang terbagi dalam # dosis.
Pemberian obat antikon"ulsan secara suntikan sampai keadaan anak membaik
dan anak bisa makan per oral.
#6 1ila tidak ada dia@epam dapat diberikan fenobarbitali.m atau i." dengan dosis )
mgAkg 11 atau dibawah 1 tahun diberi )0mg dan diatas 1 tahun diberi -) mg.
bila dalam 1) menit setelah pemberian tersebut kejang tidak dapat berhenti
dapat diulang lagi i.m A i." dengan dosis & mg dan diatas 1 tahun diberi )0 mg.
!arus diperhatikan apakah ada depresi dari fungsi "ital.
c. Pengobatan penunjang
7enobarbital dengan dosis &-) mgAkg 11Ahari i.m. oral, atau difenilhidantoin
dengan dosis )-10mgAkgA11Ahari i.mAi.".Aoral. Pengobatan penunjang diteruskan,
sedikitnya selama masih ada kenaikan suhu.
d. Pengobatan tambahan
16 Terhadap penderita dengan kesadaran menurun, diberikan cairan intra"ena
yaitu #3-'2l dalam kebutuhan penunjang sesuai dengan prinsip-prinsip
rehidrasi. Sebaiknya dengan monitoring dari elektrolit darah.
#6 Terhadap infeksi diberi antibiotik yang sesuai.
&6 ;ntuk mencegah terjadinya odem otak diberikan kortikostreroid, sebaiknya
glukokortikoid, misalnya dexametason O - 1 ampul setiap + jam sampai
keadaan membaik. 'ortison dapat juga diberikan dengan dosis #0-&0
mgAkgA11Ahari yang terbagi dalam & dosis.
(6 1ila suhu meninggi dilakukan hibernasi dengan kompres es atau alkohol. *bat-
obatan untuk hibernasi ialah prometa@in (-+ mgAkg 11Ahari.
Penatalaksanaan pada orang dewasa :
Prinsip penatalaksaan adalah sama pada anak, hanya ada perbedaan dosis obat, yaitu :
a. ia@epam diberikan 10-#0 mg i.". perlahan-lahan. 1ila kejang masih timbul,
dosis tersebut dapat diulang sampai & kali setelah &0-+0 menit suntikan
sebelumnya.
1ila tidak ada dia@epam, dapat diberikan dapat diberikan fenobarbital i.m.
sebanyak 100mg dan dapat diulang #-& kali.
b. ;ntuk hibernasi diberi klorproma@in 59argactil6 dengan dosis )0-100 mg i.m
i."., atau perinfus sebagai 9ytic2octail 5)0mg 9argactil -)mg pethidin dan
(0mg phenergan6 dalam larutan glukosa )L sebanyak )00cc.
.1; Str)ke
.1;.1 Infark 6ere-ri
1. Tanda dan gejala
a. %angguan kesadaran 5-6A sedikit menurun
b. Sakit kepala 5C6
c. =untah 5C6
d. 'ejang 5C6
e. 'aku kuduk 5C6
f. Tekanan darah meningkatA menurunA normal
g. 9ateralisasi 5E6
h. 3kti"itas pasif
#. Penatalaksanaan
a. Perhatikan T, 4, $$
b. 8nfus larutan # 3 5dekstrosa #, ) L , 4a 2l 0, () L6 1) tetesAmenit
c. 4icholin # x #)0 mg i"
d. Trental drips # x &00 mg &0 tetesA menit
e. Tekanan darah sistole K #00 mm !g baru bisa diturunkan sampai sistole 1.0 C #00
mm !g
f. 1ila ada tandaA gejala herniasi otak berikan manitol #0 L, awas kontra indikasi
pemberian manitol yaitu gangguan fungsi ginjal, gagal jantung
g. 2ara Pemberian =anitol #0 L
16 iguyur #00 cc stop tunggu + jam
#6 iguyur 1)0 cc stop tunggu + jam
&6 iguyur 1)0 cc stop tunggu + jam
(6 iguyur #00 cc stop tunggu + jam dan seterusnya
.1;. Per&ara4an Intrasere-ra%
1. Tanda dan gejala
a. %angguan kesadaran 5E6
b. Sakit kepala 5E6
c. =untah 5E6
d. 'ejang 5E6
e. 'aku kuduk 5E6
f. Tekanan darah meningkatA menurunA normal
g. 9ateraliasi 5C6
h. 3kti"itas aktif
#. Penatalaksanaan
a. Perhatikan T, 4, $$
b. 8nfus larutan # 3 1) tetesA menit
c. 9asik 1x1 ampul i"
d. <itamin ' 1 x # ampul im
e. 2yclocapron & x )00 mg i"
f. 4imotop drips dengan nimotop pump #, ) ccA jam
g. 1ila ada tanda dan gejala herniasi otak berikan manitol #0 L
.1;.# Per&ara4an S!- Ara64n)i&
1. Tanda dan gejala
a. %angguan kesadaran 5E6
b. Sakit kepala 5E6
c. =untah 5E6A5-6
d. 'ejang 5E6
e. 'aku kuduk 5E6
f. Tekanan darah normal
g. 9ateralisasi
h. 3kti"itas aktif
#. Penatalaksanaan
a. 4imotop drip
b. 2yclocapron & x )00 mg i"
c. =efenamic acid & x )00 mg peros
d. 2odein # x #0 mg peros
e. 9axadin & x c
.11 Ak!t P)%ine!r)$at4y 3G!%ian Bare Syn&r)me5
3dalah tetraparese flaksid A 9=4 5lower motor neuron6 . Sensorik subyektif rasa baal
5'urang merasaA rasa tebalA numbness6 pada tangan dan kaki
1. idahului infeksi "iral 15-6# hari
#. Perhatikan komplikasi yang fatal yaitu : takikardi dengan denyut nadi lebih 1#0 kaliA
menit, miokarditis, paralise otot pernafasan
&. 'almethason ( x 1 ampul 8<
(. 3linamin 7 1x 1 ampul
). Takikardi inderal # x 10 mg
+. Paralise otot pernafasan pasang respirator
.1 Tetan!s
.1.1 Definisi
Tetanus merupakan penyakit akut yang disebabkan oleh eksotoksin kuman
clostridium tetani yang sifatnya neurotropik. Setiap defek tubuh yang dapat menimbulkan
keadaan anerobik akan menjadi tempat masuknya kuman, misalnya luka tusuk, luka bakar,
patah tulang terbuka, otitis media akut, luka tali pusat.
7aktor-faktor yang memperburuk prognosa ialah :
1. Stadium yang tinggi
#. =asa tunas yang pendek
&. ;sia neonatus dan usia lanjut
(. 'enaikan suhu yang tinggi
). Pengobatan yang lambat
+. 3danya komplikasi : status kon"ulsi"us, pneumoni, dekompensasi jantung.
.1. Ge"a%a Dan Tan&a
%ejala khas yaitu kejang tanpa disertai penurunan kesadaran dan kekakuan otot
skelet. Terdapat kejang rangsang maupun kejang spontan yang sifatnya tonik dan umum.
'ekakuan otot skelet dapat berupa trismus, risus sardonikus, kaku kuduk, opistotonus,
perut papan. 1erdasarkan gejala klinik tersebut, tetanus dibagi menjadi beberapa stadium,
yaitu :
Pada anak-anak :
1. Stadium 8 : trismus 5&cm6 tanpa adanya kejang rangsang ataupun kejang spontan
#. Stadium 88 : trismus 5&cm lebih6 dengan kejang tonik umum bila dirangsang
&. Stadium 888 : trismus dengan kejang tonik umum spontan
Pada orang dewasa :
1. Stadium 8 : trismus
#. Stadium 88 : opistotonus
&. Stadium 888: kejang rangsang
(. Stadium 8<: kejang spontan
.1.# Penata%aksanaan
1. Perawatan
a. 8solasi pada ruang tenang dengan mengurangi sebanyak mungkin rangsang cahaya,
suara dan tindakan.
b. Posisi kepala sebaiknya miring untuk menghindari aspirasi
c. 1ila penderita kejang-kejang terus, tempatkan karet atau tongue spatel yang
dibungkus kasa diantara kedua rahang untuk mencegah tergigitnya lidah.
d. 1ila perlu berikan oksigen, pernafasan buatan atau trakeostomi.
e. Pemberian makanan disesuaikan dengan hebatnya trismus. 1ila perlu pemberian
sonde atau perinfus. !ati-hati pada pemberian personde karena dapat merupakan
rangsangan timbulnya kejang.
f. Pada luka dilakukan eksisi dengan anastesi local, kemudian dibersihkan larutan
!
#
*
#
dan kompres juga dengan !
#
*
#
#. Pengobatan
a. Skin test : suntikan 0,1ml cairan serum 1A10 intrakutan. Tunggu 1) menit. $eaksi
positif bila terjadi infiltrat dengan diameter lebih dari 10 mm.
b. Gye test : 1 tetes cairan serum diatas diteteskan pada mata. Tunggu 1) menit.
$eaksi positif bila mata menjadi merah dan bengkak.
c. 1ila skin dan A atau eye test positif, penyuntikan serum harus menurut cara
1esredka, yaitu 0,1 ml serum dalam 1 ml cairan garam fisiologik secara subkutan.
Tunggu O jam. 'emudian sisa serum disuntikkan secara i.m.
d. 2ara 1esredka berarti desensitisasi yang bertahan #-& minggu. ,adi bila hari
berikutnya setelah penyuntikan diatas masih juga dibutuhkan, maka cara besredka
tidak perlu diulang.
.1# Frakt!r Dan Dis%)kasi T!%ang Be%akang
.1#.1 Daera4 ser:ika%
Ttrauma di daerah ser"ikal biasanya merupakan trauma ekstensi-fleksi yaitu
keadaan dimana kepala tiba-tiba bergerak ke belakang, kenudian fleksi ke depan ataupun
sebaliknya.
%ejala dan Tanda :
1. Timbul nyeri di daerah tengkuk. apat disertai tatraplegi yaitu kelumpuhan keempat
anggota gerak.
#. 7oto $o daerah ser"ikal dibuat antero posterior dan lateral, foto lateral untuk melihat
adanya kompresi korpus "ertebra.
Penatalaksanaan :
1. Pada saat mengangkat atau memindahkan penderita, diusahakan agar tidak banyak
dilakukan gerakan, sebab dapat memperberat trauma pada sumsum tulang belakang.
;sahakan supaya kepala tidak berputar dan dipertahankan dalam posisi lurus terhadap
tulang belakang atau lebih baik penderita dibaringkan telungkup diusungan. Penderita
dibaringkan pada alas yang datar dan keras. !al serupa dilakukan pula pada saat dibuat
foto $o.
#. terhadap fraktur yang tidak memerlukan reposisi, dipasang gipskraag atau kerah kapur
tahu untuk fiksasi.
&. Terhadap fraktur yang perlu reposisi, dilakukan traksi pada kepala mulai dengan beban
)kg bila lesi pada atas, dan selanjutnya untuk tiap sesi di korpus "ertebra dibawahnya
diberi tambahan beban # kg.
(. pengobatan untuk mengurangi edem dengan menggunakan kortikosteroid.
.1#. Daera4 T)raka%
7raktur di daerah torakal biasanya terjadi dalam sikap penderita membungkuk
kedepan sehingga bagian "etebra kopus "ertebra diatas dan dibawahnya. %ejala dan tanda
dapat timbul paraplegia, yaitu kelumpuhan kedua tungkai.
Penatalaksanaan dengan istirahat ditempat tidur dalam sikap hiperekstensi selama
EA- . minggu.
.1#.# Daera4 1!m-)sakra%
7raktur di daerah lumbosakral biasanya terjadi akibat jatuh dari tempat yang tinggi.
Pada kerusakan cauda eFuina dijumpai gejala-gejala kerusakan saraf spinal segmen
lumbal 8 ke bawah. %angguan motorik berupa kelumpuhan perifer satu atau kedua tungkai.
%angguan sensorik berupa daerah hipestesi atau anastesi sesuai dengan distribusi saraf
yang terganggu. %ejala-gejala pada tungkai biasanya tidak setangkup. Pada kerusakan
konus medularis dijumpai gejala-gejala kerusakan segmen sacral kebawah. Timbul "esika
urinaria otonom 5outonomik bladder6 yaitu keadaan dimana urine menetes keluar tetapi
tidak dapat keluar secara keseluruhan. ,uga terdapat anastesi di daerah sekitar anus dan
paha bagian dalam, mungkin pula terdapat gangguan ereksi penis.
Penatalaksanaan dengan berbaring lurus di tempat tidur yang datar. ,ika terdapat
fraktur di daerah lumbal dipasang korset gips.
BAB #
KEPERA0ATAN K1IEN DENGAN KEGA0ATANDAR'RATAN BEDA<
SISTEM SARAF P'SAT
#.1 Peninggian Tekanan Intrakrania% &an Iskemi 2tak
#.1.1 Pengertian
Peninggian tekanan intrakranial merupakan penyebab kematian tersering pasien
bedah saraf. Peninggian tekanan intrakranial menyebabkan iskemia otak dan sebaliknya.
8skemia otak bisa juga sebagai kelainan primer seperti pada pada trombosis pembuluh
darah otak.
#.1. Pat)fisi)%)gi
'ranium merupakan kompartemen yang kaku kecuali pada bayi, hingga setiap
penambahan massa didalamnya akan berakibat peningkatan tekanan intrakranial bila
kemampuan kompensasi sudah terlampaui. idalamnya berisi jaringan otak, cairan
serebrospinal serta darah yang masing-masing tidak dapat diperas. Terdapat satu lubang
utama yaitu foramen magnum, hingga bila terjadi peingkatan tekanan intrakranial jaringan
otak akan mencari jalan keluar melalui lubang ini. isamping itu pada tentorium yang
memisahkan otak besar dan otak kecil terdapat lubang yang disebut hiatus yang mana
disana terletak batang otak, sehingga apabila terjadi peninggian tekanan intrakranial pada
daerah otak besar, akan terjadi pergeseran jaringan otak besar kedalam hiatus ini hingga
akan menekan batang otak yang merupakan pusat dari fungsi "ital.
;ntuk memahami patofisiologi peninggian tekanan intrakranial, harus difahami
perubahan yang terjadi pada :
1. Sirkulasi cairan serebrospinal :
2SS bersirkulasi pada sistema "entrikel dan ruang subarakhnoid. Produksinya 5sekitar
)00 ml sehari6 sebanding dengan resorbsinya. <olumenya sekitar 100-1)0 ml.
Produksinya berkurang pada peninggian tekanan intrakranial.
#. <olume darah otak :
Paling labil disaat peninggian tekanan intrakranial. <olumenya sekitar 100 ml dan -0L
merupakan darah "ena. <olume bertambah pada dilatasi arteria atau pada obstruksi
"ena. Pada hipotermia terjadi "asokonstriksi hingga menurunkan tekanan intrakranial.
3rteriola sangat reaktif terhadap perubahan 2*
#
dimana setiap peninggian 1 mm!g
P2*
#
berakibat peningkatan aliran darah sebesar #-(L yang berakibat bertambahnya
"olume darah otak. Sebaliknya aliran darah akan bertambah pada pengurangan Pa*
#
5J)0 mm!g6.
&. <olume otak :
1erat otak sekitar #L berat badan, 1(00 gram, dan -0-.0L merupakan air.
(. Sawar darah otak :
1erbeda dengan kapiler dibagian lain tubuh, kapiler dijaringan otak sangat selektif
dalam pertukaran @at dan cairan, dimana @at larut lemak lebih bebas melalui kapiler,
sedangkan @at yang larut air sangat terbatas. 3sam amino dan gula memerlukan @at
pembawa untuk bisa melewati kapiler. 4a A ' A air memerlukan 3TP-ase untuk bisa
menembus kapiler.
Sawar ini dapat dirusak atau dibuka secara mekanik dan oleh @at-@at hipertonik.
). 3uto regulasi :
%unanya mempertahankan aliran darah otak konstan bila sistol diantara )0-1+0 mm!g
5pada orang yang normotensif6. 'arenanya keadaan hipertensi dan syok harus dicegah.
;ntuk memahami patologi peninggian tekanan intrakranial harus difahami :
1. !ubungan <olume dan tekanan otak :
1ila salah satu komponen dalam rongga tengkorak bertambah "olumenya, maka akan
terjadi peninggian tekanan intrakranial kecuali bila pada saat yang bersamaan terjadi
reduksi sejumlah yang sama dari komponen lainnya. T8' normal sekitar 10 mm!g
51&0 mm!
#
*6 dan dikatakan meningkat bila K #0 mm!g, dan meningkat berat bila K
(0 mm!g.
#. oktrin =onro-'ellie :
Pada tahap terkompensasi :
<. otak E <. 2SS E <. darah E <. massa D 'onstan 5T8' normal6.
&. !ubungan T8' dengan kegagalan fungsi otak :
T8' akan mempengaruhi aliran darah keotak. engan sendirinya bila aliran darah
terganggu, fungsi otakpun akan terganggu. isamping itu adanya massa pada satu
bagian otak akan berakibat bergesernya daerah tsb. kearah jaringan yang tekanannya
lebih rendah dengan segala akibat yang ditimbulkannya seperti penekanan jaringan
tertentu atau putusnya pembuluh darah.
(. !ubungan T8' dengan aliran darah otak :
3danya daerah dengan T8' tinggi akibat adanya massa akan menyebabkan penekanan
terhadap arteri atau "ena hingga akan merusak daerah yang bersangkutan. 3kibat lain
adalah peregangan atau perobekan arteria atau "ena batang otak yang berakibat
mematikan. %angguan pada aliran darah tentu akan mempengaruhi tingkat perfusi
jaringan otak. 8ngat bahwa jaringan otak yang hanya #L dari berat tubuh mengambil
1)L dari curah jantung dan #0L dari kebutuhan gula tubuh.
Total aliran darah otak adalah konstan (0 mlA100 gr jaringan otak dan tergantung
tekanan arterial sistemik, tekanan sinus sagittal dan tahanan serebro"askuler.
). !ubungan aliran darah dan metabolisme otak :
3liran darah otak tergantung tekanan darah arterial sistemik, T8', autoregulasi,
stimulasi metabolik serta adanya distorsi atau kompresi pembuluh darah oleh massa
atau herniasi jaringan otak.
+. !ubungan T8' dengan pergeseran A herniasi otak :
a. Transtentorial lateral, dengan gejala midriasis pupil ipsilateral, hemiparesis kontra
lateral dan gangguan lapang pandang.
b. Transtentorial sentral, dengan gejala serupa dengan yang lateral, tapi bilateral
disertai gangguan melirik keatas dan ptosis bilateral.
c. Tonsiler, dengan gejala gangguan respirasi mendahului penurunan kesadaran.
1iasanya tahap akhir dari proses pada otak besar atau karena adanya massa pada
otak kecil
d. Subfalsin, dengan gejala kelumpuhan ekstremitas kontralateral. ,arang berdiri
sendiri.
-. !ubungan perbedaan tekanan dengan herniasi :
alam keadaan normal, 2SS bebas sehingga tekanan ekual pada semua tempat. 1ila
ada bagian yang tersumbat, akan terjadi perbedaan tekanan antar kompartemen
sehingga terjadi herniasi.
.. Gdema otak :
8skemia menyebabkan terjadinya edema otak. Sebaliknya edema otak menyebabkan
iskemia. 3kumulasi air menyebabkan tahanan serebro"askuler meningkat dengan
akibat penurunan aliran darah otak regional. Gfek massanya sendiri berakibat
penambahan distorsi atau pergeseran jaringan.
#.1.# Gam-aran k%inis
Trias edema papil, nyeri kepala dan muntah. 'etiga hal ini hanya dijumpai pada #A&
penderita, sedang sisanya hanya memiliki # gejala. Gdema papil tidak dijumpai pada usia
ekstrim sangat muda atau sangat tua.
&0
4yeri kepala sifatnya tumpul dan tidak terlalu parah dan diperberat oleh kegiatan
yang meninggikan T8'. Terjadi pada pagi hari. =untah merupakan gejala yang timbul
lambat kecuali pada anak-anak dengan tumor sekitar pusat saraf "agus. ,uga terjadi saat
bangun tidur pagi.
%ejala lain yang khas adalah bradikardia, hipertensi dan gangguan respirasi.
%angguan kesadaran dinilai dengan %2S.
#.1.( Pengen&a%ian TIK yang tinggi
1ila dilakukan dini, dapat mencegah peninggian tekanan intrakranial yang tidak
terkontrol pada peninggian tekanan intrakranial sedang. Pada fase akut cedera kepala dan
stroke, harus dianggap peninggian tekanan intrakranial sampai terbukti tidak. !indari
tindakan yang meninggikan T8' dan gunakan barbiturat aksi pendek secara berulang bila
akan melakukan tindakan yang akan meninggikan T8'.
Tindakan primer bila telah atau akan terjadi peninggian tekanan intrakranial adalah
dengan meninggikan kepala #0-&0 dengan mencegah teganggunya perfusi, mencegah
konstriksi leher, normotermia serta pembunuh nyeri.
Tindakan aktif bila diperkirakan adanya lessi massa 5perdarahan, tumor, abses dll.6,
peningkatan "olume darah otak, edema otak serta bertambahnya 2SS.
!iper"entilasi dengan menjaga P2*
#
tidak kurang dari #) mm!g. Gfeknya akan
berakhir dalam .-#0 jam. rainase 2SS dilakukan pada daerah yang tidak dengan ancaman
pergeseran garis tengah. =anitol #0L hanya diberikan dalam usaha mengulur waktu saat
mempersiapkan tindakan operasi, diberikan bersama dengan furosemid. Steroid tidak
diberikan pada trauma kecuali mungkin metil prednisolon yang masih dalam penelitian.
1arbiturat diberikan untuk mengurangi tingkat metabolisme jaringan otak hingga
secara tidak langsung mengurangi aliran darah otak hingga tekanan intrakranial berkurang,
disamping efek "asokonstriksinya yang juga akan mengurangi "olume darah otak sehingga
tekanan intrakranial juga berkurang. !ati-hati efek hipotensi dan gagal nafas yang bisa
ditimbulkannya.
Salin hioertonik, ) mmolAml, mengurangi tekanan intrakranial tanpa diuresis. 1ila
diberikan setelah manitol akan memperbaiki sodium serum dan "olume darah.
#.1.* Penge%)%aan TIK tinggi
=ulai bila simptomatik atau bila T8' #) mm!g. Periksa jalan nafas dan posisi
kepala. 1erikan oksigen atau respirator bila ada indikasi. ,aga tekanan darah normotensif
kecuali pada kasus hipertensi jangan tergesa-gesa menurunkan tekanan darah.
&1
1. Terapi jalur pertama :
!iper"entilasi, drainase 2SS, manitol dan furosemid saat mempersiapkan operasi,
periksa gas darah arterial dan pikirkan 2T ulang.
#. Terapi jalur kedua :
!iper"entilasi manual, barbiturat, salin hipertonik.
#. +e&era Ke$a%a
#..1 S!r:ei $rimer sistem saraf
D isability : Penilaian neurologis cepat :
1. Tingkat kesadaran cara 3<P; A %2S :
3 D alert.
< D respon terhadap rangsangan "erbal.
P D respon terhadap rangsangan nyeri.
; D tidak ada respon.
#. Pupil :
a. ;kuran.
b. $eaksi cahaya.
#.. Res!sitasi
1. 3tur posisi kepala A rahang sambil mengontrol posisi tulang belakang leher. 1ersihkan
jalan nafas. Pasang kanul naso A orofaring. 8ntubasi bila %2S . atau kurang.
#. *ksigen P 10 9Amenit melalui masker *
#
. 'ontrol respirator bila %2S . atau kurang.
&. 'ontrol tekanan darah A perfusi. =onitor G'%. 'ontrol tekanan "ena sentral.
(. Pemeliharaan kebutuhan metabolik otak :
a. !b
b. P*
#
: Pertahankan K .0 mm!g.
c. Tekanan darah sistemik sesuai kasus.
d. Pa2*
#
: #+ - #. mm!g.
). 2egah A atasi peninggian T8' :
a. 8nduksi hipokapnia : !iper"entilasi hingga P2*
#
D #+ -#. mm!g.
b. 'ontrol cairan : 4a2l 0./L. 2egah o"erhidrasi.
c. iuretik : Pasang kateter urin. 1erikan saat persiapan operasi : =anitol #0L,
1grAkg11A8< guyur. 7urosemid (0 -.0 mgA8<
&#
d. 5dewasa6. 3wasi tekanan darah. %anti "olume urin.
+. 1ila kesadaran memburuk, segera nilai lagi :
a. <entilasi.
b. *ksigenisasi.
c. Perfusi A hipotensi relatif.
#..# S!r:ei Sek!n&er
1. 3mbil riwayat.
#. Pemeriksaan neurologis : %2S, pupil, motorik, dll.
&. Pemeriksaan khusus :
a. 2T semua kasus tersangka atau %2S 1& atau disertai komplikasi.
b. 3ngiografi cerebral bila 2T negatif pada PS3.
c. 9ab, foto torax.
(. Tentukan jenis 2< A cedera kepala dll.
). Tentukan jenis spesifik 2< A cedera kepala dll.
&.#.( Tin&akan Definitif ata! R!"!kan
7ilosofi pengelolaan pasien P8S pertama harus ditujukan pada tindakan medik
gawat-darurat dan diikuti kemudian dengan keputusan apakah hematoma atau massa akan
dirawat konser"atif atau akan dibuang secara bedah.
ua hal utama yang menentukan bahwa operasi akan bermanfaat bagi pasien :
1. Gffek massa dari hematoma mengancam jiwa.
#. 'ehidupan jaringan sekeliling massa dapat dipertahankan.
#.# Per&ara4an Intrasere-ra% N)ntra!matika !Stroke Hemorrhagi"#
#.#.1 Pr)t)k)% ga=at &ar!rat
1. <entrikulostomi bila %2S . : rainase 2SS.
#. Tentukan etiologi.
&. !ipertensif : Sistol 1+0 mm!g pada pasien sadar, 1.0 mm!g pada pasien tidak sadar.
(. 4ifedipin sl, hidrala@in i", labetalol i", nitroprusid i".
). 'elainan "askuler : angiografi.
#.#. +ega4 $er&ara4an !%ang
1. $uptur aneurisma : Sistol 10-#0L diatas normotensif.
#. 'elainan koagulasi bawaan A didapat : koreksi.
&&
#.#.# K!rangi efek massa 8 TIK > Pr)t)k)%
1. $etriksi cairan : -)L rumatan. 'oloid bila perlu.
#. Tekanan perfusi minimal : -0 mm!g. opamin atau fenilefrin.
&. eksametason tidak dianjurkan, kecuali perdarahan berasal dari tumor disertai edema
berat.
Pera=atan !m!m
1. 4imodipin 5Q6 hanya pada perdarahan aneurismal 5Q6 : 1-# mgAjamA infus atau +0 mgA(
jamApo.
#. Status cairan, elektro>it, ginjal, paru-paru, nutrisi.
&. Terapi fisik dan bidai dini.
(. 3nti kejang :perdarahan otak besar, kecuali terbatas talamus atau ganglia basal.
a. 7enitoin : 1 gr 8< 5)0 mg A6, 939; &00 mgA!3$8 A
b. 7enobarbital : # ? +0 mg P* A
c. 'arbama@epin : &-( ? #00 mg P*.
). Tentukan indikasi operasi.
#.#.( Per-!r!kan ne!r)%)gis sek!n&er
1. Gdema jaringan sekitar.
#. 4ekrosis iskemik jaringan sekitar.
&. !idrosefalus.
#.#.* In&ikasi )$erasi
1. iameter massa & cm.
#. Pergeseran garis tengah ) mm.
&. Perburukan neurologis.
(. <entrikulostomi bila hidrosefalus atau perdarahan "entrikuler.
#.( Per&ara4an S!-arak4n)i&.
#.(.1 Pr)t)k)% ga=at &ar!rat
1. Sistole P1)0 : 4itropruida 1-+AkgAmenit.
#. 9P bila 2T negatif.
&. !idrosefalus akut : <entrikulostomi segera.
(. 3ngiografi ( pembuluh.
). *perasi dalam #( jam. 1ila "asospasme, tunda 10-1# hari.
&(
#.(. Pera=atan intensif
Perawatan intensif pada S3! berperan lebih penting dibanding semua kelainan
bedah saraf lain.
1. Gkspansi "olume : 3lbumin )L, ( ? #)0 ml.
#. ilantin 1000 mg. 9anjutkan &00 mg A hari.
&. 4imodipin 5Q6 1-# mgAjamAinfus atau +0 mg A P* A (jam.
(. Pemantauan klinis.
). Pemantauan fisiologis.
#.(.# Pemanta!an fisi)%)gis
1. Tekanan darah.
#. Tekanan "ena sentral.
&. T.8.'. : 1ila "entrikulostomi terpasang.
(. opler transkranial.
). 3liran darah serebral.
#.(.( ?as)s$asme
Terapi triple M!B :
1. !iper"olemi :
a. 391;=84 )L, (x#)0 ml. 2<P 10 mm!g.
b. P2IP 1) mm!g.
#. !emodilusi : !T && - &- L.
&. !ipertensi : Sistol 1-0 - ##0 mm!g.
%agal : 3ngioplasti transluminal.
#.* Ke%ainan Sere-r):ask!%er 2k%!sif 3Str)ke Tr)m-)@Em-)%ik5
1. Gu"olemik : !idrasi dengan 4a2l 0./ A 0.()L.
#. *bat-obat protektif serebral :
a. 4imodipin dan pembersih radikal bebas lain.
b. 'etamin.
&. Tindakan bedah : Sebelum (-+ jam sejak serangan :
a. Serebral =edial : Pintas 3. Temporal superfisial, atau Gmbolektomi.
b. P823A3823AS23AP23 : Pintas 3. *ksipital.
c. 3. 'arotis : Gndarterektomi 'arotid.
d. 3rteria lain : tP3 : 10mgA#R-&0mgA+0R-(0mgA1#0R 8<.
&)
#., Penge%)%aan Ga=at Dar!rat +e&era Ke$a%a
#.,.1 Ke"ang
1. Saat atau segera post trauma : tanpa terapi.
#. 'ejang lama atau berulang :
a. ia@epam 10 mgAbolusA8<. 1ila kejang lagi, ulang satu kali.
b. 7enitoin diberikan sesegera mungkin : 1 grA8< 5)0 mgAmenit6 dengan monitor
tekanan darah dan G'%.
c. 1ila gagal : 7enobarbital atau anestetik.
d. osis anak-anak sesuaikan.
#.,. Ge%isa4
1. 2ari dan atasi hipoksia dan sumber nyeri.
#. 'lorproma@in 10 - #) mgA8<. 3wasi hipotensi.
#.,.# <i$ertermia
=enggigil : berikan 'lorproma@ine.
#.,.( 1!ka ska%$
1. Perdarahan : !emostat, ligasi, ban elastik.
#. 8nspeksi luka :
a. Penglihatan langsung.
b. Tidak boleh eksplorasi dengan alat atau jari.
c. 2ari 2S7.
#.,.* Pera=atan %!ka
1. 8rigasi debris.
#. ,angan angkat fragmen tulang.
#.,., Tin&akan -e&a4 &efinitif
Tidak berlaku bila mati batang otak
1. 8nter"al lucid 51ila 2T tak tersedia segera6.
#. !erniasi ;nkal 5pupil A motor tidak ekual6.
&. 7raktura depress terbuka.
(. 7raktura depress tertutup K 1 tabulaA1 cm.
). =assa intrakranial dengan pergeseran garis tengah ) mm.
+. =assa ekstra aksial ) mm, uni A bilateral.
-. =assa lobus temporal &0 ml.
&+
#.. +e&era Me&!%%a S$ina% &an T!%ang Be%akang
#...1 S!r:ei Primer &an Res!sitasi
1. Sesuai protokol trauma.
#. !ipotensi atasi dengan : opamin atau nimodipin
&. !ati-hati ekspansi cairan bila syok spinal.
(. 'ateter indwelling hanya sampai sirkulasi stabil 51 - # hari6. Selanjutnya intermitten.
#... S!r:ei Sek!n&er
1. 3mbil riwayat trauma.
#. Pemeriksaan : 2S, pupil, motorik, sensorik, sacral sparing, refleks.
&. Tentukan le"el cedera kord spinal.
(. Pemeriksaan khusus pada le"el cedera :
a. ?-ray tulang belakang : 3PAlateral.
b. 1ila indikasi operasi : =yelografi 3PAlateral atau 2T-==.
). Tentukan jenis cedera :
a. 2edera tulang stabil, defisit neurologis 5-6.
b. 2edera tulang stabil, defisit neurologis 5E6.
c. 2edera tulang tidak stabil, defisit neurologis 5-6.
d. 2edera tulang tidak stabil, defisit neurologis 5E6.
#...# Tin&akan
1. Semua kasus dengan defisit neurologis :
1erikan =etilprednisolon :
&0 mgAkg dalam 1) menit. () menit kemudian :
).( mgAkgAjam untuk #& jam selanjutnya.
#. 'aliper %ardner-IellsA2rutchfields untuk cedera tulang belakang
&. leher.
(. *perasi dekompresi gawat darurat.
#...( In&ikasi $emasangan ka%i$er $a&a 6e&era t!%ang %e4er
1. 8mmobilisasi fraktur tidak stabil.
#. $eduksi dislokasi atau subluksasi.
&. istraksi foramina inter"ertebral pada kompressi radikuler.
(. =engurangi nyeri akibat cedera jaringan lunak leher.
&-
#...* In&ikasi )$erasi &ek)m$resi ga=at &ar!rat
=ielografi atau 2T-== : 'ompressi kord spinal oleh sebab apapun dan pada le"el
manapun disertai :
1. efisit neurologis progresif.
#. 2edera kord spinal 5defisit neurologis6 tidak total.
&.
DAFTAR P'STAKA
!endarto, S.'. S 8smael, S. 1/-/. 'ejang Pada 3nak.,akarta : Hayasan harma %raha.
,e"on Philip, dkk. #00.. Pemantauan Pasien 'ritis. Gdisi : #. ,akarta : Grlangga.
*en, 9.!. dkk. 1/-.. Simposium 8lmu 'edokteran arurat. Surabaya : 1ina Pustaka
Purwanto 3gus. #000. 'edaruratan =edik. ,akarta. 1ina $upa 3ksara.
Saifuddin, 3.1. S !udono,S.T. 1/-+. 'onsep 1aru =engenai %angguan Serebro"askular.
,akarta : 'PP8'-8? .7';8.

Anda mungkin juga menyukai