Anda di halaman 1dari 11

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA GANGGUAN SENSORI PERSEPSI

1. Pengambilan benda asing Kontraindikasi (dirujuk ke spesialis THT):


Ada riwayat gangguan telinga Pasien tidak kooperatif Pendengaran pada satu telinga terpengaruh

Komplikasi

Otitis eksterna (radang telinga luar) Kerusakan telinga tengah dan telinga dalam

Tindakan yang dilakukan jika ada benda asing yang memasuki liang telinga adalah:

Serangga yang masuk dapat dibunuh dengan tetes larutan lidokain 10% Mainan anak dapat tersangkut ke dalam MAE. Diekstraksi dengan hati-hati dengan small extraction hook. Janganlah menggunakan pinset telinga!

Sebaiknya tidak melakukan irigasi untuk benda asing di telinga Pada anak lebih baik dengan anastesi general

Untuk penanganan serumen, kita lakukan berikut ini:


Serumen dapat diambil langsung dengan hook extraction atau diirigasi lebih dahulu Jika serumen keras dapat ditetesi dengan tetes nitrogliserin atau minyak zaitun (oleum olivarum) selama beberapa hari agar serumen melunak sehingga mudah diekstraksi

Telinga diirigasi dengan air bersih bakteriologis pada suhu 37 C dengan menggunakan syringe telinga dengan kanula tumpul

Air hanyalah diarahkan ke posterosuperior agar tidak mengenai membrane timpani secara langsung

Setelah irigasi harus diikuti dengan evaluasi yaitu pemeriksaan otoskopi ulang dan juga tes pendengaran (tes garpu tala)

Gambar: cara irigasi serumen obturan. Adapun cara-cara untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk di liang telinga, antara lain: Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada aplikator (pelilit). Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 5 hari, setelah itu dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat bersuhu 37 oC agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya vestibuler.

2. Irigasi Mata Pengertian: Irigasi mata adalah suatu tindakan membersihkan mata.

Tujuan: irigasi adalah untuk membersihkan dan mengeluarkan benda asing dari dalam mata.

Indikasi: Cedera kimiawi pada mata. Benda-benda asing pada mata Inflamasi mata.

Kontra Indikasi: Luka karena ada tusukan pada mata dapat menyebabkan terkikis pada daerah mata tersebut.

Kemungkinan Komplikasi: Cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan tidak hati-hati dan lembut Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi Abrasi kornea dan konjungtiva.

Peralatan: Anastesi topikal (lokal), cairan irigasi steril biasanya digunakan larutan garam fisiologis (NaCl). Retraktor desmares alat mengait mata pada kelopak mata. Plester. Kasa Basin (bengkok). Handuk/laken untuk menutupi pakaian pasien.

Prosedur: Jelaskan prosedur tindakan. Cuci tangan. Tutupi pasien dengan handuk/laken. Anastesi lokal. Gunakan retraktor desmares untuk membuka kelopak mata bagian atas jika tidak ada alat kelopak mata harus ditahan dengan kasa. Untuk menahan agar kelopak mata tetap terbuka berikan tekanan pada tulang promin pada alis dan pipi tidak pada bola mata. Arahkan jatuhnya irigasi langsung pada bagian yang bulat serta bagian atas dan bawah vornikes (dari kantus dalam ke kantus arah luar). Biasanya digunakan 1 liter air cairan dengan cepat untuk cedera karena asap biasanya digunakan 2 liter cairan untuk cedera asam alkali bersifat basa. Keringkan bagian luar air mata dan daerah sekitarnya setelah melakukan irigasi.

Tindakan Lanjutan: Hindari: Menghindari tersentuh alat-alat pada bola mata. Menghindari penekanan terlalu lama pada bola mata. Periksa efektifitas irigasi. Liter pH vornikus konjungtiva dengan pH (kertas lakmus), pH normal mata 7,4 dan bila hasil abnormal lanjutkan irigasinya. Bila pH pengukuran menunjukkan angka yang normal periksa kembali setelah 20 menit untuk memastikan bahwa hal ini normal. Kaji rasa nyaman pasien.

Dokumentasi: Tanggal dan waktu prosedur. Tipe dan jumlah cairan (NaCl). Toleransi pasien terhadap prosedur. Karakter cairan keluar. Penampakan mata. Intruksi yang diberikan pada pasien/keluarga.

Petunjuk Pemberian Irigasi Mata: Tempatkan pasien terlentang miring kearah yang diirigasi untuk mencegah cairan mengalir ke arah mata yang lain. Gunakan botol plastik yang telah ditentukan kecuali kalau cairan diperlukan dalam jumlah besar. Cairan diirigasikan langsung ke konjungtiva dari kantus dalam ke kantus luar. Hindari penekanan terlalu kuat pada bola mata. Hindari menyentuh mata dengan alat-alat irigasi. Bersihkan kelopak mata bila kotoran banyak dengan membungkuskan kasa pada telunjuk. Tempatkan bengkok disamping wajah untuk menampung cairan irigasi.

3. Prosedur Irigasi Telinga Tujuan : membersihkan liang telinga luar dari nanah, serumen, dan benda benda asing.

Prosedur pelaksanaan : Alat dan bahan : Baki berisi alat alat yang steril : a. Mangkok kecil berisi cairan dengan suhu 37o c. b. Semprit telinga c. Pinset telinga d. Corong telinga. e. Pemilin telinga. f. Pengail telinga Baki berisi alat alat yang tidak steril : a. Bengkok 1 buah. b. Perlak dan alasnya. c. Lampu spiritus. d. Lampu kepala. e. Kapas dalam tempatnya. Ember kotoran

.Cara kerja : 1. Beritahu tindakan apa yang akan dilakukan kepada klien. 2. Klien diberitahu dalam posisi duduk. Bila klien adalah anak kecil, harus di pangku sambildipegang kepalanya. 3. Perlak dan alasnya dipasang pada bahu dibawah telinga yang akan dibersihkan 4. Pasang lampu kepala. 5. Perawat cuci tangan. 6. Bersihkan kotoran telinga dengan kapas, memakai pemilin kapas yang telah di flamber terlebih dahulu.

7. Berikan bengkok pada pasien dan minta kerjasama pasien untuk memegang bengkok dengan posisi di bawah telinga. 8. Hisaplah cairan dengan menggunakan semprit dan keluarkan udara dari semprit. 9. Tariklah daun telinga klien ke atas kemudian ke belakang dan dengan tangan yang lain perawat memancarkan cairan ke dinding atas dari liang telinga. (Penyemprotan cairan harus perlahan lahan dan tepat ditujukan ke dinding atas liang telinga.) 10. Jika sudah bersih, keringkan daun telinga dengan kapas yang telah dipilin dan di flamber. 11. Lihat atau periksa kembali liang telinga klien apakah sudah bersih atau belum denganmenggunakan corong telinga.

4. Penanganan pada epitaksik Cara Mengatasi Mimisan:

Dudukkan penderita mimisan, agar hidung lebih tinggi dari jantung. Jangan suruh tidur telentang sebab aliran darah ke hidung bertambah deras dan darah dapat tertelan ke belakang.

Bungkukkan badannya ke depan sedikit, lalu beri instruksi agar bernafas dari mulut. Tekan cuping hidung selama kurang lebih lima menit. Pada hidungnya bisa diberikan kompres dingin untuk memperlambat aliran darah ke hidung.

Bila setelah lima menit mimisan belum berhenti, tekan lagi cuping hidung selama 10 menit.

Jika masih tetap berdarah, bawalah anak ke rumah sakit terdekat. Jangan lupa, akan lebih baik setelah melakukan pertolongan pertama, segera konsultasikan kondisi ini pada dokter.

Cara memakai daun sirih untuk mimisan 1. Gunakan 1 lembar daun sirih yang digulung dan ditekan hingga mengeluarkan sedikit minyak. 2. Kemudian tutup lubang hidung yang berdarah dengan daun sirih dan biarkan selama lebih dari 5 menit. Ini akan membuat perdarahan cepat berhenti.

5. Pencabutan Gigi Prosedur pelaksanaan: 1. Menjelaskan kepada penderita bahwa akan dilakukan tindakan pencabutan gigi dengan tujuan untuk memberi kesempatan gigi permanen tumbuh dengan baik. 2. Menjelaskan kepada penderita bahwa sebelumnya pencabutan akan dilakukan pembiusan dan setelah itu penderita akan merasakan dingin (bila menggunakan Chlor Ethyl) atau merasa tebal (bila menggunakan suntikan lidocaine). 3. Minta ijin penderita/pengantar untuk dilakukan tindakan (bolehkah saya mulai sekarang ?). 4. Mempersiapkan alat dan obat anastesi dan alat tindakan pencabutan gigi yang sudah disterilkan. 5. Mencuci tangan dengan sabun dan memakai sarung tangan steril. 6. Tindakan anastesi, bila sudah goyang menggunakan Chlor Ethyl dan belum goyang menggunakan lidocain.

Bila menggunakan Chlor Ethyl : 1. Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan betadine. 2. Mengolesi gusi pada daerah gigi yang akan dicabut dengan gerakan searah 1 kali. 3. Mengambil kapas 2 buah gulungan dengan pinset, kemudian kapas dipegang dengan tangan kiri. 4. Memegang Tabung Chlor Ethyl dengan tangan kanan kemudian ujungnya didekatkan

pada kapas dengan jarak 1 cm kemudian menyemprot kapas dengan Chlor Ethyl, tunggu sampai kapas berbuih. 5. Meminta pasien membuka mulut kemudian meletakkan kapas sambil di tekan pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi yang akan dicabut.

Bila menggunakan anastesi lidokain komp 2 % :

1. Mempersiapkan lidokain ampul dan mematahkan ujung ampul menggunakan menggunakan tangan pada leher ampul. 2. Mempersiapkan spuit 3 cc, membuka tutup spuit dan memindahkan lidokain ke dalam spuit dengan cara menghisap isi ampul sampai habis dan menutup kembali spuit. 3. Membuang botol ke tempat sampah medis. 4. Membuang udara dalam spuit dengan cara memposisikan spuit dengan ujung jarum menghadap ke atas, kemudian ketuk perlahan syringe. Kemudian dorong pompa perlahanlahan sampai udara tidak tampak lagi dan cairan keluar sedikit di ujung jarum. 5. Mengambil kapas steril menggunakan pinset dan menetesinya dengan betadine. 6. Mengolesi gusi yang akan dilakukan injeksi dengan gerakan searah 1 kali. 7. Untuk menganastesi gusi bagian bukal, lidokain di suntikkan ke gusi di sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut dan melakukan aspirasi, apabila keluar darah menggeser posisi jarum ke titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Menyuntikkan lidokain 0,5-1 cc. Mencabut kembali jarum. 8. Untuk menganastesi gusi bagian lingual/palatal, lidokain disuntikkan ke gusi sekitar apeks pada gigi yang akan dicabut atau pada percabangan saraf dan melakukan aspirasi apabila keluar darah menggeser posisi jarum ke titik lain dan memasukkan jarum sampai menyentuh tulang. Menyuntikan lidokain 0,5-1 cc. Mencabut kembali jarum 9. Membuang spuit pada safety box dengan cara ujung jarum masuk lebih dulu. 10. Menunggu sampai obat bereaksi dan menimbulkan rasa tebal dengan menanyakan pada pasien apakah sudah terasa tebal dan bagaimana perasaan pasien apakah terasa mata berkunang-kunang atau pusing. Bila sudah terasa tebal maka langsung dilakukan pencabutan.

11. Melakukan pemisahan gigi dan gusi dengan memakai bein dengan posisi bein mesio bukal / disto bucal gigi yang bersangkutan, dengan gerakan bein apikal ke coronal (dari bawah ke atas) sampai gigi goyang. 12. Meletakkan ujung tang pada bagian bukal dan lingual/palatinal gigi sampai dengan cervical gigi / bifurkasi gigi. 13. Pada gigi yang mempunyai 1 akar (gigi anterior) memutar gigi searah sambil ditarik keluar. 14. Pada gigi yang mempunyai lebih akar menggerak-gerakkan gigi ke arah bukal dan lingual/palatinal supaya gigi terlepas dan menarik gigi keluar. 15. Mengambil tampon menggunakan pinset kemudian menetesi tampon dengan betadine di atas cucing meletakkan tampon pada luka bekas pencabutan dan meminta pasien untuk menggigit tampon kuat-kuat. 16. Membuang sampah medis kapas betadine, tampon yang digunakan selama tindakan dan gigi yang sudah dicabut ke dalam tempat sampah medis. 17. Melepaskan sarung tangan dan dimasukkan dalam tempat sampah medis kemudian mencuci tangan memakai sabun. 18. Memberikan instruksi post-ekstraksi kepada pasien/pengantar. 19. Mencatat hasil tindakan pada kartu status penderita. PENGOBATAN Peresepan obat diberikan berdasar pada prinsip-prinsip medikasi yang rasional dan proporsional. Mencatat pengobatan pada kartu status penderita.

KONSELING 1. Menjelaskan kepada pasien/pengantar setelah pencabutan untuk: a. Menggigit tampon 1 jam, boleh meludah tapi tampon tidak dibuang/tetap digigit. b. Tidak menyentuh bekas pencabutan dengan lidah karena bisa menyebabkan infeksi c. Tidak menghisap-hisap karena bisa menyebabkan infeksi d. Tidak berkumur-kumur terlalu keras selama 24 jam,

e. Menghindari perdarahan dan infeksi f. Mengajukan kepada pasien/pengantar untuk menjaga kebersihan mulut dengan cara menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur dengan memperagakan cara menyikat gigi yang benar g. Menganjurkan pasien menyikat gigi setelah makan makananmanis dan asam, dan makanan yang lengket di gigi h. Membiasakan memakan makanan yang berserat masalnya sayur dan buah i. Menganjurkan pada pasien/pengantar untuk segera kontrol bila ada keluhan atau bila ada lagi gigi yang berlubang j. Menganjurkan pada pasien/pengantar untuk memeriksakan gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali k. Memberi kesempatan pada pasien/pengantar untuk menanyakan hal yang kurang jelas dan menjawab pertanyaan sampai pasien/penderita jelas l. Mengecek pemahaman pasien/pengantar dengan memberikan pertanyaan terbuka atas informasi yang sudah disampaikan m. Mencatat hasil konseling pada kartu status penderita n. Mengucapkan terima kasih sudah datang dan semoga lekas sembuh

Anda mungkin juga menyukai