Dosen Pengampu:
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas pertolongan
Dan Kasih-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan
dengan ISPA pada Anak Sekolah” dengan baik meski masih banyak kekurangan didalamnya, dan
juga tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada ibu Fransisca B. B,. S.Pd,. Ns,. M.Kep.,Sp.
Kep. Kom selaku dosen mata kuliah keperawatan komunitas III yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dan bermanfaat dalam menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai asuhan keperawatan komunitas. Kami juga menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan yang membangun demi perbaikan
makalah yang telah kami buat ini, untuk dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain yang
membacanya.Kami mohon maaf apabila ada kata-kata yang tidak tepat dan kurang berkenan.
Terima kasih.
Jayapura
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................................ii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................................2
A. DEFINISI ISPA....................................................................................................................3
B. ETIOLOGI............................................................................................................................3
C. PATOFISIOLOGI.................................................................................................................3
D. MANIFESTASI KLINIS......................................................................................................3
E. KLASIFIKASI ISPA............................................................................................................4
F. PENATALAKSANAAN......................................................................................................6
BAB III............................................................................................................................................9
A. DEFINISI..............................................................................................................................9
B. PERKEMBANGAN FISIK..................................................................................................9
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF.......................................................................................10
D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL.................................................................................11
ii
E. MASALAH KESEHATAN SPESIFIK PADA ANAK USIA SEKOLAH.........................12
BAB IV..........................................................................................................................................14
ASUHAN KEPERAWATAN.........................................................................................................14
A. PENGKAJIAN...................................................................................................................14
B. ANALISA DATA................................................................................................................17
BAB V...........................................................................................................................................23
PENUTUP.....................................................................................................................................23
A. KESIMPULAN...................................................................................................................23
B. SARAN...............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara
berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu
masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada
masa dewasa dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian
seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan berat dan
sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di
Indonesia per tahun berkisar antara 10-20% dari populasi balita. Hal ini didukung oleh
data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten
Indramayu adalah 9,8%). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini
berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta. Penderita
yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya
berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada
kelompok umur 0-6 bulan.
Anak usia sekolah usia 6-12 tahun menuntut kebutuhan hidup yang menantang.
Perubahan perkembangan sangat beragam dan memiliki rentang seluruh area
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, psikososial, kognitif, dan moral di
kembangkan, diperluas, disaring, dan di sinkronisasikan, sehingga individu dapat menjadi
anggota masyarakat yang di terima dan produktif.
Anak usia sekolah harus mengatasi perubahan dalam seluruh area perkembangan,
misalnya mereka harus bekerja dan bermain secara kooperatif dalam kelompok besar
anak-anak dari berbagai latar belakang budaya. Anak usia sekolah harus memenuhi
tantangan perkembangan ketrampilan kognitif yang meningkatkan pemikiran dan
1
memungkinkan mereka untuk belajar menulis dan memanipulasi angka.
Sekolah atau pengalaman pendidikan memperluas dunia anak dan merupakan transisi dari
kehidupan yang secara relative bebas bermain ke kehidupan dengan bermain, belajar, dan
bekerja yang terstruktur. Sekolah dan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan membutuhkan penyesuaian dengan orang tua dan anak, Anak harus
belajar menghadapi peraturan dan harapan yang di tuntut oleh sekolah dan teman sebaya.
B. TUJUAN
a. Menjelaskan definisi ISPA
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI ISPA
Definisi ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang
benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
B. ETIOLOGI
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus,
Bordetella dan Korinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Miksovirus,
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus.
C. PATOFISIOLOGI
ISPA Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme
pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk,
refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan
tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem pertahanan
tersebut akibatnya terjadi invasi di daerahdaerah saluran pernafasan atas maupun bawah
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala- gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
3
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang dan coma.
E. KLASIFIKASI ISPA
Klasifikasi ISPA a. Klasifikasi berdasarkan umur (Kemenkes RI, 2011b), sebagai berikut:
a. Pneumonia berat: bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu
(jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau
sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38ºC atau lebih) atau
suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 ºC), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per
menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea,
distensi abdomen dan abdomen tegang.
b. Bukan pneumonia: jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit
dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas.
a. Pneumonia sangat berat: batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis
sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit
dibangunkan.
4
b. Pneumonia berat: batuk atau kesulitan bernapas dan penarikan dinding dada, tetapi
tidak disertai sianosis sentral dan dapat minum.
c. Pneumonia: batuk (atau kesulitan bernapas) dan pernapasan cepat tanpa penarikan
dinding dada.
d. Bukan pneumonia (batuk pilek biasa): batuk (atau kesulitan bernapas) tanpa
pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.
e. Pneumonia persisten: anak dengan diagnosis pneumonia tetap sakit walaupun telah
diobati selama 10-14 hari dengan dosis antibiotik yang adekuat dan antibiotik yang
sesuai, biasanya terdapat penarikan dinding dada, frekuensi pernapasan yang tinggi,
dan demam ringan.
3. Kelompok umur dewasa yang mempunyai faktor risiko lebih tinggi untuk terkena
pneumonia (Kurniawan dan Israr, 2009), yaitu:
b. Merokok
c. Malnutrisi baik karena kurangnya asupan makan ataupun dikarenakan penyakit kronis
lain.
d. Kelompok dengan penyakit paru, termasuk kista fibrosis, asma, PPOK, dan
emfisema.
h. Kelompok yang sedang menderita infeksi traktus respiratorius atas oleh virus.
5
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan
2. Klasifikasi ISPA
Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis
dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
3. Pengobatan
6
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat
adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,
dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi
antibiotik (penisilin) selama 10 hari. Setiap anak dengan tanda bahaya harus
diberikan perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat
dilihat pada lampiran.
4. Perawatan dirumah
Untuk anak usia 5 tahun keatas demam diatasi dengan memberikan parasetamol
atau dengan kompres. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan
tiga kali sehari.
Pemberian makanan
Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
7
menambah parah sakit yang diderita.
penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa
kembali ke petugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang
Immunisasi
8
BAB III
A. DEFINISI
Anak usia sekolah merupakan suatu periode yang dimulai saat anak masuk
sekolah dasar sekitar usia 6 tahun sampai menunjukan tanda akhir masa kanak-kanak
yaitu 12 tahun.
B. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir
tetapi, meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti
pola secara tepat. Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah,
sebagai akibat perubahan distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle,
1994)
9
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung rata-
rata 70 – 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi
pernafasan stabil 19 – 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih
lambat, lebih dalam, dan lebih teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6
kali ukurannya saat lahir dan umumnya sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu
berlari, melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain.
Menghasilkan peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam
kecepatan pencapaian penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan
individual dalam ketrampilan motorik terbentuk dalam partisipasi anak dalam
aktivitas yang membutuhkan
C. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir
dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh
persepsinya dan sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7
tahun, anak memasuki tahap piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal
sebagai operasional konkret, ketika merewka mampu mengunakan symbol secara
operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran bukan kerja Mereka mulai menggunakan
proses pemikiran yang logis dengan materi konkret. Periode ini di tandai dengan tiga
kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan, menyusun, dan mengasosiasikan.
Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem
solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini
tercakup semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di
nyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-
10
kata, kalimat bunyi, lambing, gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia
dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-
nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut :
a) Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-
orang suara / bicara sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b) Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu
mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau
kata-kata yang di dengarnya.
D. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang
mendapatkan keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang
menghadapi kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak
berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan
kognitif dan pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai
prinsip dasar kehidupan, bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
11
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha
untuk menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena
informasi yang di terima anak mengenai benar salah, baik buru
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas
jender yang kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di
pertahankan oleh anak biasa di sebut “geng“. Umumnya anak laki-laki dan
perempuan memandang jenis kelamin yang berbeda secara negative. Pengaruh sebaya
menjadi lebih berbeda selama tahap perkembangan ini. Konformitas terlihat pada
perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan dipengaruhi adanya
kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat, seiring perubahan anak
sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada
periode ini anak memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini
banyak peneliti percaya bahwa anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar
pada seksualitasnya.
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual.
Persepsi sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya
atau tidak adanya penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan
fungsional standar untuk kesehatan personal dan kesehatan yang lain dinilai.
12
kelompok usia ini, masalah ini memiliki angka mordibitas tinggi jumlah infeksi hamper
80. Beberapa kelompok lebih mudah mengalami penyakit dan ketidakmampuan, sering
kali sebagai akibat adanya rintangan pencapaian pelayanan kesehatan. Retardasi mental,
gangguan belajar, kerusakan sensasi, dan malnutrisi merupakan prevalensi terbanyak di
antara anak-anak yang hidup dalam kemiskinan.
13
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Data Umum.
1) Nama KK : Tn. Z
2) Usia : 40 tahun
3) Pendidikan KK : SMP
4) Pekerjaan : Wiraswasta
5) Alamat : perumnas 1 Waena
6) Komposisi Keluarga :
Ny W P 33 th istri SMP
An X L 13 th anak SMP
An Y L 8 th anak SD
= Sudah di imunisasi
7) Genogram
14
Keterangan :
8) Tipe Keluarga
Keluarga Tn. T termasuk keluarga inti (nuclear family) yaitu keluarga yang
terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak.
9) Latar belakang Budaya / kebiasaan keluarga
a. Suku bangsa
Keluarga Tn. T merupakan suku Jawa Bangsa Indonesia.
b. Bahasa yang digunakan
Bahasa yang biasa digunakan keluarga sehari hari adalah bahasa jawa,
keluarga menguasai bahasa jawa dan bahasa indonesia.
c. Kebiasaan dalam kebersihan
Anggota keluarga mencuci tangan sebelum makan, cuci muka, kaki dan
gosok gigi sebelum tidur selain kegiatan rutin sehari – hari yang sudah
umum dilakukan seperti keluarga lain antara lain mandi dan mencuci.
Sedangkan dalam menjaga kebersihan rumah kurang diperhatikan.
15
10) Tn. T adalah seorang tukang kayu, relasinya banyak berasal dari sesama
profesi dan jika order pekerjaan sepi tak ada pekerjaan lain yang dilakukan.
Sedangkan Ny. W seorang penjual nasi bungkus di pasar.
3. Pemeriksaan Fisik
Nama : An Y
TD : 110/80
Nadi : 93/menit
RR : 24/menit
Rambut : bersih
Mulut : mukosa mulut kering
Leher :tidak ada pembesaran tiroid
Dada : takipnea, nafas cuping hidung, dan wheezing
Turgor kulit: buruk
B. ANALISA DATA
16
DO:
TD : 110/80
Nadi : 93/menit
RR :24/menit
Leher : tidak ada pembesaran
tiroid
Dada: takipnea, nafas cuping
hidung, dan wheezing
Turgor kulit: burut
DO:
17
keluarga Domain 1: Kelas 2: 00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
promosi manajemen kesehatan
kesehatan kesehatan
18
D. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
Level 3: hasi:
0802 – vitalsign
Masalah pendukung: Domain 1: Keluarga mampu Level 1: domain 1: Level 1, domain 1:fisiologis
- nyeri pada bagian dada Promosi kesehatan memelihara pengetahuan dan perilaku
kesehatan Hasil yang menggambarkan Level 2, kelas Q: bantuan
- sesak terutama ketika Kelas: 2 sikap, komperhension dan koping
bekerja keras Menejemen tindakan yang mendukung Intervensi untuk membantu
kesehatan
kesehatan diri sendiri membangun
- menolak control Ketidakefektifan
kekuatan beradaptasi dengan
kesehatan secara rutin pemeliharaan
kesehatan perubahan fungi, atay
- dada terasa panas (00099) Level 2: kelas Q: mencapai fungsi yang lebih
- merasa lelah Perilaku kesehatan tinggi.
- pernafasan abnormal Hasil yang menggambarkan
- warna kulit pucat tindakan keluarga untuk
- dyspnea meningkatkan atau Level 3:intervensi
- taikardi memperbaiki kesehatan, 0140: peningkatan mekanik
- terdapat ronki, tubuh
wheezing pada kedua Level 3: hasil: 5250: dukungan membuat
paru 1606: berpartisipasi dalam keputsa n
- batuk berdahak kental memutuskan perawatan
dan kehijauan kesehatan
- nyeri kepala
20
F. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
Kasus agregat Domain 1: Berkurangnya Domain IV: pengetahuan dan Domain 3: perilaku
anak usia perilaku perilaku.
Promosi
sekolah; beresiko anak
kesehatan Kelas S: pengetahuankesehatan
usia sekolah Kelas S; edukasi klien
- Anak SD
dan - 1805: pengetahuan; perilaku sehat
mayoritas sering - 5510:penkes
meningkatnya - 1832: pengetahuan;promosi
jajan diluar pagar Kelas 2: - 5520:memfasilitasi pembelajaran
efektifitas kesehatan
sekolah - 5604: pengajaran kelompok
Menejemen pemerliharaan - 1854: pengetahuan;diet sehat
- Beberapa anak - 5618: pengajaran prosedur
kesehatan kesehatan - 1855: pengetahuan; gaya hidup
bahkan pernah
pada anak sehat
absen 3 hari -Perilaku
usai sekolah Domain 7; komunitas kelas C;
karna diare kesehatan
promosi kesehatan komunitas
- Tampak saat jam cenderung Kelas Q: perilaku sehat
istirahat anak beresiko(00188) - 8750: pemasaran social
- 1600:kepatuhan perilaku (1600)
anak menyerbu -Ketidakefektifan
- 1621: kepatuhan perilaku: diet
pedagang pemeliharaan
sehat
- Jajanan memiliki kesehatan
- 1602: perilaku promosi kesehatan
21
warna saos (00099) - 1603: pencarian perilaku sehat
merah terang - 16-6: partisipasi dalam
- Warung sekolah pengambilan keputusan perawatan
ada 2 kios keci, kesehatan
namun hanya
menyediakan
jajanan kering
- Tempat cuci
tangan hanya
3keran tanpa ada
sabun
22
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
ISPA adalah suatu penyakit yang terbanyak diderita oleh anak-anak, baik dinegara
berkembang maupun dinegara maju dan sudah mampu dan banyak dari mereka perlu
masuk rumah sakit karena penyakitnya cukup gawat. Penyakit-penyakit saluran
pernapasan pada masa bayi dan anak-anak dapat pula memberi kecacatan sampai pada
masa dewasa dimana ditemukan adanya hubungan dengan terjadinya Chronic Obstructive
Pulmonary Disease.
Anak usia sekolah usia 6-12 tahun menuntut kebutuhan hidup yang menantang.
Perubahan perkembangan sangat beragam dan memiliki rentang seluruh area
pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik, psikososial, kognitif, dan moral di
kembangkan, diperluas, disaring, dan di sinkronisasikan, sehingga individu dapat menjadi
anggota masyarakat yang di terima dan produktif.
Anak usia sekolah harus mengatasi perubahan dalam seluruh area perkembangan,
misalnya mereka harus bekerja dan bermain secara kooperatif dalam kelompok besar
anak-anak dari berbagai latar belakang budaya. Anak usia sekolah harus memenuhi
tantangan perkembangan ketrampilan kognitif yang meningkatkan pemikiran dan
memungkinkan mereka untuk belajar menulis dan memanipulasi angka.
B. SARAN
Sebaiknya orang tuamenjalankan peran sebagai orang tua sebaik mungkin dalam
memperhatikan kesehatan anaknya. Terlebih anak usia sekolah yang rentan akan penyakit
ISPA. Karna penyakit ini akan mempengaruhi perkembangannya baik dalam fisik
maupun mental.
23
DAFTAR PUSTAKA
Wilkinson, M.Judith & Nency R. Ahern. (2011).Buku Saku Diagnosis Keperawatan: Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC,Kriteria Hasil NOC Edisi 9. Jakarta: EGC
http://www.who.int/csr/resources/publications/WHO_CDS_EPR_2007_8BahasaI.pdf
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-rasmaliah9.pdf
http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud-1529-1503206930-bab%20ii.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/124/jtptunimus-gdl-nurhadig2a-6164-2-babii.pdf
http://eprints.ung.ac.id/4857/5/2013-1-14201-841409009-bab2-27072013041332.pdf
https://www.google.co.id/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjP-
6WBu4zMAhVCJZQKHShSBCIQFggnMAI&url=http%3A%2F%2Ffkep.unand.ac.id
%2Fimages
%2FRPKPS_2012%2Faskep_anak_sekolah.doc&usg=AFQjCNE5yK5f4gcVsl0iSYhPV-
IreHJSgA&bvm=bv.119408272,d.dGo
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/136/jtptunimus-gdl-ocdhafarok-6754-2-babii.pdf
24