Anda di halaman 1dari 5

A.

DEFINISI
Dyspnea atau sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika
melakukan aktivitas fisik yang ditandai dengan napas pendek serta penggunaan otot bantu
nafas. Sesak napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau
kronis. Sesak napas dikenal juga dengan istilah “Shortness Of Breath” (Price dan Wilson,
2013).
Dyspnea atau sesak nafas di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Dyspnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum kunjungan ke
ruang gawat darurat. Penyebab dyspnea akut diantaranya penyakit pernapasan (paru-
paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma dada.
2. Dyspnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor, kelainan pita suara.
Dispnea adalah gejala pertama yang dirasakan pasien akibat terganggunya pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dalam alveoli yang berisi cairan. Dispnea akan semakin
parah apabila melakukan aktivitas yang berat seperti naik tangga dan mengangkat beban
yang berat. (Bradero et al, 2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab dispnea menurut Djojodibroto (2012) adalah :
1. Sistem kardiovaskuler : gagal jantung
2. Sistem pernapasan : PPOK, Penyakit parenkim paru, hipertensi pulmonal, faktor
mekanik di luar paru (asites, obesitas, efusi pleura)
3. Psikologis (kecemasan)
4. Hematologi (anemia kronik)
5. Otot pernafasan yang abnormal (penyakit otot, kelumpuhan otot)
Dispnea atau sesak napas bisa terjadi dari berbagai mekanisme seperti jika ruang
fisiologi meningkat maka akan dapat menyebab kan gangguan pada pertukaran gas antara
O2 dan CO2 sehingga menyebabkan kebutuhan ventilasi makin meningkat sehingga
terjadi sesak napas. Pada orang normal ruang mati ini hanya berjumlah sedikit dan tidak
terlalu penting, namun pada orang dalam keadaan patologis pada saluran pernapasn maka
ruang mati akan meningkat. Begitu juga jika terjadi peningkatan tahanan jalan napas maka
pertukaran gas juga akan terganggu dan juga dapat menebab kan dispnea.
Dispnea juga dapat terjadi pada orang yang mengalami penurnan terhadap compliance
paru, semakin rendah kemampuan terhadap compliance paru maka makinbesar gradien
tekanan transmural yang harusdibentuk selama inspirasi untuk menghasilkan
pengembangan paru yang normal. Penyebab menurunnya compliance paru bisa bermacam
salah satu nya adalah digantinya jaringan paru dengan jaringan ikat fibrosa akibat inhalasi
asbston atau iritan yang sama.
C. PATOFISIOLOGI
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus
dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar
dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering
dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar
terganggu.Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan
nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi
rusak dibuang dari tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru
yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada
perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di
ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin
yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya
kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan
billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal
konjugasi.Akibatnya billirubin tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus,
karena terjadi retensi (akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu
belum mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami
konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena
kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat
(abolis).Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke
dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap.
Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu
dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
D. MANIFESTASI KLINIK
Dispnea atau sesak napas adalah perasaan sulit bernapas ditandai dengan napas yang
pendek dan penggunaan otot bantu pernapasan. Dispnea dapat ditemukan pada penyakit
kardiovaskular, emboli paru, penyakit paru interstisial atau alveolar, gangguan dinding
dada, penyakit obstruktif paru (emfisema, bronkitis, asma), kecemasan (Price dan Wilson,
2013).
Batuk adalah gejala umum penyakit pernapasan. Hal ini disebabkan oleh :
 Stimulasi refleks batuk oleh benda asing yang masuk ke dalam larink, Akumulasi
sekret pada saluran pernapasan bawah.
 Bronkitis kronik, asma, tuberkulosis, dan pneumonia merupakan penyakit dengan
gejala batuk yang mencolok (Chandrasoma, 2013).
 Pemeriksaan sputum/ dahak sangat berguna untuk mengevaluasi penyakit paru.
Sediaan apusan gram dan biakan sputum berguna untuk menilai adanya infeksi.
Pemeriksaan sitologi untuk sel-sel ganas. Selain itu, dari warna, volum, konsistensi,
dan sumber sputum dapat diidentifikasi jenis penyakitnya.
 Hemoptisis adalah batuk darah atau sputum dengan sedikit darah. Hemoptisis
berulang biasanya terdapat pada bronkitis akut atau kronik, pneumonia, karsinoma
bronkogenik, tuberkulosis, bronkiektasis, dan emboli paru.
 Jari tabuh adalah perubahan bentuk normal falanx distal dan kuku tangan dan kaki,
ditandai dengan kehilangan sudut kuku, rasa halus berongga pada dasar kuku, dan
ujung jari menjadi besar. Tanda ini ditemukan pada tuberkulosis, abses paru, kanker
paru, penyakit kardiovaskuler, penyakit hati kronik, atau saluran pencernaan.
Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan akibat meningkatnya
jumlah Hb terreduksi dalam kapiler (Price dan Wilson, 2013).
 Ronki basah berupa suara napas diskontinu/ intermiten, nonmusikal, dan pendek,
yang merupakan petunjuk adanya peningkatan sekresi di saluran napas besar.
Terdapat pada pneumonia, fibrosis, gagal jantung, bronkitis, bronkiektasis.
 Wheezing/ mengik berupa suara kontinu, musikal, nada tinggi, durasi panjang.
Wheezing dapat terjadi bila aliran udara secara cepat melewati saluran napas yang
mendatar/ menyempit. Ditemukan pada asma, bronkitis kronik, CPOD, penyakit
jantung.
 Stridor adalah wheezing yang terdengar saat inspirasi dan menyeluruh. Terdengar
lebih keras di leher dibanding di dinding dada. Ini menandakan obstruksi parsial
pada larink atau trakea. Pleural rub adalah suara akibat pleura yang inflamasi. Suara
mirip ronki basah kasar dan banyak (Reviono, dkk, 2015).

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
1. Riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik
2. Foto rontgen dada
3. Pemeriksaan fungsi paru : menurunnya tidal volume, kapasitas vital, eosinofi biasanya
meningkat dalam darah dan sputum
4. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test ; RAST)
5. Analisa gas darah – pada awalnya pH meningkat, PaCO2 dan PaO2 turun (alkalosis
respiratori ringan akibat hiperventilasi ); kemudian penurunan pH, penurunan PaO2
dan peningkatan PaCO2 (asidosis respiratorik

F. PENATALAKSANAAN
1. Penanganan Umum Dispnea
a. Memposisikan pasien pada posisi setengah duduk atau berbaring dengan bantal
yang tinggi
b. Diberikan oksigen sebanyak 2-4 liter per menit tergantung derajat sesaknya
c. Pengobatan selanjutnya diberikan sesuai dengan penyakit yang diderita
2. Terapi Farmako
a. Olahraga teratur
b. Menghindari alergen
c. Terapi emosi
3. Farmako
a. Quick relief medicine
b. Pengobatan yang digunakan untuk merelaksasi otot-otot saluran pernapasan,
memudahkan pasien bernapas dan digunakan saat serangan datang. Contoh :
bronkodilator
c. Long relief medicine
d. Pengobatan yang digunakan untuk menobati inflamasi pada sesak nafas,
mengurangi odem dan mukus berlebih, memberikan kontrol untuk jangka
waktu yang lama. Contoh : Kortikosteroid bentuk inhalasi.

G. KOMPLIKASI
Dispnea dapat ditemukan pada penyakit kardiovaskuler, emboli paru, penyakit paru
interstisial atau alveolar, gangguan dinding dada, penyakit obstruktif paru (emfisema,
bronkitis, asma), kecemasan. Sesak napas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit seperti
asma, penggumpalan darah pada paru – paru sampai pneumonia. Sesak napas juga dapat
disebabkan karena kehamilan (Price dan Wilson, 2013). Dalam bentuk kronisnya, sesak
napas atau dispnea merupakan suatu gejala penyakit – penyakit seperti asma, emfisema,
berupa penyakit paru – paru lain.

Anda mungkin juga menyukai