Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA KLIEN PNEUMONIA PADA


ANAK

OLEH :
I GEDE PATRIA PRASTIKA
NI LUH PUTU MEGA WIJAYANTHI

(P07120215059)
(P07120215060)

2B D-IV KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2016

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN


PNEUMONIA PADA ANAK

A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus

terminalis

yang

mencakup

bronkiolus

respiratorius,

alveoli,

serta

menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan gangguan pertukaran gas


setempat. (Zul, 2001).
Pneumonia adalah salah satu penyakit peradangan akut parenkim paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernafasan bawah akut (ISNBA) (Sylvia, A. Price).
Dengan gejala batuk dan disertai dengan sesak nafas yang disebabkan agen infeksius
seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungsi), dan aspirasi substansia asing, berupa radang
paru paru yang disertai eksudasi dan konsolidasidan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis.
B. KLASIFIKASI PNEUMONIA
Menurut buku pneumonia komuniti, pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di
Indonesia yang dikeluarkan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2003 menyebutkan tiga
klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan klinis dan epidemiologis :
a.
Pneumonia komuniti
b.
Pneumonia nasokomial
c.
Pneumonia aspirasi
d.
Pneumonia pada penderita immunocompromised
2. Berdasarkan penyebab
a.
Pneumonia bakteri/tipikal
Pneumonia jenis itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang
telah lanjut usia. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang
biak dan merusak paru-paru.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru menjadi terisi cairan. Dari
jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui
peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai
penyebab pneumonia bakteri tersebut.
b.
Pneumonia akibat virus

Penyebab utama pneumonia virus adalah virus influenza.

Gejala awal dari

pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita
menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi
disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri.
Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
c.

merah tua.
Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan

daya tahan lemah.


d.
Berdasarkan predileksi infeksi
1) Pneumonia lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan
besar dari pohon bronkus) baik kanan maupun kiri.
2) Pneumonia bronkopneumia, pneumonia yang ditandai bercak-bercak infeksi
pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun kiri yang disebabkan virus
atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang tua. Pada penderita
pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan cairan yang
lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara bersih
(oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya, tubuh
menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya.

C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus betahemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu :
1. Bakteri

Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

D. MANIFESTASI KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 - 40C dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau
sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
stadium resolusi ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah.1997).
E. PATOFISIOLOGI
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat

sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul
panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan
keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan
adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan
selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume
cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan
jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.

F. WOC Pneumonia

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organism yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.

2. Terapi suportif umum


a. Terapi O2 untuk mencapai Pa O2 80-100 mmHg atau saturasi 95-96 % berdasar
pemeriksaan AGD
b. Humidifikasi dengan nebulizer untuk mengencerkan dahak yang kental
c. Fisioterapi dada untuk pengeluaran dahak, khususnya anjuran untuk batuk dan
napas dalam
d. Pengaturan cairan: pada pasien pneumonia, paru menjadi lebih sensitif terhadap
pembebanan cairan terutama pada pneumonia bilateral
e. Pemberian kortikosteroid, diberikan pada fase sepsis
f. Ventilasi mekanis : indikasi intubasi dan pemasangan ventilator dilakukan bila
terjadi hipoksemia persisten, gagal napas yang disertai peningkatan respiratoy
distress dan respiratory arrest
g. Drainase empiema bila ada
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Identitas pasien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, status, pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk, tanggal pengkajian, nomor register
dan dx.medis.
Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan
dan alamat.
2. Keadaan Umum
Meliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, warna kulit, tingkat kesadaran
kualitatif atau GCS, pola nafas, posisi klien dan respon verbal klien.
3. Keluhan utama
4. Riwayat penyakit
Meliputi penyakit sekarang, riwayat penyakit dulu, riwayat penyakit keluarga, dan
riwayat alergi.
5. Tanda-tanda Vital
Meliputi pemeriksaan :
a. Tekanan darah
b. Pulse rate
c. Respiratory rate
d. Suhu
6. Pemeriksaan Fisik
Kaji menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi apakah terdapat
tanda dan gejala seperti berikut :
a. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak, Adanya PCH,
Adanya tachipne, dyspnea, Sianosis sirkumoral, Distensi abdomen, Batuk : Non
produktif produktif.
b. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun, Fremitus raba meningkat
disisi yang sakit, Hati mungkin membesar

c. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru, takikardia.


d. Perkusi : pekak bagian dada dan suara redup pada paru yang sakit.
Menurut M. Doengoes (2000) pengkajian yang bisa dilakukan pada pasien
dengan pneumonia adalah :
1. Aktivitas / istirahat
Kaji klien mengenai adanya gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia dengan tanda:
Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
2. Sirkulasi
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat gagal jantung kronis dengan tanda :
takikardi, penampilan keperanan atau pucat
3. Integritas Ego
Kaji klien mengenai adanya gejala: banyak stressor, masalah finansial
4. Makanan / Cairan
Kaji klien mengenai adanya gejala: kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat
DM dengan tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan
turgor buruk, penampilan malnutrusi
5. Neurosensori
Kaji klien mengenai adanya gejala : sakit kepala bagian frontal dengan tanda :
perubahan mental
6. Nyeri / Kenyamanan
Kaji klien mengenai adanya gejala : sakit kepala, nyeri dada meningkat dan batuk,
myalgia, atralgia
7. Pernafasan
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea,
dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal dengan tanda:
a. Sputum : merah muda, berkarat atau purulen
b. Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
c. Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
d. Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
e. Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
8. Keamanan
Kaji klien mengenai adanya gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam dengan
tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus
rubela / varisela.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan terbentuknya eksudat dalam
alveoli ditandai dengan pasien mengeluh batuk bercampur sputum, tampak batuk
produktif berupa sputum, Px. Fisik : perkusi pekak, inspirasi rales, ronchi nyaring.
2. Gangguan pola napas berhubungan dengan kerusakan jaringan paru ditandai dengan
pasien mengeluh sulit bernapas, tampak sesak, px. tanda vital : respirasi meningkat,
px. fisik : penggunaan otot aksesori, suara nafas bronchial.

3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
4. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.
5. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)

K. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


N
o
1

Diagnosa
Keperaw

Tujuan (NOC)

Intervensi
(NIC)

atan

Rasional

Bersihan

Setelah dilakukan

Mandiri

jalan

asuhan keperawatan

1. Kaji frekuensi /

napas

selama ...x 24 jam,

kedalaman

dada tak simetris sering

tidak

diharapkan masalah

pernafasan dan

terjadi karena

efektif

jalan nafas kembali


efektif dengan KH:

gerakan dada.
2. Auskultasi
paru, catat area

1.
Mengidentifikasi/m
enunjukkan
perilaku
mencapai
bersihan jalan
napas.
2.
Menunjukkan jalan
napas paten
dengan napas
bersih, tak ada
dispnea,
sianosis.

penurunan/tak

1. Takipnea, pernapasan
dangkal, dan gerak

ketidaknyamanan
gerakan dinding dada
dan/atau cairan paru
2. penurunan aliran udara

ada aliran udara

terjadi pada area

dan bunyi nafas

konsolidasi dengan

tambahan

cairan. Krekels, ronki

(krakles,

dan mengi terdengar

mengi)
3. Bantu pasien
untuk
melakukan

sebagai respon
terhadap pengumpulan
cairan, secret.
3. Napas dalam

batuk efektif

memudahkan ekspansi

dan nafas

maksimum paru-paru.

dalam.
4. Penghisapan
sesuai indikasi
5. Berikan cairan
sedikitnya 2500
ml/hari (kecuali
kontraindikasi).

Batuk adalah
mekanisme
pembersihan jalan
napas alami.
4. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan

Tawarkan air
hangat,
daripada
dingin.

napas secara mekanik.


5. Cairan (khususnya air
hangat) memobilisasi
dan mengeluarkan
sekret

Kolaborasi :
1. Bantu
mengawasi
efek
pengobatan
nebuliser dan
fisioterapi lain.
2. Berikan obat
sesuai indikasi
3. Berikan cairan
tambahan,
misal : IV,
oksigen
humudifikasi,
dan ruangan
humudifikasi.
4. Awasi seri sinar
X dada, GDA,
nadi oksimetri.
5. Bantu
bronkoskopi/tor
asentesis bila
diindikasikan

Kolaborasi
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
2. Alat untuk menurunkan
spasme bronkus
dengan mobilisasi
sekret.
3. Cairan diperlukan
untuk menggantikan
kehilangan dan
memobilisasi sekret.
4. Mengevaluasi
kemajuan dan efek
proses penyakit dan
memudahkan pilihan
terapi yang diperlukan.
5. Kadang-kadang
diperlukan untuk
membuang
perlengketan mukosa,
pengeluaran sekresi
purulen, dan/atau

Setelah dilakukan

pola napas

asuhan keperawatan

kedalaman

dangkal sering terjadi

selama ... x 24 jam,

bernapas dan

karena

diharapkan px
memenuhi KH :
1. Menunjukkan
pola pernafasan
normal/efektif
dengan
2. mempertahanka

1. Kaji frekuensi,

mencegah atelektasis.
1. Takipnea, pernapasan

Gangguan

ekspansi dada
2. Auskultasi
bunyi nafas
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah

ketidaknyamanan
gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.
2. Menunjukkan
terjadinya komplikasi
(adanya bunyi
tambahan

n ventilasi
adekuat
3. Analisa Gas
Darah dalam
rentang normal

posisi
4. Kolaborasi
pemberian O2
sesuai indikasi
5. Awasi Analisa
Gas Darah.

menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi).
3. Untuk melancarkan
pernafasan yang
terganggu karena
penumpukan sekret
4. Mempertahankan Pa
O2 di atas 60 mmHg.
5. Memonitor kadar gas

Nyeri akut

Setelah dilakukan

1. Tentukan

dalam darah.
1. Nyeri dada biasanya

asuhan keperawatan

karakteristik

ada dalam beberapa

selama ... x 24 jam,

nyeri, misal :

derajat dalam

diharapkan px

tajam, ditusuk,

pneumonia, juga dapat

memenuhi KH :
1. Nyeri berkurang
atau hilang
2. Menunjukkan
rileks, istirahat /
tidur dan
peningkatan
aktivitas dengan
cepat

konstan.
2. Pantau Tandatanda Vital
3. Ajarkan teknik
relaksasi
4. Anjurkan dan
bantu pasien
dalam teknik
menekan dada
selama episode
batuk.
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesik

timbul komplikasi
pneumonia seperti
perikarditis dan
endokarditis.
2. Perubahan frekuensi
jantung atau TD
menunjukkan bahwa
pasien mengalami
nyeri.
3. Tindakan non
analgesikdiberikan
dengan sentuhan
lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek
terapi analgesic.
4. Untuk mengurangi
efek ketidaknyamanan
karena rasa nyeri
5. Diharapkan dapat
membantu mengurangi

Risiko

Setelah dilakukan

1. Identifikasi

tinggi

asuhan keperawatan

faktor yang

nyeri.
1. Pilihan intervensi
tergantung pada faktor

terhadap

selama ... x 24 jam,

menimbulkan

nutrisi

diharapkan px

kurang

memenuhi KH :

mual muntah
2. Berikan

dari

1. Menunjukkan

kebutuhan
tubuh

peningkatan
nafsu makan
2. Berat badan
stabil atau
meningkat

wadah tertutup
untuk sputum
dan buang
sesering
mungkin
3. Auskultasi
bunyi usus
4. Beri makan
porsi kecil tapi
sering,
termasuk
makanan yang
menarik untuk

penyebab masalah.
2. Untuk mengurangi
mual pada px yang
terjadi karena sputum
3. Bunyi usus mungkin
menurun/tak ada bila
proses infeksi
berat/memanjang.
4. Tindakan ini dapat
meningkatkan nafsu
makan meskipun
lambat untuk kembali.
5. Diharapkan mampu
mencegah muntah
6. Mengetahui
perkembangan nutrisi
pasien.

pasien
5. Kolaborasi
pemberian
antiemetic
6. Evaluasi
5

Risiko

Setelah dilakukan

tinggi

asuhan keperawatan

terhadap

selama ... x 24 jam,

kekuranga
n volume
cairan

diharapkan px
memenuhi KH :
1. Menunjukkan
volume cairan
adekuat
2. Membran
mukosa lembab,
turgor normal,
pengisian
kapiler cepat.

status nutrisi
1. Kaji perubahan
tanda vital
2. Kaji turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa
3. Catat laporan
mual muntah
4. Pantau
masukan dan

1. Peningkatan suhu
meningkatkan laju
metabolik dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
2. Indikator langsung
kekuatan volume
cairan.
3. Mengetahui kehilangan
cairan yang terjadi
4. Untuk

keluaran, catat

menyeimbangkan

warna, karakter

cairan dan mengetahui

urine
5. Berikan cairan
tambahan IV
sesuai
keperluan

apakah cairan yang


masuk sudah cukup
sesuai indkator urine
5. Memenuhi kebutuhan
cairan

6. Asupan cairan
7. minimal 2500 /
hari
8. Kolaborasi

6. Memenuhi kebutuhan
cairan
7. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.

pemberian
antipiretik,
antiemetik

L. IMPLEMENTASI
Implementasi

keperawatan

adalah

melaksanakan

intervensi

keperawatan.

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
M. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
(Poer, 2012)

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.


Lackmans. 1996. Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing, Philadelpia :
WB Saunders Company.
Pasiyan Rahmatullah. 1999. Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi
Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI
Reevers, Charlene J, et all. 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
Smeltzer SC, Bare B.G. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
Suyono. 2000. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015 - 2017.
Jakarta: EGC.
Bulechek, Gloria M. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC). USA: ELSEVIER.
Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA: ELSEVIER.
Poer, M. 2012. Makalah Dokumentasi Keperawatan Dokumentasi Evaluasi. (Online).
Available

at

https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-

dokumentasi-evaluasi-keperawatan. Diunduh pada 1 September 2016.

Anda mungkin juga menyukai