OLEH :
I GEDE PATRIA PRASTIKA
NI LUH PUTU MEGA WIJAYANTHI
(P07120215059)
(P07120215060)
2B D-IV KEPERAWATAN
A. DEFINISI PNEUMONIA
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari
suatu infeksi. (Price, 1995).
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari
bronkiolus
terminalis
yang
mencakup
bronkiolus
respiratorius,
alveoli,
serta
pneumonia akibat virus sama seperti gejala influenza, yaitu demam, batuk kering,
sakit kepala, nyeri otot, dan kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita
menjadi sesak, batuk lebih parah, dan berlendir sedikit, terdapat panas tinggi
disertai membirunya bibir.
Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena bakteri.
Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bacterial. Salah satu tanda terjadi
superinfeksi bacterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna hijau atau
c.
merah tua.
Pneumonia Jamur
Sering merupakan infeksi sekunder. Predileksi terutama pada penderita dengan
C. ETIOLOGI
Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh bakteri yang timbul secara primer atau
sekunder setelah infeksi virus. Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering
disebabkan oleh bakteri positif-gram, streptococcus pneumoniae yang menyebabkan
pneumonia streptococcus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus betahemolitikus juga sering menyebabkan pneumonia, demikian juga pseudomonas
aeruginosa. Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah : virus sinsial
pernafasan, adenovirus, virus parainfluenza dan virus influenza. Selain faktor tersebut,
penyebab terjadinya pneumonia sesuai penggolongannya, yaitu :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif
seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri
gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan
udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah
serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)
D. MANIFESTASI KLINIS
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratori bagian atas
selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39 - 40C dan
kadang disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea,
pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar
hidung dan mulut. Kadang kadang disertai mual dan diare. Batuk biasanya tidak
ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula mula kering
kemudian menjadi produktif.
Pada stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi
dengan adanya napas dangkal dan cepat. Pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar
hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena; pada perkusi sering tidak ditemukan
kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronkhi basah nyaring halus atau
sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi
terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada
stadium resolusi ronkhi terdengar lagi. (Ngastiyah.1997).
E. PATOFISIOLOGI
Adanya etiologi seperti jamur dan inhalasi mikroba ke dalam tubuh manusia
melalui udara, aspirasi organisme, hematogen dapat menyebabkan reaksi inflamasi hebat
sehingga membran paru-paru meradang dan berlobang. Dari reaksi inflamasi akan timbul
panas, anoreksia, mual, muntah serta nyeri pleuritis. Selanjutnya RBC, WBC dan cairan
keluar masuk alveoli sehingga terjadi sekresi, edema dan bronkospasme yang
menimbulkan manifestasi klinis dyspnoe, sianosis dan batuk, selain itu juga menyebabkan
adanya partial oklusi yang akan membuat daerah paru menjadi padat (konsolidasi).
Konsolidasi paru menyebabkan meluasnya permukaan membran respirasi dan penurunan
rasio ventilasi perfusi, kedua hal ini dapat menyebabkan kapasitas difusi menurun dan
selanjutnya terjadi hipoksemia
Dari penjelasan diatas masalah yang muncul, yaitu : Risiko kekurangan volume
cairan, Nyeri (akut), Hipertermi, Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, Bersihan
jalan nafas tak efektif, Gangguan pola tidur, Pola nafas tak efekif dan intoleransi aktivitas.
F. WOC Pneumonia
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar X : mengidentifikasi distribusi structural (missal : lobar, bronchial) dapat juga
menyatakan abses
2. Biopsi paru : untuk menetapkan diagnosis
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah : untuk dapat mengidentifikasi semua
organism yang ada
4. Pemeriksaan serologi : membantu dalam membedakan diagnosis organism khusus
5. Pemeriksaan fungsi paru : untuk mengetahui paru paru, menetapkan luas berat
penyakit dan membantu diagnosis keadaan
6. Spirometrik static : untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi
7. Bronkostopsi : untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi antibiotic
Merupakan terapi utama pada pasien pneumonia dengan manifestasi apapun, yang
dimaksudkan sebagai terapi kausal terhadap kuman penyebabnya.
3. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri dada, tampak meringis, px. Tanda vital : nadi meningkat (takikardi).
4. Risiko tinggi terhadap nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia yang berhubungan dengan bau dan rasa sputum.
5. Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan berlebihan (demam, berkeringat banyak, napas mulut/ hiperventilasi, muntah)
Diagnosa
Keperaw
Tujuan (NOC)
Intervensi
(NIC)
atan
Rasional
Bersihan
Setelah dilakukan
Mandiri
jalan
asuhan keperawatan
1. Kaji frekuensi /
napas
kedalaman
tidak
diharapkan masalah
pernafasan dan
terjadi karena
efektif
gerakan dada.
2. Auskultasi
paru, catat area
1.
Mengidentifikasi/m
enunjukkan
perilaku
mencapai
bersihan jalan
napas.
2.
Menunjukkan jalan
napas paten
dengan napas
bersih, tak ada
dispnea,
sianosis.
penurunan/tak
1. Takipnea, pernapasan
dangkal, dan gerak
ketidaknyamanan
gerakan dinding dada
dan/atau cairan paru
2. penurunan aliran udara
konsolidasi dengan
tambahan
(krakles,
mengi)
3. Bantu pasien
untuk
melakukan
sebagai respon
terhadap pengumpulan
cairan, secret.
3. Napas dalam
batuk efektif
memudahkan ekspansi
dan nafas
maksimum paru-paru.
dalam.
4. Penghisapan
sesuai indikasi
5. Berikan cairan
sedikitnya 2500
ml/hari (kecuali
kontraindikasi).
Batuk adalah
mekanisme
pembersihan jalan
napas alami.
4. Merangsang batuk atau
pembersihan jalan
Tawarkan air
hangat,
daripada
dingin.
Kolaborasi :
1. Bantu
mengawasi
efek
pengobatan
nebuliser dan
fisioterapi lain.
2. Berikan obat
sesuai indikasi
3. Berikan cairan
tambahan,
misal : IV,
oksigen
humudifikasi,
dan ruangan
humudifikasi.
4. Awasi seri sinar
X dada, GDA,
nadi oksimetri.
5. Bantu
bronkoskopi/tor
asentesis bila
diindikasikan
Kolaborasi
1. Memudahkan
pengenceran dan
pembuangan sekret.
2. Alat untuk menurunkan
spasme bronkus
dengan mobilisasi
sekret.
3. Cairan diperlukan
untuk menggantikan
kehilangan dan
memobilisasi sekret.
4. Mengevaluasi
kemajuan dan efek
proses penyakit dan
memudahkan pilihan
terapi yang diperlukan.
5. Kadang-kadang
diperlukan untuk
membuang
perlengketan mukosa,
pengeluaran sekresi
purulen, dan/atau
Setelah dilakukan
pola napas
asuhan keperawatan
kedalaman
bernapas dan
karena
diharapkan px
memenuhi KH :
1. Menunjukkan
pola pernafasan
normal/efektif
dengan
2. mempertahanka
1. Kaji frekuensi,
mencegah atelektasis.
1. Takipnea, pernapasan
Gangguan
ekspansi dada
2. Auskultasi
bunyi nafas
3. Tinggikan
kepala dan
bantu
mengubah
ketidaknyamanan
gerakan dinding dada
dan atau cairan paru.
2. Menunjukkan
terjadinya komplikasi
(adanya bunyi
tambahan
n ventilasi
adekuat
3. Analisa Gas
Darah dalam
rentang normal
posisi
4. Kolaborasi
pemberian O2
sesuai indikasi
5. Awasi Analisa
Gas Darah.
menunjukkan
akumulasi
cairan/sekresi).
3. Untuk melancarkan
pernafasan yang
terganggu karena
penumpukan sekret
4. Mempertahankan Pa
O2 di atas 60 mmHg.
5. Memonitor kadar gas
Nyeri akut
Setelah dilakukan
1. Tentukan
dalam darah.
1. Nyeri dada biasanya
asuhan keperawatan
karakteristik
nyeri, misal :
derajat dalam
diharapkan px
tajam, ditusuk,
memenuhi KH :
1. Nyeri berkurang
atau hilang
2. Menunjukkan
rileks, istirahat /
tidur dan
peningkatan
aktivitas dengan
cepat
konstan.
2. Pantau Tandatanda Vital
3. Ajarkan teknik
relaksasi
4. Anjurkan dan
bantu pasien
dalam teknik
menekan dada
selama episode
batuk.
5. Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesik
timbul komplikasi
pneumonia seperti
perikarditis dan
endokarditis.
2. Perubahan frekuensi
jantung atau TD
menunjukkan bahwa
pasien mengalami
nyeri.
3. Tindakan non
analgesikdiberikan
dengan sentuhan
lembut dapat
menghilangkan
ketidaknyamanan dan
memperbesar efek
terapi analgesic.
4. Untuk mengurangi
efek ketidaknyamanan
karena rasa nyeri
5. Diharapkan dapat
membantu mengurangi
Risiko
Setelah dilakukan
1. Identifikasi
tinggi
asuhan keperawatan
faktor yang
nyeri.
1. Pilihan intervensi
tergantung pada faktor
terhadap
menimbulkan
nutrisi
diharapkan px
kurang
memenuhi KH :
mual muntah
2. Berikan
dari
1. Menunjukkan
kebutuhan
tubuh
peningkatan
nafsu makan
2. Berat badan
stabil atau
meningkat
wadah tertutup
untuk sputum
dan buang
sesering
mungkin
3. Auskultasi
bunyi usus
4. Beri makan
porsi kecil tapi
sering,
termasuk
makanan yang
menarik untuk
penyebab masalah.
2. Untuk mengurangi
mual pada px yang
terjadi karena sputum
3. Bunyi usus mungkin
menurun/tak ada bila
proses infeksi
berat/memanjang.
4. Tindakan ini dapat
meningkatkan nafsu
makan meskipun
lambat untuk kembali.
5. Diharapkan mampu
mencegah muntah
6. Mengetahui
perkembangan nutrisi
pasien.
pasien
5. Kolaborasi
pemberian
antiemetic
6. Evaluasi
5
Risiko
Setelah dilakukan
tinggi
asuhan keperawatan
terhadap
kekuranga
n volume
cairan
diharapkan px
memenuhi KH :
1. Menunjukkan
volume cairan
adekuat
2. Membran
mukosa lembab,
turgor normal,
pengisian
kapiler cepat.
status nutrisi
1. Kaji perubahan
tanda vital
2. Kaji turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa
3. Catat laporan
mual muntah
4. Pantau
masukan dan
1. Peningkatan suhu
meningkatkan laju
metabolik dan
kehilangan cairan
melalui evaporasi
2. Indikator langsung
kekuatan volume
cairan.
3. Mengetahui kehilangan
cairan yang terjadi
4. Untuk
keluaran, catat
menyeimbangkan
warna, karakter
urine
5. Berikan cairan
tambahan IV
sesuai
keperluan
6. Asupan cairan
7. minimal 2500 /
hari
8. Kolaborasi
6. Memenuhi kebutuhan
cairan
7. Berguna menurunkan
kehilangan cairan.
pemberian
antipiretik,
antiemetik
L. IMPLEMENTASI
Implementasi
keperawatan
adalah
melaksanakan
intervensi
keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori dari perilaku
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil
yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan. Implementasi
mencakup melakukan membantu dan mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari.
Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
M. EVALUASI
1. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
2. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
(Poer, 2012)
DAFTAR PUSTAKA
at
https://www.scribd.com/doc/106424735/makalah-