Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

“ASUHAN KEPERAWATAN BRONCHITIS PADA ANAK”

Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu


Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak I
Dosen : Ahmad Subandi, M. Kep., Sp. Kep. An

Disusun Oleh :
1. Sundari
2. Sindi Yulia I
3. Melani Dewi P
4. Krisdianto
5. Ade Lia
6. Annisa Dwi A
7. Farida Wulandari
8. Fenti Amalia H

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN TK 2 A


STIKES AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai .Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 02April 2020

Kelom
pok 5

2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Pengertian Bronchitis................................................................................2
B. Klasifikasi Bronchitis................................................................................9
C. Etiologi......................................................................................................11
D. Manifestasi Klinis......................................................................................14
E. Patofisiologi...............................................................................................15
F. Pathway Bronchitis....................................................................................17
G. Penatalaksanan..........................................................................................18
H. Komplikasi................................................................................................20
I. Pemeriksaan Diagnostik............................................................................20
J. Pencegahan Bronchitis..............................................................................21
K. Pengkajian.................................................................................................23
L. Diagnose Keperawatan..............................................................................23
M. Intervensi Keperawatan.............................................................................24

BAB III PENUTUP..........................................................................................28

A. Kesimpulan................................................................................................28
B. Saran..........................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia terdiri dari sebelas sistem yang saling berkaitan satu
dengan yang lainnya untuk menyokong kelangsungan hidupnya.Salah satu
dari sebelas sistem yang penting adalah sistem respirasi.Respirasi
(pernapasan) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung
oksigen ke dalam tubuh serta menghembusken karbondioksida sebagai sisa
dari oksidasi keluar dari tubuh, penghisapan ini disebut inspirasi dan
penghembusan disebut ekspirasi. (Syaifudin, 1996).Sistem
pernapasanmempunyai resiko infeksi bronkitis yang cukup tinggi karena
berhubungan langsung dengan dunia luar.Bronkitis adalah suatu penyakit
yang ditandai dengan adanya inflamasi pada pembuluh bronkus, trakea dan
bronkioli.Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya,
mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan
inflamasi (Ngastiyah, 2005). Etiologi dari penyakit bronkitis adalah faktor
usia, faktor rokok, faktor lingkungan, faktor genetik dan faktor sosial genetik.
Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang
mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau.
Infeksi saluran pernapasan masih menjadi masalah utama di bidang
kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang
sudah maju.Di Amerika Serikat, menurut National Center for health Statistics,
kira-kira ada 14 juta orang menderita bronkitis. Lebih dari 12 juta orang
menderita bronkitis pada tahun 1994, sama dengan 5% populasi Amerika.
Dari data SEAMIC health statistic,bronkitis merupakan penyebab kematian
anak nomor 6 di Indonesia.
Bronkitis merupakan masalah pada sistem respirasi atau pernapasan,
apabila bronkitis tidak cepat ditangani maka akan terjadi beberapa komplikasi
yaitu : bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektasis, pleuritis,
efusi pleura atau empisema, abses metasis, haemaptoe, sinusitis, kor pulmonal
kronik, kegagalan pernapasan amilodosis. Dampak paling fatal apabila

4
bronkitis tidak ditangani dengan cepat dan tepat yaitu dapat menyebabkan
kematian.
Sebagai calon perawat profesional, sudah seharusnya memahami rencana
tindakan dan penanganan yang tepat bagi penderita penyakit saluran
pernapasan khususnya bronkitis. Calon perawat profesional juga harus mampu
mencegah penyebarannya agar angka kematian yang disebabkan oleh penyakit
bronkitis bisa diminimalkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari bronkitis ?

2. Apa saja klasifikasi bronkitis ?

3. Apa saja etiologi dari bronkitis ?

4. Bagaimana manifestasi klinis bronkitis ?

5. Bagaimana patofisiologi bronkitis ?

6. Bagaimana Pathway bronkitis ?

7. Bagaimana penatalaksanaan bronkitis ?

8. Apa saja komplikasi bronkitis ?

9. Apa saja pemeriksaan diagnostikbronkitis ?

10. Bagaimana cara pencegahan bronkitis ?

11. Bagaimana pengkajian bronkitis ?

12. Apa diagnosa Keperawatan dari bronkitis ?

13. Bagaimana intervensi Keperawatan bronkitis ?

5
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari bronkitis

2. Untuk mengetahui klasifikasi bronkitis

3. Untuk mengetahui etiologi dari bronkitis

4. Untuk mengetahuimanifestasi klinis bronkitis

5. Untuk mengetahui patofisiologi bronkitis

6. Untuk mengetahui Pathway bronkitis

7. Untuk mengetahui penatalaksanaan bronkitis

8. Untuk mengetahui apa saja komplikasi bronkitis

9. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostikbronkitis

10. Untuk mengetahui pencegahan bronkitis

11. Untuk mengetahui pengkajian bronkitis

12. Untuk mengetahuidiagnosa Keperawatan dari bronkitis

13. Untuk mengetahui intervensi Keperawatan bronkitis

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Bronkitis

Bronkitis berasal dari bronchus (saluran napas) dan itis artinya menunjukkan
adanya suatu peradangan.“Bisa disimpulkan bronkitis merupakan suatu gejala
penyakit pernapasan.”
Bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada
pembuluh bronkus, trakea dan bronkioli.Inflamasi menyebabkan bengkak pada
permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi (Ngastiyah, 2005).
Bronkitis berarti infeksi bronkus.Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri,
tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau
bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis,
Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Santoso, 2004).
Bronkitis pada anak berbeda dengan bronkitis yang terdapat pada orang
dewasa. Pada anak bronkitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran
napas lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri (Ngastisyah,
2005).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya
inflamasi bronkus.Secara klinis para ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama
dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis merupakan penyakit yang berdiri sendiri

7
melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkus ikut memegang
peran(Ngastisyah, 2005).

Pada gambar terlihat bronkus normal dan bronkus pada klien dengan
bronkitis. Pada gambar sebelah kiri merupakan gambar bronkus klien yang
mengalami bronkitis yang ditandai dengan dinding bronkus terjadi peradangan
dan penumpukan sekret dibandingkan dengan gambar pada sebelah kanan yang
merupakan bronkus normal.

B. Klasifikasi Bronkitis
Bronkitis dapat diklasifikasikan sebagai bronkitis akut dan bronkitis kronik.
1. Bronkitis Akut
Bronkitis akut adalah radang membran bronki yang penyebab utamanya
adalah infeksi virus, namun juga dapat disebabkan oleh infeksi bakteri atau
akibat iritasi benda – benda asing (Soedarto, 2010).
Bronkitis akut adalah kondisi umum yang disebabkan oleh infeksi dan
inhalasi yang mengakibatkan inflamasi lapisan mukosa percabangan
trakeobronkial.Penyebab infeksi paling umum dari bronkitis akut mencakup
virus influenza, adenovirus, rinovirus, dan organisme Mycoplasma
pneumoniae.Bronkitis menyebabkan sekret mukus berlebihan, bronki
membengkak, disfungsi silia yang menghambat aliran udara ekspirasi.Gejala
bronkitis akut adalah batuk, dengan banyak mukus purulen.Mungkin ada
rongki kering (mengi) (Jan Tambayong, 2000).
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan
trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISNA) bawah yang
sering dijumpai.Penyebab utama penyakit ini adalah virus.Batuk merupakan
gejala yang menonjol dan karena batuk berhubungan dengan ISNA atas,

8
berarti bahwa peradangan tersebut meliputi laring, trakea dan bronkus.
Gangguan ini sering juga disebut laringotrakeobronkitis akut atau croup dan
sering mengenai anak sampai umur 3 tahun dengan gejala suara serak, stridor
dan napas berbunyi (Ngastisyah, 2005).

2. Bronkitis Kronik
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai adanya mukus yang berlebihan
pada saluran pernapasan (bronchial tree) secara terus – menerus (kronik)
dengan disertai batuk.Pengertian terus – menerus (kronik) adalah terjadi
sepanjang hari selama tidak kurang dari tiga bulan dalam setahun dan telah
berlangsung selama dua tahun berturut – turut. Batasan ini tidak mencakup
sekresi mukus berlebihan yang disebabkan oleh kanker paru, tuberkulosis dan
penyakit gagal jantung kongestif.Batasan yang digunakan adalah tiga bulan
dalam setahun karena yang menyusun batasan ini adalah para ahli yang
menangani pasien di daerah empat musim.Diagnosis bronkitis kronik
merupakan diagnosis klinis (Darmanto, 2009).
Bronkitis kronik di definisikan sebagai adanya batuk produktif yang
berlangsung 3 bulan dalam satu satu selama 2 tahun berturut – turut. Sekresi
yang menumpuk dalam bronkioles mengganggu pernapasan yang
efektif.Merokok atau pemajanan terhadap polusi adalah penyebab utama
bronkitis kronik.Pasien dengan bronkitis kronik lebih rentan terhadap
kekambuhan infeksi saluran pernapasan bawah.Kisaran infeksi virus, bakteri,
dan mikoplasma yang luas dapat menyebabkab episode bronkitis
akut.Eksaserbasi bronkitis kronik hampir pasti terjadi selama musim dingin
dapat menyebabkan bronkospasme bagi mereka yang rentan (Brunner &
Suddarth, 2002).
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronik, yang ada
ialah mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB
ialah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala
batuk yang berlangsung sekurang – kurangnya 2 minggu berturut – turut dan
atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan atau tanpa disertai
gejala respiratorik dan non – repiratorik lainnya. Dengan memakai batasan ini

9
secara klinis jelas bahwa bronkitis kronik pada anak adalah batuk kronik dan
atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab – penyebab BKB itu
misalnya asam atau infeksi kronik saluran napas dan sebagainya, walaupun
belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologis bronkitis
kronik, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun yang
menderita bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk
menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya fungsi
paru (Ngastisyah, 2005).
Bronkitis kronis dewasa didefinisikan sebagai batuk produktif selama 3
bulan atau lebih dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih
dalam satu tahun selama 2 tahun berturut-turut atau lebih, namun tidak ada
standardemikian yang dapat diterima pada anak-anak. Keberadaannya sebagai
wujud penyakit yang tersendiri telah dipertanyakan, yang menekankan
pentingnya mencari kelainan imunologis atau mukosa yang mendasarinya.
Batuk produktif kronis atau sering kumat biasanya menunjukkan penyakit
paru atau sistemik yang mendasari : penderita yang terkena harus dievaluasi
untuk defisiensi imun, kelainan anatomi, asma, penyakit lingkungan, infeksi
saluran pernapasan pernapasan atas dengan cairan postnassal, kistik fibrosis,
diskinesis silia, dan bronkiektasia. Batuk dan mengi lazim ditemukan, dan
pada sebuah penelitian, 22 penderita yang dilaporkan menderita bronkitis
kronis semuanya mempunyai bukti adanya penyakit alergi. Kadang-kadang,
iritasi bronkus dapat terjadi akibat inhalasi kronis debu atau asap beracun.
Merokok tembakau atau marijuana dengan jelas berhubungan dengan
informasi anamnesis. Anak belasan tahun harus ditanyai juga tentang
pemajanan terhadap asap industri atau gas mobil disekolah atau di tempat
kerja (Ngastisyah, 2005).

C. Etiologi Bronkitis
Penyebab utama penyakit Bronkhitis Akut adalah adalah virus. Sebagai
contoh Rhinovirus, Respiratory Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-

10
influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis Akut sering terjadi
pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia.
Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab
primer Bronkitis Akut pada anak. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat terjadi,
namun ini jarang di lingkungan sosio-ekonomi yang baik.
Faktor predisposisi terjadinya bronchitis akut adalah alergi, perubahan
cuaca, polusi udara, dan infeksi saluran napas atas kronik, memudahkan terjadinya
bronchitis.
Penyebab bronchitis sampai sekarang masih belum diketahui dengan jelas.
Pada kenyataannya kasus-kasus bronchitis dapat timbul secara congenital maupun
didapat.
1.   Kelainan kongenital
Dalam hal ini bronchitis terjadi sejak dalam kandungan. Factor genetic
atau factor pertumbuhan dan factor perkembangan fetus memegang peran penting.
Bronchitis yang timbul congenital ini mempunyai ciri sebagai berikut :
a.      Bronchitis mengenai hampir seluruh cabang bronkus pada satu atau kedua
paru.
b. Bronchitis konginetal sering menyertai penyakit-penyakit konginetal lainya,
misalnya : mucoviscidosis ( cystic pulmonary fibrosis ), sindrom
kartagener ( bronkiektasis konginetal, sinusitis paranasal dan situs
inversus ), hipo atau agamaglobalinemia, bronkiektasis pada anak kembar
satu telur ( anak yg satu dengan bronkiektasis, ternyata saudara kembarnya
juga menderita bronkiektasis), bronkiektasis sering bersamaan dengan
kelainan congenital berikut : tidak adanya tulang rawan bronkus, penyakit
jantung bawaan, kifoskoliasis konginetal.
2.    Kelainan didapat
Kelaianan didapat merupakan akibat proses berikut :
a.   Infeksi
Bronchitis sering terjadi sesudah seseorang menderita pneumonia
yang sering kambuh dan berlangsung lama, pneumonia ini merupakan
komplikasi pertusis maupun influenza yang diderita semasa anak,
tuberculosis paru dan sebagainya.

11
b.   Obstruksi bronkus
Obstruksi bronkus yang dimaksud disini dapat disebabkan oleh
berbagai macam sebab : korpus alineum, karsinoma bronkus atau tekanan
dari luar terhadap bronkus

Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut :
a.         Spesifik
1.  Asma
2.   Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).
3.Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma,
hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
4.    Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
5.    Sindrom aspirasi.
6.    Penekanan pada saluran napas
7.    Benda asing
8.   Kelainan jantung bawaan
9.     Kelainan sillia primer
10.Defisiensi imunologis
11.  Kekurangan anfa-1-antitripsin
12. Fibrosis kistik
13. Psikis
b. Non-spesifik
1. Asap rokok
2. Polusi udara

Menurut Davey, Patrick (2002) dan Soeria&Anna(2003), berikut merupakan


beberapa etiologi dari bronkitis akut dan kronis yang menyebabkan Penyakit Paru
Obstruksi Kronis (PPOK) :
1. Faktor Usia : Dan angka kejadian akan terus meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Usia juga dapat sebagai faktor resiko timbulnya
PPOK. Adanya peningkatan usia rata-rata penduduk dari 54 tahun

12
pada tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an dapat
menjadi penyebab peningkatan pasien Bronkitis Akut.
2. Faktor Rokok : Anak yang terlalu sering menghirup asap rokok dari
orang dewasa atau anak tersebut menjadi perokok pasif juga
mempunyai resiko besar timbulnya gangguan pada sistem pernapasan
berupa bronkitis. Menurut buku Report of the WHO expert Commite
on smoking control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis
kronik dan emfisema. Terdapat hubungan yang erat antara merokok
dan penurunan VEP (Volume Ekspirasi Paksa) 1 detik. Secara
patologis rokok berhubungan dengan hyperplasia kelenjar mucus
bronkus dan metaphlasia epitel skuamus saluran pernapasan. Juga
dapat menyebabkan bronkokontruksi akut. Menurut Crofton dan
Douglas merokok menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut
getar, makrofag alveolar dan surfaktan.
3. Faktor lingkungan : Resiko tambahan akibat polutan udara di tempat
kerja atau di dalam kota merupakan salah satu faktor penyebab
Bronkitis Keonis. Bronkitis kronik lebih sering terjadi pada pekerja
yang terpajan zat inorganic, debu organic, atau gas yang berbahaya.
Pekerja yang terpajan zat tersebut mempunyai kemungkinan bronkitis
kronik 2-4 kali daripada pekerja yang tidak terpajan.
4. Faktor Genetik : Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit paru
kronik, terbukti pada survey terakhir didapatkan bahwa anak – anak
dari orang tua merokok mempunyai kecenderungan mengalami
penyakit paru kronik lebih sering dan lebih berat, serta insidensi
penyakit paru kronik pada grup tersebut lebih tinggi. Faktor genetik
tersebut diantaranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya
eosinifilia atau peningkatan kadar imunoglibulin E (IgE) serum,
adanya hiperresponsif bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada
keluarga, dan defisiensi protein α-1 antitrypsin.
5. Faktor Sosial Ekonomi : Bronkitis kronik lebih banyak terdapat pada
golongan social ekonomi rendah, mungkin karena perbedaan pola
merokok, dan lebih banyak terpajan faktor resiko lain. Kematian pada

13
pasien bronkitis kronik ternyata lebih banyak pada golongan social
ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi
yang lebih jelek.

D. Manifestasi Klinis / Tanda dan Gejala


Biasanya penyakit dimulai dengan tanda-tanda infeksi saluran napas akut
(ISNA) atas yang disebabkan oleh virus. Batuk mula-mula kering, setelah 2 atau 3
hari batuk mulai berdahak dan menimbulkan suara lender. Pada anak dahak yang
mukoid (kental) susah ditemukan karena sering ditelan. Mungkin dahak berwarna
kuning dan kental tetapi tidak selalu berarti telah terjadi infeksi bakteri sekunder.
Anak besar sering mengeluh rasa sakit retrosternal dan pada anak kecil dapat
terjadi sesak napas.
Pada beberapa hari pertama tidak terdapat kelainan pada pemeriksaan dada
tetapi kemudian dapat timbul ronchi basah kasar dan suara napas kasar. Batuk
biasanya akan menghilang setelah 2-3 minggu. Bila setelah 2 minggu batuk masih
tetap ada, mungkin telah terjadi kolaps paru segmental atau terjadi infeksi paru
sekunder.
Mengi (wheezing) mungkin saja terdapat pada pasien bronchitis. Mengi
dapat murni merupakan tanda bronchitis akut, tetapi juga kemungkinan
merupakan manifestasi asma pada anak tersebut, lebih-lebih bila keadaan ini
sudah terjadi berulang kali.
Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a.Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah
b. Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak
c. Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis
d. Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk


yang lama, yaitu:
a. Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klienkurang
istirahat

14
b.  Daya tahan tubuh klien yang menurun
c.  Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik
d.  Kesenangan anak untuk bermain terganggu
e. Konsentrasi belajar anak menurun

Gejala awal Bronkhitis, antara lain :


1)      Batuk membandel
Batuk kambuhan, berdahak-tidak, berat-tidak. Kendati ringan harus tetap
diwaspadai karena bila keadaan batuk terus menerus bisa menghebat dan berlendir
sampai sesak napas.
2)      Sulit disembuhkan
Bisa sering atau tidak tapi sulit disembuhkan. Dalam sebulan batuk pileknya lebih
dari seminggu dan baru sembuh dua minggu, lalu berulang lagi.
3)      Terjadi kapan saja
Batuknya bisa muncul malam hari, baru tidur sebentar batuknya ‘grok-grok’
bahkan sampai muntah. Bisa juga batuk baru timbul menjelang pagi. “Atau habis
lari-lari, ia kemudian batuk-batuk sampai muntah.

E. Patofisiologi / WOC Bronkitis


Menurut Wong (2003), masuknya mikroorganisme atau gen fisik seperti debu
atau inhalasi zat kimia pada trakhea atau bronkus dapat menyebabkan reaksi
radang berupa oedema mukosa dan sekresi mukus yang berlebihan. Bersamaan
dengan itu akan di jumpai peningkatan rangsang batuk sebagai akibat dari
akumulasi sekret di jalan nafas. Bila oedema mukosa berat dan sekresi mukus
berlebihan akan menyebabkan obstrukisi jalan nafas yang akan menimbulkan
kesulitan bernafas. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka saluran nafas
oilcan lebih meregang reseptor mukosa yang ada di permukaan bronkus untuk
selanjutnya ke pons dan medulla oblongata.Selanjutnya terjadi peningkatan
frekuensi nafas, yaitu nafas jadi cepat tapi dangkal.Selain itu juga pernafasan
memakai otot pernafasan tambahan untuk memberi dorongan yang lebih kuat
untuk mendapatkan oksigen.

15
Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d'entree mulut dan hidung
"dropplet infection" yang selanjutnya akan menimbulkan virernia/bakterenia dan
gejala atau reaksi tubuh unuk melakukan perlawanan. Patofisiologi bronkitis yang
mengarah pada terjadinya masalah keperawatan (Muttaqin, 2008).
Virus merupakan penyebab utama dari infeksi kemudian virus masuk ke dalam
tubuh melalui saluran pernapasan. Virus yang masuk saluran pernapasan melalui
udara yang kita hirup terlalu banyak akan menginfeksi saluran pernapasan. Akibat
terinfeksinnya saluran pernapasan terjadilah bronkitis. Mukosa membengkak dan
menghasilkan lendir , pilek 3 – 4 hari dan batuk (mula-mula kering kemudian
berdahak) riak jernih, purulent, encer, batuk mulai hilang. Suara ronchi basah atau
suara napas kasar, nyeri subsernal , sesak napas. Jika tidak hilang setelah tiga
minggu tejadi kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan
utama).
Patogenesis pada kebanyakan bronkitis yang didapat melalui dua mekanisme
dasar:
a. Infeksi bacterial pada bronkus atau paru, kemudian timbul bronkitis. Infeksi
pada bronkus atau paru akan diikuti proses destruksi dinding bronkus daerah
infeksi dan kemudian timbul bronkitis.
b. Obstruksi bronkus akan diikuti terbentuknya bronkitis, pada bagian distal
obstruksi dan terjadi infeksi juga destruksi bronkus.
Temuan patologis utama pada bronkitis kronik adalah hipertrofi kelenjar
mukosa bronkus dan peningkatan jumlah dan ukuran sel-sel goblet, dengan
infiltrasi sel-sel radang dan edema mukosa bronkus.Pembentukan mukus yang
meningkat mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif.Batuk kronik yang
disertai peningkatan sekresi bronkus nampaknya mempengaruhi bronkiolus kecil
sehingga bronkiolus tersebut rusak dan dindingnya melebar.Faktor etiologi utama
adalah merokok dan polusi udara yang lazim terjadi di daerah industri.Polusi
udara yang terus-menerus juga merupakan predisposisi infeksi rekuren karena
polusi memperlambat aktivitas silia dan fagositosis, sehingga timbunan mukus
meningkat sedangkan mekanisme pertahanannya sendiri melemah (Wilson dkk,
2002).

16
Bakteremia/viremia
Virus, usia, rokok, lingkungan,
F. Pathways
genetik, sosial ekonomi.
Metabolisme

Iritasi jalan napas


Malaise

Inflamasi
Nafsu makan

Hipertorfi kelenjar BRONKITIS


mucus & peningkatan MK : gangguan pemenuhan
sel goblet, fungsi silia kebutuhan nutrisi
menurun

Ekskresi mediator inflamasi


Hipersekresi lendir (prostaglandin, bradikinin,
Batuk produktif
histamin

MK : Bersihan Bronkiolus rusak  dindingnya melebar


Merangsang hipotalamus
jalan napas tidak
efektif

Alveolus rusak fibrosis


Peningkatan suhu

Fungsi makrofag
menurun MK :
Penurunan difusi gas Hipertermia

Hipoksia Kadar oksigen dalam darah menurun

Perubahan paru Dispnea


yang irreversibel

MK: Pola Nafas Tidak


MK : Kerusakan Efektif
Pertukaran Gas

17
G. Penatalaksanaan

a. Tindakan Perawatan
1. Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan
mengeluarakan lender/secret.
2.    Sering mengubah posisi.
3.    Banyak minum.
4.    Inhalasi.
5.    Nebulizer
6.   Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang
perlu diberikan minum susu atau makanan lain.
Pasien dengan bronchitis tidak dirawat di Rumahsakit kecuali ada
komplikasi yang menurut dokter perlu perawatan di Rumahsakit, oleh karenanya
perawatan lebih ditujukan sebagai petunjuk kepada orang tua. Masalah yang perlu
diperhatikan adalah akibat batuk yang lama dan resiko terjadi komplikasi.
a)      Akibat batuk yang lama
Pada bronchitis gejala batuk sangat menonjol, dan sering terjadi
siang dan malam terutama pagi-pagi sekali yang menyebabkan pasien
kurang istirahat atau tidur; pasien akan terganggu rasa aman dan
nyamannya. Akibat lain adalah terjadinya daya tahan tubuh pasien yang
menurun, anoreksia, sehingga berat badannya sukar naik. Pada anak
yang lebih besar batuk-batuk yang terus menerus akan mengganggu
kesenangannya bermain, dan bagi anak yang sudah sekolah batuk
mengganggu konsentrasi belajar bagi dirinya sendiri, saudara, maupun
teman-temannya.
Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah banyak dengan memberikan obat secara benar dan
membatasi aktivitas anak untuk mencegah keluar banyak keringat,
karena jika baju basah akan menyebabkan batuk-batuk (karena dingin).
Untuk mengurangi batuk pada malam hari berikan obat batuk yang
terakhir sebelum tidur. Anak yang batuk apalagi bronchitis lebih baik
tidak tidur di kamar yang ber AC atau memakai kipas angin. Jika suhu
udara dingin pakaikan baju yang hangat, bila ada yang tertutup leherya.

18
Obat gosok membuat anak merasa hangat dan dapat tidur tenang.Bila
batuk tidak segera berhenti berikan minum hangat tidak manis.
Pada anak yang sudh agak besar jika ada dahak di dalm
tenggorokannya beritahu supaya dibuang karena adanya dahak tersebut
juga merangsang batuk.Usahakan mengurangi batuk dengan menghindari
makanan yang merangsang seperti gorng-gorengan,permen,atau minum
es.Jangan memandikan anak terlalu pagi atau sore,dan memandikan
dengan air hangat.
b)      Terjadi komplikasi
Bronkhitis akut yang tidak diobati secara benar cenderung
menjadi bronchitis kronik, sedangkan bronchitis kronik memungkinkan
anak mudah mendapat infeksi. Gangguan pernafasan secara langsung
sebagai akibat bronchitis kronik ialah bila lendir tetap tinggal di dalam
paru akan menyebabkan terjadinya atelektasis atau bronkiektasis,
kelainan ini akan menambah penderitaan pasien lebih lama.
Untuk menghindarkan terjadinya komplikasi ini pasien bronchitis
harus mendapatkan pengobatan dan perawatan yang benar sehingga
lender tidak selalu tertinggal dalam paru. Berikan banyak minum untuk
membantu mengencerkan lendir; berikan buah dan makanan bergizi
untuk mempertinggi daya tahan tubuh
Pada anak yang sudah mengerti beritahukan bagaimana sikapnya
jika ia sedang batuk dan apa yang perlu dilakukan. Pada bayi batuk-
batuk yang keras sering diakhiri dengan muntah; biasanya bercampur
lendir. Setelah muntah bayi menjadi agak tenang. Tetapi bila muntah
berkelanjutan, maka dengan keluarnya makanan dapat menyebabkan
bayi menjadi kurus serta menurunkan daya tahan tubuh. Untuk
mengurangi kemungkinan tersebut setelah bayi muntah dan tenang perlu
diberikan minum susu atau makanan lain.
b. Tindakan Medis
1.      Jangan beri obat antihistamin berlebih
2.      Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial
3.      Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari

19
4.      Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedative
Karena penyebab bronchitis pada umumnya virus maka belum
ada obat kausal. Antibiotik tidak berguna. Obat yang diberikan biasanya
untuk penurun demam, banyak minum terutama sari buah-buahan. Obat
penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih baik
diberi banyak minum. Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan
setelah 2 minggu maka perlu dicurigai adanya infeksi bakteri sekunder
dan antibiotic boleh diberikan, asal sudah disingkirkan adanya asma atau
pertusis. Pemberian antibiotic yang serasi untuk M. Pneumoniae dan H.
Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksisilin,
kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari
dan jika tidak berhasil maka perlu dilakukan foto thorak untuk
menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda
sing dalam saluran napas, dan tuberkolusis.

H. Komplikasi
Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
a)Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi
kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
b)Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi
c)Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
d)Gagal jantung kongestif
e)Pneumonia 

I. Pemeriksaan Diagnostik
MenurutSoemantri dan Anna (2003),ada beberapa cara pemeriksaan diagnostic
untuk penderit bronkitis, yakni :
a. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam menegakkan atau
menyokong diagnosis dan menyingkirkan penyakit – penyakit lain. Bronkitis
kronik bukan suatu diagnosis radiologis.Menurut Fraser dan Pare lebih dari
50% pasien bronkitis kronik mempunyai foto dada yang normal, sedangkan

20
Hadiarto mendapatkan data 26% pasien. Tetapi secara radiologis ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Tubular shadows atau tram lines terlihat bayangan garis – garis yang
parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut
adalah bayangan bronkus yang menebal. Dari 300 pasien yang
diperiksa Fraser dan Pare, ternyata 80% mempunyai kelainan tersebut.
b) Corak paru yang bertambah

Terlihat pada foto thorax diatas pada bagian bronkus terlihat berwarna
lebih putih dibandingkan foto thorax normal dikarenakan adanya
penumpukan sekret dan edema pada penderita bronkitis.
b. Pemeriksaan Faal Paru
Pemeriksaan faal paru adalah mengukur berapa banyak udara yang dapat
masuk kedalam paru – paru dan seberapa cepat udara dapat keluar dari paru –
paru.
Pada pasien bronkitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal.Pada emfisema paru terdapat
penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arus ekspirasi maksimal),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal. Kelainan di
atas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada stadium dini perubahan
hanya pada saluran nafas kecil yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan
KAEM, closing volume, flow volume curve dengan O2 dan gas helium N2
wash out curve.
c. Analisis Gas Darah
Pada umumnya pasien bronkitis tidak dapat mempertahankan ventilasi
dengan baik, sehingga PaCO2 naik.Saturasi hemoglobin menurun, dan timbul

21
sianosis.Terjadi juga vasokonstriksi pembuluh darah paru dan penambahan
eritropoeisis.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal
pada hantaran II,III dan aVF. Voltase QRS rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari
1 dan di V6 rasi R/S kurang dari 1.Seiring terdapat RBBB inkomplet.

J. Pencegahan Bronkitis
Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.
a. Membatasi aktivitas anak
b. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada
yang tertutup lehernya.
c. Hindari makanan yang merangsang
d. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan
anak dengan air hangat
e. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
f. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
g. Jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam, karena bisa
menambah produksi lendirnya. Begitu juga minuman bersoda bisa jadi
pencetus karena saat diminum maka sodanya akan naik ke hidung dan
merangsang daerah saluran pernapasan.

22
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Biodata pasien (nama; tempat, tanggal lahir; usia; jenis kelamin; nama
ayah/ibu; pendidikan ayah/ibu; agama; suku bangsa; alamat; nomor
register; tanggal MRS; tanggal pengkajian; sumber informasi; diagnosa
medis).
2. Keluhan utama.
Keluhan utama yang biasa klien rasakan adalah batuk dan mengeluarkan
dahak.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Infeksi saluran pernapasan sebelumnya/batuk, pilek, takipnea, demam.
4. Riwayat tumbuh kembang.
5. Orang tua menceritakan tentang bagaimana dia bersekolah, tentang
prestasinya.
6. Lingkungan, kopping stress.
Yang klien lakukan untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang
penuhtekanan atau yang membangkitkan emosi.
7. Orang tua menceritakan tentang bagaimana lingkungan sekitar anak
tersebut tinggal. Dan orang tua juga menjelaskan bagaimana anak tersebut
dapat mengatasi permasalahan.

b. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan napas b.d mucus berlebihan ditandai
dengan dispneu, batuk yang tidak efektif, suara napas tambahan.
(NANDA Hal.384)
2. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan napas cuping hidung, gelisah, hipoksia. (NANDA
Hal.207)

23
3. Ketidakefektifan pola napas b.d hiperventilasi ditandai dengan pola
napas abnormal, dispneu, pernapasan cuping hidung. (NANDA Hal.228)
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (NANDA
Hal.153)
5. Hipertermi b.d penyakit ditandai dengan gelisah, kulit terasa hangat.
(NANDA Hal.434)

c. Intervensi Keperawatan

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan napas b.d mucus berlebihan ditandai


dengan dispneu, batuk yang tidak efektif, suara napas tambahan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
bersihan jalan napas pasien menjadi efektif.
Kriteria Hasil : Status pernapasan: ventilasi (NOC Hal.560)
a. Tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b. Tidak ada suara napas tambahan
c. Tidak ada dispneu
d. Tidak ada restraksi dinding dada
e. Tidak ada gangguan ekspirasi
Intervensi : Bantuan ventilasi (NIC Hal.84)
a. Pertahankan kepatenan jalan napas
b. Posisikan pasien untuk mengurangi dispneu
c. Gunakan teknik menyenangkan untuk mendorong pernapasan dalam
bagi anak-anak (misalnya meniup gelembung dengan peniup
gelembung, meniup kincir, peluit, harmonica,balon)
d. Mulai dan pertahankan oksigen tambahan seperti yang telah ditentukan
e. Beri obat (misal bronkodilator dan inhaler) yang meningkatkan patensi
jalan napas dan pertukaran gas.
2. Hambatan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
ditandai dengan napas cuping hidung, gelisah, hipoksia.
Tujuan :

24
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
hambatan pertukaran gas dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Status pernapasan : pertukaran gas (NOC Hal. 559)
a.Tidak ada dispneu
b. Tidak ada sianosis
c. Saturasi oksigen dalam keadaan normal
d. Tidak ada gangguan kesadaran
Intervensi : Manajemen jalan napas (NIC Hal.186)
a.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b. Kelola pemberian bronkodilator sebagaimana semestinya
c. Kelola nebulizer sebagaimana semestinya
d.Monitor status pernapasan dan oksigenasi sebagaimana semestinya

3. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


ketidakefektifan pola nafas pasien dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Status pernapasan (NOC Hal. 556)

a. Frekuensi pernafasan normal

b. Irama pernafasan normal

c. Kapasitas vital normal

d. Kedalaman inspirasi normal

e. Pencapaian tingkat insentif spirometri

Intervensi : Manajemen pernapasan (NIC Hal. 186)

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi.

b.Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk.

c. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial pasien untuk memasukkan alat


membuka jalan nafas

d. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya menurun atau tidak ada
dan adanya suara tambahan.

25
e. Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sebagaimana mestinya.

4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh(Nanda


Hal.153)

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


masalah ketidakseimbangan nutrisi pada pasien dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Status Nutrisi (NOC Hal. 553)

a. Asupan makana secara oral

b. Asupan cairan secara oral

c. Asupan cairan secara intravena

d. Asupan nutrisi Parenteral

e. Asupan makan secara tube feeding

Intervensi : Manajemen Nutrisi (NIC Hal. 197 )

a.Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi


kebutuhan gizi.

b. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.

c. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak dikursi, jika


memungkinkan.

d. Beri obat-obatan sebelum makanan jika diperlukan.

e. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien.

5. Hipertermi b.d penyakit ditandai dengan gelisah, kulit terasa


hangat(Nanda Hal.434)

Tujuan : Termogulasi (NOC Hal. 564 )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan


hipertermi pasien dapat teratasi .

Kriteria Hasil :

26
a. Hipertermia

b. Peningkatan suhu kulit

c. Dehidrasi

d. Sakit kepala

e. Perubahan warna kulit

Intervensi : Perawatan Demam (NIC Hal. 355)

a. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya

b. Monitor warna kulit dan suhu

c. Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak
dirasakan

d. Berikan oksigen yang sesuai

e. Berikan obat atau cairan IV

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organ pernapasan dalam tubuh dibedakan menjadi organ pernapasan atas dan
organ pernapasan bawah. Organ pernapasan atas terdiri atas hidung, faling, laring.
Sedangkan untuk organ pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronkial, paru –
paru, toraks.
Bronkitis berhubungan dengan infeksi virus, bakteri sekunder, polusi udara,
alergi, aspirasi kronis, refluks gastroesophageal, dan infeksi jamur.Virus
merupakan penyebab tersering bronkitis (90%), sedangkan sisanya (10%) oleh
bakteri.Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
Parainfluenza, Respiratory Syncitial Virus (RSV), Rinovirus, adenovirus dan
corona virus.
Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat dijumpai pada pasien, antara
lain : bronkitis kronik, pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis, pleuritis, efusi
pleura atau empisema, abses metastasis diotak, haemaptoe sinusitis, kor pulmonal
kronik, kegagalan pernafasan, amyloidosis.
Menurut Ngastiyah (2005), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu
diusahakan agar batuk tidak bertambah parah : membatasi aktivitas anak, tidak
tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup
lehernya, hindari makanan yang merangsang, jangan memandikan anak terlalu
pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat, jaga kebersihan
makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan, menciptakan lingkungan
udara yang bebas polusi, jangan mengkonsumsi makanan seperti telur ayam.

B. Saran
Sebagai seorang perawat diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang berhubungan dengan gangguan sistem pernapasan pada pasien
terutama bronkitis, agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada
klien dengan bronkitis. Sebagai salah satu tenaga kesehatan yang sering
berinteraksi dengan pasien, perawat harus mampu memenuhi kebutuhan pasien,
salah satunya adalah kebutuhan yang berhubungan dengan sistem pernapasan

28
terutama bronkitis. Penyusunan makalah ini belum sempurna, untuk itu
diperlukan peninjauan ulang terhadap isi dari makalah ini.

29
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol. 2 Ed.
15.Jakarta: EGC.

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1


Ed.8.Jakarta: EGC.

Djojodibroto, Darmanto.2009.Respirologi (respiratory medicine).Jakarta: EGC.


Doenges, Marilynn E, 2003, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, ; alih bahasa, I
Made Kariasa; editor, Monica Ester, Edisi 3, Jakarta : EGC

Hockenberry & Wilson.X. Wong’s Nursing Care of Infants and Children.Canada:


Elsevier Mosby

Ngastisyah.2005.Perawatan Anak Sakit edisi Kedua.Jakarta: EGC.

Soedarto.2010.Virologi Klinik.Jakarta:Sagung Seto.

Williams, Lippincott & Wilkins.2008.Kapita selekta penyakit : dengan implikasi


keperawtan ed2.Jakarta: EGC.
NANDA
NIC
NOC

30

Anda mungkin juga menyukai