Disusun Oleh
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-nya, makalah TPP berjudul “Identifikasi Penyakit Paru
Pada Anak (Batuk - Bronkitis Kronis)” ini dapat kami selesaikan sebagai tugas
kompetensi kelompok. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kompetensi
kelompok pada pembelajaran sistem blok di Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah Palembang.
Dengan telah selesainya makalah ini, penulis menyampaikan terima kasih
kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang yang
sudah mendukung dan memfasilitasi penulisan makalah ini. Ucapan yang sama
juga kami sampaikan kepada dosen pembimbing yaitu dr. Otchi Putri Wijaya
yang telah memberikan bimbingan teknis dalam penulisan makalah. Demikian
juga kepada semua anggota dan pihak terkait dalam pembuatan makalah ini
yang selalu memberikan dorongan semangat. Tidak lupa pula, ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada kedua orang tua yang selalu mendampingi,
memberi semangat dan doa sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini belumlah sempurna. Untuk itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan. Mudah - Mudahan makalah ini
bermanfaat bagi mahasiswa/i, bapak dan ibu dosen, maupun orang yang telah
membacanya.
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sistem Respirasi.....................................................................................4
2.1.1 Anatomi Sistem Respirasi ..................................................................4
2.1.2 Fisiologi Sistem Respirasi ………..……...………………………….6
2.2 Anatomi Paru.........................................................................................8
2.3 Fisiologi Paru.........................................................................................9
2.4 Histologi Paru………………………………………………………..12
2.5 Bronkitis….…….................................................................................16
2.5.1 Definisi Bronkitis……...…..............................................................17
2.5.2 Klasifikasi Bronkitis........................................................................17
2.5.3 Etiologi Bronkitis ............................................................................17
2.5.4 Patofisiologi Bronkitis…..................................................................20
2.5.5 Manifestasi Klinis Bronkitis.............................................................22
2.5.6 Pemeriksaan Penunjang Bronkitis....................................................23
2.5.7 Penatalaksanaan Bronkitis................................................................25
2.5.8 Komplikasi Bronkitis…....................................................................27
2.6 Bronkitis Kronis ……………..............................................................29
2.7 Batuk Pada Bronkitis Kronis …..........................................................30
2.7.1 Mekanisme Batuk……………………………………………….....31
2.7.2 Etiologi Batuk Kronik Pada Anak....................................................32
2.7.3 Tata Laksana Batuk Kronik Pada Anak …………..…………….…33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..........................................................................................36
3.2 Saran……………................................................................................37
DAFTAR PUSAKA..............................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Bronchitis Kronis.
2. Untuk mengetahui etiologi dari Bronchitis Kronis.
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis Bronchitis Kronis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Bronkitis Kronis.
5. Untuk mengetahui tatalaksana Bronchitis Kronis.
6. Untuk mengetahui komplikasi Bronchitis Kronis.
1.4 Manfaat
1. Untuk mahasiswa
Mengetahui serta dapat memahami manifestasi klinis, faktor resiko,
etiologi, cara penegakan diagnosis, tatalaksana, komplikasi serta prognosis
dari Bronchitis Kronis.
2. Untuk masyarakat
Agar masyarakat mendapatkan tambahan informasi dan mengetahui
Bronchitis Kronis.
BAB II
PEMBAHASAN
Pertukaran gas ini sangat penting. Seluruh sel tubuh membawa oksigen
dari respirasi sel untuk memproduksi ATP atau energi yang dibutuhkan dan
dimanfaatkan manusia untuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Menurut
Saluran nafas adalah tabung atau pipa yang mengangkut udara antara
atmosfer dan kantong udara (alveolus). Saluran pernafasan terdiri dari
(Sherwood, 2015):
1. Hidung (nasal)
2. Faring
3. Laring (kotak suara)
4. Plica vocalis
5. Epiglotis
6. Bronkus
7. Bronkiolus
8. Alveolus
Udara memasuki hidung dan melewati permukaan konka nasal yang luas.
Permukaan yang luas dan bergelombang ini berfungsi untuk menghangatkan,
melembabkan dan menyaring udara yang masuk. Sekret yang berasal dari sinus
paranasal dialirkan ke dalam faring oleh gerakan mukosilier epitel respiratorik
bersilia. Jaringan limfoid (adenoid) dapat menyebabkan obstruksi orifisium
tuba eustachi yang menghubungkan telinga tengah dengan bagian posterior
nasofaring.
Paru kanan memiliki tiga lobus (superior, media dan inferior), paru kiri
memiliki dua lobus (superior dan inferior). Paru memiliki kapasitas luar biasa
untuk tumbuh. Bayi cukup bulan memiliki kurang lebih 25 juta alveoli, orang
dewasa memilki 300 juta alveoli. Sebagian besar pertumbuhan alveoli tersebut
terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan selesai pada usia 8 bulan ketika
volume paru bertambah sesuai pertumbuhan linear namun alveoli paru
biasanya tidak terbentuk. (Patwa, A. and Shah, A. 2015)
Paru-paru manusia terletak pada rongga dada, bentuk dari paru- paru
adalah berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan
dasarnya berada pada diafragma. Paru terbagi menjadi dua yaitu bagian yaitu,
paru kanan dan paru kiri. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan
paru-paru kiri mempunyai dua lobus. Setiap paru- paru terbagi lagi menjadi
beberapa sub-bagian, terdapat sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut
bronchopulmonary segments. Paru-paru bagian kanan dan bagian kiri
dipisahkan oleh sebuah ruang yang disebut mediastinum
a. Pernafasan bagian atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus paranasal, dan
faring.
b. Pernafasan bagian bawah meliputi laring, trakea, bronkus, bronkiolus dan
alveolus.
Sistem pernapasan terbagi menjadi dari dua proses, yaitu inspirasi dan
ekspirasi. Inspirasi adalah pergerakan dari atmosfer ke dalam paru, sedangkan
ekspirasi adalah pergerakan dari dalam paru ke atmosfer. Agar proses ventilasi
dapat berjalan lancar dibutuhkan fungsi yang baik pada otot pernafasan dan
elastisitas jaringan paru. Otot-otot pernafasan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Otot inspirasi yang terdiri atas, otot interkostalis eksterna,
sternokleidomastoideus, skalenus dan diafragma.
Fungsi utama dari paru-paru adalah untuk pertukaran gas antara darah dan
atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi
jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon
dioksida terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme
seseorang, akan tetapi pernafasan harus tetap dapat berjalan agar pasokan
kandungan oksigen dan karbon dioksida bisa normal (Kennedy J, 2017)
Udara yang dihirup dan masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa
yang menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-
paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir di gelembung- gelembung paru-
paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan
karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari
300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia dan bersifat elastis. Ruang udara
tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh bahan kimia surfaktan yang
dapat menetralkan kecenderungan alveoli untuk mengempis.
1. Ventilasi paru yang berfungsi untuk proses masuk dan keluarnya udara
antara alveoli dan atmosfer.
2. Difusi dari oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dan darah.
3. Transport dari pasokan oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan cairan
tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilais pada sistem pernapasan.
1. Usia
Kekuatan otot maksimal paru-paru pada usia 20-40 tahun dan dapat
berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses penuan
terjadi penurunan elastisitas alveoli, penebalan kelenjar bronkial,
penurunan kapasitas paru.
2. Jenis kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 20-25% dari pada
funsgi ventilasi wanita, karena ukuran anatomi paru pada laki-laki lebih
besar dibandingkan wanita. Selain itu, aktivitas laki- laki lebih tinggi
sehingga recoil dan compliance paru sudah terlatih.
3. Tinggi badan
Seorang yang memiliki tubuh tinggi memiliki fungsi ventilasi lebih tinggi
daripada orang yang bertubuh kecil pendek (Juarfianti, 2015).
Sistem pernapasan terdiri atas paru dan saluran pernapasan yang terdiri
dari bagian konduksi dan bagian respiratorik. Bagian konduksi sistem
pernapasan terdiri atas saluran pernapasan ekstrapulmonal maupun
intrapulmonal. Saluran pernapasan ekstrapulmonal terdiri dari trakea, bronkus
dan bronkiolus besar. Bronkiolus merupakan saluran pernapasan intrapulmonal
dan bagian akhir dari saluran konduksi. Bagian respiratorik terdiri dari
bronkiolus respiratorius, duktus alveolus, sakus alveolaris dan alveoli. (Snell,
2017)
• Bronkiolus
• Bronkiolus Respiratorius
• Dinding Alveolus
Dalam setiap paru terdapat sekitar 300 juta alveolus dengan luas
permukaan seluas lapangan tenis. Terdapat dua tipe lapisan sel alveolus:
pneumosit tipe I, merupakan lapisan tipis yang menyebar dan menutupi
lebih dari 90% daerah permukaan, dan pneumosit tipe II yang
bertanggungjawab terhadap sekresi surfaktan. Surfaktan merupakan zat
lipoprotein yang dapat mengurangi tegangan permukaan dan mengurangi
resistensi terhadap pengembangan pada waktu inspirasi, dan mencegah
kolaps alveolus pada waktu ekspirasi. Alveolus dilapisi epitel selapis
gepeng. Alveolus yang berdekatan memiliki septum inter alveoler
bersama. Di dalam septum ini terdapat pleksus kapiler yang ditunjang serat
jaringan ikat halus, fibroblas dan sel lain. (Plopper,CG, 2017)
2.5 Bronkitis
Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang
berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondiksida
tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi.
Udara sangat penting bagi manusia, tidak menghirup oksigen selama
beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah peranan penting paru –
paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang
terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di
bawah tulang rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi
semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang
berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru –
paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan
bronchitis. Bronkitis (Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) digambarkan
sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak
pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari
cairan inflamasi. (Majumder N, 2015)
Bronkitis akut pada bayi dan anak yang biasanya bersama juga dengan
trakeitis, merupakan penyakit infeksi saluran napas akut (ISPA) bawah yang
sering dijumpai. Walaupun diagnosis bronkitis akut seringkali dibuat,
namun pada anak anak keadaan ini mungkin tidak dijumpai sebagai klinis
tersendiri. Bronkitis merupakan akibat beberapa keadaan lain saluran
pernapasan atas dan bawah, dan trakea biasanya terlibat. Bronkitis asamtis
adalah bentuk asama yang sering terancukan dengan bronkitis akut. Pada
berbagai infeksi saluran pernapasan. (Caroline R, 2016)
b. Bronkitis Kronis
Belum ada persesuaian pendapat mengenai bronkitis kronis, yang ada ialah
mengenai batuk kronik dan atau berulang yang disingkat (BKB). BKB ialah
keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai penyebab dengan gejala
batuk yang berlangsung sekurang kurangnya 2 minggu berturut-turut dan
atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan, dengan memakai batasan
ini secara klinis jelas bahwa bronkitis kronis pada anak adalah batuk kronik
dan atau berulang (BKB) yang telah disingkirkan penyebab – penyebab
BKB itu misalnya asma atau infeksi kronis saluran napas dan sebagainya
(Caroline R, 2016)
Walaupun belum ada keseragaman mengenai patologi dan patofisiologi
bronkitis kronis, tetapi kesimpulan akibat jangka panjang umumnya sama.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa bayi sampai anak umur 5 tahun
yang menderita bronkitis kronik akan mempunyai resiko lebih besar untuk
menderita gangguan pada saluran napas kronik setelah umur 20 tahun,
terutama jika pasien tersebut merokok akan mempercepat menurunnya
fungsi paru (Caroline R, 2016)
1. Merokok
2. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau
kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
3. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux
disease).
4. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu. (Holman RC, 2017)
2.5.4 Patofisiologi Bronkitis
Serangan bronkitis dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul
kembali dengan eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya, virus
merupakan awal dari serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas bagian
atas. Dokter akan mendiagnosis bronkitis kronis jika pasien mengalami
produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan dalam satu tahun atau paling
sedikit dalam dua tahun berturut – turut. (Perotin JM, 2018)
Adanya mukus kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan
kelenjar mukus dalam jumlah banyak akan mengahambat beberapa aliran udara
kecil dan mempersempit saluran udara besar. Bronkitis kronis mula – mula
hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan mempengaruhi
seluruh saluran napas. Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan
mengobstruksi jalan napas terutama selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya
mengalami kolaps dan udara terperangkap pada bagian distal ari paru – paru.
Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus, hipoksia, dan
asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2 kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO2, sehingga pasien terlihat sianosis, sebagai
kompensasi dari hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit
berlebihan). (Perotin JM, 2018)
a. Pemeriksaan Radiologis
b. Pemeriksaan Laboratorium
Karena penyebab bronkitis pada umumnya virus maka belum ada obat
kausal. Obat yang diberikan biasanya untuk penurunan demam, banyak minum
terutama sari buah- buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk
yang banyak lendir, lebih baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu
dicurigai adanya infeksi bekteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal
sudah disingkirkan adanya asma atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi
untuk M.pneumoniae dan H. Influenzae sebagai bakteri penyerang sekunder
misalnya amoksisilin, kotrimoksazol dan golongan makrolid. Antibiotik
diberikan 7 – 10 hari dan bila tdak berhasil maka perlu dilakuakan foto toraks
untuk menyingkikan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris, benda
asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis. (John B. West. 2015)
7. Infeksi Pernafasan
Infeksi pernafasan sangat mungkin terjadi pada penderita bronkitis.
Terutama jika bronkitis sudah semakin menyebar dan menyebabkan komp
likasi anda. Oleh sebab itu, anda perlu mencegah penyebaran penyakit
bronkitis sesegara mungkin sebelum semakin parah. Jika perlu anda dapat
menggunakan pengobatan alami infeksi paru yang dipercaya aman dalam
masyarakat.
8. Atelektasis
Atelektasis adalah penyakit atau gangguan paru paru yang menunjukkan
gejala pengerutan sebagian atau seluruh paru paru anda. Hal ini akibat terj
adinya penyumbatan pada saluran pernafasan anda. Keadaan ini sangat m
ungkin terjadi pada anda yang menderita bronkitis karena gangguan pada
saluran pernafasan anda.
9. Gagal Nafas
Gagal nafas adalah penyakit paru paru yang paling berat yang dapat
terjadi pada penderita bronkitis. Keadaan ini sesuai namanya menunjukka
n bahwa terjadi masalah pernafasan bahkan menyebabkan penderita tidak
lagi dapat bernafas dengan normal.
10. Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah kerusakan paru paru yang disebabkan oleh dilatasi
paru paru yang terjadi tidak normal. Paru paru menjadi melebar dan salura
n pernafasan melebar dan menyebabkan produksi lendir di paru par uteru
meningkat.
(McArdle WD. 2016)
Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa
pasien mencari pertolongan medis. Gangguan yang paling sering adalah
kelelahan, insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang, berkeringat, dan
inkontinensia urin. Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian
dilepaskan mendadak dapat menyebabkan berbagai komplikasi hampir di
semua sistem organ. Pada anak, gejala batuk terutama yang kronik atau
berulang dapat berakibat mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan
belajar, mengurangi nafsu makan, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses
tumbuh kembang. Orang tua juga akan terganggu terutama bila gejala batuk
lebih sering dan lebih berat pada malam hari. (Perotin JM et al, 2018)
Batuk kronik seringkali secara simultan disebabkan oleh lebih dari satu
etiologi. Pada pasien dewasa yang tidak terpajan asap rokok serta gambaran
foto toraks tanpa kelainan khusus, penyebab tersering batuk kronik adalah
sindrom PND (postnasal drip), asma, dan RGE (refluks gastro-esofagus).
Postnasal drip merupakan penyebab tersering batuk kronik, baik sebagai
penyebab tunggal atau kombinasi. Pada anak, penyebab tersering batuk kronik
adalah asma, IRA (infeksi respiratorik akut) berulang baik atas atau bawah,
serta RGE. Penyebab yang lebih jarang adalah anomali kongenital, aspirasi
kronik berulang, atau pajanan dengan polutan lingkungan termasuk asap rokok.
(De Jongste, Shields MD. 2016)
• Trakeobronkomalasia
• Tuberkulosis (kompresi oleh kelenjar getah bening)
• Tumor, kolaps lobus, kista, sekuestrasi
• Batuk kronik non spesifik semata (isolated) tanpa wheezing pada anak yang
relatif tampak sehat
• Batuk kronik karena terdapat kelainan respiratorik yang serius.
Tabel Etiologi Batuk kronik menurut kelompok umur
3.1 Kesimpulan
Dari makalah yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bronkitis ( Bronkitis inflamasi-Inflamation bronchi) adalah inflamasi
dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak
pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi
dari cairan inflamasi.
2. Penyakit ini disebabkan oleh interaksi antara agen inhalasi berbahaya
dan faktor tuan rumah, seperti predisposisi genetik atau infeksi pernapasan
yang menyebabkan cedera atau iritasi pada epitel pernapasan dari dinding
dan lumen bronkus dan bronkiolus. Peradangan kronis, edema,
bronkospasme sementara, dan peningkatan produksi lendir oleh sel goblet
adalah hasilnya. Sebagai konsekuensi, aliran udara ke dalam dan keluar dari
paru-paru berkurang, kadang-kadang ke tingkat yang dramatis.
3. Bronkitis kronis lebih tinggi kasusnya pada laki-laki dibanding
perempuan, lebih sering terjadi pada daerah yang beriklim tropis, pada
orang yang merorok, karena virus, bakteri, atau karena pencemaran udara.
4. Gejala utama bronkitis kronis adalah batuk dan produksi sputum
yang berlebih, berwarna kekuningan atau kehijauan, sesak napas, demam,
dan mudah merasa lelah.
5. Terapi pada bronkitis kronis dapat dilakukan melalui terapi
farmakologis dan non farmakologis, meliputi pemberian antibiotik sebagai
terapi utama, dan pemberian analgetik, bronkodilator, damn ekspektoran
sebagai terapi pendamping.
6. Keberhasilan tata laksana batuk kronis tergantung pada keberhasilan
diagnosis penyebabnya. Oleh karena itu usaha paling keras dalam tata
laksana batuk kronik adalah dalam penentuan diagnosis secara sistematik.
3.2 Saran
1. Untuk masyarakat/ keluarga
Bagi orang tua agar bisa menjaga anaknya dari lingkungan yang tidak aman
seperti asap rokok dan polusi udara sehingga mampu mencegah terjadinya
penyakit bronkitis dan masalah kesehatan lainnya pada anak.
2. Bagi penulis
Caroline, R. 2016. Buku Ajar Respirologi Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia,
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Hal : 330-332.
Guyton A C., Hall J E. 2019. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 13.
Mergency department: nonventilatory management. Hal : 55- 67
Han M K., et al. 2018. Significance of chronic bronchitis in the COPD CRN
Azithromycin in COPD Study [abstract]. Am J Respir Crit Care Med, 185
(1). Hal : 3736
Irwin R S., et al. 2017. SHECT Expert Cough Panel Classification of cough as
a symptom in adults and management algorithms : CHEST guideline and
expert panel report. CHEST. 153 (1). Hal : 196-209
Iskandar, Junaidi. 2015. Penyakit Paru Dan Saluran, Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer. Hal : 48-73
Perotin, J M., et al. 2018. Mengelola pasien dengan batuk kronis: tantangan dan
solusi. Manajemen Resiko Klinik Vol.14. Hal : 1041-1051.
Snell, Richard. 2017. Anatomi Klinis Berdasarkan Sistem. Dialih bahasakan oleh
Sugarto L. Jakarta : EGC. Hal : 35-109