Anda di halaman 1dari 39

Gangguan Elektrolit

Hiponatremia dan Hipokalemia


PENDAHULUAN
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi
oleh elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat
menyebabkan banyak gangguan.

Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi


kelangsungan hidup semua organisme.

Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa


kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat
elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+ ), kalium (K+ ), klorida (Cl- ),
dan bikarbonat (HCO3 - ).

2
DEFINISI GANGGUAN
ELEKTROLIT
Kelainan elektrolit umumnya dikaitkan dengan keadaan darurat kardiovaskular.
Kelainan ini dapat menyebabkan atau berkontribusi pada serangan jantung dan dapat
menghambat upaya resusitasi. Penting untuk mengidentifikasi situasi klinis di mana
masalah elektrolit mungkin terjadi.
KLASIFIKASI GANGGUAN ELEKTROLIT

HIPERNATREMIA HIPONATREMIA HIPEKALEMIA


• Kadar Natrium <145 mmol/L • Kadar Natrium <135 mmol/L • Kadar Kalium >5,5 mEq/L

HIPOKALEMIA HIPERMAGNESEMIA HIPOMAGNESEMIA


• Kadar Magnesium > 2,5 • Kadar Magnesium < 1,5
• Kadar Kalium <3,5 mEq/L
mEq/L mEq/L

HIPERKALSEMIA HIPOKALSEMIA
• Kadar Kalsium >15mg/dL • Kadar Kalsium <2,5 mg/dL

4
Hiponatremia

5
Fisiologi Natrium
 Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-
14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel.
 Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium,
 Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal
 .Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65%
di tubulus proksimal

6
Definisi
Dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma
dalam tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen
dibawah nilai normal (135-145 mEq/L)

Nilai rujukan kadar natrium pada:


• serum bayi : 134-150 mmol/L
• serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
• urine anak dan dewasa : 40-220 mmol/24
jam
• cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
• eses : kurang dari 10 mmol/hari
7
Etiologi
Penyebab primer
• biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik berhubungan
dengan penurunan volume cairan ekstrasel seperti diare, muntah,
dan penggunaan diuretik secara berlebihan.
Penyakit ginjal
• menyebabkan terjadinya gangguan fungsi glomerulus dan tubulus
pada ginjal, penyakit addison, serta retensi air yang berlebihan
akibat hormone antidiuretik.
Pseudohipernatremia
• Dijumpai pada penurunan fraksi plasma, yaitu pada kondisi
hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia dan
hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin.

8
Manifestasi Klinis
 Gejala klinis hyponatremia antara lain mual dan malaise, lesu,
penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, kejang, hingga
koma.

 Gejala neurologis yang nyata paling sering disebabkan oleh


kadar natrium serum yang sangat rendah, yaitu kurang dari 115
mEq/L, yang menyebabkan pergeseran cairan osmotic
intraserebral dan edema otak.

9
Diagnosis

⬩ Diagnosis ditegakan berdasarkan penyakit penyebab yang


mengakibatkan masalah pada kadar Natrium

10
Klasifikasi

The diagnostic approach to hyponatremia. (From S Kumar, T Berl: Diseases of water metabolism, in Atlas of
11
Diseases of the Kidney, RW Schrier [ed]. Philadelphia, Current Medicine, Inc, 1999; with permission.)
Hypovolemic Hyponatremia
• biasanya memiliki tanda dan gejala yang berhubungan
dengan penurunan volume (misalnya, muntah, diare,
takikardia, peningkatan rasio urea nitrogen-kreatinin darah).

Euvolemic Hyponatremia
• sering disebabkan oleh SIADH, tetapi juga dapat
disebabkan oleh hipotiroidisme dan defisiensi
glukokortikoid.
Hypervolemic Hyponatremia
• Hiponatremia hipervolemik terjadi ketika ginjal tidak dapat
mengeluarkan air secara efisien.
• Penyebab yang paling umum adalah gagal jantung, sirosis,
dan cedera ginjal
12
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel whole
blood, plasma, serum, urine, keringat, feses, dan cairan
tubuh. Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan
bersama dengan pemeriksaan pH dan gas darah dan harus
segera diperiksa (kurang dari 1 jam).

13
Tatalaksana
Tiga pertimbangan utama terapi hiponatremia.

Pertama - Keparahan gejala menentukan urgensi dan tujuan terapi.


- Hiponatremia akut muncul dengan gejala yang dapat berkisar dari sakit kepala,
mual, dan/atau muntah, hingga kejang, obtundasi, dan herniasi sentral.
- Hiponatremia kronis, muncul selama> 48 jam, cenderung memiliki gejala yang
parah.

Kedua Pasien dengan penyakit kronis hiponatremia berisiko ODS jika konsentrasi Na+
plasma dikoreksi >8-10 mM dalam 24 jam pertama dan/atau >18 mM dalam 24
jam pertama. 48 jam pertama.

Ketiga Respon terhadap intervensi seperti hipertonik saline, saline isotonik, atau
antagonis AVP bisa sangat tidak terduga, pemantauan konsentrasi Na+ plasma
yang sering selama terapi korektif sangat penting.

14
Tatalaksana
Pasien yang menjalani terapi dengan pembatasan cairan,
penggantian kalium mungkin memerlukan terapi farmakologis
untuk meningkatkan konsentrasi Na+ plasma.

Pasien dengan SIAD dapat diberikan terapi kombinasi dengan


furosemide oral 20 mg dua kali sehari (dosis yang lebih tinggi
mungkin diperlukan pada ginjal insufisiensi), dan tablet garam oral.

Demeclocycline adalah penghambat kuat sel utama dan dapat


digunakan pada pasien yang kadar Na tidak meningkat terhadap
furosemid dan tablet garam
• Agen ini dapat dikaitkan dengan penurunan GFR, karena natriuresis berlebihan
dan/atau langsung toksisitas ginjal

15
VAPTANS
 Vaptans (conivaptan [Vaprisol] dan tolvaptan [Samsca]) adalah
antagonis reseptor vasopresin yang disetujui untuk pengobatan pasien
rawat inap dengan hiponatremia hipervolemik dan euvolemik parah.
 Studi menunjukkan peningkatan kadar natrium dengan tolvaptan pada
pasien dengan SIADH, sirosis, dan gagal jantung
 vaptans — khususnya tolvaptan — tidak boleh digunakan pada pasien
dengan gangguan hati karena dapat memperburuk fungsi hati.

16
Tatalaksana
 Fokus Tatalaksana harus kepada pengobatan penyebab yang mendasarinya.
 Pasien dengan hiponatremia euvolemik karena SIAD, hipotiroidisme, atau
kegagalan adrenal sekunder akan merespons baik dengan peningkatan plasma
konsentrasi Na+.
 Hiponatremia hipovolemik akan merespon hidrasi intravena dengan isotonik
saline.
 Hiponatremia hipervolemik akibat CHF akan memberikan hasil baik dengan
terapi ACE Inhibitor.

17
Tatalaksana Berdasarkan Gejala

18
19
Algoritma tatalaksana Severe
Symptomatic Hyponatremia

20
Hipokalemia

21
Fisiologi Kalium
 Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium
ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).

 Hampir semua sel memiliki pompa Na-K-ATPase yang berfungsi


memompa natrium (Na+) keluar dari sel dan menarik K+ ke dalam sel,
sehingga menciptakan gradien K+ membran sel (K+ dalam > K+ luar)
untuk menjaga perbedaan potensial antar membran

22
Redistribusi Kalium
 Pada intrasel, ditentukan oleh distribusi kalium di otot, tulang, hati, sel
darah merah, dan rongga interstisial. Homeostasis K+ internal terutama
bergantung pada hormon seperti insulin dan katekolamin.
 Keseimbangan asam basa melalui pertukaran ion hidrogen ekstraseluler
(H+) dan osmolalitas plasma mengatur penyerapan K+ seluler.
 Pada ekstrasel, ditentukan oleh tingkat asupan kalium (biasanya 100
mEq/hari), tingkat berkemih (normalnya 90 mEq/ hari), dan ekskresi feses
(biasanya 10 mEq/ hari).

23
Hemosetasis Kalium

24
Ginjal, sebagai penentu utama homeostasis K+ eksternal,
mengeluarkan hampir 90% asupan harian

25
Definisi
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di
bawah 3,5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah
kalium total tubuh atau adanya gangguan perpindahan ion
kalium ke dalam sel.

Nilai rujukan kalium serum pada:


• serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
• serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
• serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
• urine anak : 17-57 mmol/24 jam
• urine dewasa : 40-80 mmol/24 jam
• cairan lambung : 10 mmol/L
26
Etiologi
berdasakan penyebab

Asupan Kalium Kurang


• Pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan baik
melalui mulut.
• Pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program
menurunkan berat badan.
Pengeluaran Kalium Berlebihan
• melalui saluran cerna seperti muntah-muntah
• melalui ginjal seperti pemakaian diuretik, kelebihan hormon mineralokortikoid
primer/hiperaldosteronisme primer (sindrom bartter atau sindrom gitelman)
atau melalui keringat yang berlebihan.
Kalium Masuk ke Dalam Sel
• Dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel, pemberian insulin, peningkatan
aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2- agonis), paralisis periodik
hipokalemik, dan hipotermia.
27
Etiologi
berdasakan penyebab

28
Manifestasi Klinis
 Tingkat keparahan klinis hipokalemia cenderung sebanding dengan
derajat dan durasi deplesi serum kalium.
 Gejala umumnya muncul apabila serum kalium di bawah 3,0 mEq/L
 Gejala hipokalemia meliputi kelemahan, kelelahan, kelumpuhan,
kesulitan pernapasan, kerusakan otot (rhabdomyolysis), sembelit,
ileus lumpuh, dan kram kaki.
 Hypokalemia memunculkan abnormalitas EKG

29
Klasifikasi
„Hipokalemi • kadar serum 3-3,5
a ringan mEq/L. „

Hipokalemia • kadar serum 2,5-3


sedang mEq/L.

Hipokalemia • kadar serum < 2,5


berat mEq/L.

Hipokalemia < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa

30
Diagnosis
 Anamnesis harus berfokus pada obat-obatan (khususnya obat pencahar,
diuretik, antibiotik), diet, kebiasaan makan, dan/atau gejala yang
mengarah pada etiologi tertentu (misalnya kelemahan periodik, muntah,
dan diare).

 Pemeriksaan fisik harus memberi perhatian khusus pada tekanan darah dan
tandatanda tertentu, misalnya, hipertiroidisme dan sindrom Cushing.

31
Hipokalemia ditunjukan oleh perubahan EKG, termasuk:
 Gelombang U
 Gelombang T inversi
 Perubahan segmen ST (Depresi)
 Aritmia (terutama jika pasien mengkonsumsi digoxin)
 Aktivitas listrik tanpa denyut nadi (PEA) atau asystole

32
Klasifikasi dan Gejala

33
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas serum,
kadar Mg2+, kadar Ca2+, pemeriksaan darah lengkap, pH
urin, osmolalitas, kreatinin, dan elektrolit.

34
Algoritma
Diagnostik
Hipokalemia

35
Tatalaksana
Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi lambung.

Hipokalemia dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3 – 4 kali sehari dan


ringan (kalium 3— edukasi diet kaya kalium. Makanan mengandung cukup
3,5 mEq/L) kalium dan menyediakan 60 mmol kalium.

Kalium fosfat
dapat diberikan pada pasien hipokalemia gabungan dan
hipofosfatemia.

Kalium bikarbonat dipertimbangkan pada pasien dengan penyulit asidosis


atau kalium sitrat metabolik.

Pada hipokalemia koreksi defisiensi Mg perlu dilakukan bersamaandefisit


dengan
hipomagnesemia harus dikoreksi bertahap selama 24-48 jam.
36
Tatalaksana Berdasarkan Gejala

Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat menggunakan
jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis dan aritmia) K+-Cl
harus selalu diberikan dalam larutan garam, bukan dekstrosa, karena
peningkatan insulin yang diinduksi dekstrosa dapat memperburuk hipokalemia.

Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan penurunan sementara K+ serum


sebesar 0,2—1,4 mmol/L karena stimulasi pelepasan insulin oleh glukosa.

Dosis intravena perifer biasanya 20-40 mmol K+-Cl- per liter.

Pada kondisi hipokalemia berat (<2,5 mmol/L) dan/atau memiliki tanda gejala
kritis, K+-Cl intravena dapat diberikan melalui vena sentral dengan laju 10-20
mmol/ jam.

37
DAFTAR PUSTAKA
 D. L. Kasper, A. S. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, J. L. Jameson, J.
Loscalzo: Harrison's Principles of Internal Medicine. 20th Edition.
 Nathania M. Hipokalemia – Diagnosis dan Tatalaksana. CDK-
273.2019;46(2)
 Yaswir R. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium . Jurnal Kesehatan Andalas.
2012;1(2)
 Braun MM, Barstow CH, Pyzocha NJ. Diagnosis and Management of
Sodium Disorders: Hyponatremia and Hypernatremia. American
Academy of Family Physicians. 2015

38

Anda mungkin juga menyukai