2
DEFINISI GANGGUAN
ELEKTROLIT
Kelainan elektrolit umumnya dikaitkan dengan keadaan darurat kardiovaskular.
Kelainan ini dapat menyebabkan atau berkontribusi pada serangan jantung dan dapat
menghambat upaya resusitasi. Penting untuk mengidentifikasi situasi klinis di mana
masalah elektrolit mungkin terjadi.
KLASIFIKASI GANGGUAN ELEKTROLIT
HIPERKALSEMIA HIPOKALSEMIA
• Kadar Kalsium >15mg/dL • Kadar Kalsium <2,5 mg/dL
4
Hiponatremia
5
Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-
14 mEq/L) berada dalam cairan intrasel.
Lebih dari 90% tekanan osmotik di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam
yang mengandung natrium,
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal
.Natrium difiltrasi bebas di glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65%
di tubulus proksimal
6
Definisi
Dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma
dalam tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen
dibawah nilai normal (135-145 mEq/L)
8
Manifestasi Klinis
Gejala klinis hyponatremia antara lain mual dan malaise, lesu,
penurunan tingkat kesadaran, sakit kepala, kejang, hingga
koma.
9
Diagnosis
10
Klasifikasi
The diagnostic approach to hyponatremia. (From S Kumar, T Berl: Diseases of water metabolism, in Atlas of
11
Diseases of the Kidney, RW Schrier [ed]. Philadelphia, Current Medicine, Inc, 1999; with permission.)
Hypovolemic Hyponatremia
• biasanya memiliki tanda dan gejala yang berhubungan
dengan penurunan volume (misalnya, muntah, diare,
takikardia, peningkatan rasio urea nitrogen-kreatinin darah).
Euvolemic Hyponatremia
• sering disebabkan oleh SIADH, tetapi juga dapat
disebabkan oleh hipotiroidisme dan defisiensi
glukokortikoid.
Hypervolemic Hyponatremia
• Hiponatremia hipervolemik terjadi ketika ginjal tidak dapat
mengeluarkan air secara efisien.
• Penyebab yang paling umum adalah gagal jantung, sirosis,
dan cedera ginjal
12
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pemeriksaan dapat dilakukan pada sampel whole
blood, plasma, serum, urine, keringat, feses, dan cairan
tubuh. Pemeriksaan pada whole blood biasanya dilakukan
bersama dengan pemeriksaan pH dan gas darah dan harus
segera diperiksa (kurang dari 1 jam).
13
Tatalaksana
Tiga pertimbangan utama terapi hiponatremia.
Kedua Pasien dengan penyakit kronis hiponatremia berisiko ODS jika konsentrasi Na+
plasma dikoreksi >8-10 mM dalam 24 jam pertama dan/atau >18 mM dalam 24
jam pertama. 48 jam pertama.
Ketiga Respon terhadap intervensi seperti hipertonik saline, saline isotonik, atau
antagonis AVP bisa sangat tidak terduga, pemantauan konsentrasi Na+ plasma
yang sering selama terapi korektif sangat penting.
14
Tatalaksana
Pasien yang menjalani terapi dengan pembatasan cairan,
penggantian kalium mungkin memerlukan terapi farmakologis
untuk meningkatkan konsentrasi Na+ plasma.
15
VAPTANS
Vaptans (conivaptan [Vaprisol] dan tolvaptan [Samsca]) adalah
antagonis reseptor vasopresin yang disetujui untuk pengobatan pasien
rawat inap dengan hiponatremia hipervolemik dan euvolemik parah.
Studi menunjukkan peningkatan kadar natrium dengan tolvaptan pada
pasien dengan SIADH, sirosis, dan gagal jantung
vaptans — khususnya tolvaptan — tidak boleh digunakan pada pasien
dengan gangguan hati karena dapat memperburuk fungsi hati.
16
Tatalaksana
Fokus Tatalaksana harus kepada pengobatan penyebab yang mendasarinya.
Pasien dengan hiponatremia euvolemik karena SIAD, hipotiroidisme, atau
kegagalan adrenal sekunder akan merespons baik dengan peningkatan plasma
konsentrasi Na+.
Hiponatremia hipovolemik akan merespon hidrasi intravena dengan isotonik
saline.
Hiponatremia hipervolemik akibat CHF akan memberikan hasil baik dengan
terapi ACE Inhibitor.
17
Tatalaksana Berdasarkan Gejala
18
19
Algoritma tatalaksana Severe
Symptomatic Hyponatremia
20
Hipokalemia
21
Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium
ekstrasel 4-5 mEq/L (sekitar 2%).
22
Redistribusi Kalium
Pada intrasel, ditentukan oleh distribusi kalium di otot, tulang, hati, sel
darah merah, dan rongga interstisial. Homeostasis K+ internal terutama
bergantung pada hormon seperti insulin dan katekolamin.
Keseimbangan asam basa melalui pertukaran ion hidrogen ekstraseluler
(H+) dan osmolalitas plasma mengatur penyerapan K+ seluler.
Pada ekstrasel, ditentukan oleh tingkat asupan kalium (biasanya 100
mEq/hari), tingkat berkemih (normalnya 90 mEq/ hari), dan ekskresi feses
(biasanya 10 mEq/ hari).
23
Hemosetasis Kalium
24
Ginjal, sebagai penentu utama homeostasis K+ eksternal,
mengeluarkan hampir 90% asupan harian
25
Definisi
Hipokalemia adalah keadaan konsentrasi kalium darah di
bawah 3,5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah
kalium total tubuh atau adanya gangguan perpindahan ion
kalium ke dalam sel.
28
Manifestasi Klinis
Tingkat keparahan klinis hipokalemia cenderung sebanding dengan
derajat dan durasi deplesi serum kalium.
Gejala umumnya muncul apabila serum kalium di bawah 3,0 mEq/L
Gejala hipokalemia meliputi kelemahan, kelelahan, kelumpuhan,
kesulitan pernapasan, kerusakan otot (rhabdomyolysis), sembelit,
ileus lumpuh, dan kram kaki.
Hypokalemia memunculkan abnormalitas EKG
29
Klasifikasi
Hipokalemi • kadar serum 3-3,5
a ringan mEq/L.
Hipokalemia < 2 mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam jiwa
30
Diagnosis
Anamnesis harus berfokus pada obat-obatan (khususnya obat pencahar,
diuretik, antibiotik), diet, kebiasaan makan, dan/atau gejala yang
mengarah pada etiologi tertentu (misalnya kelemahan periodik, muntah,
dan diare).
Pemeriksaan fisik harus memberi perhatian khusus pada tekanan darah dan
tandatanda tertentu, misalnya, hipertiroidisme dan sindrom Cushing.
31
Hipokalemia ditunjukan oleh perubahan EKG, termasuk:
Gelombang U
Gelombang T inversi
Perubahan segmen ST (Depresi)
Aritmia (terutama jika pasien mengkonsumsi digoxin)
Aktivitas listrik tanpa denyut nadi (PEA) atau asystole
32
Klasifikasi dan Gejala
33
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan elektrolit, BUN, kreatinin, osmolalitas serum,
kadar Mg2+, kadar Ca2+, pemeriksaan darah lengkap, pH
urin, osmolalitas, kreatinin, dan elektrolit.
34
Algoritma
Diagnostik
Hipokalemia
35
Tatalaksana
Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi lambung.
Kalium fosfat
dapat diberikan pada pasien hipokalemia gabungan dan
hipofosfatemia.
Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat menggunakan
jalur enteral atau dalam komplikasi berat (contohnya paralisis dan aritmia) K+-Cl
harus selalu diberikan dalam larutan garam, bukan dekstrosa, karena
peningkatan insulin yang diinduksi dekstrosa dapat memperburuk hipokalemia.
Pada kondisi hipokalemia berat (<2,5 mmol/L) dan/atau memiliki tanda gejala
kritis, K+-Cl intravena dapat diberikan melalui vena sentral dengan laju 10-20
mmol/ jam.
37
DAFTAR PUSTAKA
D. L. Kasper, A. S. Fauci, S. L. Hauser, D. L. Longo, J. L. Jameson, J.
Loscalzo: Harrison's Principles of Internal Medicine. 20th Edition.
Nathania M. Hipokalemia – Diagnosis dan Tatalaksana. CDK-
273.2019;46(2)
Yaswir R. Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan
Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium . Jurnal Kesehatan Andalas.
2012;1(2)
Braun MM, Barstow CH, Pyzocha NJ. Diagnosis and Management of
Sodium Disorders: Hyponatremia and Hypernatremia. American
Academy of Family Physicians. 2015
38