Anda di halaman 1dari 22

Journal Reading

Rehabilitasi Paru pada Pasien dengan Gangguan Paru Kronis


Akibat Tuberkulosis Paru
Seema K. Singh, Ashutossh Naaraayan, Prakash
Acharya, Balakrishnan Menon, Vishal Bansal, Stephen
Jesmajian
Oleh:
RAIHANUN NISA DINUR
S62002006
Pembimbing:
Dr. Hendrastutik Apriningsih, Sp. P, M.Kes
Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
Fakultas Kedokteran UNS / RSUD Dr. Moewardi
2021 1
Pendahuluan

Pasien dengan riwayat pengobatan TB


memiliki peningkatan risiko kematian
akibat: Gejala kronik akibat TB
•Komorbiditas (HIV, DM dan Infeksi) paru disebut sebagai
gangguan paru kronis
•Fungsi paru yang abnormal
pada riwayat pengobatan
•Perubahan struktural kronik pada TB (CLIPTB).
bronkus dan parenkim, seperti
bronkiektasis dan emfisema.

2
Pendahuluan

Rehabilitasi paru (PR) adalah komponen


inti dalam tatalaksana penyakit
pernapasan kronik.

PR dapat memperbaiki gejala,


toleransi latihan dan kualitas hidup
kesehatan (HRQL) pada pasien
tersebut.

3
Tujuan penelitian

Banyak literatur menjelaskan manfaat PR pada pasien


dengan CLIPTB.

Tujuan penelitian ini adalah menilai efek PR pada


kualitas hidup, status fungsional, dan penanda
inflamasi sistemik pasien CLIPTB.

4
Bahan dan metode

Studi kohort prospektif

Rumah Sakit Viswanathan, Vallabhbhai Patel


Chest Institute (VPCI), Universitas Delhi, India

Empat puluh lima pasien CLIPTB, dengan gejala


dispnea dengan atau tanpa batuk, dari poliklinik

Juni 2011 dan Mei 2012


5
Kriteria inklusi dan eksklusi
• Berusia 18 samapi 50 tahun
Kriteria • Riwayat pengobatan TB lengkap dalam 10 tahun terakhir
• Saat ini pewarnaan sputum dan kultur negatif.
inklusi
• Pasien dengan BTA atau kultur sputum positif
• Riwayat asma atau PPOK
Kriteria • Riwayat hospitalisasi atau penggunaan steroid
• Keterbatasan fisik sehingga tidak dapat mengikuti PR
eksklusi • Merokok
• Hamil/menyusui
6
Karakteristik dasar
subjek penelitian

• Pada fase awal penelitian,


kami memberikan inhaler
formoterol dan salbutamol
selama delapan minggu.
• Pemeriksaan dasar dilakukan
pada akhir periode awal

7
Rehabilitasi paru (PR)
Semua pasien menerima PR selama delapan minggu.

90 menit latihan tungkai bawah dan atas, tiga kali dalam seminggu.
• Pelatihan ekstremitas bawah  ergometri kaki & treadmill
• Pelatihan ekstremitas atas  ergometri lengan & angkat
beban.
• Pelatihan ekstremitas atas & bawah simultan  senam seluruh
tubuh semi-recumbent.
Edukasi latihan pernapasan, konservasi energi, kesehatan paru,
pengobatan dan manajemen stres. 8
Variabel pengukuran
Outcome utama
• Perubahan dalam jarak enam menit berjalan kaki (6-MWD)

Outcome sekunder
• Perubahan penanda inflamasi  hs-CRP dan TGF-β1
• Tes fungsi paru (PFT)  FEV1, FVC, dan FEV1/FVC
• Luas penampang otot paha tengah dengan CT-scan
(MTCSACT)
• HRQL, MMRC dan kuesioner penyakit pernapasan kronis
(CRQ)
9
Hasil

Dari 45 pasien yang terdaftar,


29 pasien ikut serta dalam
analisis.

Mean usia adalah 48 tahun


dan 62% pasien adalah
perempuan.

Mean waktu sejak


pengobatan tuberkulosis 10
Hasil pemeriksaan awal

• Median 6-MWD : 488 meter


• Median hs-CRP : 4,3 mcl/liter
• Median TGF-β1 : 1,3 ng/ml
• Median MTCSACT : 9222,3
mm2
• Skor CRQ rata-rata : 17,21
• Skor MMRC rata-rata : 2,1
• PFT seperti yang ditunjukkan
pada gambar.
11
Hasil setelah PR 8 minggu
Peningkatan signifikan
pada
• 6-MWD
• Skor CRQ

Tidak ada perbedaan


signifikan pada
• Fungsi paru
• Penanda inflamasi
• Massa otot
• Skor MMRC
12
Perbedaan jarak berjalan enam
menit

13
Diskusi
Pemeriksaan histopatologi pada TB menunjukkan granuloma
kaseosa, likuifaksi dan pembentukan kavitas.
Perubahan struktural bronkial dan parenkim, seperti distorsi
bronko-vaskular, bronkiektasis, emfisema, dan fibrosis.
Perubahan tersebut menetap dan menjadi gangguan
fungsi paru residual.
TB paru merupakan kontributor penting pada sebagian
besar penyakit paru kronik, terutama PPOK dan
bronkiektasis.
14
Diskusi
PR adalah intervensi komprehensif yang mencakup pelatihan
olahraga, edukasi, dan perubahan perilaku.

Ada banyak bukti yang menunjukkan manfaat PR pada


CLIPTB.

Dalam penelitian ini, tidak didapat perbedaan signifikan pada PFT


setelah PR. Penelitian lain telah melaporkan temuan serupa.
15
Diskusi
Ameglio et al.
•Luas fibrosis paru yang terinfeksi TB berbanding lurus dengan
kadar TGF-β1.
•Kadar TGF-β1 dapat dianalisis sebagai indeks prognostik untuk
terjadinya fibrosis pada pasien TB.

Dihipotesiskan bahwa kadar TGF-β1 mungkin berkorelasi


dengan kejadian CLIPTB.

16
Diskusi

• hs-CRP meningkat pada pTB


akut dan menurun dengan • Penelitian ini menunjukkan
pengobatan. penurunan yang tidak
• Kadar hs-CRP berhubungan signifikan pada penanda
serum ini setelah PR.
dengan dispnea, kualitas hidup
dan derajat obstruksi jalan
napas pada PPOK.

17
Diskusi
Wasting pada TB terjadi akibat hilangnya lemak dan jaringan tanpa
lemak disertai penurunan massa otot yang berkontribusi pada
kelelahan.
Studi pada pasien PPOK menunjukkan bahwa MTCSACT menjadi
prediktor kematian yang lebih baik daripada BMI.

Kami menemukan peningkatan yang tidak signifikan pada MTCSACT


setelah PR.

18
Diskusi

Pengukuran HRQL adalah


metode untuk mengevaluasi Penelitian ini menunjukkan
hasil fungsional. peningkatan yang signifikan
pada CRQ setelah PR.

MMRC menunjukkan
MMRC dan CRQ adalah dua peningkatan yang tidak
metode yang paling banyak signifikan.
digunakan.

19
Diskusi
• Peningkatan skor dispnea (CRQ) dengan PR cukup relevan.

Mengurangi
Jika pasien
tidak
kecemasan Meningkatkan
merasakan saat HRQL
gejala melakukan pasien
saat aktivitas
beraktivitas sehari-hari
• Peningkatan skor dispnea dan 6-MWD membuat argumen yang
kuat untuk menggunakan PR pada pasien pasca-tuberkulosis.
20
Kesimpulan
Penelitian kami menunjukkan bahwa rehabilitasi paru
merupakan intervensi yang efektif pada pasien pasca-
tuberkulosis.

Pemanfaatan rehabilitasi paru yang tepat pada populasi


tersebut akan meningkatkan status fungsional dan kualitas
hidup.

21
Terima kasih

22

Anda mungkin juga menyukai