S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK/COPD) DI RUANG KOMUNITAS RS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO
Disusun Oleh:
1. Efita Yulianasari
2. Ela Liana
3. Elis Ayu N.
4. Erwin Bismo
5. Fiqqi Arsyadani Azza
6. Galih Kusumandita
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri
adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra,
2010). Fungsi paru mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia. Dalam usia yang
lebih lanjut, kekuatan otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.
Asap rokok yang terhisap ke dalam paru-paru perokoknya merupakan asap rokok
utama (main stream smoke), sedangkan asap ujung batang rokok yang terbakar merupakan
asap rokok sampingan (side stream smoke). Dalam asap rokok tersebut mengandung sekitar
4000 zat kimia berbahaya , antara lain aseton (bahan cat), arsen (racun), cadmium (aki
kendaraan), ammonia (pembersih lantai), karbon monoksida (asap knalpot), butane (bahan
Bronkitis kronik
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.
FAKTOR RISIKO
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih
penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok pasif
- Perokok aktif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang
rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 3. Hipereaktiviti bronkus 4.
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang 5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang
terdapat di Indonesia
PATOGENESIS DAN PATOLOGI
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara
anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama
mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama
- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak
pada paru bagian bawah
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan
sakus alveoler.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural
pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
- VEP1merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK
dan memantau perjalanan penyakit.
- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20%
• Uji bronkodilator
- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada emfisema
terlihat gambaran :
Hiperinflasi
Hiperlusen
Diafragma mendatar
1. Faal paru
- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional(KRF), Kapasiti Paru Total (KPT),
VR/KRF, VR/KPT meningkat
- Sgaw meningkat
- Jentera (treadmill)
Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau
pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan
6. Radiologi
- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang
tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel
kanan.
8. Ekokardiografi
9. bakteriologi
Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk
mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas
berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.
Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.
PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
KLASIFIKASI
BIODATA
Seorang laki-laki, usia 65 tahun, dirawat dengan diagnose medis COPD. Klien mengeluh
sesak nafas. Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, merokok +_ 30 tahun yang
lalu, sebanyak 2 pak/hari. Sesak nafas dirasakan sewaktu berbaring, duduk, berdiri ataupun
berjalan. Sehingga klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil
pemeriksaan fisik yaitu TD 100/60 mmHg. N 102 x/mnt, S 36,8 o C, RR 32 x/mnt. Hasil
pemeriksaan analisa gas darah (AGD) ph 6.5, PCO2 54, PO2 65, HCO3 23. Keluarga klien
masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga menjalani rutinitas biasa
tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan klien.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Keluarga klien masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga menjalani
rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan klien.
3. Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga klien masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga
menjalani rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan
klien.
2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : normal.
Selama sakit :nafsu makan berkurang.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. : 0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu 2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat 4 = Tergantung Total
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur
malam.
Selama sakit : sering terbangun.
Diagnosa
No. Data Problem Etiologi
Keperawatan
1. - Gangguan - Ketidakseimbangan Gangguan kerusakan
DS :
kerusakan ventilasi perfusi pertukaran oksigen
Klien mengeluh
pertukaran b.d
sesak nafas
oksigen ketidakseimbangan
DO :
ventilasi perfusi
klien terlihat
kesulitan
bernafas, RR 32
x/menit, N
102x/mnt, PH
6.5, PC02 54,
PO2 65
2. DS : - Ketidakefekti - Produksi mucus - Ketidakefektifan
Klien fan bersihan berlebih bersihan jalan
mengatakan jalan nafas nafas b.d
sesak nafas Produksi mucus
dirasakan berlebih
sewaktu
berbaring,
duduk, berdiri
ataupun
berjalan.
DO :
Klien terlihat
tidak batuk, RR
32x/mnt, PCO2
54, PO2 65
3. DS : Intoleransi - ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas
Klien aktifitas supply O2 b.d
mengatakan ketidakseimbangan
tidak mampu supply O2
untuk
melakukan
aktivitas sehari-
hari karena
kesulitan
bernafas
sewaktu
berbaring,
duduk, berdiri
ataupun berjalan
DO :
Klien terlihat
letih,dan
kebutuhan dasar
klien tidak
terpenuhi.
Karena keluarga
tidak mengerti
tentang penyakit
yang di derita
oleh klien.
4. DS : - Resiko - Tidak adekuatnya Resiko Infeksi b.d
Klien infeksi pertahanan utama Tidak adekuatnya
mengatakan (penurunan kerja pertahanan utama
sesak nafas silia, menetapnya (penurunan kerja
kumat-kumatan sekret), tidak silia, menetapnya
sejak 5 tahun adekuatnya imunitas sekret), tidak
yang lalu. (kerusakan jaringan, adekuatnya imunitas
DO : peningkatan (kerusakan jaringan,
Tidak pemajanan pada peningkatan
adekuatnya lingkungan), proses pemajanan pada
pertahanan penyakit kronis lingkungan), proses
utama penyakit kronis
(penurunan
kerja silia,
menetapnya
sekret), tidak
adekuatnya
imunitas
(kerusakan
jaringan,
peningkatan
pemajanan pada
lingkungan),
proses penyakit
kronis
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
. (NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Bersihan jalan nafas tak Status Respirasi : Kaji/pantau frekuensi
efektif yang berhubungan Kepatenan Jalan nafas pernapasan, catat rasio
dengan : # dengan skala…….. (1 inspirasi/ekspirasi.
- Perokok – 5) setelah diberikan Kaji pasien untuk posisi
- Peningkatan produksi perawatan selama……. yang nyaman, misalnya
sekret (sekret yang Hari, dengan kriteria : peninggian kepala tempat
tertahan, sehingga tidak - Tidak ada demam tidur, duduk dan sandaran
ada batuk berdahak) - RR dalam batas tempat tidur.
- Penyakit paru obstruksi normal Auskultasi bunyi napas,
kronis - Irama nafas dalam catat adanya bunyi napas
- Spasme jalan nafas batas normal misalnya : mengi,
- Infeksi - Pergerakan sputum Creckels dan ronki.
Data-data keluar dari jalan Catat adanya /derajat
- Klien mengeluh sulit nafas (bisa batuk disepnea, misalnya :
untuk bernafas berdahak) keluhan “lapar udara”,
gelisah, ansietas, distress
pernapasan, dan
penggunaan obat bantu.
Dorong/bantu latihan
napas abdomen atau bibir.
2. Kerusakan Pertukaran gas Status a. Manajemen asam dan
yang berhubungan dengan : Respirasi :Pertukaran basa tubuh
b. Manajemen jalan nafas
- Kurangnya suplai oksigen gas # denganskala
c. Latih batuk
(obstruksi jalan nafas oleh ……. (1 – 5)setelah
d. Tingkatkan keiatan
sekret, bronchospasme, diberikanperawatan
e. Terapi oksigen
air trapping). selama…….Hari
f. Monitoring respirasi
- Destruksi alveoli dengan kriteria :
g. Monitoring tanda vital
Data-data : - Kemudahan
- Dyspnea bernafas
- Tidak mampu - Tidak ada sesak
mengeluarkan sekret nafas dalam
- Nilai AGD abnormal istirahat
(hipoxia dan hiperkapnia) - Tidak ada sesak
- Menurunnya toleransi nafas saat
terhadap aktifitas. beraktivitas
- Tidak ada kelelahan
- Tidak ada sianosis
- PaCO2 dalam batas
normal (35-45)
- PaO2 dalam batas
normal (80-100)
3. Intoleransi Aktifitas yang - Menunjukan a. kaji respon pasien
berhubungan dengan : perbaikan dengan terhadap aktivitas
- Ketidakseimbangan aktifitas intoleran (monitoring TTV,
kebutuhan dan supply o2 Dispnea, kelelahan
sebelum, saat dan setelah
aktivitas)
b. mendiskusikan aktivitas
yg sesuai, membantu
memilih aktivitas yg
sesuai, menganjurkan
pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan
kesepakatan (jalan-jalan
di ruangan/taman)
c. monitoring pemberian o2
d. kaji keadaan pasien
setelah aktivitas
4. Resiko tinggi terhadap Diharapkan pasien
a. Awasi suhu.
infeksi berhubungan dengan: menyatakan
b. Kaji pentingnya latihan
- tidak adekuatnya pemahaman penyebab
nafas, batuk efektif,
pertahanan utama atau faktor resiko
perubahan posisi sering,
(penurunan kerja silia, individu dengan kriteria
menetapnya sekret), hasil pasien akan dan masukan cairan
Dorong
keseimbangan
antara aktivitas
dan istirahat.
Diskusikan
kebutuhan
masukan nutrisi
adekuat
dapatkan
spesimen sputum
dengan batuk
atau penghisapan
untuk pewarnaan
kuman gram,
kultur atau
sensitivitas
Berikan
antimikrobial
sesuai indikasi.
SIMPULAN
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S selama 2 hari dan melakukan
pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan
1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan pemeriksaan fisik head to
toe yang mendukung ditegakkannya diagnosa.
2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien yaitu
Gangguan kerusakan pertukaran oksigen b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Produksi mucus berlebih, Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan supply O2, Resiko Infeksi b.d Tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan,
peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses penyakit kronis.
3. Intervensi yang disusun berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian yang sesuai
untuk menegakkan diagnosa. Selain itu sejalan dengan teori dalam tinjauan keperawatan.
4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Selain itu
terdapat faktor penghambat yang membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya
kurang maksimal.
Catatan : Untuk perawatan pasien dengan PPOK, harus ada kerjasama antara tenaga kesehatan
dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang perkembangan kesehatan pasien dan
memberi pendidikan kesehatan pada keluarga dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan pasien dan keluarga.