Anda di halaman 1dari 28

ASUHAN    KEPERAWATAN    PADA Tn.

S DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERNAPASAN : PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS
(PPOK/COPD) DI RUANG KOMUNITAS RS HARAPAN BANGSA
PURWOKERTO

Disusun Oleh:
1. Efita Yulianasari
2. Ela Liana
3. Elis Ayu N.
4. Erwin Bismo
5. Fiqqi Arsyadani Azza
6. Galih Kusumandita
  

STIKes Harapa Bangsa Purwokerto


2B/S1 Keperawatan
Tahun Ajaran 2015/2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN
GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN : PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK/COPD) DI RUANG KOMUNITAS
RS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO

PENDAHULUAN

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan suatu kelainan dengan ciri-ciri

adanya keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible (Lyndon Saputra,

2010). Fungsi paru mengalami kemunduran dengan bertambahnya usia. Dalam usia yang

lebih lanjut, kekuatan otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas.

Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya system respirasi


seperti fungsi ventilasi paru.

Asap rokok yang terhisap ke dalam paru-paru perokoknya merupakan asap rokok

utama (main stream smoke), sedangkan asap ujung batang rokok yang terbakar merupakan

asap rokok sampingan (side stream smoke). Dalam asap rokok tersebut mengandung sekitar

4000 zat kimia berbahaya , antara lain aseton (bahan cat), arsen (racun), cadmium (aki

kendaraan), ammonia (pembersih lantai), karbon monoksida (asap knalpot), butane (bahan

bakar ringan), DDT (insektisida).


TINJAUAN TEORI
Pengertian

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)


PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas
yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik
dan emfisema atau gabungan keduanya.   

Bronkitis kronik   
Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam
setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya.   

Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus
terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.   

Pada prakteknya cukup banyak penderita bronkitis kronik juga memperlihatkan tanda-tanda
emfisema, termasuk penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria PPOK.   

FAKTOR RISIKO    
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang terpenting, jauh lebih
penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok   
- Perokok pasif
- Perokok aktif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah rata-rata batang
rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun :     
- Ringan    : 0-200   
- Sedang : 200-600
- Berat    : >600     
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja 3. Hipereaktiviti bronkus 4.
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang 5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang
terdapat di Indonesia
  
PATOGENESIS DAN PATOLOGI   
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh
pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara
anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:   
- Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama
mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama   
- Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak
pada paru bagian bawah   
- Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan
sakus alveoler.
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural   
pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos
penyebab utama obstruksi jalan napas.     

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan rutin

1. Faal paru

• Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP

- Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).


Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %

- VEP1merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK
dan memantau perjalanan penyakit.

- Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun
kurang tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
dan sore, tidak lebih dari 20%
• Uji bronkodilator

- Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.

- Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit kemudian


dilihat perubahan nilai VEP1atau APE, perubahan VEP1atau APE < 20% nilai awal
dan < 200 ml

- Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil

2. Darah rutin Hb, Ht, leukosit

3. Radiologi

Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain. Pada emfisema
terlihat gambaran :

 Hiperinflasi

 Hiperlusen

 Ruang retrosternal melebar

 Diafragma mendatar

b. Pemeriksaan khusus (tidak rutin)

1. Faal paru

- Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional(KRF), Kapasiti Paru Total (KPT),
VR/KRF, VR/KPT meningkat

- DLCO menurun pada emfisema

- Raw meningkat pada bronkitis kronik

- Sgaw meningkat

- Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %


2. Uji latih kardiopulmoner

- Sepeda statis (ergocycle)

- Jentera (treadmill)

- Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal

3. Uji provokasi bronkus

Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus,pada sebagian kecil PPOK terdapat


hipereaktiviti bronkus derajat ringan

4. Uji coba kortikosteroid

Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid oral (prednison atau

metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP1

pascabronkodilator > 20 % dan minimal 250 ml. Pada PPOK umumnya tidak terdapat
kenaikan

faal paru setelah pemberian kortikosteroid

5. Analisis gas darah

Terutama untuk menilai :

- Gagal napas kronik stabil

- Gagal napas akut pada gagal napas kronik

6. Radiologi

- CT - Scan resolusi tinggi

- Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat emfisema atau bula yang
tidak terdeteksi oleh foto toraks polos

- Scan ventilasi perfusi

- Mengetahui fungsi respirasi paru


7. Elektrokardiografi

Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan hipertrofi ventrikel
kanan.

8. Ekokardiografi

Menilai funfsi jantung kanan

9. bakteriologi

Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur resistensi diperlukan untuk

mengetahui pola kuman dan untuk memilih antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas
berulng merupakan penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.

10. Kadar alfa-1 antitripsin

Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada usia muda),
defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.

PENATALAKSANAAN

Tujuan penatalaksanaan :

- Mengurangi gejala

- Mencegah eksaserbasi berulang

- Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru

- Meningkatkan kualiti hidup penderita

Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :

1. Edukasi

2. Obat - obatan

3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik

5. Nutrisi

6. Rehabilitasi

KLASIFIKASI
BIODATA

Seorang laki-laki, usia 65 tahun, dirawat dengan diagnose medis COPD. Klien mengeluh
sesak nafas. Sesak nafas kumat-kumatan sejak 5 tahun yang lalu, merokok +_ 30 tahun yang
lalu, sebanyak 2 pak/hari. Sesak nafas dirasakan sewaktu berbaring, duduk, berdiri ataupun
berjalan. Sehingga klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hasil
pemeriksaan fisik yaitu TD 100/60 mmHg. N 102 x/mnt, S 36,8 o C, RR 32 x/mnt. Hasil
pemeriksaan analisa gas darah (AGD) ph 6.5, PCO2 54, PO2 65, HCO3 23. Keluarga klien
masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga menjalani rutinitas biasa
tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan klien.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Data diperoleh dari pasien, keluarga, dan catatan medis.


PENGKAJIAN
1. Identitas
a.    Identitas Pas ien
Nama : Tn. S
Usia : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Setro BaruUtara Gg.7 No.50, Surabaya
Agama : Islam
Tgl MRS : 7/6/2016
Jam MRS : 16.00 WIB
Diagnosa : COPD

b.   Identitas Penanggung Jawab    :


Nama : Ny. D 
Umur : 39 tahun 
Jenis kelamin : Perempuan 
Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg klien : Anak klien
2.R iw ayat Kesehatan Keperawatan
1.      Keluhan Utama :
Klien mengatakan merasa sesak nafas.
2.      Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien menyatakan bahwa sesak nafas dirasakan sewaktu berbaring, duduk, berdiri ataupun
berjalan (RR 32x/mnt). Sehingga klien tidak mampu untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
3.      Riwayat Penyakit sebelumnya :
Klien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama pada tahun 2011 dan mengalami
kekambuhan hingga saat ini. Pasien mempunyai riwayat perokok aktif.
4.      Riwayat Kesehatan Keluarga:
-          Komposisi keluarga :

Keluarga klien masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga menjalani
rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan klien.

3.    Pengkajian Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Gordon (11 Pola)
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Keluarga klien masih belum mudeng apa itu penyakit COPD. Keluarga klien juga
menjalani rutinitas biasa tanpa menghormati kebutuhan klien, mengabaikan kebutuhan
klien.

2) Pola Nutrisi
Sebelum sakit : normal.
Selama sakit :nafsu makan berkurang.
3) Pola Eliminasi
Sebelum sakit :
BAB : normal 1X sehari, warna kulit kecoklatan, tekstur lunak, aroma terapik.
BAK : normal, warna kunimg, aromatik.
Selama sakit :
BAB : konstipasi
BAK : normal, warna kuning, aromatik.
4) Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Kemampuan melakukan ROM √
Kemampuan Mobilitas di tempat tidur √
Kemampuan makan/minum √
Kemampuan toileting √
Kemampuan Mandi √
Kemampuan berpindah √
Kemampuan berpakaian √
Ket. :      0 = Mandiri 1= Menggunakan alat bantu    2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu orang lain dan alat          4 = Tergantung Total
5) Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit : 10 jam sehari, 2 jam tidur siang dan 8 jam tidur
malam.
Selama sakit : sering terbangun.

6) Sensori, Persepsi dan Kognitif


-
7) Konsep diri
- Klien tidak mampu memaparkan konsep dirinya .
8) Sexual dan Reproduksi
- Klien sudah berkeluarga
9) Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit : Interaksi dengan keluarga, teman, dan lingkungan baik.
Selama sakit : pasien mengalami perubahan pada interaksi keluarga, teman, dan
lingkungan. Klien tidak bisa beraktivitas.
10) Manajemen Koping Stress
Sebelum Sakit : Baik.
Selama sakit : klien tidak mampu memaparkan secara tepat keadaan jiwanya, klien
tidak dibantu keluarganya untuk menyelesaikan masalahnya.
11) Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit : pasien beragama Islam.
Selama sakit : pasien tidak pernah melaksanakan sholat karena keterbatasan aktivitas
akibat sesak nafas.
DATA FOKUS

Diagnosa
No. Data Problem Etiologi
Keperawatan
1. - Gangguan - Ketidakseimbangan Gangguan kerusakan
DS :
kerusakan ventilasi perfusi pertukaran oksigen
 Klien mengeluh
pertukaran b.d
sesak nafas
oksigen ketidakseimbangan
DO   :  
ventilasi perfusi
 klien terlihat
kesulitan
bernafas, RR 32
x/menit, N
102x/mnt, PH
6.5, PC02 54,
PO2 65
2. DS : - Ketidakefekti - Produksi mucus - Ketidakefektifan
 Klien fan bersihan berlebih bersihan jalan
mengatakan jalan nafas nafas b.d
sesak nafas Produksi mucus
dirasakan berlebih
sewaktu
berbaring,
duduk, berdiri
ataupun
berjalan.
DO :
 Klien terlihat
tidak batuk, RR
32x/mnt, PCO2
54, PO2 65
3. DS : Intoleransi - ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas
 Klien aktifitas supply O2 b.d
mengatakan ketidakseimbangan
tidak mampu supply O2
untuk
melakukan
aktivitas sehari-
hari karena
kesulitan
bernafas
sewaktu
berbaring,
duduk, berdiri
ataupun berjalan
DO   :  
 Klien terlihat
letih,dan
kebutuhan dasar
klien tidak
terpenuhi.
Karena keluarga
tidak mengerti
tentang penyakit
yang di derita
oleh klien.
4. DS : - Resiko - Tidak adekuatnya Resiko Infeksi b.d
 Klien infeksi pertahanan utama Tidak adekuatnya
mengatakan (penurunan kerja pertahanan utama
sesak nafas silia, menetapnya (penurunan kerja
kumat-kumatan sekret), tidak silia, menetapnya
sejak 5 tahun adekuatnya imunitas sekret), tidak
yang lalu. (kerusakan jaringan, adekuatnya imunitas
DO : peningkatan (kerusakan jaringan,
 Tidak pemajanan pada peningkatan
adekuatnya lingkungan), proses pemajanan pada
pertahanan penyakit kronis lingkungan), proses
utama penyakit kronis
(penurunan
kerja silia,
menetapnya
sekret), tidak
adekuatnya
imunitas
(kerusakan
jaringan,
peningkatan
pemajanan pada
lingkungan),
proses penyakit
kronis
NOC NIC
No Diagnosa Keperawatan Perencanaan
. (NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
1. Bersihan jalan nafas tak Status Respirasi :  Kaji/pantau frekuensi
efektif yang berhubungan Kepatenan Jalan nafas pernapasan, catat rasio
dengan : # dengan skala…….. (1 inspirasi/ekspirasi.
- Perokok – 5) setelah diberikan  Kaji pasien untuk posisi
- Peningkatan produksi perawatan selama……. yang nyaman, misalnya
sekret (sekret yang Hari, dengan kriteria : peninggian kepala tempat
tertahan, sehingga tidak - Tidak ada demam tidur, duduk dan sandaran
ada batuk berdahak) - RR dalam batas tempat tidur.
- Penyakit paru obstruksi normal  Auskultasi bunyi napas,
kronis - Irama nafas dalam catat adanya bunyi napas
- Spasme jalan nafas batas normal misalnya : mengi,
- Infeksi - Pergerakan sputum Creckels dan ronki.
Data-data   keluar dari jalan  Catat adanya /derajat
- Klien mengeluh sulit nafas (bisa batuk disepnea, misalnya :
untuk bernafas   berdahak) keluhan “lapar udara”,
gelisah, ansietas, distress
pernapasan, dan
penggunaan obat bantu.
 Dorong/bantu latihan
napas abdomen atau bibir.
2. Kerusakan Pertukaran gas Status a. Manajemen asam dan
yang berhubungan dengan :   Respirasi :Pertukaran basa tubuh
b. Manajemen jalan nafas
- Kurangnya suplai oksigen gas # denganskala
c. Latih batuk
(obstruksi jalan nafas oleh ……. (1 – 5)setelah
d. Tingkatkan keiatan
sekret, bronchospasme, diberikanperawatan
e. Terapi oksigen
air trapping). selama…….Hari
f. Monitoring respirasi
- Destruksi alveoli dengan kriteria :
g. Monitoring tanda vital
Data-data :   - Kemudahan
- Dyspnea   bernafas
- Tidak mampu - Tidak ada sesak
mengeluarkan sekret   nafas dalam
- Nilai AGD abnormal istirahat
(hipoxia dan hiperkapnia) - Tidak ada sesak
- Menurunnya toleransi nafas saat
terhadap aktifitas. beraktivitas
- Tidak ada kelelahan
- Tidak ada sianosis
- PaCO2 dalam batas
normal (35-45)
- PaO2 dalam batas
normal (80-100)
3. Intoleransi Aktifitas yang - Menunjukan a. kaji respon pasien
berhubungan dengan : perbaikan dengan terhadap aktivitas
- Ketidakseimbangan aktifitas intoleran (monitoring TTV,
kebutuhan dan supply o2 Dispnea, kelelahan
sebelum, saat dan setelah
aktivitas)
b. mendiskusikan aktivitas
yg sesuai, membantu
memilih aktivitas yg
sesuai, menganjurkan
pasien untuk melakukan
aktivitas sesuai dengan
kesepakatan (jalan-jalan
di ruangan/taman)
c. monitoring pemberian o2
d. kaji keadaan pasien
setelah aktivitas
4. Resiko tinggi terhadap Diharapkan pasien
a. Awasi suhu.
infeksi berhubungan dengan: menyatakan
b. Kaji pentingnya latihan
- tidak adekuatnya pemahaman penyebab
nafas, batuk efektif,
pertahanan utama atau faktor resiko
perubahan posisi sering,
(penurunan kerja silia, individu dengan kriteria
menetapnya sekret), hasil pasien akan dan masukan cairan

- tidak adekuatnya imunitas mengidentifikasi adekuat.

(kerusakan jaringan, intervensi untuk c. Observasi warna,


peningkatan pemajanan mencegah atau
karakter, bau sputum.
pada lingkungan), menurunkan resiko
d. Tunjukkan dan bantu
- proses penyakit kronis. infeksi dan pasien akan
pasien tentang
menunjukkan teknik,
pembuangan tisu dan
perubahan pola hidup
untuk meningkatkan sputum.

lingkungan yang aman. e. Tekankan cuci tangan


yang benar (perawat dan
pasien) dan penggunaan
sarung tangan bila
memegang atau
membuang tisu, wadah
sputum.
f. Berikan antimikrobial
sesuai indikasi.
IMPLEMENTASI
Hari/ Dx. Jam Implementasi Hari/ Jam Evaluasi TTD/
Tgl Keperawatan Tgl Nama
Jum’at Gangguan 08.00 Kaji/pantau Jum’at 08.00 S : klien Linda
8/6/16 kerusakan WIB frekuensi 8/6/16 WIB mengataka
pertukaran pernapasan, catat n sudah
oksigen rasio tidak
berdasarkan inspirasi/ekspirasi sesak
hipoksia  Kaji pasien untuk nafas
berdasarkan posisi yang O : tidak
data nyaman, terlihat
misalnya kesulitan
DS : Klien
peninggian bernafas
mengeluh
kepala tempat A:
sesak nafas
tidur, duduk dan masalah
pasien
sandaran tempat keperawat
mengatakan
tidur. an teratasi
riwayat
 Auskultasi bunyi P:
merokok,
napas, catat lanjutkan
DO   :  klien adanya bunyi asuhan
terlihat napas misalnya : keperawat
kesulitan mengi, krokels an
bernafas, dan ronki.
RR 32  Catat adanya
x/menit, N /derajat disepnea,
102x/mnt misalnya :
keluhan “lapar
udara”, gelisah,
ansietas, distress
pernapasan, dan
penggunaan obat
bantu.
 Dorong/bantu
latihan napas
abdomen atau
bibir.
 Bronkodilator,
misalnya, β-
agonis, efinefrin
(adrenalin,
vavonefrin),
albuterol
(proventil,
ventolin),
terbutalin
(brethine,
brethaire),
isoeetrain
(brokosol,
bronkometer).
Jum’at Ketidakefektif 09.00  Kaji frekuensi, Jum’at 10.00 S :    klien Mute
08/6/16 an bersihan WIB kedalaman 8/6/16 WIB mengataka
jalan nafas pernapasan, catat n tidak
Berdasarkan pengguanaan otot sesak
dispnea dan aksesorius, napas nafas lagi
berdasarkan bibir, sewaktu
data ketidakmampuan berbaring,
DS : Sesak bicara/berbincan duduk,
nafas g. Kaji/awasi berdiri
dirasakan secara rutin kulit ataupun
sewaktu dan warna berjalan
berbaring, membrane O:
duduk, mukosa. RR
berdiri  Tinggikan kepala 28x/mnt
ataupun tempat tidur, PCO2 47
berjalan. bantu pasien PO2 75
untuk memilih
DO : RR A:
posisi yang
32x/mnt, masalah
mudah untuk
PCO2 54, bernapas. Dorong keperawat
PO2 65 napas dalam an
perlahan atau tercapai
napas bibir sesuai sebagian
dengan
P:
kebutuhan/tolera
lanjutkan
nsi individu.
asuhan
 Dorong
keperawat
mengeluarkan
an
sputum,
pengisapan bila
diindikasikan.
 Auskultasi bunyi
napas, catat area
penurunan aliran
udara dan/atau
bunyi tambahan.
 Awasi tanda-
tanda vital dan
irama jantung
 Berikan oksigen
tambahan yang
sesuai dengan
indikasi hasil
GDA dan
toleransi pasien.
Sabtu Intoleransi 10.00  Kaji respon Sabtu 08.00 S : klien Lai
9/6/16 aktifitas/Gang WIB pasien terhadap 9/6/16 WIB mengataka
guan aktivitas n belum
mobilitas fisik (monitoring TTV, mampu
berdasarkan Dispnea, untuk
Keterbatasan kelelahan melakuka
rentang gerak sebelum, saat dan n aktivitas
Berdasarkan setelah aktivitas) sehari-hari
data  mendiskusikan O : Klien
DS : klien aktivitas yg terlihat
mengatakan sesuai, letih
tidak mampu membantu A:
untuk memilih aktivitas masalah
melakukan yg sesuai, keperawat
aktivitas menganjurkan an belum
sehari-hari pasien untuk tercapai
karena melakukan
kesulitan aktivitas sesuai P:
bernafas dengan lanjutkan
sewaktu kesepakatan asuhan
berbaring, (jalan-jalan di keperawat
duduk, berdiri ruangan/taman) an
ataupun  monitoring
berjalan pemberian o2
DO   :  Klien keadaan pasien
terlihat setelah aktivitas
letih,dan
kebutuhan
dasar klien
tidak
terpenuhi.
Karena
keluarga tidak
mengerti
tentang
penyakit yang
di derita oleh
klien.

Sabtu Resiko Infeksi  Awasi suhu. Sabtu 10.00 S : klien


9/6/16 berdasarkan 9/6/16 WIB mengataka
 Kaji pentingnya
merokok dan n sesak
latihan nafas,
berdasarkan nafas
batuk efektif,
data tidak
DS : klien perubahan posisi sering
mengatakan sering, dan kambuh
sesak nafas masukan cairan O:
kumat- adekuat. pertahana
kumatan n imunitas
 Observasi warna,
sejak 5 mulai
karakter, bau
tahun yang adekuat
sputum.
lalu. A:
 Tunjukkan dan masalah
DO : tidak
bantu pasien keperawat
adekuatnya
tentang an teratasi
pertahanan
pembuangan tisu P:
utama
dan sputum. lanjutkan
(penurunan
Tekankan cuci asuhan
kerja silia,
tangan yang keperawat
menetapnya
benar (perawat an
sekret), tidak
dan pasien) dan
adekuatnya
penggunaan
imunitas
sarung tangan
(kerusakan
bila memegang
jaringan,
atau membuang
peningkatan
tisu, wadah
pemajanan
sputum.
pada
lingkungan),  Awasi
proses pengunjung,
penyakit berikan masker
kronis. sesuai indikasi.

 Dorong
keseimbangan
antara aktivitas
dan istirahat.

 Diskusikan
kebutuhan
masukan nutrisi
adekuat

 dapatkan
spesimen sputum
dengan batuk
atau penghisapan
untuk pewarnaan
kuman gram,
kultur atau
sensitivitas
 Berikan
antimikrobial
sesuai indikasi.
SIMPULAN

Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S    selama 2 hari dan melakukan

pengkajian kembali baik secara teoritis maupun secara tinjauan kasus didapatkan

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengkajian dilakukan dengan dua metode yaitu pola Gordon dan pemeriksaan fisik head to
toe yang mendukung ditegakkannya diagnosa.

2. Setelah dilakukan pengkajian dan analisa kasus muncul empat diagnosa pada pasien yaitu
Gangguan kerusakan pertukaran oksigen b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d Produksi mucus berlebih, Intoleransi aktifitas b.d
ketidakseimbangan supply O2, Resiko Infeksi b.d Tidak adekuatnya pertahanan utama
(penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan,
peningkatan pemajanan pada lingkungan), proses penyakit kronis.

Semua diagnosa yang muncul dalam kasus sesuai dengan teori.

3. Intervensi yang disusun berdasarkan pada data yang muncul dalam pengkajian yang sesuai
untuk menegakkan diagnosa. Selain itu sejalan dengan teori dalam tinjauan keperawatan.

4. Implementasi yang dilakukan sudah sesuai dengan intervensi dalam teori. Selain itu
terdapat faktor penghambat yang membuat beberapa implementasi dalam pelaksanaannya
kurang maksimal.

Catatan : Untuk perawatan pasien dengan PPOK, harus ada kerjasama antara tenaga kesehatan
dan keluarga agar selalu memberikan informasi tentang    perkembangan kesehatan pasien dan
memberi pendidikan kesehatan pada keluarga dan senantiasa memotivasi pasien dan keluarga
untuk selalu menjaga pola hidup dan kesehatan pasien dan keluarga.

Anda mungkin juga menyukai