Anda di halaman 1dari 23

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF

KRONIK (PPOK)

DISUSUN OLEH:

Putri Gily De La Glory 193307020044


Dian Septiany Soewardi 193307020070

PEMBIMBING :
d r. S a d a ri ta Sp .P
DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah istilah untuk berbagai penyakit paru-paru
yang mempengaruhi pernapasan dan menjadi masalah kesehatan dunia.
Menurut GOLD (the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) 2020, PPOK
adalah penyakit umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan karena kelainan saluran napas
dan/atau alveolus. PPOK biasanya disebabkan oleh paparan signifikan terhadap partikel atau
gas berbahaya. Hambatan jalan napas pada PPOK disebabkan oleh obstruksi saluran napas
kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim paru (emfisema).
INSIDENSI & PREVALENSI
Prevalensi PPOK terus meningkat dengan bertambahnya prevalensi perokok dan populasi usia lanjut, serta peningkatan polusi
udara dan prevalens tertinggi pasien PPOK didapatkan pada umur >60 tahun.

Prevalensi pria lebih besar PPOK penyumbang angka


dibandingkan wanita kesakitan terbesar
Tahun 2004 PPOK penyumbang angka kesakitan terbesar
(35%), diikuti oleh asma bronkial (33%), kanker paru
(30%), dan lainnya (2%).

Persentase usia pertama merokok pada laki-laki sebesar Faktor resiko terjadinya PPOK adalah
57,3% dimulai pada usia 15-19 tahun sedangkan perokok
perempuan sebesar 31,5% dimulai pada usia > 30 tahun. perokok
Indonesia memiliki jumlah perokok aktif yang tinggi. World
Health Organization (WHO) telah menetapkan Indonesia
sebagai negara terbesar ketiga di dunia sebagai pengguna rokok
ETIOLOGI, PATOBIOLOGI, PATOLOGI PPOK

GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Preventation of COPD
PATOGENESIS
FAKTOR RESIKO
• Perokok, baik perokok aktif maupun perokok
pasif, merupakan faktor risiko terpenting.
• Genetik, kekurangan alpha-1 antitrypsin,
protein yang berperan menjaga elastisitas paru.
• Polusi udara/paparan terhadap partikel
berbahaya.
• Stres oksidatif.
• Tumbuh kembang paru yang kurang optimal.
• Status sosioekonomi yang rendah.
• Riwayat penyakit respirasi (terutama asma).
• Riwayat PPOK atau penyakit respirasi lain di
keluarga.
• Riwayat eksaserbasi atau pernah dirawat di RS
untuk penyakit respirasi.
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK

• Riwayat merokok/bekas perokok dengan atau INSPEKSI

tanpa gejala pernapasan. • Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup

• Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di mencucu).

tempat kerja. • Barrel chest (diameter antero - posterior dan

• Riwayat penyakit emfisema pada keluarga. transversal sebanding).

• Terdapat faktor predisposisi pada masa • Penggunaan otot bantu napas

bayi/anak (BBLR, infeksi saluran napas • Hipertropi otot bantu napas

berulang, lingkungan asap rokok dan polusi • Pelebaran sela iga

udara). • Tampak denyut vena jugularis dan edema tungkai

• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak. bila telah terjadi gagal jantung kanan.

• Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi.


EMFISEMA BRONKITIS

PINK PUFFER BLUE BLOATER


Penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed - lips Penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki
breathing / mulut mencucu dan ekspirasi yang memanjang. basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
PALPASI :
- Emfisema: fremitus melemah, sela iga melebar

PERKUSI :
- Emfisema: hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah.

AUSKULTASI :
- Suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung terdengar jauh
RUTIN
Faal paru (spirometri dan uji bronkodilator)
Radiologi (foto thoraks)
Laboratorium darah

PEMERIKSAAN TIDAK RUTIN


PENUNJANG Faal paru
Uji coba kortikosteroid
Analisa gas darah
EKG
Mikrobiologi sputum
Kadar alfa-1-antitripsin
PEMERIKSAAN RUTIN
1 FAAL PARU
 Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP).
• Obstruksi: % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %.
• APE meter:variabiliti harian pagi dan sore < 20%

 Uji bronkodilator
• Dengan menggunakan spirometri/APE meter.
• Bronkodilator inhalasi 8 hisapan → 15 - 20 menit lihat perubahan nilai VEP1 / APE →
Bila perubahan nilai VEP1 / APE < 20%, maka menunjukkan pembatasan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversibel.

2 DARAH RUTIN
 Hemoglobin
 Hematokrit
 Leukosit
GAMBARAN FOTO THORAKS
BRONKITIS EMFISEMA

Hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar,


Normal diafragma mendatar, jantung menggantung
(jantung pendulum / tear drop appearance)
Corakan bronkovaskuler bertambah
DIAGNOSIS BANDING
Asma

SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)

Pneumotoraks

Gagal jantung kronik

Penyakit paru dengan obstruksi lain: bronkiektasis, destroyed lung.


Perbedaan ASMA, PPOK dan SOPT ASMA PPOK SOPT
++ - +
Timbul pada usia muda
++ - -
Sakit mendadak
+/- +++ -
Riwayat merokok
++ + -
Riwayat atopi
+++ + +
Sesak dan mengi berulang
+ ++ +
Batuk kronik berdahak
+++ + +/-
Hiperaktiviti bronkus
++ - -
Reversibiliti obstruksi
++ + -
Variabiliti harian
+ - ?
Eosinofil sputum
- + ?
Neutrofil sputum
+ - ?
Makrofag sputum
PENATALAKSANAAN
TUJUAN: EDUKASI:

• Mengurangi gejala • Berhenti merokok


• Mencegah eksaserbasi berulang • Mendeteksi dan mengindari pencetus
• Memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru
• Gunakan obat-obatan adekuat
• Meningkatkan kualiti hidup penderita
• Mencegah eksaserbasi berulang.
Tanda-tanda: batuk/ sesak bertambah,
PENATALAKSANAAN PPOK SECARA UMUM: sputum bertambah, sputum berubah
warna.
• Edukasi
• Mencegah terjadinya PPOK:
• Obat - obatan
Hindari asap rokok, polusi udara, dan
• Terapi oksigen infeksi saluran napas berulang.
• Ventilasi mekanik
• Nutrisi
• Rehabilitasi
BRONKODILATOR
Golongan Golongan agonis
Kombinasi Golongan
Latihan fisis: Xantin
jalan,
antikolinergik beta-2
joging, sepeda.

• Untuk mengurangi • Inhaler: Kombinasi antikolinergik • Digunakan pada


sekresi lendir mengatasi sesak. dan agonis beta-2 derajat sedang
- Latihan dan
fisis: jalan,
(maksimal 4x/hari). • Nebuliser: berat. sepeda.
joging,
• Digunakan pada mengatasi eksaserbasi • Berfungsi • Bentuk tablet:
derajat ringan-berat. akut. memperkuat efek
- Psikososial
mengatasi sesak
• Injeksi subkutan/drip: bronkodilatasi. •- Latihan
Suntikanpernapasan
bolus/drip:
mengatasi eksaserbasi diafragma
mengatasi& pursed
eksaserbasi
berat. lips untuk
akut.
memperbaiki
ventilasi.
Anti-inflamasi Antibiotika Antioksidan Mukolitik
Latihan fisis: jalan,
joging, sepeda.

• Bentuk oral/IV: • Hanya diberi bila • Diberikan pada PPOK • Hanya diberikan
bila terjadi terdapat infeksi dengan eksaserbasi terutama pada
eksaserbasi akut → • Lini I: yang sering, tidak - Latihan fisis:
eksaserbasi jalan,
akut.
gol. amoksisilin, makrolid dianjurkan sebagai • joging, sepeda.
Berfungsi mempercepat
Metilprednison / • Lini II: pemberian yang rutin perbaikan eksaserbasi,
- Psikososial
prednison. amoksisilin dan asam • N – asetilsistein. terutama pada bronkitis
- Latihan pernapasan
• Bentuk inhalasi: klavulanat, kronik dengan sputum
diafragma & pursed
sebagai terapi sefalosporin, yang viscous.
lips untuk
jangka panjang jika kuinolon, makrolid
memperbaiki
uji kortikosteroid baru
ventilasi.
(+).
GEJALA GOL.OBAT OBAT & KEMASAN DOSIS
• Tanpa gejala   Tanpa obat  
• Gejala intermiten (pada waktu Agonis ß2 Inhalasi kerja cepat Bila perlu
aktiviti)
• Gejala terus-menerus Antikolinergik Ipratropium bromida 20 µgr
Inhalasi Agonis ß2 kerja cepat Fenoterol 100µgr/semprot
2 - 4 semprot → 3 - 4 x/hari
Salbutamol 100µgr/semprot
Terbutalin 0,5µgr/semprot
Prokaterol 10µgr/semprot 2 - 4 semprot → 3 x/hari
Kombinasi terapi Ipratropium bromid 20µgr + 2 - 4 semprot → 3 - 4 x/hari
salbutamol 100µgr → persemprot
• Pasien tetap mempunyai gejala / Kortikosteroid oral Prednison 30 - 40mg/hr selama 2minggu
terbatas aktivitas harian meskipun (uji kortikosteroid ) Metil prednisolon
telah mendapat pengobatan
bronkodilator maksimal.
• Uji kortikosteroid memberikan Inhalasi Kortikosteroid Beklometason 50µgr, 250µgr/semprot 1- 2 semprot → 2 - 4 x/hari
respons positif Budesonid 100µgr, 250µgr, 200 - 400µgr → 2x/hari
400µgr/semprot maks 2400µgr/hari
Flutikason 125µgr/semprot 125 - 250µgr → 2x/hari
maks 1000µgr/hari
VENTILASI REHABILITASI
Latihan fisis: jalan,
TERAPI OKSIGEN NUTRISI
MEKANIK PPOK
joging, sepeda.

Berfungsi untuk Dianjurkan pemberian - Latihan fisis: jalan,


Digunakan pada nutrisi dengan
mempertahankan eksaserbasi dengan joging, sepeda.
oksigenasi seluler komposisi seimbang - Psikososial
gagal napas akut,
karena pada PPOK gagal napas akut pada (tinggi lemak rendah
terjadi hipoksemia - Latihan pernapasan
gagal napas kronik karbohidrat) yaitu diafragma & pursed
progresif dan atau pada pasien porsi kecil dengan
berkepanjangan yang lips untuk
PPOK derajat berat waktu pemberian yang memperbaiki
menyebabkan dengan napas kronik.
kerusakan sel dan lebih sering. ventilasi.
jaringan.
ALGORITME PENANGANAN PPOK
KOMPLIKASI PROGNOSIS

• PPOK berhubungan dengan prevalensi tinggi


adanya kondisi komorbid yang selanjutnya akan
1. Gagal napas
berdampak negatif pada prognosis dan kualitas
• Gagal napas kronik (Hasil analisis gas darah
PO2 <60 mmHg dan PCO2 >60 mmHg, dengan hidup.
pH darah normal) • Eksaserbasi merupakan penyebab morbiditas
• Gagal napas akut pada gagal napas kronik, paling penting pada PPOK. Sekali pasien datang ke
dengan gejala: sesak napas dengan atau tanpa instalasi rawat darurat atau menjalani perawatan di
sianosis, sputum bertambah dan purulen, RS karena perburukan atau eksaserbasi maka akan
demam dan kesadaran menurun.
berisiko tinggi untuk perawatan kembali dan
terjadinya mortalitas.
2. Infeksi berulang
• Pasien usia muda dengan PPOK memiliki tingkat
3. Kor pulmonal mortalitas lebih rendah kecuali pada keadaan
defisiensi alpha1-antitrypsin, abnormalitas genetic
yang menyebabkan panlobular emfisema pada usia
dewasa muda.
THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai