KRONIK (PPOK)
DISUSUN OLEH:
PEMBIMBING :
d r. S a d a ri ta Sp .P
DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah istilah untuk berbagai penyakit paru-paru
yang mempengaruhi pernapasan dan menjadi masalah kesehatan dunia.
Menurut GOLD (the Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease) 2020, PPOK
adalah penyakit umum, dapat dicegah dan diobati yang ditandai dengan gejala pernapasan
persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan karena kelainan saluran napas
dan/atau alveolus. PPOK biasanya disebabkan oleh paparan signifikan terhadap partikel atau
gas berbahaya. Hambatan jalan napas pada PPOK disebabkan oleh obstruksi saluran napas
kecil (obstruksi bronkiolitis) dan kerusakan parenkim paru (emfisema).
INSIDENSI & PREVALENSI
Prevalensi PPOK terus meningkat dengan bertambahnya prevalensi perokok dan populasi usia lanjut, serta peningkatan polusi
udara dan prevalens tertinggi pasien PPOK didapatkan pada umur >60 tahun.
Persentase usia pertama merokok pada laki-laki sebesar Faktor resiko terjadinya PPOK adalah
57,3% dimulai pada usia 15-19 tahun sedangkan perokok
perempuan sebesar 31,5% dimulai pada usia > 30 tahun. perokok
Indonesia memiliki jumlah perokok aktif yang tinggi. World
Health Organization (WHO) telah menetapkan Indonesia
sebagai negara terbesar ketiga di dunia sebagai pengguna rokok
ETIOLOGI, PATOBIOLOGI, PATOLOGI PPOK
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Preventation of COPD
PATOGENESIS
FAKTOR RESIKO
• Perokok, baik perokok aktif maupun perokok
pasif, merupakan faktor risiko terpenting.
• Genetik, kekurangan alpha-1 antitrypsin,
protein yang berperan menjaga elastisitas paru.
• Polusi udara/paparan terhadap partikel
berbahaya.
• Stres oksidatif.
• Tumbuh kembang paru yang kurang optimal.
• Status sosioekonomi yang rendah.
• Riwayat penyakit respirasi (terutama asma).
• Riwayat PPOK atau penyakit respirasi lain di
keluarga.
• Riwayat eksaserbasi atau pernah dirawat di RS
untuk penyakit respirasi.
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS
ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK
• Batuk berulang dengan atau tanpa dahak. bila telah terjadi gagal jantung kanan.
PERKUSI :
- Emfisema: hipersonor dan batas jantung mengecil, letak diafragma rendah, hepar
terdorong ke bawah.
AUSKULTASI :
- Suara napas vesikuler normal, atau melemah
- Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung terdengar jauh
RUTIN
Faal paru (spirometri dan uji bronkodilator)
Radiologi (foto thoraks)
Laboratorium darah
Uji bronkodilator
• Dengan menggunakan spirometri/APE meter.
• Bronkodilator inhalasi 8 hisapan → 15 - 20 menit lihat perubahan nilai VEP1 / APE →
Bila perubahan nilai VEP1 / APE < 20%, maka menunjukkan pembatasan aliran udara yang
tidak sepenuhnya reversibel.
2 DARAH RUTIN
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
GAMBARAN FOTO THORAKS
BRONKITIS EMFISEMA
Pneumotoraks
• Bentuk oral/IV: • Hanya diberi bila • Diberikan pada PPOK • Hanya diberikan
bila terjadi terdapat infeksi dengan eksaserbasi terutama pada
eksaserbasi akut → • Lini I: yang sering, tidak - Latihan fisis:
eksaserbasi jalan,
akut.
gol. amoksisilin, makrolid dianjurkan sebagai • joging, sepeda.
Berfungsi mempercepat
Metilprednison / • Lini II: pemberian yang rutin perbaikan eksaserbasi,
- Psikososial
prednison. amoksisilin dan asam • N – asetilsistein. terutama pada bronkitis
- Latihan pernapasan
• Bentuk inhalasi: klavulanat, kronik dengan sputum
diafragma & pursed
sebagai terapi sefalosporin, yang viscous.
lips untuk
jangka panjang jika kuinolon, makrolid
memperbaiki
uji kortikosteroid baru
ventilasi.
(+).
GEJALA GOL.OBAT OBAT & KEMASAN DOSIS
• Tanpa gejala Tanpa obat
• Gejala intermiten (pada waktu Agonis ß2 Inhalasi kerja cepat Bila perlu
aktiviti)
• Gejala terus-menerus Antikolinergik Ipratropium bromida 20 µgr
Inhalasi Agonis ß2 kerja cepat Fenoterol 100µgr/semprot
2 - 4 semprot → 3 - 4 x/hari
Salbutamol 100µgr/semprot
Terbutalin 0,5µgr/semprot
Prokaterol 10µgr/semprot 2 - 4 semprot → 3 x/hari
Kombinasi terapi Ipratropium bromid 20µgr + 2 - 4 semprot → 3 - 4 x/hari
salbutamol 100µgr → persemprot
• Pasien tetap mempunyai gejala / Kortikosteroid oral Prednison 30 - 40mg/hr selama 2minggu
terbatas aktivitas harian meskipun (uji kortikosteroid ) Metil prednisolon
telah mendapat pengobatan
bronkodilator maksimal.
• Uji kortikosteroid memberikan Inhalasi Kortikosteroid Beklometason 50µgr, 250µgr/semprot 1- 2 semprot → 2 - 4 x/hari
respons positif Budesonid 100µgr, 250µgr, 200 - 400µgr → 2x/hari
400µgr/semprot maks 2400µgr/hari
Flutikason 125µgr/semprot 125 - 250µgr → 2x/hari
maks 1000µgr/hari
VENTILASI REHABILITASI
Latihan fisis: jalan,
TERAPI OKSIGEN NUTRISI
MEKANIK PPOK
joging, sepeda.