Anda di halaman 1dari 26

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

EKSASERBASI AKUT
Ferdi Marulitua Simanjuntak,S.Ked
04054822022197

Pembimbing: dr. Zen Ahmad, Sp.PD, KP


01 03
OUTLINE Pendahuluan Kesimpulan

02
Tinjauan Pustaka
01
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
● Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit
pernafasan yang bersifat kronis progresif.
● PPOK saat ini berada di urutan k-4 penyebab kematian
terbanyak di dunia setelah penyakit jantung, kanker, penyakit
serebrovaskular. PPOK memiliki potensi untuk naik ke urutan ke-
3 terbanyak pada tahun 2020.
● Gangguan aliran udara ini umumnya bersifat progresif dan
persisten serta berkaitan dengan respon radang yang tidak
normal dari paru akibat gas atau partikel yang bersifat merusak.
● Faktor risiko PPOK akibat meningkatnya jumlah perokok,
perkembangan daerah industri dan polusi udara (pabrik maupun
kendaraan bermotor) terutama di kota-kota besar, dan lokasi
industri serta pertambangan.
02
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

• Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) sebagai


penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh
adanya hambatan atau sumbatan aliran udara yang
bersifat irreversible atau reversible sebagian dan
menimbulkan konsekuensi ekstrapulmoner bermakna
yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan pasien.

• Pasien PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut


bila kondisi pasien mengalami perburukan yang
bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil.

• Eksaserbasi dapat disebabkan oleh beberapa faktor.


Penyebab yang paling sering adalah infeksi
pernapasan
ETIOLOGI
● Primer : Infeksi trakeobronkial (biasanya virus
atau bakteri). Bakteri yang paling sering: H.
Influenza, S. Pneumonia, M. catharalis.
● Sekunder : Pneumonia, gagal jantung kanan,
atau kiri, atau aritmia, emboli paru, pneumotoraks
spontan, penggunaan oksigen yang tidak tepat,
penggunaan obat-obatan (obat penenang,
diuretik) yang tidak tepat, penyakit metabolik
(DM, gangguan elektrolit), nutrisi buruk,
lingkungan memburuk/polusi udara, aspirasi
berulang, stadium akhir penyakit respirasi
(kelelahan otot respirasi).
FAKTOR RISIKO
Pada fase eksaserbasi akut terjadi perburukan yang mendadak
dari perjalanan penyakitnya yang disebabkan oleh suatu faktor
pencetus dan ditandai dengan suatu manifestasi klinis yang
memberat.

1. Asap Rokok
2. Paparan Pekerjaan
3. Polusi Udara
4. Infeksi Berulang Saluran Respirasi
5. Kepekaan Jalan Nafas dan PPOK
6. Defisiensi α1 Antitrypsin (α1AT)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS
• Batuk kronis dan progresif PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS PEMERIKSAAN PENUNJANG
(penambahan jumlah
sputum & perubahan • Uji Faal Paru dengan
kekentalan sputum) Spirometri dan
• • Inspeksi: Pursed-lips breathing, Bronkodilator (post-
Sesak napas yang semakin
Barrel chest, Pink puffer, Blue bronchodilator)
lama semakin memberat
terutama saat melakukan bloater, Penggunaan otot bantu • Foto Torak PA dan
aktivitas berat napas Lateral
• Infeksi saluran pernafasan • Palpasi: Stem fremitus melemah • Analisa Gas Darah
berulang dan sela iga melebar (AGD)
• Lingkungan dengan asap • Perkusi: Hipersonor • Pemeriksaan Sputum
rokok dan polusi udara • Auskultasi: Suara nafas vesikuler • Pemeriksaan Darah
• Riwayat keluarga PPOK/ normal/ melemah, ronki dan atau Rutin
Faktor masa kecil (BBLR, mengi pada waktu bernafas biasa • Pemeriksaan Penunjang
Infeksi pernapasan) atau pada ekspirasi paksa,
Lainnya
ekspirasi memanjang, bunyi
jantung terdengar jauh.
Skala Sesak menurut Modified Medical
Research Council (MMRC Dyspnea Scale)

CAT (COPD Assessment Test)


Kelompok PPOK Berdasarkan GOLD (Global
Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease) 2020
TATALAKSANA TANDA KARDINAL:
- Sesak napas bertambah berat
- Penambahan jumlah sputum
- Perubahan kekentalan sputum

Tipe I (Eksaserbasi Ringan)


memiliki 1 gejala + infeksi
saluran pernapasan atas lebih Tipe III (Eksaserbasi
dari 5 hari, demam tanpa Tipe II (Eksaserbasi
sebab lain, peningkatan batuk, Berat) memilki 3 gejala.
Sedang) memiliki 2 gejala.
peningkatan mengi atau Harus segera
peningkatan frekuensi Terapi dengan SABA dan
pernapasan > 20% baseline, hospitalisasi dan
atau frekuensi nadi > 20% antibiotic, dan/atau oral berhubungan dengan
baseline. Terapi dengan
kortikosteroid. gagal nafas akut.
bronkodilator kerja pendek
(SABA).
● Penanganan eksaserbasi akut ringan dapat
Indikasi Rawat Inap:
dilakukan di rumah oleh pasien yang telah ● Gejala berat
diedukasi dengan cara menambahkan dosis ● Gagal napas akut
bronkodilator atau dengan mengubah bentuk ● Gejala baru( sianosis,
bronkodilator yang digunakan dari bentuk
oedemperifer)
● Gagal respon dengan terapi
inhaler, oral menjadi bentuk nebulizer;
awal
menggunakan oksigen bila aktivitas dan ● Komorbid yang berat
selama tidur; menambahkan mukolitik; dan ● Tatalaksana yang tidak
menambahkan ekspektoran. Bila dalam 2 hari memadai
tidak ada perbaikan pasien harus segera
dibawa ke dokter.
● Penatalaksanaan eksaserbasi akut sedang
dan berat dilakukan di rumah sakit, dapat
dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap
TERAPI FARMAKOLOGI TERAPI NON FARMAKOLOGI
● Menghindari faktor pencetus asap rokok,
● Bronkodilator hindari polusi udara, hindari infeksi saluran
● Glukokortikoid pernapasan berulang.
● Nutrisi adekuat
● Antibiotik ● Strategi yang dianjurkan oleh Public Health
● Terapi pendukung Service Report USA adalah:
 Ask, lakukan identifikasi perokok pada
● Terapi oksigen setiap kunjungan;
● Terapi ventilasi  Advice, terangkan tentang
keburukan/dampak merokok sehingga
pasien didesak mau berhenti merokok;
 Assess, yakinkan pasien untuk berhenti
merokok;
 Assist, bantu pasien dalam berhenti
merokok; dan
 Arrange, jadwalkan kontak usaha
berikutnya yang lebih intesif, bila usaha
pertama masih belum memuaskan
DIAGNOSIS BANDING
KOMPLIKASI PROGNOSIS

● Gagal Napas ● Beberapa penelitian menunjukkan predictor mortalitas pasien PPOK


adalah usia tua dan penurunan forced expiratory volume per detik
● Infeksi Berulang
(FEV1).
● Kor Pulmonale ● Pasien usia muda dengan PPOK memiliki tingkat mortalitas lebih
rendah kecuali pada keadaan defisiensi alpha1-antitrypsin,
abnormalitas genetik yang menyebabkan panlobular emfisema pada
usia dewasa muda.
● Defisiensi alpha1-antitrypsin harus dicurigai ketika PPOK muncul
pada lebih muda dari 45 tahun dan tidak ada riwayat bronkitis kronis
atau penggunaan tembakau, atau ada anggota keluarga dengan riwayat
penyakit paru obstruktif pada usia muda.
SKDI

● Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Eksaserbasi


Akut: 3B

● Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan


memberikan terapi pendahuluan pada keadaan gawat
darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan
dokter mampu menentukan rujukan yang paling tepat
bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
03
KESIMPULAN
KESIMPULAN
● Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit pernafasan yang bersifat kronis
progresif.
● PPOK saat ini berada di urutan ke-4 penyebab kematian terbanyak di dunia setelah penyakit
jantung, kanker, serta penyakit serebrovaskular, dan memiliki potensi untuk naik ke urutan ke-3
terbanyak pada tahun 2020.
● PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien mengalami perburukan
yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi gejala harian
normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan yang sudah biasa digunakan.
● Faktor resiko yang berkaitan dengan PPOK adalah faktor herediter yaitu defisiensi alpha-1
antitripsin, kebiasaan merokok, riwayat terpapar polusi udara di lingkungan dan tempat kerja,
hipereaktivitas bronkus, riwayat infeksi saluran napas bawah berulang.
● Tujuan penatalaksaan PPOK eksaserbasi akut adalah untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru dan meningkatkan
kualitas hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II edisi VI. Jakarta: Interna Publishing;
2009.
2. Lozano R, Naghavi M, Foreman K, dkk. Global and regional mortality from 235 causes of death for 20 age groups in 1990 and
2010: a systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet 2012; 380(9859): 2095-128.
3. GOLD. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention: A Guide for Healthcare Professionals. 2020 ed. Sydney:
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease Inc.; 2020.
4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: Tim Kelompok Kerja
PPOK; 2004.
5. Kathryn L. Mc Cance et al. Pathophysiology. The Biologic Basis for Disease in Adults and Children.,6 th ed. Canada. Mosby. Pg
1286-1290; 2010.
6. Putra TR, Suega K, Artana B. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam. Denpasar: SMF Penyakit Dalam FK Unud;
2013.
7. Gabriel Ortiz. Applying the 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) Guidelines for the Pharmacological
Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Clinical Practice.
8. Reilly J, Silverman EK, Shapiro SD. Chronic obstructive pulmonary disease. In: Longo D, Fauci AS, Kasper D, Hauser SL,
Jameson JL, editors. Harrison's principles of internal medicine. 18th ed. New York: McGraw-Hill; 2011. pp. 2151–2159.
9. Kementerian Kesehatan RI. Petunjuk teknis penerapan pendekatan praktis kesehatan paru di Indonesia. Jakarta: Jenderal
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan; 2015.
THANKS!
Do you have any questions?

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Anda mungkin juga menyukai