Anda di halaman 1dari 19

PENYAKIT PARU

OBSTRUKTIF
KRONIS
SRI WAHYUNI
51522011128
ISI PRESENTASI
Defenisi Diagnosis Banding
01 Pengertian PPOK
05 Ciri-ciri PPOK dibanding penyakit
paru yang lain

Faktor Resiko Penatalaksanaan


02 Penyebab PPOK
06 Cara mengurangi gejala dan resiko
PPOK

Patofisiologi Komplikasi
03 Proses PPOK
07 Komplikasi yang bisa terjadi jika
terkena PPOK

Diagnosis Pencegahan
04 Ciri-ciri PPOK
08 Cara mencegah PPOK
DEFENISI
01
PPOK
PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIS
Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
(GOLD), PPOK adalah penyakit dengan karakteristik keterbatasan
saluran napas yang tidak sepenuhnya reversible. Keterbatasan
saluran napas tersebut biasanya progresif dan berhubungan dengan
respons inflamasi dikarenakan bahan yang merugikan atau gas.

Secara definisi penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat disebut


sebagai penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh
adanya hambatan atau sumbatan aliran udara yang bersifat
irreversible atau reversible sebagian dan menimbulkan konsekuensi
ekstrapulmoner bermakna yang berkontribusi terhadap tingkat
keparahan pasien.
02

FAKTOR
RESIKO
PPOK mempunyai progresivitas yang lambat, diselingi dengan fase eksaserbasi akut yang timbul
secara periodik. Pada fase eksaserbasi akut terjadi perburukan yang mendadak dari perjalanan
penyakitnya yang disebabkan oleh suatu faktor pencetus dan ditandai dengan suatu manifestasi klinis
yang memberat. Secara umum risiko terjadinya PPOK terkait dengan jumlah partikel gas yang
dihirup oleh seorang individu selama hidupnya serta berbagai faktor dalam individu itu sendiri.
Faktor Resiko

Asap Rokok Paparan Pekerjaan Polusi Udara


salah satu penyebab utama, kebiasaan Meningkatnya gejala-gejala respirasi Beberapa peneliti melaporkan
merokok merupakan faktor resiko utama dan obstruksi aliran udara dapat meningkatnya gejala respirasi pada
dalam terjadinya PPOK diakibatkan oleh paparan debu di tempat orang-orang yang tinggal di daerah
kerja padat perkotaan

Infeksi Berulang Kepekaan Jalan Defisiensi α1


Saluran Respirasi Nafas dan PPOK Antitrypsin (α1AT)
Infeksi saluran respirasi pada masa Kecenderungan meningkatnya Defisiensi α1AT yang berat merupakan
anak-anak juga telah dinyatakan sebagai bronkontriksi sebagai reaksi terhadap faktor risiko genetik terjadinya PPOK
faktor predisposisi potensial pada berbagai stimulus eksogen, termasuk
perkembangan akhir PPOK. methakolin dan histamin, adalah salah
satu ciri- ciri dari asma
PATHOFISIOLOGI 03
Hambatan aliran udara yang progresif memburuk merupakan perubahan fisiologi utama
pada PPOK yang disebabkan perubahan saluran nafas secara anatomi di bagian
proksimal, perifer, parenkim dan vaskularisasi paru dikarenakan adanya suatu proses
peradangan atau inflamasi yang kronik dan perubahan struktural pada paru.

Produksi mukus yang berlebihan menimbulkan infeksi serta menghambat proses


penyembuhan, keadaan ini merupakan suatu siklus yang menyebabkan terjadinya
hipersekresi mukus. Manifestasi klinis yang terjadi adalah batuk kronis yang produktif.

Dampak lain yang ditimbulkan partikel tersebut dapat berupa rusaknya dinding alveolus.
Kerusakan yang terjadi berupa perforasi alveolus yang kemudian mengakibatkan
bersatunya alveoulus satu dan yang lain membentuk abnormal large- airspace.
04 DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis PPOK sudah dapat dicurigai pada hampir semua
pasien berdasarkan tanda dan gejala yang khas. Poin penting
yang dapat ditemukan pada anamnesis pasien PPOK
diantaranya:

Riwayat penyakit emfisema pada


Batuk yang sudah berlangsung
keluarga, terdapat faktor predisposisi
sejak lama dan berulang
pada masa kecil,
Sesak napas yang semakin lama semakin
memberat terutama saat melakukan
Adanya riwayat merokok atau aktivitas berat (terengah-engah), sesak
dalam lingkungan perokok berlangsung lama,
Anamnesis
Penilaian Kelompok Pasien PPOK
Populasi C: Populasi D:
Risiko tinggi, gejala sedikit Risiko tinggi, gejala banyak, Skala Sesak menurut Modified Medical Research Council
+Kelompok PPOK stadium +Kelompok PPOK stadium III dan (MMRC Dyspnea Scale)
III dan IV IV
+Ekseserbasi +Ekseserbasi pertahunnya Grade Keluhan sesak berdasarkan aktivitas
pertahunnya > 2 > 2 kali (atau 1 kali 0 Sesak napas baru timbul jika melakukan kegiatan berat
kali (atau 1 kali MRS) 1 Sesak napas timbul bila berjalan cepat pada lantai yang
MRS) +Skor mMRC ≥ 2 / skor CAT ≥ 10 datar atau jika berjalan di tempat yang sedikit landau
+Skor mMRC 0-1 / skor 2 Jika berjalan bersama teman seusia di jalan yang datar,
CAT < 10 selalu lebih lambat; atau jika berjalan sendirian di jalan
Populasi A: Populasi B: yang data sering beristirahat untuk mengambil napas
+Risiko rendah, gejala +Risiko rendah, gejala banyak 3 Perlu istirahat untuk menarik napas setiap berjalan 100
sedikit +Kelompok PPOK stadium I dan meter atau setelah berjalan beberapa menit
+Kelompok PPOK stadium II, 4 Timbul sesak napas ketika mandi atau berpakaian
I dan II +Ekseserbasi pertahunnya 0-1 kali
+Ekseserbasi pertahunnya +Skor mMRC ≥ 2 dan skor CAT ≥
0-1 kali 10
+Skor mMRC 0-1 / skor
CAT < 10
04 DIAGNOSIS
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien PPOK dapat bervariasi dari tidak
ditemukan kelainan sampai kelainan jelas dan tanda inflasi paru.

Pursed-lips breathing (mulut setengah Hipersonor akibat peningkatan jumlah


terkatup/mencucu), Penggunaan alat bantu udara yang terperangkap, batas jantung
napas, Barrel chest, Pink puffer, dan Blue mengecil, letak diafragma rendah, hepar
bloater terdorong ke bawah terutama pada
emfisema.

Pada palpasi dada didapatkan vokal Suara nafas vesikuler normal atau melemah,
fremitus melemah dan sela iga melebar. terdapat ronki dan atau mengi pada waktu
Terutama dijumpai pada pasien dengan bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa,
emfisema dominan. ekspirasi memanjang, bunyi jantung
terdengar jauh.
04 DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang

Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Analisa Gas Darah (AGD)
Bronkodilator (post-bronchodilator)

Foto Torak PA dan Lateral Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan Darah rutin Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan Penunjang
Uji Faal Paru dengan Spirometri dan Bronkodilator (post-bronchodilator)

1. Stage I : Ringan
Pemeriksaan spirometri post-bronchodilator menunjukan hasil rasio FEV1/FVC < 70% dan nilai
FEV1 ≥ 80% dari nilai prediksi.

2. Stage II : Sedang
Rasio FEV1/FVC < 70% dengan perkiraan nilai FEV1 di antara 50-80% dari nilai prediksi.
3. Stage III : Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, dan nilai menunjukkan FEV1 d iantara 30-50% dari nilai prediksi.
4. Stage IV : Sangat Berat
Rasio FEV1/FVC < 70%, nilai FEV1 diperkirakan kurang dari 30% ataupun kurang dari 50%
dengan kegagalan respirasi kronik.
05 DIAGNOSIS BANDING
Asma dan SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) merupakan penyakit paru obstruktif yang sering dijumpai
selain PPOK. Selain itu penyakit gagal jantung, bronkiektasis, dan TB aktif juga perlu dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding PPOK
Diagnosis Banding PPOK
Diagnosis Gambaran klinis Diagnosis Gambaran klinis
Onset usia pertengahan Bronkiektasis Sputum purulen dalam jumlah banyak
PPOK Gejala progresif lambat Sering berhubungan dengan infeksi bakteri
Riwayat merokok Ronki basah kasar
Sesak saat aktivitas Gambaran foto toraks tampak honeycombappearence
Hambatan aliran udara umumnya ireversibel Penebalan dinding bronkus
Asma Onset usia dini Tuberkulosis Onset semua usia
Gejala bervariasi dari hari ke hari Gambaran Infiltrat pada foto thoraks
Gejala pada waktu malam/dini hari lebih menonjol Konfrmasi mikrobiologi (Basil Tahan Asam / BTA)
Dapat ditemukan alergi, rinitis dan/atau eksim Sindrom Riwayat pengobatan anti tuberkulosis adekuat
Obstruksi Pasca Gambaran foto toraks bekas TB : fibrotik dan
Riwayat asma dalam keluarga
TB (SOPT) kalsifikasi minimal
Hambatan aliran udara umumnya reversible
Gagal Riwayat hipertensi Pemeriksaan faal paru menunjukkan obstruksi yang
jantung Ronki basah halus di basal paru irreversible
Kongestif Gambaran foto toraks pembesaran jantung dan edema
paru
Pemeriksaan faal paru restriksi, bukan obstruksi
06 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah mengurangi gejala dan risiko eksaserbasi akut. Indikator
penurunan gejala adalah gejala membaik, memperbaiki toleransi terhadap aktivitas, dan
memperbaiki status kesehatan. Sedangkan indikator penurunan risiko adalah mencegah
perburukan penyakit, mencegah dan mengobati eksaserbasi, menurunkan mortalitas.

01 Bronkodilator
Bronkodilator merupakan pengobatan yang dapat
meningkatkan FEV1 dan atau mengubah variabel
spirometri.

Prinsip kerja obat ini adalah relaksasi otot polos pada

02
saluran pernafasan dengan menstimulasi reseptor
Beta2-agonist beta2-adrenergik, dimana akan meningkatkan siklus
AMP dan memproduksi efek fungsional yang
berlawanan dengan bronkokonstriksi.

03
Prinsip kerjanya dengan mem-blok efek bronkokonstriksi

Antimuskarinik
asetikolin pada reseptor muskarinik M3 pada otot polos saluran
pernafasan. Short-acting antimuscarinic (SAMAS) seperti
ipratropium dan oxitroprium juga mem-blok reseptor neuronal
M2, yang secara potensial dapat memicu bronkokonstriksi.
06 PENATALAKSANAAN
Efek yang ditimbulkan berupa peningkatan fungsi otot skeletal
Methylxanthines
respirasi. Penambahan theophylline dengan salmeterol memberikan
efek perbaikan pada FEV1 dan gejala sesak dibandingkan hanya
pemberian salmeterol saja.

Kombinasi terapi Pengobatan dengan formoterol dan tiotropium inhaler memberikan


bronkolidator efek yang lebih besar terhadap FEV1, memperbaiki fungsi paru dan
status kesehatan pada pasien PPOK.

Anti-inflamasi
Inhaled corticosteroid (ICS), Terapi inhaler triple, Oral
glukokortikoid, dan Phosphodiesterase-4 (PDE-4) inhibitors
06 PENATALAKSANAAN
Mukolitik (mukokinetik,
Antibiotik mukoregelator dan agen
antioksidan
Beberapa penelitian menunjukkan Pada pasien PPOK yang tidak
penggunaan antibiotik secara regular mendapatkan kortikosteroid inhaler,
dapat menurunkan laju eksaserbasi. terapi regular dengan mukolitik seperti
Azithromycin (250 mg/hari atau 500 carbocystein dan N-acetylcystein dapat
mg 3 kali per minggu) atau eritromycin menurunkan eksaserbasi dan
(500 mg 2 kali per hari) dalam satu memperbaiki status kesehatan.
tahun dapat menurunkan risiko
eksaserbasi. Azithromycin berhubungan
dengan peningkatan insiden resistensi
bakteri dan gangguan pendengaran.
1. Gagal nafas kronis dapat diatasi dengan menjaga

07
keseimbangan PO2 dan PCO2, bronkodilator

Nafas
Gagal
adekuat, terapi oksigen yang adekuat terutama waktu
01 aktivitas atau waktu tidur, antioksidan, latihan
pernapasan dengan pursed lips breathing.
2. Gagal nafas akut pada gagal nafas kronis, ditandai
oleh sesak nafas dengan atau tanpa sianosis, sputum
KOMPLIKASI
bertambah dan purulen, demam, kesadaran menurun.

Berulang
Pada pasien PPOK produksi sputum yang berlebihan
Infeksi
02
menyebabkan terbentuk koloni kuman, hal ini
memudahkan terjadinya infeksi berulang. Pada kondisi
kronis ini imunitas menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limfosit darah.
Pulmonal

03
Kor

Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit >


50%, dapat disertai gagal jantung kanan
08 PENCEGAHAN
Strategi yang dianjurkan oleh Public
Health Service Report USA adalah: ask,
Mencegah terjadinya PPOK dengan lakukan identifikasi perokok pada setiap
menghindari asap rokok, hindari polusi kunjungan; 

udara, hindari infeksi saluran
advice, terangkan tentang
pernapasan berulang.

keburukan/dampak merokok sehingga
pasien didesak mau berhenti merokok;

Mencegah perburukan PPOK dengan
berhenti merokok, gunakan obat-obatan
adekuat, mencegah eksaserbasi assess, yakinkan pasien untuk berhenti
berulang.
 merokok; assist, bantu pasien dalam
berhenti merokok;

arrange, jadwalkan kontak usaha
berikutnya yang lebih intensif, bila
usaha pertama masih belum
memuaskan.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai