Anda di halaman 1dari 45

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS

(PPOK)

PROGRAM STUDI PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2023

1
Saat ini PPOK adalah penyebab kematian ke-3 di dunia1, dengan
perkiraan prevalensi global adalah 10.3%

Diperkirakan kematian terkait PPOK akan meningkat sebanyak


5,4 juta pada tahun 2060

WHO (2010) : PPOK penyebab kecacatan ke-12 →(Tahun


2020 -> 5)

PPOK berdampak pada aspek sosial dan ekonomi

DI EROPA 38,6 MILIAR EURO/TH UNTUK MENGOBATI


PPOK

2
PERMASALAHAN PPOK

 Faktor resiko penyebab PPOK masih banyak ditemukan di


masyarakat  meningkatkan kemungkinan jumlah penderita.

 Angka harapan hidup meningkat  peningkatan jumlah pasien

 Jumlah perokok yang banyak  PPOK


20 %– 25 % perokok akan menderita PPOK

3
Penyakit Paru Obstruktif Kronis

“Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) adalah penyakit heterogen


yang ditandai dengan gejala pernapasan kronis (dispnea, batuk,
produksi sputum) akibat abnormalitas saluran napas (bronchitis) dan
atau alveoli (emfisema) yang menyebabkan obstruksi saluran napas
persisten dan progresif (GOLD 2023)

4
Faktor Risiko PPOK
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit PPOK adalah:
Faktor risiko Keterangan
Genetik Defisiensi α-1 antitrypsin (mutasi gen SERPINA-1)
Umur & jenis kelamin Pria > wanita, namun wanita lebih rentan terhadap efek dari asap tembakau dibandingkan
laki-laki
Asap rokok Rokok tembakau sebagai faktor risiko yang paling umum terhadap COPD

Polusi udara Polusi udara di dalam ruangan, di luar ruangan, dan di tempat kerja

Status sosio-ekonomi Terdapat bukti yang kuat perihal korelasi yang terbalik antara perkembangan COPD dengan
status sosio-ekonomi seseorang
Infeksi saluran napas bawah Berperan dalam pathogenesis dan progresivitas PPOK
berulang
Asma Orang dewasa dengan asma memiliki risiko yang 12 kali lebih besar dalam mendapatkan
COPD, setelah penyesuaian faktor merokok
Bronkitis kronis Terdapat hubungan antara hipersekresi mukus dengan penurunan FEV1

Tumbuh kembang paru Pertumbuhan paru berhubungan dengan proses kehamilan, kelahiran, dan pajanan waktu
kecil (asap rokok)
Kondisi Indonesia

34,7%
Polusi udara di Prevalensi PPOK

populasi Indonesia
Indonesia
menempati posisi adalah 5,5%*
(penelitian
adalah perokok (2010)
ke-11 di Dunia. Litbangkes Kemenkes
Riskesdas 2018 RI dengan Dept.
berdasarkan setiap hari World Air Quality Pulmonologi dan
merokok dan kadang Report, 2018 Kedokteran Respirasi
kadang merokok Berdasarkan estimasi FK UI)
rata-rata konsentrasi
OM2.5 ((µg/m³)
7
ETIOLOGY, PATHOGENESIS & PATHOLOGY IN COPD

NOXIOUS
STIMULATION

CHRONIC
INFLAMMATION

DESTRUCTION, REPAIR
& REMODELLING

ABNORMAL FUNCTION
& SYMPTOMS
Alv macrophage Ep cells

CD8+ cell Neutrophil


(Tc1)

Irreversible
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Mekanisme yang Mendasari Hambatan


Aliran Udara pada PPOK

Kelainan pada saluran napas


kecil Kerusakan Parenkim
 Inflamasi • Kerusakan septa alveolar
 Fibrosis , luminal plugs • Penurunan elastisiti recoil
 Peningkatan hambatan udara

Hambatan Aliran Udara


Karakteristik dari radang saluran napas berbeda pada
pasien PPOK dan Asma

Wedzicha JA, Seemungal TA. Lancet 2007; Barnes PJ. Therapy 2009
Welte T, et al. Exp Toxicol Pathol 2006
Larsson K. Clin Respir J 2008
WALL THICKENING
INFLAMMATION

MUCUS
GLANDHYPERTROPHY

 SECRETIONS
bronchus

WALL THICKENING
INFLAMMATION
REPAIR
REMODELLING

LOSS OF ALVEOLAR
bronchiole ATTACHMENTS

WALL THINNING
INFLAMMATION
ELASTOLYSIS

 ELASTICITY
alveoli
Diagnosis PPOK
Gejala • Infeksi saluran
napas bawah
• Sesak napas berulang
• Mengi • Fc risiko: paparan
berulang rokok, biomass,
faktor individu,
• Batuk kronis dan paparan zat
• Sputum lainnya

Spirometri
Dibutuhkan untuk
menentukan
diagnosis

GOLD 2019 GOLD 2019


INDIKATOR KUNCI MEMPERTIMBANGKAN DIAGNOSIS PPOK

Sesak yang Meningkat dari waktu ke waktu


Memburuk dengan aktifitas
persisten
Batuk kronis Mungkin intermiten dan mungkin tidak produktif
Wheezing berulang
Produksi sputum Beberapa pola dari produksi sputum kronis mungkin
kronis mengindikasikan PPOK
Infeksi saluran napas bawah berulang
Riwayat faktor risiko Faktor host ( Genetik, abnormalitas kongenital)
Rokok tembakau ( Termasuk sediaan local yang popular)
Asap dari masak rumahan
Debu kerja, vapor, gas atau bahan kimia lain
Riwayat keluarga BBLR, infeksi saluran napas masa anak
PPOK
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Penilaian pada PPOK

1. Menilai gejala pasien


2. Menilai derajat keparahan melalui
abnormalitas spirometry

3. Menilai resiko eksaserbasi


4. Menentukan ada atau tidaknya komorbiditas
Penilaian gejala dan keluhan PPOK (1/2)
COPD Assessment Test
(CATTM)

Chronic Respiratory
Questionnaire (CCQ® )

St George’s Respiratory
Questionnaire (SGRQ)

Chronic Respiratory
Questionnaire (CRQ)

Modified Medical
Research Council
(mMRC) questionnaire
= digunakan dalam GOLD untuk
menentukan kelompok PPOK
17
Penilaian gejala dan keluhan PPOK mMRC (2/2)
Skor Deskripsi sesak napas pasien

COPD Assessment Test Centang kotak yang sesuai dengan kondisi pasien (hanya 1 kotak saja)
(CATTM)
0 “Saya hanya susah bernapas jika aktivitas berat”

Chronic Respiratory 1 “Napas saya menjadi pendek jika naik tangga dengan
Questionnaire (CCQ® ) bergegas atau berjalan ke tanjakan”

St George’s Respiratory 2 “Saya berjalan lebih lambat dibandingkan teman sebaya


Questionnaire (SGRQ) karena susah bernapas, atau saya harus berhenti untuk
mengambil napas ketika berjalan di tangga”

Chronic Respiratory
Questionnaire (CRQ) 3 “Setelah berjalan 100 meter atau beberapa menit di
tangga, saya harus berhenti untuk mengambil napas”

Modified Medical
Research Council 4 “Saya tidak bias keluar rumah karena susah bernapas atau
tidak bisa mengganti baju karena susah bernapas”
(mMRC) questionnaire
= digunakan dalam GOLD untuk
menentukan kelompok PPOK
18
Spirometry: Penyakit Obstruktif
Setelah pemberian bronkodilator didapatkan nilai FEV1/FVC <0,70
→ menegaskan adanya hambatan aliran udara.
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Penilaian PPOK

2. Menilai derajat keparahan melalui


abnormalitas spirometri

Gunakan spirometri untuk menilai


derajat obstruksi, menggunakan
empat tingkat (GOLD 1- 4) : 80%,
50% dan 30% nilai prediksi
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Klasifikasi tingkat keparahan


pembatasan aliran udara pada PPOK*
Pada pasien dengan nilai FEV1/FVC <0.70

Tingkat obstruksi Nilai Spirometri

GOLD 1 Mild / Ringan FEV1 ≥ 80% prediksi

GOLD 2 Moderate /Sedang 50% ≤ FEV1 < 80%prediksi

GOLD 3 Severe /Berat 30% ≤ FEV1 < 50%prediksi

GOLD 4 Very Severe /Sangat berat FEV1< 30% prediksi

*Based on Post-Bronchodilator FEV1


Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Penilaian PPOK
3. Menilai risiko eksaserbasi
 Berdasarkan riwayat eksaserbasi dan spirometri
 Dua kali eksaserbasi atau lebih dalam satu tahun terakhir atau
FEV1 <50% dari nilai prediksi merupakan indikator risiko tinggi.

 Perburukan keterbatasan aliran udara dikaitkan dengan


peningkatan prevalensi eksaserbasi dan resiko kematian
.
 Perawatan di rumah sakit karena eksaserbasi PPOK dikaitkan
dengan prognosis yang buruk dengan peningkatan kematian.
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of
COPD

Gabungan Penilaian PPOK

Menggabungkan penilaian
gejala, tingkat hambatan
aliran udara dan frekuensi
eksaserbasi bertujuan untuk
memperbaiki manajemen
PPOK
Penilaian pasien PPOK berdasarkan GOLD 2023

Diagnosis yang telah


Uji keterbatasan aliran
dikonfirmasi dengan Uji gejala / risiko eksaserbasi
udara
spirometri

Eksaserbasi
sedang ke berat

Grade FEV1 ≥2
(% predicted) eksaserbasi
moderate atau
Pasca bronkodilator Gold 1 ≥ 80 ≥1 di rawat di
FEV1/FVC < 0.7 rumah sakit
Gold 2 50-79

Risiko
Gold 3 30-49 0 atau 1x
eksaserbasi
moderate
Gold 4 < 30 (tidak pernah
di rawat di
rumah sakit)

mMRC 0-1 mMRC ≥2


CAT <10 CAT ≥10

Gejala
Hasil spirometry normal dibandingkan dengan pasien
penderita PPOK
FVC
FEV1
5
Normal

4
FVC
Liter

3
PPOK
2
FEV1 (L) FVC (L) FEV1 / FVC
1 FEV1 Normal 4.0 5.0 80%
PPOK 1.8 3.2 56%

1 2 3 4 5 6
Detik
Spirometri: mengidentifikasi abnormalitas berdasarkan
kurva flow-volume

Obstructive disorder Severe obstructive disorder Restrictive disorder


Expiratory flow rate (L/sec)

Expiratory flow rate (L/sec)


Expiratory flow rate (L/sec)
Volume (L) Volume (L) Volume (L)
Peak Expiratory Flow ( PEF ) is In a severe airflow obstruction, The pattern observed in the
reduced and the decline in particularly with emphysema, the expiratory trace of a patient with
airflow to complete exhalation characteristic ‘ steeple pattern ‘ is restrictive defect is normal in
follows a distinctive dipping ( seen in the expiratory flow trace shape but there is an absolute
or concave ) curve reduction in volume
Klasifikasi keparahan aliran udara berdasarkan GOLD
2023

Tingkat Kriteria
GOLD 1: Ringan FEV1  80% predicted

GOLD 2: Sedang 50%  FEV1 < 80% predicted

GOLD 3: Parah 30%  FEV1 < 50% predicted

GOLD 4: Sangat parah FEV1 < 30% predicted


Penilaian pasien PPOK berdasarkan GOLD 2023

Eksaserbasi sedang ke
berat

≥2 eksaserbasi
moderate atau ≥1
di rawat di rumah
sakit
Risiko

0 atau 1x
eksaserbasi
moderate (tidak
pernah di rawat di
rumah sakit)

mMRC 0-1 mMRC ≥2


CAT <10 CAT ≥10

Gejala
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD

Menentukan Komorbiditi pada PPOK


Penderita PPOK memiliki peningkatan risiko
Penyakit kardiovaskular

Osteoporosis

Infeksi saluran pernapasan

Kecemasan dan Depresi

Diabetes

Kanker paru-paru

Bronkiektasis

Kondisi komorbiditi ini dapat mempengaruhi mortaliti dan rawat


inap, harus dilihat secara rutin, dan diobati dengan tepat.
© 2016 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Global Strategy for Diagnosis, Management and Prevention of COPD
Penatalaksanaan PPOK stabil

Kriteria PPOK stabil:


1. Tidak sedang dalam kondisi gagal napas akut pada gagal napas kronik
2. Dapat dalam kondisi gagal napas kronik stabil, yaitu hasil analisis gas darah
menunjukkan pH normal, PCO2 >60 mmHg dan PaO2 <60 mmHg
3. Dahak tidak berwarna atau jernih
4. Aktivitas fisik terbatas tidak disertai sesak sesuai derajat PPOK (berdasarkan hasil
spirometry)
5. Penggunaan bronkodilator sesuai rencana pengobatan
6. Tidak ada penggunaan bronkodilator tambahan

JOURNAL READING SUBDIVISI PARU KERJA 31


Tujuan tatalaksana PPOK stabil
• Menurunkan gejala
Mengurangi gejala • Memperbaiki toleransi
Latihan/aktivitas
• Memperbaiki kualitas
hidup
dan

• Mencegah
progresivitas penyakit
Mengurangi risiko • Mencegah dan
mengatasi eksaserbasi
• Menurunkan kematian
MANAJEMEN PPOK STABIL
• Awal
• Pemeliharaan

Farmakologis

• Edukasi dan tatalaksana mandiri


• Rehabilitasi paru
• Berhenti merokok
Nonfarmakologis • Terapi oksigen, terapi nutrisi, vaksinasi
• Dukungan ventilasi mekanik
• Bronkoskopi intervensi dan pembedahan
• Dukungan paliatif
33
Tata laksana PPOK GOLD :

34
PPOKEksaserbasi:
Definisi:
•Kejadian akut

•Peningkatan intensitas sesak

•Peningkatan volume sputum

•Peningkatan purulensi sputum


Akibat Eksaserbasi
Dampak
Negatif Pada
Dampak pada
Kualitas Hidup gejala dan
fungsi paru

EKSASER
BASI
Mempercepat Meningkatnya
Penurunan Biaya
Fungsi Paru

Meningkatnya
Risiko Kematian
Derajat Eksaserbasi PPOK dibagi menjadi :

Derajat ringan : Memenuhi 1 dari 3 gejala cardinal (Terjadi peningkatan


intensitas sesak napas, peningkatan volume sputum, dan peningkatan
purulensi sputum)
Derajat sedang : terdapat dua dari tiga gejala diatas
Derajat berat: terdapat 3 gejala di atas, dapat disertai dengan gagal
napas, hipoksemia, hiperkapnia
Derajat Eksaserbasi untuk penentuan rawat inap :
Gagal napas akut Gagal napas akut
Tanpa gagal napas
(tidak mengancam jiwa) (mengancam jiwa)
• RR ≤24 kali/menit • RR > 24 kali/menit • RR> 24 kali/menit
• HR ≤95 kali/menit • Menggunakan otot bantu • Menggunakan otot bantu
• Tidak ada otot bantu napas napas napas
• Tidak ada perubahan pada • Tidak ada perubahan • Terdapat perubahan
kesadaran kesadaran, hipoksemia kesadaran
• Hipoksemia membaik membaik dengan • Hipoksemia tidak membaik
dengan pemberian suplementasi oksigen FiO2 dengan pemberian
suplementasi oksigen FiO2: >35% suplementasi oksigen
24-35% • CO2 meningkat hingga 50- dengan FiO2 >40%
• Tidak didapatkan 60 mmHg atau meningkat • Terdapat peningkatan
peningkatan CO2 lebih dari nilai dasar PaCO2 hingga >60 mmHg
laboratorium (hiperkarbia) atau meningkat jika
dibandingkan dengan nilai
dasar
• Asidosis
39
40
Indikasi Gejala eksaserbasi berat (sesak hebat, penurunan
saturasi oksigen, penurunan kesadaran)
rawat
Gagal napas akut
inap
Adanya sianosis atau edema perifer

Tidak respon terhadap pengobatan

Terdapat komorbid  dekompensasi kordis atau


aritmia

41
TATALAKSANA EKSASERBASI

Bronkodilator Kortikosteroid

Antibiotik

JOURNAL READING SUBDIVISI PARU KERJA 42


INDIKASI PENGGUNAAN NIV PADA EKSASERBASI

Asidosis
respiratorik Sesak berat +
(PaCO2 ≥45 kelelahan otot
mmHg, pH napas
≤7,35)
Hipoksemia
persisten
meskipun
sudah diterapi
oksigen

JOURNAL READING SUBDIVISI PARU KERJA 43


INDIKASI PERAWATAN ICU PADA PPOK EKSASERBASI

Sesak napas + respon terapi inisial Perubahan status mental (konfusi,


tidak adekuat lethargi, koma)

Hipoksemia persisten (PaO2 <40


mmHg), asidosis respirasi berat (pH
Butuh ventilasi mekanik invasif
<7,25)  sudah dengan suplementasi
oksigen dan ventilasi non invasive

Hemodinamik tidak stabil yang


membutuhkan vasopresor

44
TERIMA KASIH

45

Anda mungkin juga menyukai