Anda di halaman 1dari 17

PENYAKIT

GANGGUAN
PERNAPASAN
KRONIS
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR
KELOMPOK 1

Bonna Krisna Putra Ferdinandus Randa Oang Muhamad Aqshal Gifary


Sirappa
(2113201046) (2113201060) (2113201053)

Teresia Nila Then Tubun


Yovita Lirung

(2113201073) (1913201113)
Latar Belakang
Penyakit Paru-Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD)
merupakan salah satu dari sepuluh besar penyakit paling berbahaya di dunia yang berada pada urutan
ketiga setelah penyakit jantung iskemik dan stroke.

Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) di RSUD A.W Sjahranie Samarinda Periode
Januari-Desember 2014 banyak diderita oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan dengan
jumlah penderita laki-laki yaitu 87% sedangkan perempuan 13%. Berdasarkan umur yang paling
banyak menderita PPOK dengan umur >60 tahun sebanyak 27 kasus (50%), umur 50-59 tahun
sebanyak 17 kasus (31%), umur 40-49 tahun sebanyak 10 kasus (19%). Jenis PPOK yang banyak
diderita pasien adalah PPOK tipe 1 (ringan) sebanyak 40 kasus (74%) dan PPOK tipe 2 (sedang)
sebanyak 14 kasus (26%). Berdasarkan penyakit penyerta, PPOK dengan pneumonia sebanyak 20
kasus (37%), PPOK dengan asma sebanyak 3 kasus (6%), PPOK dengan TB sebanyak 3 kasus (6%)
PPOK tanpa penyakit penyerta sebanyak 28 kasus (51%).
Definisi
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
dapat disebut sebagai penyakit kronis
progresif pada paru yang ditandai oleh
adanya hambatan atau sumbatan aliran
udara.
“PPOK menjadi penyebab kematian ke-
3 di seluruh dunia pada tahun 2020.”

—Epidemiologi Penyakit PPOK


Etiologi
PPOK
Risiko tertingginya terjadi
karena kebiasaan merokok dan
polusi.
Diagnosa PPOK

Gejala Riwayat Penyakit


Sesak napas dan batuk kronis Genetik, Lingkungan, Eksaserbasi,
dukungan keluarga, ekonomi, dan penyakit
dasar

Pemeriksaan Fisik
PPOK berat didapatkan ekspirasi yang
Spirometri
memanjang dan kemungkinan ditemukan
tanda hiperinflasi
Patogenesis
PPOK
Peradangan abnormal di paru-paru
terhadap partikel dan gas yang
terhirup.
Faktor Risiko PPOK

Infeksi Berulang
01 Asap Rokok
Zat yang terkandung
didalamnya.
02 Saluran Pernapasan
Terjadi sejak dini

03 Paparan Pekerjaan
Paparan debu di tempat kerja. 04 Polusi Udara
Asap kendaraan dan pabrik
Patofisiologi PPOK

Stage 1 Stage 2 Stage 3 Stage 4

Luka dan
Meningkatnya Penebalan sel-sel otot Peradangan saluran
terbentuknya fibrosis
jumlah dan ukuran polos dan jaringan nafas sentral dan
pariu
sel goblet juga penghubung periferal
kelenjar mukus
Komplikasi PPOK

Gagal Napas Infeksi Berulang


Gagal nafas kronis dan gagal nafas
Terjadi Berulang-ulang
akut
Penatalaksanaan PPOK

01 02 03
Edukasi Non-
Farmakoterapi
Kesehatan Farmakoterapi
Pencegahan dan Penanggulangan PPOK
1. Pemberhentian perilaku dan kebiasaan merokok baik secara aktif maupun pasif.
2. Hindari paparan polusi.
3. Memakai alat pelindung diri contohnya penggunaan peralatan perlindungan respirasi (masker).
4. Mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang.
5. Rutin berolahraga yang melatik otot pernapasan.
6. Menitik beratkan pada deteksi dini sehingga lama dan beratnya penyakit dapat diminimalisasi​.
7. Surveilans medis dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner sederhana setiap tahun.
8. Pemeriksaan fisik secara rutin.
Jurnal 1
Penyuluhan tentang penyakit paru obstruktif kronik di
Poli Paru RSUD Provinsi NTB

Hasil Penelitian :

Peserta penyuluhan memiliki antusiasme dan rasa ingin tahu


tinggi sehingga animo untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
sampai selesai. Manfaat kegiatan dapat dirasakan langsung oleh
Metode Penelitian : pasien dan keluarga dengan mengetahui pengertian, gejala,
faktor risiko, pengobatan dan pencegahan PPOK. Tidak ada
Kegiatan penyuluhan faktor penghambat yang bermakna dalam kegiatan ini. Faktor
pendorong berupa kerjasama yang baik antara pihak FK Unram,
RSUD Provinsi NTB, pengelola Blok Respirasi serta mahasiswa
FK UNRAM sehingga acara dapat berlangsung dengan lancar.
Jurnal 2
Studi Karakteristik Pasien Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) Di
RSUD A.W Sjahranie Samarinda Periode Januari-Desember 2014

Hasil Penelitian :
Metode Penelitian : pasien PPOK paling banyak diderita oleh laki-laki sebanyak 47 kasus
dengan persentase 87% dan perempuan sebanyak 7 kasus dengan persentase
metode deskriptif evaluatif dan 13%. Berdasarkan umur yang paling banyak menderita PPOK dengan umur
analisis data secara retrospektif >60 tahun sebanyak 27 kasus (50%), umur 50-59 tahun sebanyak 17 kasus
dengan melihat status Rekam Medik (31%), umur 40-49 tahun sebanyak 10 kasus (19%). Jenis PPOK
berdasarkan jenis eksaserbasi sebanyak 40 kasus (174%) mengalami
Kesehatan (RMK) pasien PPOK di
eksaserbasi tipe 1 (ringan) dan 14 kasus (26%) mengalami eksaserbasi tipe
Instalasi Rawat Inap RSUD Abdul 2 (sedang). Berdasarkan penyakit penyerta, PPOK dengan pneumonia
Wahab Sjahranie Samarinda. sebanyak 20 kasus (37%), PPOK dengan asma sebanyak 3 kasus (6%),
PPOK dengan TB sebanyak 3 kasus (6%) PPOK tanpa penyakit penyerta
sebanyak 28 kasus (51%). Terapi obat yang banyak digunakan adalah
salbutamol 31 kasus (77%) dan aminofilin 35 kasus (88%).
Kesimpulan
Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan salah satu penyakit atau gangguan paru yang memberikan
kelainan pada saluran pernapas. Gangguan obstruksi memberikan dampak buruk bagi penderita dengan
menimbulkan gangguan oksigenasi dengan segala dampaknya. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dapat
disebut sebagai penyakit kronis progresif pada paru yang ditandai oleh adanya hambatan atau sumbatan aliran
udara.
Gejala awalnya seperti sesak nafas, batuk kronis dan penderita PPOK berat didapatkan bunyi mengi dan
ekspirasi yang memanjang dan kemungkinan ditemukan tanda hiperinflasi seperti barrel chest, sianosis,
kontraksi otot-otot aksesori pernapasan, dan pursed lips breathing. Tanda-tanda penyakit kronis yaitu, muscle
wasting, kehilangan berat badan, lalu berkurangnya jaringan pada lemak. Penyebab dari PPOK adalah
kebiasaan merokok, asap kendaraan, polusi udara, asap industri, debu dilingkungan kerja, dan lain sebagainya.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan hidup sehat, tidak merokok, makan makanan bergizi, rajin berolahraga,
menggunakan masker saat keluar rumah, dan lakukan pemeriksaan khusus.
Sekian
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai