Oleh:
Imam Assy Ariyanto
NPM: 12700464
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif non reversibel atau reversibel parsial (Suradi,
2007).
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural padasaluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (PDPI, 2003).
Rumusan Masalah
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Bagi Peneliti
Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat menambah bahan baca dan bisa sebagai data untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Merokok
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Definisi PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (Mangunegoro,
2001).
Bronkitis kronik Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan
dinding alveoli (Mangunegoro, 2001).
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari penyakit tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya faktor
risiko, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda,
serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat
kerja yang akan menimbulkan PPOK (Mangunegoro, 2001).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Permasalahan di Indonesia (Depkes, 2010)
Penggunaan tembakau, diet tidak sehat dan seimbang, konsumsi energi yang
berlebihan, dan kurang melakukan aktivitas fisik.
Penatalaksanaan PPOK
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Pencegahan PPOK
Definisi
Merokok adalah suatu kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan karena suatu
proses pembakaran massal tembakau yang menimbulkan polusi udara dan
terkonstrasi yang secara sadar langsung dihirup dan diserap oleh tubuh bersama
udara pernapasan (Situmeang,2002).
Merokok
Desain penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini di ambil dari data bulan Juli sampai Desember di RS.
Paru Surabaya
Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan di RS.
Paru Surabaya yang menderita penyakit paru obtruktif kronik (PPOK) selama
6 bulan terakhir pada tahun 2014 di RS. Paru Surabaya.
Sampel
1. Variabel bebas
Perilaku merokok
2. Variabel terikat :
Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis
uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala
data kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel
dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa
harus digunakan uji pada derajat yang terendah).
2. Hipotesis Statistik
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 95 orang penderita PPOK dan 20
orang penderita non PPOK, mayoritas responden penelitian berusia lebih dari 50 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (60%) responden.
Karakteristik responden penderita PPOK dan non PPOK menurut kebiasan merokok
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 95 orang penderita PPOK dan 20
orang penderita non PPOK, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perokok
yaitu sebanyak 78 orang atau (67,8%) responden.
Karakteristik responden penderita PPOK dan Non PPOK menurut sakit yang diderita
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebanyak 95 orang (63,5%) responden
merupakan penderita PPOK, dan 20 orang (17,4%) responden bukan penderita PPOK.
Uji Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian PPOK di RS. Paru Surabaya
Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok pasien dengan kejadian PPOK di RS. Paru Surabaya, terbukti dengan nilai
signifikansi = 0,000 (< 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN
Pembahasan
Kebiasaan merokok merupakan penyebab paling utama pada Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), hal ini dikarenakan gas berbahaya yang terdapat pada
asap rokok dapat menginflamasi paru. Aktivasi makrofag pada rokok akan
melepaskan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor- (TNF-), monocyte
chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS) yang dapat
menginflamasi paru sehingga timbul penyakit PPOK. Banyak jumlah rokok yang
dihisap setiap hari dan kebiasaan merokok yang lama bisa resiko menderita PPOK
yang ditimbulkan akan lebih besar (Sitepoe M, 2002).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan merokok pasien dengan kejadian PPOK di RS.
Paru Surabaya, terbukti dengan nilai signifikansi = 0,000 (< 0,05). Tabel di atas
juga menunjukkan bahwa kejadian PPOK itu 2,526 kali lebih banyak menyerang
responden yang mempunyai kebiasaan mereokok.
Polutan atau bahan yang menjadi pencemar udara dapat membahayakan kehidupan
manusia. Polutan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu senyawa-senyawa di dalam
udara murni (pure air) yang kadarnya diatas normal, molekul-molekul (gas-gas)
selain yang terkandung dalam udara murni tanpa memperhitungkan kadarnya dan
partikel (Mubarak, 2008).
Polusi udara dapat berupa a).polusi di luar ruangan (outdoor air pollution) seperti
kebakaran hutan, gunung berapi, sampah, asap kendaraan, asap industri, debu luar
rumah, dan lain-lain. b).Udara di dalam ruangan (Indoor air pollution) seperti asap
rokok, asap memasak, AC, insektisida, dan lain-lain (Mubarak, 2008).
BAB VII
PENUTUP
1. Kesimpulan
Bagi rumah sakit hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam melakukan tindakan perawatan pada pasien PPOK
serta penyuluhan kesehatan mengenai faktor faktor resiko tentang PPOK
kepada masyarakat yang berobat ke rumah sakit tersebut.
2. Bagi Perawat
3. Bagi Peneliti
TERIMA KASIH
Pembimbing :
dr. Akhmad Sudibya, M.Kes
&
Penguji :
dr. Indah Widyaningsih, M.Kes