Anda di halaman 1dari 38

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN

KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK)


DI RS. PARU SURABAYA TAHUN 2014
TUGAS AKHIR

Oleh:
Imam Assy Ariyanto
NPM: 12700464

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif non reversibel atau reversibel parsial (Suradi,
2007).

Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural padasaluran napas kecil yaitu inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan
hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas (PDPI, 2003).
Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok


dengan kejadian Penyakit Paru Obtruktif Kronis
(PPOK) di RS. Paru Surabaya Tahun 2014?
Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit


Paru Obtruktif Kronis di RS. Paru Surabaya Tahun 2014.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor - faktor yang meningkatkan kejadian


Penyakit Paru Obtruktif Kronis di RS. Paru Surabaya Tahun 2014.
2. Untuk mengetahui insiden Penyakit Paru Obstruktif Kronis di RS.
Paru Surabaya Tahun 2014.
3. Untuk menganalisis hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian Penyakit Paru Obtruktif Kronis (PPOK) di RS. Paru Surabaya
Tahun 2014.
Manfaat Penelitian

Bagi Peneliti

1. Untuk mengetahui jumlah penderita karena penyakit yang


disebabkan oleh kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru
Obtruktif Kronis di RS. Paru Surabaya Tahun 2014.
2. Mendapatkan gambaran tentang kejadian Penyakit Paru Obtruktif
Kronis di RS. Paru Surabaya Tahun 2014.

Bagi Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hubungan kebiasaan


merokok dengan kejadian Penyakit Paru Obtruktif Kronis di RS. Paru
Surabaya.

Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah bahan baca dan bisa sebagai data untuk
penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

2. Merokok
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Definisi PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di
saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK
terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (Mangunegoro,
2001).

Bronkitis kronik Kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik berdahak
minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan
dinding alveoli (Mangunegoro, 2001).

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari penyakit tidak
menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini
disebabkan oleh meningkatnya usia harapan hidup dan semakin tingginya faktor
risiko, semakin banyaknya jumlah perokok khususnya pada kelompok usia muda,
serta pencemaran udara di dalam ruangan maupun di luar ruangan dan di tempat
kerja yang akan menimbulkan PPOK (Mangunegoro, 2001).
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Permasalahan di Indonesia (Depkes, 2010)

1. Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15 tahun 60-70


%)
2. Pertambahan penduduk
3. Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada tahun 1960-an
menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an
4. Industrialisasi
5. Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan di
pertambangan
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Faktor Resiko (Kemenkes, 2008)
1. Faktor Resiko (bersama) penyakit tidak menular

Penggunaan tembakau, diet tidak sehat dan seimbang, konsumsi energi yang
berlebihan, dan kurang melakukan aktivitas fisik.

2. Faktor Resiko Penyakit Paru Obstruktif Kronis

1. Faktor pejamu (host)


2. Faktor perilaku (kebiasaan) merokok
3. Faktor Lingkungan (Polusi Udara)
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Tingkat Keparahan PPOK


Gejala ini ditandai dengan sesak napas pada penderita yang dirinci sebagai
berikut :

1. Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat dengan skala 0.


2. Terganggu oleh sesak napas saat bergegas waktu berjalan atau sedikit
mendaki nilai 1 skala ringan. Serta pengukuran spirometri menunjuk-
kan nilai VEP1 50 %
3. Berjalan lebih lambat dari pada orang lain yang sama usia karena sesak
napas, atau harus berhenti sesaat untuk bernapas pada saat berjalan
walau jalan mendatar nilai 2 skala sedang.
4. Harus berhenti bila berjalan 100 meter atau setelah beberapa menit
berjalan nilai 3 skala berat.
5. Sesak napas tersebut menyebabkan kegiatan sehari-hari terganggu atau
sesak napas saat menggunakan atau melepaskan pakaian, nilai 4 skala
sangat berat.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
Tipe PPOK

Berdasarkan kesepakatan para pakar (PDPI/ Perkumpulan Dokter


Paru Indonesia) tahun 2005 maka PPOK dikelompokkan ke dalam :

1. PPOK ringan adalah pasien dengan atau tanpa batuk, tanpa


produksi sputum dan sesak napas derajad nol sampai satu.
2. PPOK sedang adalah pasien dengan gejala klinis dengan atau
batuk, Dengan atau produksi sputum dan sesak napas
dengan derajat dua.
3. PPOK berat adalah pasien dengan gejala klinis sesak napas
derajat tiga atau empat dengan gagal napas kronik.
Eksaserbasi lebih sering terjadi. Disertai komplikasi kor
pulmonum atau gagal jantung kanan.
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Penatalaksanaan PPOK

1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)

Pencegahan PPOK

1. Mencegah terjadinya PPOK


Hindari asap rokok
Hindari polusi udara
Hindari infeksi saluran napas berulang

2. Mencegah perburukan PPOK


Berhenti merokok
Gunakan obat-obatan adekuat
Mencegah eksaserbasi berulang
Merokok

Definisi

Merokok adalah suatu kebiasaan yang merugikan bagi kesehatan karena suatu
proses pembakaran massal tembakau yang menimbulkan polusi udara dan
terkonstrasi yang secara sadar langsung dihirup dan diserap oleh tubuh bersama
udara pernapasan (Situmeang,2002).
Merokok

Derajat Merokok (PDPI, 2000)

1. Perokok ringan : 0-200 batang per tahun


2. Perokok sedang : 200-600 batang per tahun
3. Perokok berat : lebih dari 600 batang per tahun
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Kerangka Konsep
Hipotesis Penelitian

Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian


Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) pada RS.
Paru Surabaya, Jawa Timur pada tahun 2014.
BAB IV
METODE PENELITIAN

Desain penelitian

Penelitian ini adalah Analitik kategorikal tidak berpasangan yaitu uji


chi square dengan pendekatan studi cross sectional.
Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RS. Paru Surabaya

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di ambil dari data bulan Juli sampai Desember di RS.
Paru Surabaya
Populasi

Populasi penelitian ini adalah semua pasien rawat inap dan rawat jalan di RS.
Paru Surabaya yang menderita penyakit paru obtruktif kronik (PPOK) selama
6 bulan terakhir pada tahun 2014 di RS. Paru Surabaya.
Sampel

Penelitian tersebut merupakan penelitian analitik kategorikal tidak


berpasangan. Dengan demikian, rumus besar sampel yang digunakan adalah
:
Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambila data sample dilakukan melalui data sekunder. Data


sekunder yang di dapatkan pada catatan medis yang ada di RS. Paru Surabaya
selama selama 6 bulan terakhir pada tahun 2014.
Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Perilaku merokok

2. Variabel terikat :

Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)


Definisi Operasional
Prosedur Penelitian

1. Melakukan observasi dahulu di RS. Paru Surabaya untuk


mengetahui populasi dan sampel penelitian.
2. Melakukan perijinan di RS. Paru Surabaya untuk dapat melakukan
penelitian.
3. Mengidentifikasi Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) dengan
melalui catatan medis di RS. Paru Surabaya.
4. Menentukan populasi dan sampel pasien yang menderita Penyakit
Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di RS. Paru Surabaya.
5. Data yang terkumpul maka akan diolah berdasarkan catatan medis
RS. Paru Surabaya.
Analisi Data
1. Teknik Analisi Data

Chi-Square disebut juga dengan Kai Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis
uji komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala
data kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel
dengan skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa
harus digunakan uji pada derajat yang terendah).

2. Hipotesis Statistik

H0 : Tidak Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru


Obstruktif Kronis (PPOK) pada RS. Paru Surabaya, Jawa Timur pada tahun
2014.
H1 : Ada hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) pada RS. Paru Surabaya, Jawa Timur pada tahun
2014.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Untuk melakukan penelitian dengan Judul Hubungan Antara Kebiasaan


Merokok dengan Kejadian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) ini di
ambil dari catatan medik dan status pasien menderita penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK) yang rawat inap dan rawat jalan selama 6 bulan
terakhir pada tahun 2014 di RS. Paru Surabaya.
Karakteristik Responden
Karakteristik responden penderita PPOK dan non PPOK menurut usia

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 95 orang penderita PPOK dan 20
orang penderita non PPOK, mayoritas responden penelitian berusia lebih dari 50 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (60%) responden.
Karakteristik responden penderita PPOK dan non PPOK menurut kebiasan merokok

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dari 95 orang penderita PPOK dan 20
orang penderita non PPOK, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perokok
yaitu sebanyak 78 orang atau (67,8%) responden.
Karakteristik responden penderita PPOK dan Non PPOK menurut sakit yang diderita

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, sebanyak 95 orang (63,5%) responden
merupakan penderita PPOK, dan 20 orang (17,4%) responden bukan penderita PPOK.
Uji Hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian PPOK di RS. Paru Surabaya

Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan
merokok pasien dengan kejadian PPOK di RS. Paru Surabaya, terbukti dengan nilai
signifikansi = 0,000 (< 0,05).
BAB VI
PEMBAHASAN

Pembahasan
Kebiasaan merokok merupakan penyebab paling utama pada Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), hal ini dikarenakan gas berbahaya yang terdapat pada
asap rokok dapat menginflamasi paru. Aktivasi makrofag pada rokok akan
melepaskan mediator inflamasi seperti tumor necrosis factor- (TNF-), monocyte
chemotactic peptide (MCP)-1 dan reactive oxygen species (ROS) yang dapat
menginflamasi paru sehingga timbul penyakit PPOK. Banyak jumlah rokok yang
dihisap setiap hari dan kebiasaan merokok yang lama bisa resiko menderita PPOK
yang ditimbulkan akan lebih besar (Sitepoe M, 2002).

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa mayoritas


responden dalam penelitian ini adalah perokok yaitu sebanyak 78 orang atau
(67,8%) responden, dan mayoritas responden penelitian berusia lebih dari 50 tahun
yaitu sebanyak 69 orang (60%) responden.
PPOK sebagian besar disebabkan merokok dan mungkin terlihat pada pasien yang
berusia diatas 35 tahun (National Collaborating Centre for Chronic Conditions
NCCC, 2004), perokok pasif, polusi udara, paparan bahan kimia industri, alergen,
cuaca dan defisiensi enzim -antitrypsin yang mengakibatkan munculnya tanda
dan gejala termasuk sesak saat beraktifitas, batuk kronis, produksi sekret yang
menetap, wheezing, barrel-shaped chest dan kehilangan berat badan (Sitepoe M,
2002).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ada hubungan
yang bermakna antara kebiasaan merokok pasien dengan kejadian PPOK di RS.
Paru Surabaya, terbukti dengan nilai signifikansi = 0,000 (< 0,05). Tabel di atas
juga menunjukkan bahwa kejadian PPOK itu 2,526 kali lebih banyak menyerang
responden yang mempunyai kebiasaan mereokok.

Polutan atau bahan yang menjadi pencemar udara dapat membahayakan kehidupan
manusia. Polutan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu senyawa-senyawa di dalam
udara murni (pure air) yang kadarnya diatas normal, molekul-molekul (gas-gas)
selain yang terkandung dalam udara murni tanpa memperhitungkan kadarnya dan
partikel (Mubarak, 2008).
Polusi udara dapat berupa a).polusi di luar ruangan (outdoor air pollution) seperti
kebakaran hutan, gunung berapi, sampah, asap kendaraan, asap industri, debu luar
rumah, dan lain-lain. b).Udara di dalam ruangan (Indoor air pollution) seperti asap
rokok, asap memasak, AC, insektisida, dan lain-lain (Mubarak, 2008).
BAB VII
PENUTUP

1. Kesimpulan

1. Mayoritas responden penelitian berusia lebih dari 50 tahun yaitu


sebanyak 69 orang (60%) responden.
2. Mayoritas responden dalam penelitian ini adalah perokok yaitu sebanyak
78 orang atau (67,8%) responden.
3. Ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok pasien dengan
kejadian PPOK di RS. Paru Surabaya.
2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit

Bagi rumah sakit hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan
pertimbangan dalam melakukan tindakan perawatan pada pasien PPOK
serta penyuluhan kesehatan mengenai faktor faktor resiko tentang PPOK
kepada masyarakat yang berobat ke rumah sakit tersebut.

2. Bagi Perawat

Bagi perawat, dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi


terjadinya PPOK sehingga dapat dijadikan sebagai masukan dan panduan
dalam memberikan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai
faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya PPOK tersebut.

3. Bagi Peneliti

Sebagai evidence based untuk menambah pengetahuan serta pengalaman


peneliti tentang faktor resiko terjadinya PPOK.
Hormat saya,

TERIMA KASIH
Pembimbing :
dr. Akhmad Sudibya, M.Kes
&
Penguji :
dr. Indah Widyaningsih, M.Kes

Anda mungkin juga menyukai