PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kesejahteraaan mental. Salah satu penyakit tidak menular adalah Penyakit Paru
dapat dicegah dan diobati. PPOK disebabkan oleh keterbatasan aliran udara
respon inflamasi kronik yang berlebihan pada saluran napas dan parenkim
paru akibat gas atau partikel berbahaya (Global initiative for Obstructive Lung
Indonesia. Faktor risiko dari PPOK antara lain usia, genetik, kebiasaan
1
risiko terjadinya PPOK ditunjukkan oleh nilai Ods Ratio sebesar 7,6. Dimana
nasional, prevalens perokok pada tahun 2010 sebesar 34,7%. Prevalen perokok
tahun yang merokok tiap hari mencapai 18,6%. Prevalensi perokok 16 kali
lebih banyak batang rokok yang di hisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan
merokok tersebut, maka resiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar
berada pada urutan ke-6 sebagai penyebab utama kematian didunia, pada
tahun 2002 PPOK berada pada urutan ke-5 dan diperkirakan pada tahun 2030
negara-negara Asia Pasifik tahun 2006 mencapai 56,6 juta orang dengan
China mencapai 38,160 juta orang,Jepang 5,014 juta orang dan Vietnam 2,068
juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 4,8 juta orang dengan prevalens
2
5,6%.Angka ini meningkat dengan semakin banyaknya jumlah perokok,
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Ris KesDas) pada tahun 2013, angka
2013). Provinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 bedasarkan jumlah
mengenai inflamasi jalan napas pada pasien PPOK yang masih merokok dan
neutrofil pada pasien PPOK yang berhenti merokok lebih rendah daripada pasien
PPOK yang masih merokok. Hal ini memperlihatkan bahwa berhenti dari
kebiasaan merokok adalah tindakan positif pada pasien PPOK (Babusyte, 2010).
merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan sangat terkait dengan
derajat berat PPOK di RS Paru Dr. Ario Wirawan Salatiga. Indeks Brinkman
adalah perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan
Balai pengobatan penyakit paru- paru lubuk alung merupakan satu- satunya
tengah. Pelayanan tidak saja difokuskan pada penyakit TB Paru saja, selain itu
Paru- Paru Lubuk Alung menunjukan bahwa penyakit PPOK pada tahun 2014
tercatat sebanyak 1.206 kasus, Tahun 2015 sebanyak 1.613kasus, Tahun 2016
sebanyak 1.951 kasus, sedangkan pada tahun 2017 angka kejadian PPOK
B. Tujuan
1. Umum
2. Khusus
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
yang dimiliki.
4
2. Bagi institusi pendidikan
dan dapat digunakan untuk menambah bahan informasi yang dapat disajikan
5
BAB II
PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS
A. PENGERTIAN PPOK
aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif non reversibel atau reversibel
PPOK/COPD (CRONIC OBSTRUCTION PULMONARY DISEASE)
merupakan istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
Meltzer, 2001)
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar udara paru-
(Snider, 2003).
6
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI
1. Pengertian Pernapasan
gas dalam jaringan atau “pernafasan dalam” dan yang terjadi di dalam
a. Hidung
b. Rongga Toraks
belakang.
7
3) Iga-Iga beserta otot interkostal disamping
4) Diafragma di bawah
c. Paru – Paru
Paru-Paru ada dua, merupakan alat pernapasan utama. Paru-paru mengisi
rongga dada. Terletak disebelah kanan dan kiri dan tengah dipisahkan oleh
jantung beserta pembuluh darah besarnya dan struktur lainnya yang terletak
apeks (puncak) diatas dan muncul sedikit lebih tinggi daripada klavikula di dalam
dasar leher. Pangkal paru-paru duduk di atas landai rongga toraks, diatas
permukaan dalam yang memuat tampak paru-paru, sisi belakang yang menyentuh
tulang belakang, dan sisi depan yang menutupi sebagian sisi depan jantung.
3. Fisiologi Pernapasan
Fungsi paru – paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida.Pada
hidung dan mulut pada waktu bernapas; oksigen masuk melalui trakea dan pipa
bronkial ke alveoli, dan dapat berhubungan erat dengan darah di dalam kapiler
memisahkan oksigen dari darah. Oksigen menembus membran ini dan dipungut
oleh hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa di
dalam arteri ke semua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru – paru pada
tekanan oksigen 100 mm Hg dan pada tingkat ini hemoglobinnya 95 persen jenuh
oksigen.
Kapasitas vital. Volume udara yang dapat di capai masuk dan keluar paru-
paru pada penarikan napas paling kuat disebut kapasitas vital paru-paru.
8
Diukurnya dengan alat spirometer. Pada seoranng laki-laki, normal 4-5 liter dan
pada seorang perempuan, 3-4 liter. Kapasitas itu berkurang pada penyakit paru-
otot pernapasan.
C. PENYEBAB / ETIOLOGI
Ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya COPD yaitu rokok, infeksi
dan polusi, selain itu pula berhubungan dengan faktor keturunan, alergi, umur
serta predisposisi genetik, tetapi belum diketahui dengan jelas apakah faktor-
1. Rokok. Menurut buku report of the WHO expert comitte on smoking control,
9
menyebabkan bronkokonstriksi akut. Menurut Crofton & Doouglas merokok
menimbulkan pula inhibisi aktivitas sel rambut getar, makrofage alveolar dan
surfaktan.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi menurut Brashers (2008), Mansjoer (2000) dan Reeves
(2001) adalah : Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan
nafas dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjar-
kelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya, fungsi
silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta terjadi batuk, batuk
tersumbat karena metaplasia sel goblet dan berkurangnya elastisitas paru. Alveoli
terkena infeksi.
bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara permanen akibat batuk hebat.
Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi tersebut menyebabkan alveoli yang ada di
peningkatan rasio volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi
perfusi.
dalam darah. Keseimbangan normal antara ventilasi alveolar dan perfusi aliran
darah kapiler pulmo menjadi terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi
menurun dan ventilasi tetap sama. Saluran pernafasan yang terhalang mukus
11
oksigen atau karbondioksida. Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
12
E. WOC PPOK
Sumber :
A Price, Sylvia. 1994. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit
Brunner & Suddart. 2000. Buku Ajar Keperawatan Medial Bedah
13
F. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis menurut Mansjoer (2000) pada pasien dengan Penyakit
1. Batuk.
2. Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukopurulen.
bernafas.
dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin menjadi di saat
pagi hari. Nafas pendek sedang yang berkembang menjadi nafas pendek akut.
Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi
batuk persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak.
G. DIAGNOSTIK
PPOK dini umumnya tidak ada kelainan, namun pada pemeriksaan akan
a. Inspeksi
14
4) Hipertropi otot bantu napas
6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i leher
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
2) Terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada
ekspirasi paksa
3) Ekspirasi memanjang
e. Pink puffer
f. Blue bloater
edema tungkai dan ronkibasah di basal paru, sianosis sentral dan perifer .
15
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu dan
ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai mekanisme tubuh untuk
H. KOMPLIKASI
pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis yaitu gagal nafas akut (Acute
Respiratory Failure), pneumotoraks dan giant bullae serta ada satu komplikasi
I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada pasien dengan Penyakit Paru Obstruksi Kronis
16
c. Pemberian antibiotik seperti kotrimoksasol, amoksisilin, atau doksisilin
c. Fisioterapi.
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar terhindar
17
dari depresi. Rehabilitasi pada pasien dengan penyakit paru obstruksi
J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
kontroversial.
5. Pengobatan simtomatik.
bronkus.
18
K. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
1) Gejala :
bernafas.
d) Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
2) Tanda :
a) Keletihan.
b) Gelisah, insomnia.
b. Sirkulasi
1) Gejala
2) Tanda :
19
f) Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau sianosis,
c. Integritas ego
1) Gejala :
2) Tanda :
1) Gejala :
2) Tanda :
b) Edema dependen.
c) Berkeringat.
(emfisema).
e. Hygiene
1) Gejala :
20
a) Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan melakukan
aktivitas sehai-hari.
2) Tanda :
f. Pernafasan
1) Gejala :
c) Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat bangun
(bronkhitis kronis).
pernafasan dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau
(emfisema).
21
2) Tanda :
cairan, mukosa.
Pasien dengan emfisema sedang sering disebut pink puffer karena warna
pernafasan cepat.
g. Keamanan
1) Gejala :
22
a) Riwayat reaksi alergi atau sensitive terhadap zat atau faktor lingkungan.
h. Seksualitas
1) Gejala :
a) Penurunan libido.
i. Interaksi sosial
1) Gejala :
a) Hubungan ketergantungan.
2) Tanda :
distress pernafasan.
1) Gejala :
23
2. Diagnosa
perfusi
mual muntah.
24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADATn. A DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PPOK DI
BP4 LUBUK ALUNG
A. Pengkajian
1. Identitas Diri Klien
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 64 th
c. Jenis kelamin : Laki- Laki
d. Alamat : Sungai Limau
e. Status kawin : Kawin
f. Agama : Islam
g. Suku : Minang
h. Pendidikan terakhir : SMP
i. Pekerjaan : Wiraswasta
j. Tanggal masuk : 10 Juli 2018
k. Jam masuk : 10.00 wib
l. Tanggal pengkajian : 10 Juli 2018
a. Nama : Ny. B
b. Umur : 36 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Alamat : Sungai Limau
e. Hubungan dengan klien : Anak Kandung
25
2. Status Kesehatan Saat Ini
Pasien baru masuk ruang rawatan kiriman dari poli dalam dengan keluhan
sesak nafas, pasien merasakan dada yang tertekan, serta mengalami pilek dan
batuk.
b. Factor Pencetus
Debu
Keluhan sesak dirasakan sejak kemarin, sesak bertambah dirasakan dan tidak
berkurang meski telah beristirahat dan klien mengatakan lemah dan letih
e. Diagnose medis
PPOK
Klien menderita penyakit ini sudah sejak ± 15 tahun yang lalu, dan pernah
b. Riwayat alergi
Klien sesak apabila terpapar dengan udara yang tidak bersih atau berdebu
26
c. Kebiasaan merokok/ kopi
Klien termasuk perokok berat pada waktu muda, klien menghabiskan rokok
minimal 2 bungkus/ hari. namun saat ini klien mengaku sudah berhenti
d. Pola nutrisi
Klien mengatakan makan 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam.
Makanan yang dimakan terdiri dari nasi, lauk pauk dan sayuran, klien
kadang bersisa.
klien mengatakan dalam sehari ia minum air putih sampai 8 gelas sehari, dan
Klien mengatakan saat sehat tidur siang pada jam 14.00 wib. Tidur malam
jam 21.00 WIB dan bangun jam 05.00 WIB. Namun saat dirawat klien
mengatakan kesulitan untuk tidur karna batuk yang bertambah dimalam hari.
Tidur dimulai jam 23.00 wib namun sering terbangun karna batuk dan sulit
f. Pola Eliminasi
Klien mengatakan BAB 1-2 kali/ hari dg konsistensi normal dan tdk terjadi
konstipasi
27
4. Riwayat Keluarga
Genogram :
Keterangan :
: laki – laki :
: perempuan
: klien
: meninggal
------------ : serumah
6. Pemeriksaan Fisik
30
Perkusi Bunyi jantung normal (lup dup), tidak
Aukultasi ada aritmia/ murmur
10. Mamae
Inspeksi bentuk simetris
palpasi Tidak teraba adanya massa
11. Abdomen
Inspeksi Tidak terlihat bekas operasi pada daerah
abdomen, tidak ada tonjolan/
pembengkakan, tidak ada tanda-tanda
distensi abdomen.
Palpasi Tidak teraba adanya massa, splenomegali
(-), hepatomegali (-)
Perkusi Bunyi tympani
Auskultasi 7 x/menit
11. Ekstermitas
Inspeksi Kekuatan otot tangan sebelah kiri
mengalami penurunan, lesi (-) ,
Kekuatan otot kaki baik, tampak ada
Palpasi perubahan gaya berjalan.
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan
Kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
31
Pemeriksaan laboratorium
Tanggal Hasil Laboratorium
Therapy :
IVFD RL drip Aminophilin 1 ampul 12 jam/ kolf
Injeksi Ranitidin 2 x 1 amp
Injeksi ceftriaxon 2 x 1 gr
Antacid syr 3 x 1 cth
Ambroxol 3 x 1 cth
Salbutamol 3 x 2 mg
32
DATA FOKUS
1. Data Subjektif
Klien mengatakan :
Mengeluh sesak nafas,
Pasien merasakan dada yang tertekan,
Pasien mengatakan riwayat merokok
Pasien mengatakan sering mengalami pilek dan batuk
Pasien mengatakan letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-
hari karena kesulitan bernafas,
Sesak nafas saat istirahat setelah beraktivitas
Pasien mengatakan letih dan lemah setelah melakukan aktivitas sehari-
hari karena kesulitan bernafas
Klien mengatakan kesulitan untuk tidur karna batuk yang bertambah
dimalam hari. Tidur dimulai jam 23.00 wib namun sering terbangun karna
batuk dan sulit untuk tidur lagi.
2. Data Objektif
Pasien terlihat kesulitan bernafas, batuk yang disertai dengan sputum,
warna sputum putih ±100 cc/ hari
Pasien terlihat kesulitan berbicara,
Auskultasi : bunyi ronkhi +/+ dengan ekspirasi memanjang, terpasang O2
4 liter permenit,
Respirasi 40 x/menit
Pasien terlihat letih
Pasien dibantu oleh anggota keluarganya untuk melakukan aktivitas
seperti untuk ambulasi atau berpindah tempat, mandi dan toileting.
Akral dingin
Nafas cuping hidung
33
ANALISA DATA
34
kesulitan bernafas,
sesak nafas saat istirahat
setelah beraktivitas.
DO :
Pasien terlihat letih,
Pasien dibantu oleh anggota
keluarganya untuk
melakukan aktivitas seperti
untuk ambulasi atau
berpindah tempat, mandi dan
toileting.
DO:
Klien tampak lemas
35
Diagnosa Keperawatan yang muncul
produksi secret
36