PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) adalah penyakit tidak menular dan
menjadi masalah kesehatan dunia. Definisi PPOK adalah penyakit yang ditandai
kronik saluran napas dan parenkim paru akibat pajanan gas atau partikel
berbahaya. Hambatan aliran udara pada PPOK terjadi karena perubahan struktur
pada tahun 2015, menyatakan bahwa Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Serikat, dan diproyeksikan akan menjadi peringkat ke lima pada tahun 2020
sebagai beban penyakit di seluruh dunia, pada tahun 2020 diperkirakan 65 juta
ditandai dengan gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara akibat
saluran napas tersumbat dan atau kelainan alveolar yang disebabkan partikel atau
Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati,
ditandai dengan adanya keterbatasan aliran udara yang persisten dan umumnya
1
2
pada saluran napas dan parenkim paru akibat gas atau partikel berbahaya
for Obstructive Lung Disease (GOLD), 2015). Pada tahun 2013, di Amerika
Serikat PPOK adalah penyebab utama kematian ketiga, dan lebih dari 11 juta
Menurut data penelitian dari Regional COPD Working Group (2007) yang
dengan yang terendah 3,5% di Hongkong dan Singapura, dan tertinggi di Vietnam
sebanyak 6,7%.
kasus untuk PPOK derajat sedang sampai berat (Regional COPD Working Group,
2007). Menurut Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas), pada tahun 2013 angka
Provinsi Sumatera Barat berada pada urutan ke-23 berdasarkan jumlah penderita
waktu dan terdapat 600 juta orang menderita PPOK di dunia dengan 65 juta orang
menderita PPOK derajat sedang hingga berat dan memperkirakan tahun 2020
penyakit yang dapat menyebabkan kematian terbanyak nomor tiga ialah PPOK
pada tahun 2015, sedikitnya ada 4,5 - 55% penduduk Indonesia yang menderita
3
PPOK, dan angka ini bisa meningkat mencapai 7,2% di daerah pedesaan
PPOK memiliki prevalensi 3,7% (pada kelompok umur ≥30 tahun) per-satu juta
RI, 2013). PPOK menjadi urutan pertama di Indonesia dalam kelompok penyakit
paru yang memiliki angka kesakitan (35%), dengan asma bronchial (33%), kanker
paru (30%), dan lainnya (2%). Prevalensi Penyakit Paru Obstruktif (PPOK)
Tengaah (8,0%), Sulawesi Barat (6,7%), jawa Timur (3,6%), dan Sumatera Utara
pada kelompok lanjut usia yaitu sebesar 7,9% (Kusumawardani et al, 2017).
Sekumpulan tanda dan gejala klinis dari PPOK adalah antara lain batuk, produksi
(Tabrani Rab, 2015). Sesak napas termasuk salah satu gejala yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor salah satunya faktor psikologis. Pasien (PPOK) umumnya
keadaan emosi yang tidak menyenangkan, melibatkan rasa takut yang subjektif,
rasa tidak nyaman pada tubuh dan gejala fisik. Dampak dari kecemasan tinggi
ketegangan fisik dan adanya perasaan khawatir (Durand dan Barlow, 2006).
Gejala kecemasan bervariasi antara individu yang satu dengan individu yang lain.
Gejala dapat berupa perasaan yang tidak menyenangkan, ketakutan yang difus
serta gejala otonom seperti palpitasi, berkeringat, sakit kepala, jantung berdebar,
sakit perut, gelisah dan ketidakmampuan berdiri atau duduk dalam waktu yang
Untuk mengatasi kecemasan yang dialami oleh pasien PPOK perlu dilakukan
edukasi kesehatan tentang kondisi penyakit yang dialaminya. Pasien harus diberi
pemahaman yang baik tentang pengobatan ataupun perilaku hidup yang harus
akan penyakit yang dapat memperburuk keadaanya. Dalam hal ini perlu dilakukan
edukasi kesehatan kepada pasien PPOK tentang penyakit dan pengobatan serta
pola hidup yang harus ditaati setiap hari agar terhindar dari kekambuhan yang
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan
Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Rumah Sakit Umum Imelda
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bacaan yang akan