E DENGAN GANGGUAN
SISTEM RESPIRASI : TUBERKULOSIS PARU DI RT 18 RW 08
DESA GUNUNG KARUNG KECAMATAN MANIIS
KABUPATEN PURWAKARTA
LINA KARLINA
Nim : 1400001013
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atas. Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. Boedhi Darmojo dan Dr. Hadi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan
1
2
keluarkan oleh Bureau of The Census USA, dilaporkan bahwa Indonesia pada
1990 2025 akan mempunyai kenaikan jumlah lansia sebesar 41,4%. Suatu
negara-negara lain, seperti kenya adalah sebesar 34,7%, Brasil 22,5%, India
24,2%, hina 22,0%, Jepang 12,9%, Jerman 6,6%, Swedia 3,3%. Sedangkan
adalah sebesar 40,0% antara tahun 2000 2025. (Wijayanti, Rahayu 2016).
Pada tahun 2005-2010, jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah
anak balita, yaitu sekitar 19,3 juta jiwa (9%) dari jumlah penduduk. Bahkan
struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India dan Amerika
2016).
Penuaan penduduk terkait dengan transisi demografi dan epidemiologi
signifikan. Tercatat 7,18% (14,4 juta orang) di tahun 2000 dan diperkirakan
akan menjadi 11,34% (28,8 juta orang) pada 2020. Undang- undang kesehatan
No. 36 tahun 2009 tentang hak dan kewajiban, menjelaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh derajat kesehatan yang
optimal, tidak terkecuali orang berusia lanjut. Salah satu hasil pembangunan
3
Sejalan dengan hal tersebut akan meningkat pula kelompok lanjut usia (lansia)
terdapat 18.283.107 penduduk lanjut usia jumlah ini akan melonjak hingga
33 juta orang lanjut usia (12% dari total penduduk) ( Nugroho, 2012).
Di Indonesia menurut, Undang-Undang No. 13 Tahun 1998, tentang
jaringan paru dan dinding dada makin berkurang, kekuatan kontraksi otot
lanjut usia ternyata masih cukup tinggi. Di Rumah Sakit Kariadi Semarang,
ditemukan kasus TB sebesar 25,2%. Secara fatofisiologis, lanjut usia ini tanpa
pada lansia tidak khas dan karena itu mungkin tidak diketahui atau salah
akut yang menyerang organ paru. TBC ditandai dengan demam, batuk
orang dan menyebabkan 3 juta kematian setiap tahun. TB paru paling sering
menyerang masyarakat Asia, Cina dan India Barat. Disebabkan oleh transmisi
udara dan kontak dekat menyebarkan penyakit. Orang usia lanjut, orang yang
malnutrisi, atau orang dengan penekanan sistem imun (seperti, HIV, DM)
lebih mudah terpapar. Hal ini dapat dicegah dengan perbaikan keadaan
lingkungan seperti perbaikan keadaan rumah dan nutrisi (Jeremy dkk., 2008).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013
terdapat 9 juta penduduk dunia telah terinfeksi kuman TB, pada tahun 2014
terdapat 9,6 juta penduduk dunia terinfeksi kuman TB (WHO, 2015). Pada
tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada wilayah Afrika
(37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania Timur (17%)
yaitu wilayah Sumatera (33%), wilayah Jawa dan Bali (23%), serta wilayah
kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan saluran pernafasan pada
semua kelompok usia serta nomor satu untuk golongan penyakit infeksi.
2017).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013), tingginya
Kesehatan Provinsi Jawa Barat (2012), hasil data dan informasi diperoleh
jumlah penderita TB paru pada tahun 2012 sebesar 62.218 kasus, dengan BTA
berdasarkan hasil penjaringan kasus BTA (+) pada tahun 2015 terdapat 1.615
kasus dan tahun 2016 terdapat 446 kasus, sedangkan di Kecamatan Maniis
diperoleh jumlah penderita tuberkulosis paru (BTA (+)) pada tahun 2015
sebanyak 18 kasus dan pada tahun 2016 terdapat 7 kasus. (Dinkes Kabupaten
Purwakarrta, 2016).
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai
paru.
Hasil penelitian Yuda (2013), menyatakan bahwa hasil pengobatan
6,25% lansia pindah berobat ke Puskesmas lain dan 6,25% mengalami putus
asuhan keperawatan pada klien dengan tuberkulosis paru dan mengambil judul
B. Tujuan Penulisan
1) Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan keperawatan gerontik pada klien
C. Kerangka Penelitian
1) Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dengan menggunakan beberapa cara
Kabupaten Purwakarta
Waktu : Tanggal 11 Febuari 16 Juli 2017
3) Manfaat Penulisan
a. Manfaat Teoritik
Dijadikan tambahan kepustakaan bidang kesehatan khususnya
komprehensif.
1) Bagi Tenaga Kesehatan
8
paru.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman pembaca akan makalah ilmiah ini
pembahasan.
BAB IV Kesimpulan dan Saran terdiri kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1.Definisi
a. Definisi Gerontologi
ditujukan kepada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada
2014).
yang terjadi. Oleh karena itu, dalam tubuh akan menumpuk makin
10
11
c. Definisi Menua
Dalam buku ajar geriatri, Prof. Dr. Boedhi Darmojo dan Dr.
45-59 tahun, lanjut usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua
(old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) ialah diatas 90
tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase, yaitu:
pertama (fase inventus) ialah 20-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah
40-55 tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase
age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (geriatric age) itu
tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (efendi, 2009).
3.Teori-Teori Penuaan
a. Teori Biologis
struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup (Zairt, 1980). Teori ini
adanya program jam genetic didalam nuklei. Jam ini akan berputar
dalam jangka waktu tertentu dan jika jam ini sudah habis purannya
Errorrcatastrophe).
14
dalam zat kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi
c. Teori Error
secara perlahan.
beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang
DNA.
pada saat transkripsi sel saat sintesa protein, yang berdampak pada
yang akhirnya dapat merubah komposisi yang berada dari sel awal.
d. Teori Autoimun
maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun tubuh menganggap sel
terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan hal itu
akibat :
pestisida.
dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur makin banyak terbentuk
radikal bebas yang ada dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada
DNA. Dalam sistem saraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas
seseorang.
1) Teori Kolagen
jaringan.
f. Psikososial
3) Disanggement Theory
proses penuaan.
6) Jung Theory
perkembangan kehidupan.
maksimumnya.
dengan usianya.
2014).
meliputi :
h. Penyakit keganasan.
Inggris permasalahan atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam
yakni :
a. Depresi ental.
b. Gangguan pendengaran.
c. Bronkitis kronis.
f. Anemia.
g. Demensia
h. Gangguan penglihatan.
i. Ansietas/ kecemasan.
j. Dekompensasi kordis.
l. Gangguan defekasi.
22
lansia.
dirinya menjadi tua diterima secara positif dan dengan senang hati
pengertian kepada generasi muda. Hal ini bisa tercapai bila lansia
4) Bagi lansia yang sudah tidak dapat pergi kemana-mana, upaya ini
terhibur.
sebagainya.
2014).
24
orang melalui nuclei droplet lewat udara (Sandra M. Nettina, 2001 dalam
Aspiani, 2014).
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal dengan Basil
organ tubuh lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang,
2. Klasifikasi
1) Tuberkulosis paru
mudah tertular kepada manusia lain, asal kuman bisa keluar dari si
penderita.(Naga, 2013).
(Naga, 2013).
3. Etiologi
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/m dan tebal 0,3-
0,6/m. Spesies lain dari kuman ini yang dapat menyebabkan infeksi pada
mycobacterium intracellulare.
Bakteri atau kuman ini berbentuk batang. Sebagian besar kuman berupa
lemak atau lipid, sehingga kuman tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap kimia atau fisik. Sifat lain dari kuman ini adalah aerob yang
kandungan oksigen tinggi yaitu apikal atau apeks paru. Daerah ini menjadi
4. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
trakea dan bronkus dianalogkan dengan sebuah pohon oleh karena itu
simetris, bronkus kanan lebih pendek dan lebih lebar dan merupakan
bronkus kiri lebih panjang dan lebih sempit dan merupakan kelanjutan
dari trakea dengan sudut yang lebih tajam. Cabang utama bronkus
kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronkus lobaris dan bronkus
Alveolus hanya mempunyai satu lapis sel saja yang diameternya lebih
terdapat sekitar 300 juta alveolus (Price dan Wilson, 2006). Anatomi
toraks, yang merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang
pleura. Setiap paru dibagi menjadi lobus-lobus. Paru kiri terdiri dari
lobus bawah dan atas, sementara paru kanan mempunyai lobus atas,
tengah, dan bawah. Setiap lobus lebih jauh dibagi lagi menjadi dua
adalah bronkus lobaris yaitu tiga pada paru kanan dan dua pada paru
pada paru kanan dan 8 pada paru kiri, bronkus segmental kemudian
silia.
anatomi paru-paru yang telah dipaparkan diatas akan lebih jelas pada
gambar 2.2 .
b. Fisiologi
transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antar
sirkulasi pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari
1) Ventilasi
2) Transportasi oksigen
bahan nutrisi.
c. Patofisiologi
2014).
melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lain (ginjal,
tulang, korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (Somantri, 2009).
32
Pathway
Terjadi proses
peradangan
Tumbuh dan
Pengeluaran zat pirogen
berkembang di
sitoplasma makrofag
Mempengaruhi
hipotalamus Sarang primer/afek
primer (fokus ghon)
Hipertermi
Gangguan pertukaran
Batuk produktif (batuk gas
terus menerus)
C
Droplet infection Batuk berat Mual, muntah
(Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC - NOC
2015)
34
5. Manifestasi Klinis
f. Pada anak
minggu.
Obat anti tuberkulosis yang diberikan pada penderita usia lanjut saa
a. Terapi Farmakologi
1) Isoniazid (INH)
efektivitas dan atau toksisitas isoniazid bila obat ini diberikan setiap
hari.
Dosis Obat :
Kontraindikasi :
Resistensi :
dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 6-
B6).
2) Rifampisin
Dosis Obat :
Kontraindikasi :
3) Pirazinamid
glomerulus.
Dosis Obat :
Kontraindikasi :
4) Ethambutol
Dosis Obat :
mg/kg BB/hari.
38
Kontraindikasi :
ini.
5) Streptomisin
cara menghambat sintesis protein. Obat ini larut dalam air dan
Dosis Obat :
Kontraindikasi :
otot ).
Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap
lanjutan ).
Diberikan kepada :
Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada :
o Penderita kambuh.
Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada :
bulan, yaitu :
TB tidak berat
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Tes Mantoux
2) Mikrobiologi
minggu.
3) Histopatologi
menemukan TB milier.
4) Radiografi Dada
7. Komplikasi
Bronkiektasis dan kavitas paru dengan infeksi jamur sekunder, lesi nervus
pernafasan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
1) Identitas
Identitas klien yang bisa dikaji pada penyakit sistem pernafasan
gangguan pernafasan.
vena jugularis
nyeri/Ansietas).
kebersihannya.
abdomen.
a) Psikososial
Emosional
Pertanyaan Tahap 1
jawaban Ya
Pertanyaan Tahap 2
(1) Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1
bulan?
Tidak
emosional.
b) Spiritual
mengaji
Indeks katz
Score Kriteria
47
b. Barthel indeks
Tabel 2.2 Barthel indeks
Dengan
No. Kriteria Mandiri
Bantuan
1 Makan 5 10
2 Aktivitas ke toilet 5 10
3 Berpindah dari kursi roda atau 5 10 15
sebaliknya, termasuk duduk
ditempat tidur
4 Kebersihan diri mencuci muka 0 10
menyisir rambut dan menggosok
gigi
5 Mandi 0 5
6 Berjalan dipermukaan datar 10 25
7 Naik turun tangga 5 10
8 Berpakaian 5 10
9 Mengontrol defekasi 5 10
10 Mengontrol berkemih 5 10
Total 100
48
Penilaian :
0 20 : ketergantungan
62 90 : ketergantungan berat
91 99 : ketergantungan ringan
100 : mandiri
Aspek Nilai
No Nilai Kriteria
kognitif maksimal
1 Orientasi 5 Menyebutkan
1. Tahun
2. Musim
3. Tanggal
4. Hari
5. Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada ?
1. Negara
2. Provinsi
3. Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja,
Registrasi 3 kertas), kemudian ditanyakan kepada
klien, menjawab :
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
tersebut).
1. Jendela
2. Jam dinding
3.
Meminta klien untuk mengulang kata
berikut tanpa, jika, dan, atau, tetapi
klien menjawab......, dan, atau, tetapi.
Skor :
24-30 : normal
17-33 : probable gangguan kognitif
0-16 : definitif gangguan kognitif
Nilai :
Komponen
utama dalam Langkah-langkah Kriteria Nilai
bergerak
A. Perubahan 1. Bangun dari 1. Tidak bangun dari tempat duduk
posisi atau kursi dengan satu gerakan, tetapi
gerakan mendorong tubuhnya keatas
keseimbangan dengan tangan atau bergerak
kedepan kursi terlebih dahulu,
tidak stabil pada saat berdiri
pertama kali.
2. Duduk ke kursi 2. Menjatuhkan diri kekursi, duduk
ditengah kursi
3. Menahan 3. Pemeriksa mendorong sternum
dorongan pada (perlahan-lahan sebanyak 3 kali).
sternum Klien menggerakkan kaki
(mata ditutup) memegang objek untuk
dukungan, kaki tidak menyentuh
sisi-sisinya.
4. Bangun dari 4. Kriteria sama dengan kriteria
kursi untuk mata terbuka
5. Duduk ke kursi 5. Kriteria sama dengan kriteria
untuk mata terbuka
6. Menahan 6. Kriteria sama dengan kriteria
dorongan pada untuk mata terbuka
sternum 7. Menggerakkan kaki, memegang
7. Perputaran obyek untuk dukungan kaki tidak
leher menyentuh sisi-sisinya, keluhan
vertigo, pusing atau keadaan tidak
stabil.
8. Gerakan 8. Tidak mampu untuk menggapai
menggapai sesuatu dengan bahu fleksi max,
sesuatu sementara berdiri pada ujung-
ujung jari kaki tidak stabil,
memegang sesuatu untuk
dukungan.
9. Membungkuk 9. Tidak mampu membungkuk
untuk mengambil objek-objek
kecil dari lantai, memegang onjek
untuk bisa berdiri, memerlukan
usaha-usaha multiple untuk
bangun.
B. Gaya 10. Minta klien 10. Ragu-ragu, tersandung,
berjalan /gerak untuk berjalan memegang objek untuk
ketempat yang dukungan
ditentukan
11. Ketinggian 11. Kaki tidak naik dari lantai
langkah kaki secara konsisten (menggeser
(saat berjalan) atau menyeret kaki),
mengangkat kaki terlalu tinggi
(>50 cm)
53
2. Analisa Data
status fisik dan emosi klien. Hal ini mencakup hasil pemeriksaan
3. Diagnosa Keperawatan
54
aktual dan potensial klien di dapatkan dari data dasar pengkajian, tinjauan
literatur yang berkaitan, catatan medis klien masa lalu, dan konsultasi
pengkajian.
cuah
3. Hipertermia b.d reaksi inflamasi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Perencanaan
No Diagnosa keperawatan
Tujuan dan Kriteria Intervensi
1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas Setelah dilakukan asuhan Airway suction
Definisi : ketidakmampuan untuk membersihkan keperawatan selama .....x 24 jam, 1. Pastikan kebutuhan oral /
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk klien menunjukkan bersihan jalan tracheal suctioning
2. Auskultasi suara nafas sebelum
mempertahankan kebersihan jalan nafas. nafas efektif dengan status pernafasan
dan sesudah suctoning
Batasan karakteristik : adekuat dengan kriteria :
3. Informasikan pada klien dan
Tidak ada batuk - Mendemonstrasikan batuk efektif
keluarga tentang suctioning
Suara napas tambahan dan suara nafas yang bersih, tidak 4. Minta klien nafas dalam
Perubahan frekwensi napas
Perubahan irama napas ada sianosis dan dyspneu (mampu sebelum suction dilakukan
Sianosis 5. Berikan O dengan
mengeluarkan sputum, mampu
Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara menggunakan nasal untuk
Penurunan bunyi napas bernafas dengan mudah, tidak ada
untuk memfasilitasi suction
Dipsneu pursed lips)
Sputum dalam jumlah yang berlebihan - Menunjukkan jalan nafas yang nasotrakeal
Batuk yang tidak efektif 6. Gunakan alat yang steril setiap
paten (klien tidak merasa
Ortopneu melakukan tindakan
Gelisah tercekik, irama nafas, frekuensi 7. Anjurkan pasien untuk istirahat
Mata terbuka lebar pernafasan dalam rentang dan nafas dalam setelah kateter
Faktor faktor yang berhubungan : normal,tidak ada suara nafas dikeluarkan dari nasotrakeal
Lingkungan : abnormal) 8. Monitorstatus oksigen pasien
- Perokok pasif - Mampu mengidentifikasikan dan 9. Ajarkan keluarga bagaimana
55
- Mengisap asap mencegah faktor yang dapat cara melakukan suksion
- Merokok 10. Hentikan suksion dan berikan
menghambat jalan nafas.
Obstruksi jalan nafas : oksigen apabila pasien
- Spasme jalan nafas
- Mokus dalam jumlah berlebihan menunjukkan bradikardi,
- Eksudat dalam jalan alveoli
peningkatan saturasi O, dll
- Materi asing dalam jalan nafas
11. Buka jalan nafas, gunakan
- Adanya jalan nafas buatan
- Sekresi bertahan/ sisa sekresi teknik chin lift atau jaw thrust
- Sekresi dalam bronki
bila perlu
Fisiologi 12. Posisikan pasien untuk
- Jalan nafas alergik
- Asma memaksimalkan ventilasi
- Penyakit paru obstruktif kronik 13. Identifikasi pasien perlunya
- Hiperplasi dinding bronkial pemasangan alat jalan nafas
- Infeksi
- Disfungsi neuromuscular buatan
14. Pasang mayo bila perlu
15. Keluarkan sekret dengan batuk
atau suction
16. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
17. Lakukan suction pada mayo
18. Berikan bronkodilator bila
perlu
19. Berikan pelembab udara kassa
basah NaCI lembab
20. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
21. Monitor respirasi dan status O
56
2 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan asuhan Airway Management
Definisi : kelebihan atau defisit pada oksigenasi dan/ keperawatan selama .....x 24 jam, 1. Buka jalan nafas, gunakan
atau eliminasi karbondioksida pada membran alveolar- klien menunjukkan tidak ada teknik chint lift atau jaw thrust
kapiler gangguan pertukaran gas dengan bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : kriteria Hasil :
memaksimalkan ventilasi
pH darah arteri abnormal - Mendemonstrasikan peningkatan
3. Idetifikasi pasien perlunya
pH arteri abnormal ventilasi dan oksigenasi yang
pemasangan alat jalan nafas
Pernafasan abnormal (mis., kecepatan, irama, adekuat buatan
- Memelihara kebersihan paru-paru 4. Pasang mayo bila perlu
kedalaman)
Warna kulit abnormal (mis, pucat, kehitaman) dan bebas dari tanda tanda 5. Lakukan fisioterapi dada jika
Konfusi distress pernafasan perlu
Sianosis (pada neonatus saja) - Mendemonstrasikan batuk efektif 6. Keluarkan sekret dengan batuk
Penurunan karbon dioksida
Diaforesis dan suara nafas yang bersih, tidak atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
Dispnea ada sianosis dan dyspneu (mampu
Sakit kepala saat bangun adanya suara tambahan
Hiperkapnia mengeluarkan sputum, mampu 8. Lakukan suction pada mayo
Hipoksemia bernafas dengan mudah, ada ada 9. Berikan bronkodilator bila
Hipoksia perlu
pursed lips)
Iritabilitas - Tanda tanda vital dalam rentang 10. Berikan pelembab udara
Napas cuping hidung 11. Atur intake untuk cairan
Gelisah normal
mengoptimalkan keseimbangan
Samnolen
12. Monitor respirasi dan status O
Takikardi
Gangguan penglihatan Respiratory Monitoring
Faktor faktor yang berhubungan : 1. Monitor rata-rata, kedalaman,
Perubahan membran alveolar-kapiler irama, dan usaha respirasi
57
Ventilasi -perfusi 2. Catat pergerakan dada, amati
kesimetrisan, penggunaan otot
tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal
3. Monitor suara nafas, seperti
dengkur
4. Monitor pola nafas : bradipena,
takipenia, kussmaul,
hiperventilasi, cheyne stokes,
biot
5. Catat lokasi trakea
6. Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
7. Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
8. Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi crakles
dan ronkhi pada jalan napas
utama
9. Auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
3 Hipertermia Termoregulation Fever treatment
58
Definisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran Kriteria Hasil : 1. Monitor suhu sesering
2. Monitor IWL
normal - Suhu tubuh dalam rentang normal
3. Monitor warna dan suhu kulit
Batasan karakteristi : - Nadi dan RR dalam rentang 4. Monitor tekanan darah, nadi
norma
Kovulsi dan RR
- Tidak ada perubahan warna kulit 5. Monitor penurunan tingkat
Kulit kemerahan
Peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal dan tidak ada pusing kesadaran
Kejang 6. Monitor WBC, Hb, dan Hct
Takikardi 7. Monitor intake dan output
Tekipnea 8. Berikan anti piretik
Kulit terasa hangat 9. Berikan pengobatan untuk
Faktor faktor yang berhubungan : mengatasi penyebab deman
10. Selimuti pasien
Anastesia 11. Lakukan tapid sponge
Penurunan respirasi 12. Kolaborasi pemberian cairan
Dehidrasi
Pemajanan lingkungan yang panas intavena
Penyakit 13. Kompres pasien pada lipat paha
Pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu dan aksila
lingkungan 14. Tingkatkan sirkulasi udara
15. Berikan pengobatan untuk
Peningkatan laju metabolisme medikasi
Trauma mencegah terjadinya menggigil
Aktivitas berlebihan Temperature regulation
1. Monitor suhu minimal tiap 2
jam
2. Rencanakan monitoring suhu
secara kontinyu
3. Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu kulit
59
5. Monitor tanda-tanda hipertermi
dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan dan
nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Ajarkan pada pasien cara
mencegah keletihan akibat
panas
9. Diskusikan tentang pentingnya
pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari
kedinginan
10. Beritahukan tentang indikasi
terjadinya keletihan dan
penanganan emergency yang
diperlukan
11. Ajarkan indikasi dari hipotermi
dan penanganan yang
diperlukan berikan anti piretik
jika perlu
60
RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua
lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
8. Monitor suara paru
9. Monitor pola pernapasan
abnormal
10. Monitor warna, suhu, dan
kelembaban kulit
11. Monitor sianosis perifer
12. Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
13. Identifikasi penyebab dari vital
sign
4 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan Nutrition Management
lebih dari kebutuhan keperawatan selama .....x 24 jam,
61
tubuh klien menunjukkan tidak ada1. Kaji adanya alergi makanan
Definisi : asuhan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi penuruna berat badan dengan Kriteria 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan metabolik Hasil : untuk menentukan jumlah
Batasan karakteristik : - Adanya peningkatan berta badan kalori dan nutrisi yang
62
Steatorea mendapatkan nutrisi yang
Kelemahan otot pengunyah dibutuhkan
Kelemahan otot untuk menelan
Nutrition Monitoring
Faktor faktor yang berhubungan :
1. BB pasien dalam batas normal
Faktor biologis 2. Monitor adanya penurunan
Faktor ekonomi
berat badan
Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi nutrien
3. Monitor tipe dan jumlah
Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
Ketidakmampuan menelan makanan aktivitas yang biasa dilakukan
Faktor psikologis 4. Monitor interaksi anak atau
orang tua selama makan
5. Monitor lingkungan selama
makan
6. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
7. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10. Monitor mual dan muntah
11. Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12. Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
13. Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
63
konjungtiva
14. Monitor kalori dan intake
nutrisi
15. Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan
cavitas oral
16. Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan Infection Control (kontrol infeksi)
Definisi : mengalami peningkatan resiko terserang keperawatan selama .....x 24 jam, 1. Bersihkan lingkungan setelah
organisme patogenik klien menunjukkan tidak ada tanda- dipakai pasien lain
2. Pertahankan teknik isolasi
Faktor faktor resiko : tanda infeksi dengan Kriteria Hasil :
3. Batasi pengunjung bila perlu
Penyakit kronis - Klien bebas dari tanda dan gejala 4. Intruksikan pada pengunjung
- Diabetes melitus untuk mencuci tangan saat
infeksi
- Obesitas - Memdeskripsikan proses berkunjung dan setelah
Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari
penularan penyakit, faktor yang berkunjung meninggalkan
pemanjanan patogen
Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat mempengaruhi penularan serta pasien
- Gangguan peritaltis penatalaksanaannya 5. Gunakan sabun antimikroba
- Kerusakan integritas kulit (pemasangan kateter - Menunjukkan kemampuan untuk untuk cuci tangan
intravena, prosedur invasif) mencegah timbulnya infeksi 6. Cuci tangan setiap sebelum dan
- Perubahan sekresi pH - Jumlah leukosit dalam batas sesudah tindakan keperawatan
- Penurunan kerja siliaris
normal 7. Gunakan baju, sarung tangan
- Pecah ketuban dini
- Pecah ketuban lama - Menunjukkan perilaku hidup sebagai alat pelindung
- Merokok sehat 8. Pertahankan lingkungan aseptik
- Statis cairan tubuh selama pemasangan alat
64
- Trauma jaringan (mis.,trauma destruksi 9. Ganti letak IV perifer dan line
jaringan) central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder 10. Gunakan kateter intermiten
- Penurunan hemoglobin
- Imunosupresi (mis.,imunitas didapat tidak untuk menurunkan infeksi
65
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
11. Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
12. Dorong masukkan cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
16. Ajarkan cara menghindari
infeksi laporkan kecurigaan
infeksi
17. Laporkan kultur positif
66
67
klien.
b. Evaluasi
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien
Thomas, 1993).
Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan
Perawat mengevaluasi setiap kemajuan dan pemulihan klien, tetapi hal ini
tidaklah cukup.
Tujuan adalah pernyataan ringkas tentang apa yang harus
kemajuan.
Hasil yang diharapkan adalah pernyataan tentang perilaku atau
respon progresif, tahap demi tahap yang harus diselesaikan klien untuk