Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Rematik


D
1
S
U
S
U
N
OLEH:
Kelompok 3
Nama :
1) Cici Indrayani
2) Hanifah Hasnah
3) Megawati
4) Melisa anggaraini
5) Nurul hasanah
6) Syafira hanifah
7) Syaiful rahman
8) Uyun syahdani
9) Yuni efrija
10) Krisnawati
11) Novia adelina
Dosen Pengampuh : Ns.Lili Suryani Tumanggor, M.Kep

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana Fakultas Keperawatan


Institute Kesehatan Deli Husada Deli Tua
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, Karena atas segala Rahmat
dan Karunia Nya saya bisa menyelesaikan penyususnan makalah ini. Makalah
kami ini berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN
REMATIK”, yang merupakan salah satu persyaratan bagi kami dalam
menyelasaikan tugas-tugas sebagai seorang mahasiswa SI keperawatan.
Penyajian materi dalam makalah ini, kami tampilkan dalam bentuk yang
mudah dipahami. Berdasarkan penyusunan seperti ini, kami berharap dapat
memahami konsep perawatan ini dengan mudah serta mengenal aplikasinya
dalam kehidupan sehari-hari.
Namun demikian kami menyadari keterbatasan kami dalam penyususnan
makalah ini. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak,
terutama dosen keperawatan demi penyempurnaan makalah pada edisi-edisi
beriukutnya.
Akhir kata, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima
dengan senang hati.

i
DAFTAR IS1
Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................2
Bab II. Pembahasan
2.1 konsep lansia..........................................................................................3
2.1.1 Definisi lansia.................................................................................
2.1.2 Batasan usia lansia.........................................................................
2.1.3 Perubahan lansia.............................................................................5
2.2 konsep rematik ...........................................................................................6
2.1.1 Definisi rematik..............................................................................3
2.1.2 klasifikasi rematik..........................................................................8
2.1.3 etiologi rematik.............................................................................. 9
2.1.4 manifestasi klinis...........................................................................9
2.1.5 patofisiologi...................................................................................10
2.1.6 pemeriksaan penunjang.................................................................12
3.1 Konsep asuhan keperawatan ......................................................................14
Bab III. Penutup
3.1 Kesimpulan.............................................................................................22
Daftar Pustaka...................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah-masalah kesehatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai
sistem tubuh salah satunya adalah rematik. Rematik adalah penyakit inflamasi non
bakterial yang bersifat sistemik, progresif, cenderung kronik dan mengenai sendi
serta jaringan ikat sendi secara simetris (Chairuddin, 2011). Pada era globalisasi
saat ini penyakit tidak menular mengalami peningkatan, salah satunya yaitu
Rematik. Prevalensi rematik di Indonesia mencapai 31,2 % pada tahun 2012.
penderita rematik di seluruh dunia mencapai angka 355 juta jiwa, diperkirakan
angka ini akan terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi 25% akan
mengalami kelumpuhan. Salah satu cara untuk mengendalikan nyeri sendi pada
penderita rematik adalah dengan melakukan senam rematik.Rematik tidak
diketahui penyebab secara pasti tetapi dapat dibagi kedalam 3 (tiga) bagian yaitu
imunitas, faktor metabolik, dan infeksi dengan kecendrungan virus (Lilik azizah
2011). Rematik dapat disebabkan oleh kegemukan, usia, jenis kelamin, genetik,
suku (Soumya,2011).
Penyebab rematik adalah Obesistas, Usia, Jenis kelamin dan suku.
Manifestasi rematik yaitu: nyeri sendi, inflamasi, deformitas (Roehadi 2010).
Nyeri dapat dibagi kedalam 3 tingkatan yaitu nyeri ringan dengan skala nyeri 1-3,
nyeri sedang dengan skala nyeri 4-7, nyeri berat dengan skala nyeri 8-10 (Soeroso
2010).Untuk itu diharapkan para lansia sekarang mampu mengenali dan
mengelola dengan baik masalah kesehatan nyeri pada sendi yang bertujuan untuk
mengurangi kecacatan atau penurunan kualitas hidup yang disebabkan rematik.
Adanya nyeri pada sendi membuat penderita rematik mengalami ganguan
aktivitas sehari-hari sehinga dapat menurunkan produktivitas. Disamping itu
dengan mengalami nyeri pada sendi sehinga membuat pasien rematik menjadi
frustasi dalam menjalani kehidupannya sehari-hari serta dapat mengangu
kenyamanan pasien rematik.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan Asuhan Keperawatan terhadap pasien lansia
yang mengalami Rheomatoid Arthritis

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1. Memperoleh gambaran Asuhan Keperawatan lansia dengan
Rheumatoid Arthritis .

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengkaji klien rheomatoid arthritis
2. Merumuskan diagnosis keperawatan rheomatoid arthritis
3. Menyususun perencanaan keperawatan rheomatoid arthritis
4. Melaksanakan intervensi keperawatan rheomatoid arthritis

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Lansia
2.1.1 Pengertian Lansia
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada
manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang
ditandai dengan tahapan-tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang
ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan
pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal
tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada
umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada
akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosiallansia. Sehingga secara
umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).

2.1.2 Batasan-batasan lanjut usia


Menurut World Health Organitation (WHO) lansia meliputi :
1. Usia pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) antara usia 60 sampai 74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) antara usia 75 sampai 90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) diatas usia 90 tahun
Menurut Departemen Kesehatan RI (2006) pengelompokkan lansia menjadi:
1. Virilitas (prasenium) yaitu masa persiapan usia lanjut yang
menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun)
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki
masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun)
3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif
(usia >65 tahun)

3
2.1.3 Perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000), perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
diantaranya adalah :
1. Perubahan fisik seperti perubahan sel, sistem pernafasan, sistem
pendengaran,sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem
respirasi, sistem pencernaan, sistem endokrin, sistem integument, dan
muskuloskeletal.
2. Perubahan mental dipengaruhi beberapa faktor berawal dari perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan (hereditas), dan
lingkungan. Biasanya lansia akan menunjukkan perubahan mental pada
memori (kenangan) dimana kenangan jangka panjang lebih dominan
dibandingkan kenangan jangka pendek. Intelegensi akan menurun
dengan bertambahnya usia seseorang. Beberapa perubahan seperti
perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan
serta perubahan daya imajinasi.
3. Perubahan psikososial seperti pensiun maka lansia akan mengalami
berbagai kehilangan yaitu kehilangan finansial, kehilangan status,
kehilangan teman atau relasi, dan kehilangan pekerjaan , merasakan
atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality), kehilangan
pasangan, berpisah dari anak dan cucu, perubahan dalam cara hidup
yaitu memasuki rumah perawatan, dan penyakit kronis dan
ketidakmampuan.
Melihat proses penuaan dan perubahan yang terjadi pada lansia maka dapat
mempengaruhi pengetahuan dan memori lansia. Lansia akan mengalami
perubahan kognitif, afektif, dan psikomotor (Christensen, 2006). Perubahan
kognitif yang terjadi pada lansia dapat dilihat dari penurunan intelektual terutama
pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori
jangka pendek serta terjadi perubahan pada daya fikir akibat dari penurunan
sistem tubuh, perubahan emosi, dan perubahan menilai sesuatu terhadap suatu
objek tetentu merupakan penurunan fungsi afektif. Sedangkan penurunan
psikomotor dapat dilihat dari keterbatasan lansia menganalisa informasi,
mengambil keputusan, serta melakukan suatu tindakan (Nugroho, 2000).

4
2.2.Rematik
2.2.1 Pengertian Rematik
Rematik adalah orang yang menderita rheumatism (encok), arthritis(radang
sendi) yang menyebabkan pembengkakan,(Utomo2005).Penyakit rematik
meliputi cakupan dari penyakit yang dikarakteristikkan oleh kecenderungan untuk
mengefek tulang, sendi, dan jaringan lunak (Soumya,2011). istilah rheumatism
berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang berarti mucus, suatu cairan
yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur klain tubuh
sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain, setiap kondisi yang
disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik
termasuk penyakit jaringan ikat..
2.2.2 Klasifikasi Rematik
Ditinjau dari lokasi patologis maka jenis rematik tersebut dapat dibedakan
dalam dua kelompok besar yaitu: rematik artikular dan rematik non artikular.
Rematik Artikular atauArthritis (radang sendi) merupakan gangguan rematik yang
berlokasi pada persendian, diantaranya meliputi Arthritis Rheumatoid,
Osteoarthritis, Olimiagia Reumatik, Artritis gout. Rematik non artikular arau
ekstra artikular yaitu gangguan rematik yang disebabkan oleh proses diluar
persendian diantaranya Bursitis, Fibrositis,Sciatica (Hembing,2006).Rematik
dapat dikelompokkan dalam beberapa golongan yaitu:
a .Osteoatritis
Penyakit ini merupakan kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan
nyeri, deformitas, pembesaran sendi,dan hambatan gerak pada sendi-sendi
tangan dan sendi besar menananggung beban.
b.Artritis Rematoid
Arthritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan
manifestasi utama Poliartritisprogresif dan melibatkan seluruh organ tubuh.
Terlibatnya sendi pada pasien Atritis Rematoidterjadi setelah penyakit ini
berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga
menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah.

5
c.Olimialgia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan
kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu, dan
panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau usia lanjut sekitar 50 tahun
keatas.d.Artritis goutSuatu sindrom klinik yang mempunyai gambaran khusus,
Artritis akut. Penyakit ini terjadi pada pria dan wanita pada usia pertengahan.
2.2.3.Etiologi Rematik
Penyebab rematik hinggasaat ini masih belum terungkap, Namun beberapa
resiko untuk timbulnya rematik diantara lain adalah:
a. Umur
Dari semua faktor resiko timbulnya rematik, faktor ketuaan adalah yang
terkuat. Prevalensi dan beratnya rematik semakin meningkat dengan
bertambahnya umur. Rematik terjadi pada usia lanjut.
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena rematik pada lutut dan pria lebih sering terkena
pada paha, pergelangan tangan dan leher.
c. Genetik
Faktor herediter juga berperan timbulnya rematik miaslnya pada seorang ibu
dari seorang wanita dengan rematik pada sendi-sendi inter falang distal
terdapat dua kali lebih sering rematik pada sendi tersebut. Anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibuknya.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada rematik nampakya terdapat
perbedaan diantara masing-masing suku bangsa, misalnya rematik paha lebih
jarang diantara orang berkulit hitam dengan orang berkulit putih dan usia dari
pada kaukasia. Rematik lebih sering dijumpai pada orang-orang asli amerika
dari pada orang berkulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainanan kongenital dan
pertumbuhan
e. Kegemukan (Obesitas)

6
Berat badan berlebihan berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk timbulnya
rematik pada pria dan wanita. Karena menahan beban berat badan sehinga
mengangu sendi.
2.2.4 Manifestasi Klinis
1. Nyeri pada anggota gerak.
2. Kelemahan otot.
3. Peradangan dan bengkak pada sendi.
4. Kekakuan sendi.
5. Kejang dan kontraksi pada otot.
6. Gangguan fungsi.
7. Sendiberbunyi (Krepitasi)
8. Sendi goyah.
9. Timbulnya perubahan bentuk (Deformitas).
10.Timbulnya benjolan nodul.
2.2.5 Patofisiologi
Peradangan AR berlangsung terus-menerus dan menyebar ke struktur-
struktur sendi dan sekitarnya termasuk tulang rawan sendi dan kapsul fibrosa
sendi. Ligamentum dan tendon meradang. Peradangan ditandai oleh penimbunan
sel darah putih, pengaktivan komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan
jaringan parut. Peradangan kronik akan menyebabkan membran sinovium
hipertrofi dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang menyebabkan
nekrosis sel dan respons peradangan berlanjut. Sinovium yang menebal kemudian
dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga semakin merangsang peradangan dan pembentukan
jaringan parut. Proses ini secara lambat merusak sendi dan menimbulkan nyeri
hebat serta deformitas

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


Untuk menyokong diagnosa (ingat bahwa ini terutama merupakan diagnosa
klinis)
1. Tes serologic

7
2. rematoid –70% pasien bersifat seronegatif.Catatan: 100% dengan factor
rematoid yang positif jika terdapat nodul atasindroma Sjogren.
3. Antibodi antinukleus (AAN)-hasil yang positif terdapat pada kira-kira 20
kasus.
4. Foto sinar X pada sendi-sendi yang terkena, perubahan-perubahan yang
dapat di temukan adalah:
-Pembengkakan jaringan lunak
-Penyempitan rongga sendi
-Erosi sendi
-Osteoporosisjuksta artikule
5. Untuk menilai aktivitas penyakit:1)Erosi progresif pada foto sinar X
serial.2)LED. Ingat bahwa diagnosis banding dari LED yang meningkat
pada artritisreumatoid meliputi :
-penyakit aktif
-amiloidosis
-infeksi
-sindroma Sjorgen
2.2.7 Pencegahan Rematika.
1. Hindari kegiatan tersebut apabila sendi sudah terasa nyeri, sebaiknya
berat badan diturunkan.
2. Istirahat yang cukup.
3. Hindarilah makanan secara berlebihan fakor pencetus rematik.
Makanan yang mengandung banyak purin misalnya : daging, jeroan,

babat, usus, hati.


3.1 Konsep Dasar Keperawatan
3.1.1 Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan
stress pada sendi : kekakuan pada pagi hari. Keletihan Tanda: Malaise
Keterbatasan rentang gerak ; atrofi otot, kulit : kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot
2. Kardiovaskuler

8
Gejala : Jantung cepat, tekanan darah menurun
3. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut atau kronis : Misalnya finansial,
pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan Keputusasaan dan
ketidak berdayaan Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas
pribadi misalnya ketergantungan pada orang lain
4. Makanan atau cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat : mual. Anoreksia Kesulitan untuk mengunyah
Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa
5. Higiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas pribadi,
ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
Gejala: kebas/kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada
jari tangan Tanda: Pembengkakan sendi
7. Nyeri / kenyamanan
Gejala: fase akut dari nyeri Terasa nyeri kronis dan kekakuan
8. Keamanan
Gejala: Kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga
Kekeringan pada mata dan membran mukosa
9. Interaksi sosial
Gejala: kerusakan interaksi dan keluarga / orang lain : perubahan peran:
isolasi
3.1.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi
jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2. Resiko tinggi cedera b/d penurunan fungsi tulang
3. Perubahan pola tidur b/d nyeri
4. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

9
3.1.3 Intervensi Keperaawatan
No Diagnose Noc Nic
1. Nyeri b/d penurunan Kriteria hasil:  kaji keluhan nyeri, catat
fungsi tulang nyeri hilang atau lokasi dan intensitas (skala
tekontrol 0 – 10). Catat factor-faktor
yang mempercepat dan
tanda-tanda rasa sakit non
verbal
 berikan matras atau kasur
keras, bantal kecil.
 Tinggikan linen tempat
tidur sesuai kebutuhan
 biarkan pasien mengambil
posisi yang nyaman pada
waktu tidur atau duduk di
kursi.
 Tingkatkan istirahat di
tempat tidur sesuai
indikasi
 Bantu pasien untuk
bergerak di tempat tidur,
sokong sendi yang sakit di
atas dan di bawah,
 anjurkan pasien untuk
mandi air hangat atau
mandi pancuran pada
waktu bangun.
 Sediakan waslap hangat
untuk mengompres sendi-
sendi yang sakit beberapa
kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi
 berikan masase yang
lembut
2. Resiko tinggi cedera Kriteria Hasil:  Kendalikan lingkungan
b/d penurunan fungsi klien dapat dengan : Menyingkirkan
tulang. :mempertahankan bahaya yang tampak
keselamatan fisik. jelas, mengurangi
potensial cedera akibat
jatuh ketika tidur
misalnya menggunakan
penyanggah tempat tidur,
 usahakan posisi tempat
tidur rendah, gunakan
pencahayaan
malamsiapkan lampu
panggil

10
 Memantau regimen
medikasi
 Izinkan kemandirian dan
kebebasan maksimum
dengan memberikan
kebebasan dalam
lingkungan yang aman,
hindari penggunaan
restrain,
3. Perubahan pola tidur kriteria hasil :  Tentukan kebiasaan tidur
b/d nyeri klien dapat memenuhi biasanya dan perubahan
kebutuhan istirahat yang terjadi
dan tidur  Berikan tempat tidur yang
nyaman
 Intruksikan tindakan
relaksasi
 Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur
misalnya mandi hangat,
dan masaage
4. Gangguan citra Kriteria hasil :  Dorong pengungkapan
tubuh/ perubahan peningkatan rasa mengenai masalah
penampilan peran percaya kemampuan mengenai proses penyakit
b/d perubahan Untuk menghadapi harapan masa depan
kemampuan untuk penyakit, perubahan  Diskusikan persepsi pasien
melakukan tugas- gaya kemungkinan mengenai bagaimana
tugas umum. keterbatasan orang terdekat menerima
keterbatasan
 Akui dan terima perasaan
berduka bermusuhan
ketergantungan

BAB III
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan.
Penyakit reumatik adalah kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang
lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan gerak pada sendi – sendi tangan dan

11
sendi besar yang menanggung beban. Artritis rematoid adalah merupakan
penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif
dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis
rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum
cepat lelah. Wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, sedang
pria lebih sering terkena osteoartritis pada paha, pergelangan tangan dan leher.
Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama
pada pria dan wanita, tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak
wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marilynn, 2000., Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta
Kalim, Handono, 1996., Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta.

12
Prince, Sylvia Anderson, 1999., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai