PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap
tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi. Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014).
tubuh menunjukan kondisi yang serius untuk mendapatkan perhatian agar tidak
berkembang ke arah gangguan jiwa berat dan membutuhkan pelayanan yang tepat.
Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan Bab IX pasal 144
menyatakan upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat
menikmati kehidupan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan dan gangguan
Pelayanan keperawatan jiwa tidak hanya ditujukan pada klien dengan gangguan
jiwa saja tetapi juga diberikan pada klien yang mengalami masalah psikososial, ditujukan
pada semua orang dan lapisan masyarakat sehingga tercapai hidup sehat mental dan
khususnya perawat kesehatan jiwa, dengan cara melibatkan peran serta masyarakat untuk
menerus dengan strategi pengurangan risiko multifaktorial di luar kendali glikemik (ADA,
2016).
1
Berdasar data IDF 2014, saat ini diperkiraan 9,1 juta orang penduduk didiagnosis
sebagai penyandang DM. Dengan angka tersebut Indonesia menempati peringkat ke-5 di
dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati
peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang DM (Perkeni 2015).
diabetes melitus pada penduduk umur ≥ 15 tahun di Indonesia meningkat pada tahun 2018
dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2013. Hasil rikesdas tahun 2018 menyatakan
bahwa sejak tahun 2013, prevalensi diabetes melitus naik sebesar 1,6 persen dari 6,9
persen menjadi 8,5 persen . Hanya satu provinsi di Indonesia yang terlihat ada
prevalensi 2.0 %. Sedangkan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur terdapat 766 kasus
Diabetes Melitus di tahun 2018 meningkat dibandingkan dengan tahun 2017 sebesar 700
kasus (Laporan Bulanan Dinas Kesehatan Kab. BOL-TIM). Sedangkan di wilayah kerja
jaringan dan diperparah dengan infeksi bakteri yang dapat menyebabkan amputasi bahkan
perawatan, dan penurunan kualitas hidup. Insiden luka diabetes pada pasien diabetes
2
mellitus yaitu 1-4% dan 10-30 kali lipat ulkus kaki menyebabkan risiko amputasi (ujung
kaki, kaki maupun tungkai bawah). Diperkirakan setiap tahunnya satu juta pasien yang
menderita ulkus diabetik menjalani amputasi ekstremitas bawah (85%) dan angka
kematian yaitu 15-40% setiap tahunnya serta 39-80% setiap 5 tahunnya (Bilous &
Donelly, 2015).
toleransi aktivitas dan kesulitan dalam penanganan penyakit kronis sepeti ulkus
diabetikum inilah yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada konsep diri individu
khususnya harga diri sehingga dapat menimbulkan perasaan bersalah atau menyalahkan,
perilaku menyendiri, atau menghindar dari interaksi sosial yang akan berdampak pada
Dari survey awal dan pertimbangan serta pemikiran tersebut diatas, penulis merasa
tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif yang didasari ilmu dan
kiat keperawatan untuk memperoleh hasil yang optimal yang didokumentasikan dalam
suatu laporan studi kasus yang berjudul: “Asuhan Keperawatan Dengan Masalah
Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Pasien Luka Diabetes Melitus Di Puskesmas
Kotabunan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data-data dan fenomena yang tercantum dilatar belakang maka dapat
Masalah Psikososial Gangguan Citra Tubuh Pada Pasien Dengan Luka Diabetes Melitus
Di Puskesmas Kotabunan?”
3
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menerapkan proses keperawatan kesehatan jiwa pada penderita diabetes melitus yang
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian masalah psikososial gangguan citra tubuh pada pasien luka
diabetes mellitus.
pada pasien luka diabetes melitus dengan masalah psikososial gangguan citra
tubuh.
D. Manfaat Penulisan
1. Pasien
Manfaat penulisan karya ilmiah bagi pasien dan keluarga yaitu supaya pasien dan
citra tubuh beserta perawatan yang benar bagi pasien, agar penderita mendapat
gangguan citra tubuh khususnya pada pasien diabetes mellitus merupakan hal yang
3. Penulis
studi kasus tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah psikososial
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Diri
1. Pengertian
Konsep diri merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu self schema. Istilah
dalam psikologi memiliki dua arti yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap dirinya
sendiri dan sesuatu keselurhan proses psikologi yang menguasai tingkah laku dan
penyesuaian diri. Konsep diri merupakan pandangan terhadap sikap dan perilaku
terhadap diri sendiri. Pengetahuan tentang diri sendiri ini juga termasuk pengetahuan
tentang semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang dapat berhubungan dengan
orang lain.
Konsep diri adalah faktor yang penting karena konsep diri sangat menentukan
dalam komunikasi antar pribadi seorang individu. Konsep diri dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir seseorang. Konsep diri terdiri dari dua macam yaitu konsep diri
yang negatif dan konsep diri yang positif. Contoh konsep diri yang negatif itu seperti
peka pada kritik, responsif pada pujian, hiperkritis, cenderung tidak merasa disenangi
orang lain, dan bersikap pesimistis. Sedangkan konsep diri yang positif itu seperti yakin
akan kemampuan diri sendiri dalam mengatasi masalah, merasa setara dengan orang
lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar akan keinginan dan perilaku tidak selalu
6
Kartini Kartono (2008), dalam kamus psikologinya menuliskan bahwa konsep diri
merupakan keseluruhan yang dirasa dan diyakini benar oleh seseorang mengenai
dirinya sendiri sebagai individu, ego dan hal-hal yang dilibatkan di dalamnya.
adalah pengetahuan individu tentang diri sendiri dan hal ini akan mempengaruhi
Konsep diri tidak berkembang begitu saja. Berkembangnya konsepsi diri tentu saja
a. Teori Perkembangan
perubahan dari sifat awal yang asosial atau juga sosial, kemudian secara bertahap
disosialisasikan (Jauhar, 2014). Ketika seseorang lahir, konsep diri belum ada
dalam dirinya, namun konsep diri itu berkembang secara bertahap. Seperti seorang
anak mulai mengenal dan bisa membedakan dirinya dengan orang lain (Jauhar,
2014).
Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak bisa terlepas dari orang lain. Ia
hidup dan berhubungan dengan orang lain dan oleh karena itu, manusia disebut
sebagai makhluk sosial (Jauhar, 2014). Konsep diri dipelajari melalui kontak dan
pengalaman dengan orang lain. Konsep diri tersebut dipelajari melalui cermin
orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan inteprestasi diri pandangan
Self Perception (Persepsi Diri) adalah persepsi dan penilaian seorang individu
terhadap dirinya, terhadap pengalamannya akan situasi tertentu. Konsep diri bisa
dibentuk melalui pandangan diri dan pengalaman yang positif. Sehingga konsep
diri merupakan aspek yang kritikal dan dasar dari perilaku individu. Individu
dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari
Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan seorang individu
dan sosial yang terganggu. (Nurrofiq, 2012). Dari sebuah pengalaman, individu
konsep dirinya.
Secara umum konsep diri dirumuskan dalam aspek atau dimensi yang berbeda-
Syamsul Bachri Thalib (2013), menyatakan bahwa aspek aspek konsep diri
dibedakan menjadi konsep diri akademis dan konsep diri nonakademis. Konsep diri
non- akademis dibedakan lagi menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi,
8
pada dasarnya konsep diri mencakup aspek konsep diri akademis, konsep diri sosial
Ghufron dan Risnawati (2011) mengatakan konsep diri terdiri dari tiga aspek yaitu:
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa yang individu ketahui tentang dirinya. Indiviu di dalam
kekurangan fisik, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan, agama dan lain-
lain.
b. Harapan
c. Penilaian
1. Pengertian
dari status tetap (statis) menjadi status yang bersifat dinamis artinya dapat
9
atau penyempurnaan serta dapat menerapkan ide atau konsep terbaru dalam mencapai
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara internal
maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada
tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain (Potter, 2005).
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun
tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi dan
Gangguan citra tubuh biasanya melibatkan distorsi dan persepsi negatif tentang
penampilan fisik mereka. Perasaan malu yang kuat, kesadaran diri dan
menghindar sering digunakan untuk menekan emosi dan pikiran negatif, seperti visual
dari sisa ekstremitas dan menyembunyikan sisa ekstremitas lain. Pada akhirnya reaksi
Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai komponen citra tubuh. Salah
satunya adalah Cash (2002) yang mengemukakan adanya lima komponen citra tubuh,
yaitu :
10
a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan), yaitu penilaian individu
mengenai keseluruhan tubuh dan penampilan dirinya, apakah menarik atau tidak
individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, payudara,
tubuh bagian bawah (pinggul, pantat, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang,
penilaian individu terhadap berat badannya, mulai dari kekurangan berat badan
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari
konsep diri. Selain itu, sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra
tubuh. Pandangan pribadi tentang karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi
bagian tubuhnya akan membuatnya lebih merasa aman sehingga terhindar dari rasa
cemas dan meningkatkan harga diri. Proses tumbuh kembang fisik dan kognitif
efek penampakan yang lebih besar pada tubuh bila dibandingkan dengan aspek lain
1. Pengertian
Luka diabetes adalah luka yang terjadi pada kaki penderita diabetes, dimana
terdapat kelainan tungkai kaki bawah akibat diabetes melitus yang tidak terkendali.
Kelainan kaki diabetes mellitus dapat disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,
gangguan persyarafan dan adanya infeksi (Tambunan, 2007 dalam Maryunani, 2013).
jaringan mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli pembuluh darah besar arteri
pada bagian tubuh sehingga suplai darah terhenti. Dapat terjadi sebagai akibat proses
Luka diabetes melitus terjadi karena kurangnya kontrol diabetes melitus selama
12
sirkulasi yang serius yang dapat menimbulkan efek pembentukan luka diabetes
Menurut Maryunani (2013). Ada 2 tipe penyebab ulkus kaki diabetes secara umum
yaitu:
a. Neuropati
karena kadar gula dalam darah yang tinggi yang bisa merusak urat syaraf penderita
dan menyebabkan hilang atau menurunnya rasa nyeri pada kaki, sehingga apabila
meliputi kesemutan, rasa panas, rasa tebal di telapak kaki, kram, badan sakit semua
b. Angiopathy
diabetes. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah sedang/ besar pada tungkai,
maka tungkai akan mudah mengalami gangren diabetik, yaitu luka pada kaki yang
(Maryunani, 2013).
3. Klasifikasi Luka
menjadi 2 yaitu:
13
a. Berdasarkan kedalaman jaringan
(Ekaputra, 2013).
1) Akut
Luka baru, terjadi mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan (Moreau, 2003 dalam Ekaputra, 2013). Luka akut merupakan luka
trauma yang biasanya segera mendapat penanganan dan biasanya dapat sembuh
2) Kronik
Luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren), terjadi
multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu
yang diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi
a. Derajat 0 = Tidak ada lesi yang terbuka, Bisa terdapat deformitas atau selulitis
(dengan kata lain: kulit utuh, tetapi ada kelainan bentuk kaki akibat neuropati).
14
c. Derajat 2= luka dalam sampai menembus tendon, atau tulan.
e. Derajat 4= Gangren setempat, di telapak kaki atau tumit ( dengan kata lain :
f. Derajat 5= Gangren pada seluruh kaki atau sebagian tungkai bawah. (Muryunani,
2013).
a. Faktor Umum
2) Status nutrisi
15
Defisiensi zat besi dapat melambatkan kecepatan epitelisasi dan menurunkan
kekuatan luka dan kolagen. Jumlah vitamin A dan C zat besi dan tembaga
kolagen juga tergantung pada asupan protein, karbohidrat dan lemak yang
tepat.
bahan nutrisi yang dibutuhkan untuk perbaikan luka seperti asam amino (
daging, ikan dan susu), energi sel (biji bijian, gula, madu, buah-buahan dan
sayuran), vitamin C ( buah kiwi, strawberry, dan tomat), vitamin A ( hati, telur,
dan ikan), zinc (makanan laut, jamur, kacang kedelai, bunga matahari), bahan
mineral (makanan laut dan kacang dari biji-bijian), air (Ekaputra, 2013).
Stres, cemas dan depresi telah dibuktikan dapat mengurangi efisiensi dari
positif untuk memberikan penyembuhan oleh tiap pasien dan perawat dapat
Gangguan aliran darah yang disebabkan oleh tekanan dan gesekan benda
asing pada pembuluh darah kapiler dapat menyebabkan jaringan mati pada
16
sirkulasi, khususnya pembuluh darah vena pada ekstremitas bawah (Ekaputra,
2013).
b. Faktor lokal
2) Hidrasi luka
luka yang kering, karena berdasarkan keyakinan bahwa luka kering akan
mencengah infeksi. Keadaan luka kering akan menghambat migrasi sel epitel.
Sebuah luka dengan lingkungan yang lembab membantu pertumbuhan sel untuk
debridement. Nyeri pada luka berkurang jika persyarafan tetap dalam keadaan
3) Temperatur luka
17
Dalam studi tentang efek temperatur pada penyembuhan luka, Lock (1979)
Kapiler merupakan sel yang sangat tipis. Penekanan pada arteri dan kapiler
merupakan akibat dari aktifitas atau tanpa aktifitas, retraksi kantong atau
pakaian, abrasi atau tekanan dari dressing luka. Perlindungan luka merupakan
(Ekaputra, 2013).
umum benda asing yang ditemukan diluka adalah debris luka, jahitan,
lingkungan debris (misalnya kotoran, rambut dan glass), debris produk dressing
(misalnya benang, serat kasa), infeksi. Semua luka tersebut akan menghambat
18
penyembuhan dan perlu diperhatikan adanya benda asing dan sinar-X mungkin
untuk membersihkan harus non toksis, misalnya normal salin (Ekaputra, 2013).
6) Infeksi
Adanya bakteri sebagai bagian dari suatu flora dari kulit, dan organisme pindah
ke dalam luka dari sekitar kulit. Secara sehat individu hidup dalam harmoni
dengan jumlah besar bakteri. Flora kulit kering rata-rata 10 sampai 1000 bakteri
per gram tiap jaringan dengan mengalami peningkatan secara dramatis dalam
bakteri dari jaringan lembab, saliva atau feses. Tempat flora kulit akan
berkoloni dengan luka yang menempati seluruh permukaan kulit. Sebuah luka
per gram dari jaringan. Infeksi pada luka menghasilkan jaringan kurang sehat
tidak hanya berdampak pada proses penyembuhan tetapi dapat juga pada
1. Pengkajian
Pengkajian pada pasien gangguan citra tubuh dilakukan dengan cara wawancara
dan observasi.
19
Menurut Nurhalimah (2016), hal-hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
1) Perubahan dan hilangnya anggota tubuh, baik struktur, bentuk dan fungsi,
b. Data Subyektif :
Data subyektif adalah data yang didapat dari hasil wawancara, pasien dengan
1) Penolakkan terhadap :
(a) Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya tidak puas dengan luka dibetes
yang diderita.
(b) Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi, seperti terjadi kelemahan akibat
(c) Interaksi dengan orang lain, rasa malu yang dalami akibat bau yang
20
5) Merasa asing terhadap bagian tubuh yang hilang.
2. Diagnose Keperawatan
Penyakit Fisik
c. Penyakit Fisik.
3. Perencanaan
rencana tindakan yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan
pasien.
a. Tujuan Umum
21
4) Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain.
c. Kriteria evaluasi
4. Pelaksanaan
gangguan citra tubuh berhasil, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah:
a. Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat ini. Perasaan
tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya saat ini.
d. Bantu Pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu (misalnya
22
1) Motivasi Pasien untuk melakukan aktivitas yang mengarah pada pembentukkan
2) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang lainnya sesegera
3) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti atau mempunyai
diri klien.
2) Tujuan khusus :
atas keberhasilannya.
23
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan:
(1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi
pada pasien.
5. Evaluasi
keperawatan pada pasien dengan gangguan citra tubuh tampak dari kemampuan pasien
untuk:
c. Meminta bantuan keluarga dan perawat untuk melihat dan menyentuh bagian tubuh
secara bertahap.
24
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
desain studi kasus, yaitu penulis ingin menggambarkan studi kasus tentang asuhan
keperawatan pada pasien luka diabetes melitus dengan masalah psikososial gangguan citra
Untuk penelitian studi kasus tidak dikenal populasi dan sampel, tetapi lebih
mengarah kepada istilah subyek studi kasus, karena itu yang menjadi subyek penelitian
(Nursalam, 2008):
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum pada subyek penelitian suatu populasi
target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2008) Kriteria inklusi dari
a. Pasien diabetes melitus dengan luka diabetikum yang bersedia untuk dijadikan
responden.
2. Kriteria eksklusi
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008). Kriteria
C. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang akan
1. Gangguan citra tubuh merupakan evaluasi dari pengalaman subyektif individu tentang
mati yang disebabkan oleh karena adanya emboli pembuluh darah besar arteri pada
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian studi kasus ini dilakukan di Puskesmas Kotabunan Kec. Kotabunan
2. Waktu Penelitian
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan proses
2011). Dalam studi kasus ini mengunakan metode pegumpulan data sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang-
klien).
Observasi adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk
menyadari adanya rangsangan. Pengamatan dapat dilakukan dengan seluruh alat indra,
tidak terbatas dengan apa yang dilihat (Sugiono, 2013). Beberapa informasi yang
27
diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan
observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk
menjawab pertanyaan, untuk membantu, mengerti prilaku manusia dan untuk evaluasi
yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap
pengukuran tersebut.
yang digunakan untuk menghimpun data studi kasus melalui pengamatan. Pemeriksaan
pada studi kasus ini dengan pendekatan komunikasi terapeutik pada klien.
3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan kegiatan mencari data atau variable dari sumber berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain
sebagainya. Yang diamati dalam studi dokumntasi adalah benda mati. Dalam studi
kasus ini mengunakan studi dokumntasi berupa catatan hasil dari pemeriksaaan
Penyajian data
Dalam studi kasus ini data disajikan dalam bentuk tekstural yaitu penyajian data
berupa tulisan atau narasi dan hanya dipakai untuk data yang jumlahnya kecil serta
memerlukan kesimpulan yang sederhana dapat disertai cuplikan ungkapan verbal dari
Pada penelitian ini data disajikan secara tekstural yaitu data hasil penelitian
F. Etika Penulisan
28
Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap kegiatan
penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek penelitian)
dan masyarakat yang akan akan memperoleh dampak hasil penelitian tersebut
(Notoatmodjo, 2010).
dari institusi untuk mengajukan permohon ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian.
Menurut Hidayat (2008), dalam melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah
persetujuan adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam lembar persetujuan tersebut antara
lain: partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang dibutuhkan,
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan (Hidayat, 2008). Untuk menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi
29
oleh responden, penulis tidak mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008). Peneliti
menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya
oleh penulis.
30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Pengkajian
a. Identitas pasien
Umur : 48 Tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal masuk : -
1) Kesadaran : Composmentis
Nadi : 88x/m
Respirasi : 24x/m
Suhu badan : 36 ̊ C
31
b. Persepsi dan harapan
1) Pasien
Klien mengatakan merasa malu, kecewa dan capek dengan kondisi saat ini dan
klien tahu bahwa luka dikakinya tidak akan sembuh dengan cepat, klien juga
beraktifitas. Harapannya agar penyakit dan luka dikaki agar cepat sembuh.
2) Keluarga
disembuhkan dengan berobat secara teratur dan meminum obat yang diberikan
c. Status mental
1) Emosi
Pada saat dilakukan wawancara pasien tampak sedih dan mengatakan bahwa
jaminan kesehatan.
2) Konsep diri
(a) Gambaran diri, klien mengatakan klien sadar bahwa luka dikakinya tidak
hidup.
32
(b) Klien mengatakan paling suka dengan kaki sebelah kanan dengan kakinya
yang masih baik klien masih bisa berjalan walau menggunakan tongkat.
(c) Identitas, klien mengatakan klien sadar dan tahu bahwa klien seorang
perempuan sebagai ibu rumah tangga tetapi klien hanya bisa melakukan
(d) Peran, klien mengatakan klien sebagai ibu rumah tangga, tetapi tidak bisa
menjadi ibu rumah tangga yang baik karena terbatas dengan kakinya, klien
tidak bisa lagi ikut dalam setiap kegiatan dikerenakan keterbatasan dengan
kakinya.
(e) Ideal diri, klien mengatakan klien harus bisa menjadi ibu rumah tangga yang
(f) Harga diri, klien mengatakan pasrah dengan penyakitnya, hanya saja klien
3) Pola interaksi
Dari hasil observasi yang dilakukan saat wawancara paola interaksi pasien sangat
sedik terbata-bata.
4) Gaya komunikasi
Gaya komunikasi klien sangat terbuka dan membicarakan semua yang menjadi
keluhannya.
33
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
1) Pekerjaan
Pasien mengatakan bahwa sebelum sakit pasien bekerja selain sebagai ibu rumah
tangga pasien juga membantu suami mencari nafkah dengan membuka warung
di depan rumahnya.
2) Hubungan sosial
Hubungan pasien dengan keluarga maupun tetangga sangat baik, terlihat dari
3) Sosial budaya
(a) Suku
Klien berasal dari suku mongondow dan merupakan penduduk asli Bolaang
(c) Pantangan
Pantangan makanan klien yaitu tidak boleh makan nasi yang terlalu banyak,
Klien memeluk agama Islam, dan semenjak terdapat luka pada kaki klien
sekitarnya.
Semenjak terdapat luka pada kaki klien tidak lagi bekerja baik sebagai ibu
4) Gaya hidup
e. Riwayat Keluarga
1) Genogram
35
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
Pada saat dilakukan pengkajian terhadap klien, klien mengatakan tidak ada
Hubungan iteraksi klien dengan keluarga sangat baik, terlihat dari anak maupun
suaminya sangat memperhatikan klien dan merawat luka klien dengan baik.
f. Pengkajian Fisik
1) Riwayat penyakit
Klien mengatakan bahwa penyakit DM yang diderita sudah sejak lama kurang
lebih 8 tahun, sejak 2 tahun terakhir ini baru terdapat luka yang sebelumnya
hanya luka kecil akibat terkena duri, setelah itu luka tidak kunjung sembuh
malah lebih membesar dan sudah di bawa ke puskesmas maupun ke rumah sakit
3) Merokok
4) Alkohol/obat-obatan
Klien mengatakan sejak menderita penyakit diabetes mellitus susah untuk tidur.
6) Nutrisi
Klien hanya makan nasi ¼ piring di tambah makan ubi dan pisang.
7) Eliminasi
8) Orientasi
37
3 Regintrasi 3 3 Sebutkan 3 Nama Obyek : Klien
Bisa Menjawab ketiganya Denga
Benar
4 Perhatian 5 2 Meminta Klien Berhitung Mulai
Dan dari 100 Kemudian kurangi 7
Kalkulasi samap 5 Tingkat
93 : Benar
86 : Benar
79 : Salah
72 : Salah
65 : Salah
5 Mengingat 3 3 Ny S.W Mampu Mengulangi
Ketiga Obyek yang ditanyalkan
Tadi.
6 Bahasa 9 9 1. Ny S.W Mampu Menjawab
Semua Benda yang ditunjukan.
2. Ny S.W mampu
menjawab/Mengulangi Kata-
kata (Tidak ada dan, Jika,Atau
tetapi).
3. Ny S.W Mampu Mengikuti
Perintah Untuk Melipat kertas
yang terdiri dari tiga langkah.
4. Ny S.W Mampu
Membuat/Menyalin Kata-kata
yang ditulis.
444 444
Tremor : Tidak
2. Analisa Data
Data Masalah
3. Daftar Masalah
Dari analisa data pada table 4.5 dapat di tarik 3 masalah yang muncul yaitu:
4. Diagnosa Keperawatan
Dari tabel 4.5 tabel analisa masalah dapat ditarik 3 diagnosa yaitu:
5. Intervensi Keperawatan
SP-4 Klien
Bantu pasien
untuk
meningkatkan
fungsi bagian
tubuh yang
terganggu.
SP-5 Klien
Diskusikan
potensi bagian
tubuh yang lain
Diskusikan
aspek positif
diri.
SP-6 Klien
Lakukan
interaksi secara
bertahap
dengan cara:
Motivasi untuk
melakukan
aktivitas
sehari-hari dan
terlibat dalam
aktivitas
41
keluarga dan
sosial.
9 2 Gangguan 1. Keluarga dapat Keluarga SP-1 Keluarga
Mei citra tubuh mengenal masalah dapat Jelaskan
2019 gangguan citra membantu dengan
tubuh. dalam keluarga
2. Keluarga meningkat tentang
mengetahui cara kan gangguan citra
mengatasi masalah kepercaya tubuh yang
gangguan citra an diri terjadi pada
tubuh. klien pasien.
3. Keluarga mampu
merawat pasien SP-2 Keluarga
gangguan citra Jelaskan
tubuh kepada
4. Keluarga mampu keluarga cara
mengevaluasi mengatasi
kemampuan pasien gangguan citra
dan memberikan tubuh.
pujian atas
keberhasilannya. SP-3 Keluarga
Ajarkan
kepada
keluarga cara
merawat
pasien.
SP-4 Keluarga
Sediakan
fasilitas untuk
memenuhi
kebutuhan
pasien
dirumah.
SP-5 Keluarga
Fasilitasi
interaksi
dirumah.
SP-6 Keluarga
Laksanakan
kegiatan
42
dirumah dan
sosial.
6. Implementasi Keperawatan
Klien : ”Diam”
43
Perawat : ”Bagaimana Kalau di
ruang tamu saja”
Klien :” menganguk”
Klien : Diam
Klien : menganguk.
44
3. Klien mengatakan
Perawat : “Kemudian, apa yang bahwa klien ingin
mama IL lakukan ketika perasaan sekali ingin sekali
bersalah dan putus asa mama IL cepat sembuh agar
muncul?” dapat mengurus
anak-anak.
Klien : “Saya hanya bisa menangis
dan ikhlas menerima semua ini. Data Objektif
Tapi, saya tidak dapat membohongi Klien mau melihat dan
diri saya sendiri dan berteriak ketika membersihkan lukanya.
melihat kaki saya”
Assesment
Perawat : “Maaf mama IL Intervensi berhasil.
sebelumnya, sekarang mama IL Planing
hanya memiliki satu kaki dan dua Mengevaluasi kegiatan
tangan yang berfungsi dan dapat yang telah dilakukan,
mama IL jaga dengan baik.” “Apa melanjutkan Inplemtasi
yang dapat mama IL lakukan atau kontrak pada pertemuan
yang ingin mama IL lakukan untuk selanjutnya.
mengurangi rasa malu dan sedih
terhadap keadaan mama IL
sekarang?”
45
sudah berusaha untuk melatihnya
sendiri.
Klien : “Ya”
Klien : “ya”
Perwat : “Assalamualaikum”
46
Klien :“wa’alaikumsalam”
47
Perawat : “Apa sekarang
mama IL masih ingin melakukan
kegiatan-kegiatan tersebut?”
Klien : “Ya”
Perawat : “Baiklah mama IL,
coba sekarang mama IL
mencoba untuk membuka kain
yang menutupi luka mama IL.
Secara berlahan-lahan.
Klien : “Ya”
Klien :” Ya”
48
menyemprotkan parfum
2. Mendiskusikan potensi bagian di sekitar klien dan kaki
tubuh yang lain. klien
49
Mama IL mengatakan sekarang depan rumah. Nah sejak
sudah terbisa melihat lukanya.
sakit dan luka di kaki
Mama IL mengatakan bahwa kirinya tidak kunjung
mama IL jadi l lebih besemangat
sembuh akhir-akhir ini
untuk sembuh. ibu sering murung dan
Mama IL memperagan kembali. sedih selalu di dalam
rumah saja, jarang mau
2. Menjelaskan dengan keluarga keluar rumah apalagi
tentang gangguan citra tubuh bertemu dengan orang
yang terjadi pada pasien. lain.”
50
apalagi bertemu dengan orang
lain.”
51
Keluarga : ”Oh begitu ya
Suster”
Klien : ” Ya Suster”
52
Tanggal Imlementasi Keperawatan Evaluasi
53
E : Ibu harus bisa melihat dan
mengobati dengan mandiri luka
ibu.
14 Mei 2019 SP-4 Klien S : Klien mengatakan bahwa klien
Mendiskusikan potensi jadi lebih besemangat untuk
bagian tubuh yang lain. sembuh.
Klien mengatakan sudah lebih
bersyukur
O : Klien tampak lebih
bersemangat
A : Intervensi berhasil
P : Kontrak di hentikan karena
keterbatasan waktu.
I : Masih banyak bagian tubuh ibu
yang masih baik
E : Mepertahankan tubuh yang
masih bagus agar tidak luka.
SP-1 Keluarga Pada implemtasi SP-1 Keluarga tidak
Menjelaskan dengan dapat di evaluasi di kerenakan
keluarga tentang gangguan keluarga sibuk untuk melakukan
citra tubuh yang terjadi kontrak selanjutnya.
pada pasien. P : Intervensi di hentikan, agar
implementasi terus berlangsung maka
penulis mendelegasikan implemetasi
kepada pengelola program perkesmas
di Puskesmas Kotabunan.
B. Pembahasan
Dalam Bab pembahasan penulis akan membahas tentang studi kasus pada klien
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
54
Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual,
pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat pula berupa faktor
Menurut Keliat (2005) data dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu;
a. Data subjektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga.
Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga.
b. Data objektif / observasi adalah data yang ditemukan secara nyata. Data ini
Dari dua pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud data
subjektif dan objektif adalah sama yaitu data nyata akan tetapi berbeda dari cara
perolehanya. Data subjektif diperoleh secara langsung dari klien atau keluarga,
sedangkan data objektif adalah data yang diperoleh melalui observasi terhadap klien.
Dalam pembahan penulis mempertegas lagi yang menjadi faktor pencetus dan
pendukung masalah psikososial ganguan citra tubuh Ny S.W yaitu, sebagai faktor
pendukungnya adalah perilaku klien malu, sedih dan tidak ada harapan untuk sembuh.
Kemudian dari pengkajian didapatkan data fokus yaitu, Data subjektif; klien
mengatakan malu dengan luka yang terdapat dikaki, klien mengatakan bahwa dirinya
akan di jahui oleh keluarga dan lingkungan akibat luka DM yang menimbulkan aroma
tidak enak. Data objektif; klien tampak menutupi luka dikaki dengan kain, sedih,
55
pembicaraan terbata-bata,. Tanda-tanda tersebut merupakan tanda dari gangguan citra
Masalah yang ditemukan pada Ny S.W adalah Gangguan citra tubuh, Menurut
Sunaryo ( 2004) citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar
maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta persepsi
Menurut Nurhalimah (2016) manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan
b. Klien mengatakan terganggu dengan dengan luka pada kakinya sehingga tidak dapat
beraktifitas lagi.
Tanda gejala yang ada pada konsep teori muncul pada kasus secara keseluruhan.
Dapat disimpulkan bahwa apa yang dialami klien pada saat ini begitu juga yang dalami
56
Berdasarkan kondisi yang ditunjukkan Ny S.W dan merujuk pada konsep menurut
Potter (2005) citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik secara
internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan
pada tubuh. Masalah ini muncul sebagai masalah utama yang dialami klien yang di
2. Diagnose Keperawatan
a. Harga diri rendah sehubungan dengan rasa takut ditolak dari orang lain
Nurhalimah (2016).
Dalam konsep dasar penulis hanya menuliskan satu diagnosa yang paling aktual
yaitu; gangguan citra tubuh. Karena penulis menggunakan single diagnosa, sehingga
penulis hanya fokus pada satu diagnosa yang paling aktual, dan merupakan core
Diagnosa gangguan citra tubuh penulis jadikan sebagai diagnosa prioritas karena
masalah keperawatan psikososial gangguan citra tubuh dengan luka diabetes melitus
kakinya sehingga tidak dapat beraktifitas lagi, Klien mengatakan tidak kuat melihat
kakinya yang luka. DO; Klien tampak sering menutupi luka pada kakinya dengan kain,
klien tampak menutup matanya dengan kain saat perbannya di buka. Tanda-tanda
3. Intervensi
dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di
dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang
akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
Dalam kasus ini penulis menyusun intervensi sesuai dengan diagnosa keperawatan
yang muncul pada klien. Pada diagnosa pertama gangguan citra tubuh penulis
menyusun tujuan umum; Klien menerima perubahan tubuh yang terjadi dan keluarga
mengenal dan mampu merawat klien dengan gangguan citra tubuh kemudian untuk
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
3) Kriteria hasil
4) Strategi Pelaksanaan
(a) SP-1 mendiskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya, dulu dan saat
ini. Perasaan tentang citra tubuhnya dan harapan tentang citra tubuhnya
saat ini.
(d) SP-4 membantu klien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang
(2) Gunakan protese, wig (rambut palsu), kosmetik atau yang lainnya
(3) Motivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap.
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
3) Kriteria hasil
4) Strategi pelaksanaan
(a) SP-1 menjelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang
(b) SP-2 menjelaskan kepada keluarga cara mengatasi gangguan citra tubuh.
60
Kemudian untuk teknisnya atau intervensi selengkapnya penulis tidak cantumkan
karena dapat dilihat pada tabel 4.6 tabel rencana tindakan keperawatan.
4. Implementasi
pelaksanaan tindakan keperawatan ini meliputi dasar teori dari rencana tindakan yang
dijadikan sebagai acuan untuk melaksanakan keperawatan tersebut, juga berisi strategi
komunikasi antara perawat dengan klien, guna mencapai tujuan khusus yang
Penulis melakukan lima kali interaksi selama lima hari. Di bawah ini adalah
intervensi yang dapat dilakukan penulis selama lima hari melakukan tindakan
Membina hubungan saling percaya dengan klien, penulis lakukan saat kontak
berjabat tangan, memperkenlkan diri, menanyakan nama klien dan nama yang
dirinya sendiri, karena sedang sakit sehingga tidak bisa merawat anak-anak dan
membantu suami untuk mencari nafkah tambahan, sedangkan respon objektif dari
klien yaitu klien mau berjabat tangan, klien mau duduk didekat perawat, ada kontak
terapeutik Broad Opening. Hal ini sesuai dengan teori Stuart and Sundeen (1998).
Bahwa komunikasi terapeutik Broad Opening yaitu memberi dorongan pada klien
untuk memilih topik yang akan di bicarakan, yang pada akhirnya klien akan
mengungkapkan perasaannya.
Berdasarkan kontrak dengan pasien bahwa pasien mau bertemu dengan penulis
pada pukuk 10:00 WITA untuk mendiskusikan persepsi pasien tentang citra
tubuhnya didapati respon pasien dengan data subjektif klien mengatakan sedih,
malu, terkadang klien merasa tidak berguna dengan keadaan yang klien alami ini,
terlebih lagi kaki kiri klien tidak dapat saya gunakan seperti biasanya, klien
mengatakan hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. tapi, klien tidak
dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak ketika melihat kaki saya, klien
mengatakan bahwa klien ingin sekali ingin sekali cepat sembuh agar dapat
mengurus anak-anak, dan data objektifnya klien mau melihat dan membersihkan
lukanya.
62
Penulis menggunakan tekhnik mendengar dan merefleksikan perasaan yaitu
mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada klien.
atau pikiran klien yang tidak jelas, atau meminta klien untuk menjelaskan artinya.
c. Implementasi hari ke tiga tanggal 11 mei 2018 melakukan SP-3 mengajarkan pasien
meningkatkan citra tubuhnya dengan cara memotivasi pasien untuk melihat bagian
pada pukul 09:00 WITA namun sebelumnya penulis melakukan evaluasi terhadap
kegiatan SP-2 di dapati data subjektif, klien mengatkan sudah mencoba, tetap saja
setiap kali melihat kaki saya sangat sedih dan kecewa dan saya merasa tidak
berguna sama sekali, dan data objektifnya klien tampak lebih segar.
yang hilang secara lengkap. Di dapati data subjektif klien mengatakan bahwa dulu
Ibu rumah tangga biasa, paling setelah memasak klien menyiapkan anka-anak
sarapan dan bersih-berih rumah juga, selain itu jaga warung di muka rumah, dan
data objektinya, klien mau membuka kain yang menutup lukanya dan mau merawat
sendiri lukanya.
Dalam pelaksanaan SP-3 tidak ada hambatan karena klien kooperatif dan klien
pada pukul 09:00 WITA namun sebelumnya penulis melakukan evaluasi terhadap
kegiatan SP-2 dan SP-3 di dapati data subjektif, klien mengatakan sudah bisa
merawat lukanya sendiri, dan data objektifnya klien tampak lebih segar dan harum.
lain. Di dapati data subjektif klien mengatakan ya ibu suster saya baru mengerti
bahwa masih banyak tubuh saya yang masih baik, hanya saja saya kurang bersyukur,
sedang data objektinya, klien tampak meraba-raba bagiantubuhnya yang masih baik.
Dalam pelaksanaan SP-4 tidak ada hambatan karena klien kooperatif dan klien
Implemtasi SP-1 untuk keluarga dilaksanakan pada tanggal 14 mei 2019 pukul
10:00 WITA dengan topik menjelaskan kepada keluarga tentang gangguan citra
sakit seperti sekarang ini, ibu dulu sangat rajin untuk bekerja membantu saya
mencari nafkah dengan membuka warung di depan rumah. Nah sejak sakit dan luka
di kaki kirinya tidak kunjung sembuh akhir-akhir ini ibu sering murung dan sedih
64
selalu di dalam rumah saja, jarang mau keluar rumah apalagi bertemu dengan orang
tradisional, dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang hal itu ibu suster. Dan
Dalam pelaksanaan SP-1 tidak ada hambatan karena klien kooperatif dan klien
5. Evaluasi
A : Analisa ulang atas data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru dan apabila ada data yang kontra indikasi
P : perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Berikut ini evaluasi yang telah dilakukan pada Ny S.W selama empat hari
berinteraksi dalam mengatasi diagnosa yang muncul pada Ny S.W dan evaluasi yang
65
a. Evaluasi terhadap pelaksanaan SP-1 membina hubungan saling percaya pada
karena sedang sakit sehingga tidak bisa merawat anak-anak dan membantu
2) Data Objektif : Klien mau berjabat tangan, klien mau duduk didekat
1) Data Subjektif : klien mengatakan sudah mencoba, tetap saja setiap kali
melihat kaki saya sangat sedih dan kecewa dan saya merasa tidak berguna
sama sekali.
tubuhnya dengan cara memotivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang
1) Data subjektif : Klien Mengatakan saya baru mengerti bahwa masih banyak
tubuh saya yang masih baik, hanya saja saya kurang bersyukur.
Puskesmas Kotabunan.
Dalam pelaksanaan implemtasi SP-5 dan SP-6 untuk klien belum terlaksanan
yaitu mendiskusikan aspek positif diri, melakukan interaksi secara bertahap dengan
cara: memotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat dalam aktivitas
begitu pula dengan SP-2 sampaui dengan SP-6 untuk keluarga implemetasi belum
Puskesmas Kotabunan. Hal ini penulis lakukan agar asuhan keperawatan yang penulis
terselesaikan.
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Citra tubuh adalah sikap individu yang disadari atau tidak disadari terhadap
tubuhnya termasuk persepsi serta perasaan masa lalu dan sekarang tentang ukuran, fungsi,
penampilan dan potensi. Citra tubuh merupakan sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi tubuh serta
persepsi dan perasaan tentang ukuran tubuh dan bentuk tubuh (Sunaryo, 2014).
1. Pengkajian
Data fokus dalam penelitian ini yaitu, Data subjektif klien mengatakan kadang-kadang
merasa malu, kecewa dan capek dengan kondisi kakinya saat ini dan pasien tahu
bahwa luka dikakinya tidak akan sembuh dengan cepat, klien juga mengatakan
terganggu dengan sakitnya sekarang sehingga klien tidak bisa beraktifitas. Data
68
objektif; klien tampak menutupi luka dikaki dengan kain, sedih, pembicaraan terbata-
bata.Tanda-tanda tersebut merupakan tanda dari gangguan citra tubuh dan harga diri
rendah.
2. Diangnosa Keperawatan
Diagnosa gangguan citra tubuh penulis jadikan sebagai diagnosa prioritas karena
masalah keperawatan psikososial gangguan citra tubuh dengan luka diabetes melitus
merupakan masalah yang paling tampak saat dilakukan pengkajian. Dengan analisa
data DS; klien mengatakan kadang-kadang merasa malu, kecewa dan capek dengan
kondisi kakinya saat ini dan pasien tahu bahwa luka dikakinya tidak akan sembuh
dengan cepat, klien juga mengatakan terganggu dengan sakitnya sekarang sehingga
klien tidak bisa beraktifitas. Data objektif; klien tampak menutupi luka dikaki dengan
3. Intervensi
Pada diagnosa gangguan citra tubuh penulis menyusun tujuan umum untuk klien
menerima perubahan tubuh yang terjadi dan tujuan umum untuk keluarga mengenal
dan mampu merawat klien dengan gangguan citra tubuh dengan menerapkan strategi
pelaksanaan satu sampai dengan enam untuk klien dan strategi pelaksanaan satu
4. Implemetasi
penulis hanya dapat melaksanakan strategi pelaksanaan satu sampai empat untuk klien
5. Evaluasi
69
Dalam pelaksanaan implementasi startegi pelaksanaan lima dan enam untuk klien
belum terlaksana yaitu mendiskusikan aspek positif diri, melakukan interaksi secara
bertahap dengan cara: memotivasi untuk melakukan aktivitas sehari-hari dan terlibat
dalam aktivitas keluarga dan sosial, begitu pula dengan strategi pelaksanaan dua
sampai enam untuk keluarga implementasi belum terlaksana bukan hanya karena
B. Saran
Institusi pendidikan disarankan untuk menambahkan materi tentang citra tubuh klien
penanganan yang tepat, selain itu petugas harus memerhatikan bagaimana cara
berinteraksi yang tepat sehingga klien dapat mengungkapkan semua masalah yang
di alaminya.
keluarga klien agar dapat memahami kondisi klien, dengan harapan keluarga dapat
70
Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan metode Asuhan Keperawatan yang
71
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A, (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (terjemahan), , Jakarta : EGC.
Lock, M.A. & Williams, D. D. (1981). Perspectives in Running Water Ecology. New
York: Pergamon Press. Diunduh tanggal 3 april 2019
Maryunani (2013). Perawatan Luka (Modern Woundcare) Terlengkap dan Terkini.
Jakarta : In Media.
Nurrofiq. (2012). Pengertian Konsep Diri menurut Beberapa Ahli. Available from:
http://sains.geoklik.com/pengertian-konsep-diri-menurut-beberapa-ahli/ (online)
diunduh tanggal 4 April 2019.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
75
Nurhalimah (2016). Keperawatan Jiwa, Kementerian Republik Indonesia, Pusat
Pendidikan Suber Daya Manusia.
Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
(2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Puskesmas Kotabunan. (2018) Profil Kesehatan Puskesmas Kotabunan. BOL-TIM:
Puskesmas Kotabunan; 2018.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
PERKENI. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia,
PERKENI, Jakarta.
Potter, P.A, Perry. (2005). A.G.Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa : Renata Komalasari, dkk.Jakarta:EGC.
Riset Kesehatan Dasar. (2018). Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan, Republik Indonesia.
Syamsul Bachri Thalib. (2013). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif
(Edisi Revisi). Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.
Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan Edisi.2 Yogyakarta:
Graha Ilmu.
_______(2012). Konsep&Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan
Praktik. Yogyakarta : Graha Ilmu
Suhron Muhammad. (2017). Asuhan Keperawatan Jiwa Konsep Self Esteem. Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Sugiono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan Kombinasi (Mixed
Methods). Edisi Keempat. Bandung: ALFABETA.
Sumijatun. (2010). Konsep dasar menuju keperawatan profesional. Jakarta: TIM
Sunaryo (2014). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : EGCUndang-Undang No. 36
tahun 2009 Tentang Kesehatan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 144
__________2004. Psikologi Untuk Pendidikan. Jakarta: EGC.
Stuart, G . W., and Sundeen,A.J. (2005) buku saku keperawatan jiwa. 6 thedition .St. Lois
: Mosby Year Book.
Stuart. (2006). Buku Saku Keperwatan Jiwa. Jakarta: EGC
76
Wald & Alvaro. (2004). Changes in the Physical Appearance of the Body Image. Jounal
Psychology and Psychiatry. Vol. 39 (8). Http;//web.ebscohost.com/ehost/res.
Diakses 12 maret 2019.
77
LAMPIRAN
Kotabunan
Lampiran 6. Lembar Jadwal Pertemuan Pelaksanaan SP-1 Klien Sedang Dengan SP-
78
ii
iii