Anda di halaman 1dari 47

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN DENGAN
FRAKTUR, DISLOKASI, STRAIN & SPRAIN
Elny Lorensi Silalahi,S.Kep.NS.M.Kes
Peertemiuan ke 5
FRAKTUR
 
 
 
• 1. DEFINISI FRAKTUR

Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total
maupun sebagian (Muttaqin, 2008). Sedangkan menurut Ningsih (2009), fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya
disebabkan oleh trauma, rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luasnya
trauma.
 
Menurut Rasjad (2015), fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,
tulang rawan epifisis, baik yang bersifat total maupun yang persial.Fraktur adalah keadaan
dimanatulang mengalami retak atau patah (Triono puji & murinto,2015).

Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang disebabkan oleh rudapaksa, dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak
langsung (Primarta Mesuri Rosalina dkk, 2014).
 
2. ETIOLOGI

Menurut Muttaqin (2008) penyebab fraktur antara lain


yaitu:
Trauma langsung ,Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang.Hal tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur pada daerah tekan.Fraktur yang terjadi
biasanya bersifat kominutifdan jaringan lunak ikut mengalami
kerusakan.
Trauma tidak langsung,apabila trauma dihantarkan
kedaerah yang lebihjauh dari daerah fraktur, trauma tersebut
disebut trauma tidak langsung.Misalnya, jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula.Pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
• 3. GEJALA
• Nyeri berat di area patah tulang.
• Memar dan bengkak pada area yang mengalami cedera
• Tulang mencuat keluar dari kulit, pada patah tulang
terbuka.
• Sulit menggerakkan bagian tubuh yang mengalami patah
tulang.
• Deformitas atau adanya perbedaan bentuk pada area
yang mengalami patah tulang.
• Kesemutan dan mati rasa di area yang mengalami patah
tulang.
• 4. KLASIFIKASI
• Kalsifikasi fraktur menurut Rasjad (2015) yaitu:
• 1. Klasifikasi etiologis
• a. Fraktur traumatic
• Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
• b. Fraktur patologis
• Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang.
• c. Fraktur stress
• Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.
• 2. Klasifikasi klinis
• a. Fraktur tertutup (Simple fracture)
• Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.
• b. Fraktur terbuka (Compound fracture)
• Fraktur terbuka adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia
luarmelalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within
(daridalam) atau from without (dari luar).
c. Fraktur dengan komplikasi (Complicated fracture)
Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasimisalnya mal-union, delayed-union, non-union, infeksi tulang.

3. Klasifikasi radiologis
a. Lokalisasi
• 1) Diafisial
• 2) Metafisial
• 3) Intra-artikuler
• 4) Fraktur dengan dislokasi
• b. Konfigurasi  
• 1) Fraktur transversal  
• 2) Fraktur oblik  
• 3) Fraktur spiral  
• 4) Fraktur Z  
• 5) Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen  
6) Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
7) Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo
misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trokanter mayor,
fraktur patella  
8) Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang
tengkorak  
9) Fraktur impaksi  
10) Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang
berpisah misalnya fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus  
11) Fraktur segmental  
12) Fraktur epifisis
• c. Menurut ekstens
• 1) Fraktur total
• 2) Fraktur tidak total (fraktur crack)
• 3) Fraktur buckle atau torus
• 4) Fraktur garis rambut
• 5) Fraktur green stick
• d. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
• 1) Tidak bergeser (undisplaced)
• 2) Bergeser (displaced)
• Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara:
• 1) Bersampingan
• 2) Angulasi
• 3) Rotasi
• 4) Distraksi
• 5) Over-riding
• 6) Impaksi
5. MANIFESTASI KLINIK

• Menurut Ningsih (2009) manifestasi klinik fraktur antara lain:


1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai ragmen
tulangdiimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan
antar fragmen tulang.
2. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tidak dapat digunakan
dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerak luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergesera fragmen pada
fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun
teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulangtempatmelengketnya otot.
3. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan bawah tempat fraktur. Fragen sering saling melingkupi
satu sama lain sampai 2,5-5cm (1-2 inchi).
4. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan
antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat
mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
5. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit
terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang
mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
• 6. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY

• Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan


adanya gaya dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolic,
patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka
maupun tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan
perdarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi
perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan
poliferasi menjadi edem local maka penumpukan di dalam tubuh. Fraktur
terbuka atau tertutup akan mengenai serabut saraf yang dapat menimbulkan
gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat
terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik
terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak
yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar
dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan
metabolic, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada umumnya
pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan imobilitas yang
bertujuan untuk mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap
pada tempatnya sampai sembuh.
•7.PENATALAKSANAAN

•Menurut Manjoer (2003) Penatalaksannan keperawatan sebagai


•berikut:
•1. Terlebih dahulu perhatikan adanya perdarahan, syok dan penurunan kesadaran, baru pemeriksaan
patah tulang.
•2. Atur posisi tujuannya untuk menimbulkan rasa nyaman,
•mencegah komplikasi
•3. Pemantauan neurocirculatory yang dilakukan setiap jam
•secara dini, dan pemantauan neurociculatory pada daerah yang cedera adalah:
•a) Meraba lokasi apakah masih hangat
•b) Observasi warna
•c) Menekan pada akar kuku dan perhatikan pengisian kembali pada kapiler
•d) Tanyakan pada pasien mengenai rasa nyeri atau hilang sensasi pada lokasi cedera
•e) Meraba lokasi cedera apakah pasien biasa membedakan rasa sensasi nyeri
•f) Observasi apakah daerah fraktur biasa digerakkan
•4. Pertahankan kekuatan dan pergerakan
•5. Meningkatkan gizi, makan – makanan yang tinggi serat anjurkan intake protein 150 – 300 gr / hari
•6. Mempertahankan imobilisasi fraktur yang telah direduksi dengan tujuan untuk mempertahankan
fragmen yang telah
• 
• 8.KOMPLIKASI
• Komplikasi fraktur menurut Mutaqqin (2008) yaitu:
• 1. Komplikasi awal
• a.Kerusakan arteri
• Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
(capillary refill time) menurun, sianosis pada bagian distal, hematom melebar
dan dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat splinting,
perubahan posisi pada bagian yang sakit, tindakan reduksi dan pembedahan.
• b. Sindrome kompartemen
• Kompikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf,
pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini di sebabkan oleh edem atau
perdarahan yang menekan otot, sraf, pembuluh darah atau tekanan luar
seperti gips Fat embolism syndrome (FES)Fat embolism syndrome merupakan
suatu sindrom yang mengakibatkan komplikasi serius pada fraktur tulang
panjang, terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone marrow kuning
masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah
menurun.Ditandai dengan adanya gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi,
takipnea dan demam.
• c.Infeksi
Biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka tetapi dapat
terjadi juga pada penggunaan bahan lain dalam pembedahan,
seperti pin dan plat yang tepasang didalam tulang. Sehingga
pada kasus fraktur resiko infeksi yang terjadi lebih besar baik
karena penggunaan alat bantu maupun prosedur invasif.
• d.Nekrosis avaskuler
Aliran darah ketulang rusak atau terganggu sehingga
menyebabkan nekrosis tulang. Biasanya diawali dengan adanya
iskemia volkman.
• e.Syok
Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kepiler sehingga menyebabkan
oksigenasi menurun.
2. Komplikasi lama
• a. Delayed union
Kegagalan fraktur terkonsolidasi sesuai dengan waktu yang
dibutuhkan ruang untuk menyambung. Ini terjadi karena suplai
darah ketulang menurun.
• b. Non-union
Kompilasi ini terjadi karena adanya fraktur yang tidak sembuh
antara 6 sampai 8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga
terdapat infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi
yang disebut infected pseudoarthosis. Fraktur dapat menyebabkan
infeksi
• c.Mal- union
Keadaan ketika fraktur menyembuh pada saatnya tapi terdapat
deformitas (perubahan bentuk tulang) yang berbentuk angulasi.
•  
• DISLOKASI
1. DEFINISI
Dislokasi adalah kondisi ketika tulang keluar atau bergeser dari
posisi normalnya pada sendi. Dislokasi merupakan masalah pada
tulang berupa bergesernya tulang dari sendi atau posisi yang
semestinya. Dislokasi dapat terjadi pada sendi manapun, tetapi
yang tersering mengalaminya adalah sendi bahu, jari, siku, lutut,
dan panggul. Sendi yang pernah mengalami dislokasi memiliki
faktor risiko lebih besar untuk mengalami dislokasi berulang. Semua
persendian yang ada di tubuh dapat mengalami dislokasi, terutama
saat terjadi benturan akibat kecelakan berkendara atau terjatuh
ketika berolahraga. Dislokasi paling sering terjadi pada bahu dan jari
tangan, walau sebenarnya dislokasi dapat terjadi di semua sendi,
termasuk lutut, siku, rahang, dan panggul.
2. ETIOLOGI
Etiologi dislokasi bahu paling sering adalah trauma pada
bahu (95% kasus), misalnya benturan keras, rotasi gelang bahu
yang berlebihan, cedera saat berolahraga, atau kecelakaan
kendaraan bermotor.Penyebab utama dislokasi adalah cedera
atau trauma yang disebabkan oleh benturan keras. Kebanyakan
dislokasi bahu terjadi secara anterior, meskipun bisa juga terjadi
secara posterior atau inferior.
3. TANDA DAN GEJALA
• Tanda Dislokasi:
• 1. Deformitas pada persendiaan Kalau sebuah tulang diraba
akan terdapat suatu celah.
• 2. Gangguan gerakan Otot – otot tidak dapat bekerja dengan
baik pada tulang tersebut.
• 3. Pembengkakan Pembengkakan ini dapat parah pada kasus
trauma dan dapat menutupi deformitas.
• 4. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi.
• Sendi adalah area di mana dua atau lebih tulang bertemu.
Sendi terbentuk dari jaringan ikat dan tulang rawan, seta
berfungsi sebagai penghubung di antara tulang-tulang saat
bergerak.
4. PATOFISOLOGI
Patofisiologi dislokasi bahu pada dasarnya diawali trauma pada gelang
bahu, namun mekanisme trauma yang berbeda akan menghasilkan jenis
dislokasi yang berbeda pula. Jenis dislokasi bahu yang paling sering terjadi
adalah dislokasi bahu anterior (95%) kemudian diikuti posterior (2-5%)
dan inferior (<1%.

5. KLASIFIKASI
• 1.Dislokasi CongenitalTerjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
• 2.Dislokasi PatologikAkibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi,atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan
oleh kekuatan tulang yang berkurang.
• 3.Dislokasi TraumaticTerjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang darijaringan disekeilingnya dan mungkin juga
merusak struktur sendi, ligamen, syaraf,dan sistem vaskular.
Kebanyakan terjadi pada orang dewasa
6. MANIFESTASI KLINIS
• Nyeri terasa hebat .Pasien menyokong lengan itu dengan tangan sebelahnya dan
segan
• menerima pemeriksaan apa saja .Garis gambar lateral bahu dapat rata dan ,kalau
pasien tak
• terlalu berotot suatu tonjolan dapat diraba tepat di bawah klavikula. Berikut
tandanya:
• 1. Nyeri
• 2. Perubahan kontur sendi
• 3. Perubahan panjang ekstremitas
• 4. Kehilangan mobilitas normal
• 5. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
• 6. Deformitas
• 7. Kekakuan
7.KOMPLIKASI
• Dislokasi yang tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi berupa:
• Robeknya otot, ligamen, dan tendon pada sendi
• Kerusakan saraf atau pembuluh darah di daerah sendi
• Peradangan pada sendi
• Dislokasi berulang
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dislokasi bahu adalah reduksi dari sendi
glenohumeral yang dilakukan pasca pemberian antinyeri pada
sendi atau dengan sedasi, kemudian dilanjutkan dengan
rehabilitasi. Pembedahan dilakukan hanya pada kasus dislokasi
dengan fraktur yang menjadi kontraindikasi reduksi tertutup,
atau pada kasus instabilitas bahu rekuren terutama pada pasien
berusia <25 tahun.
STRAIN
1. DEFENISI STRAIN
• Menurut Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddarth,
Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan
perdarahan ke dalam jaringan.
• Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau
kerobekan pada struktur muskulotendinous (otot atau
tendon). Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan
berlebihan,peregangan berlebihan,atau stress yang
berlebihan.
• Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada
persambungan antara otot dan tendon. Tipe cedera ini
sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada
hamstringnya.
• 2. ETIOLOGI
• Pada strain akut :
• • Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
• Pada strain kronis :
• • Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan
berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).
•  
• 3. TANDA DAN GEJALA
• 1. Kelemahan
• 2. Mati rasa
• 3. Perdarahan
• 4. Perubahan warna
• 5. Bukaan pada kulit
• 6. Perubahan mobilitas, stabilitas dan kelonggaran sendi.
• 7. Nyeri
• 8. Edema
•  
•4. PATOFISIOLOGI
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak langsung
(overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang
berlebihan atau ketika terjadi kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot
pada kunci paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot yang
baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
 
 
•5.KLASIFIKASI STRAIN
•1. Derajat I/Mild Strain (Ringan)
•Derajat i/mild strain (ringan) yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang berlebihan pada
penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa stretching/kerobekan ringan pada
otot/ligament.
•a. Gejala yang timbul :
•Nyeri local
•Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
•b. Tanda-tandanya :
•Adanya spasme otot ringn
•Bengkak
•Gangguan kekuatan otot
•Fungsi yang sangat ringan
c. Komplikasi
• Strain dapat berulang
• Tendonitis
• Perioritis
d. Perubahan patologi
• Adanya inflasi ringan dan mengganggu jaringan otot
dan tendon namun tanda perdarahan yang besar.
e. Terapi
• Biasanya sembuh dengan cepat dan pemberian
istirahat,kompresi dan elevasi,terapi latihan yang
dapat membantu mengembalikan kekuatan otot.
2.Derajat II/Medorate Strain (Ringan)
Derajat ii/medorate strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit
muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.
a. Gejala yang timbul
• Nyeri local
• Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
• Spasme otot sedang
• Bengkak
• Tenderness
• Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
b. Komplikasi sama seperti pada derajat I :
• Strain dapat berulang
• Tendonitis
• Perioritis
c. Terapi :
• Impobilisasi pada daerah cidera
• Istirahat
• Kompresi
• Elevasi
d. Perubahan patologi :
•Adanya robekan serabut otot
• 
3. Derajat III/Strain Severe (Berat)
Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran mendadak yangcukup berat.
Berupa robekan penuh pada otot dan ligament yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.
a. Gejala :
•Nyeri yang berat
•Adanya stabilitas
•Spasme
•Kuat
•Bengkak
•Tenderness
•Gangguan fungsi otot
b. Komplikasi ;
•Distabilitas yang sama
c. Perubahan patologi :
•Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
d. Terapi :
•Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan fungsinya.
 
• 6. MANIFESTASI KLINIS
• 1. Perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot
• 2. Nyeri mendadak
• 3. Edema
• 4. Spasme otot
• 5. Haematoma
• 7.KOMPLIKASI
• 1. Strain yang berulang
• 2. Tendonitis
• 8. PENATALAKSANAAN
• Istirahat, Akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
• Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol
pembengkakan.
• Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan secara
intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan edema dan
ketidaknyamanan.
SPRAIN

1. DEFNISI
Sprain adalah cedera pada ligamen.Ligamen adalah
jaringan sekitar sendi penghubung tulang yang satu dan
lainnya, sedangkan tendon merupakan penghubung tulang
dan otot. Sprain sering terjadi pada lutut, tumit,
pergelangan tangan, dan jari jempol tangan.
2. ETIOLOGI
• Etiologi darisprain merupakan akibat dari gerakan
pergelangan kaki yang melebihi kekuatan ligamen ankle.
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
sprain dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor
ekstrinsik dan faktor intrinsik
3. GEJALA
Gejala yang timbul tergantung pada tingkat keparahannya, antara lain
nyeri, pembengkakan dan memar. Selain itu, gerakan menjadi terbatas
pada sendi yang terkena. Kadang, saat cedera akan terdengar bunyi di
sendi. Gejala dari sprain, antara lain:
• Nyeri di sekitar sendi;
• Tidak dapat menggunakan sendi;
• Tidak dapat menahan beban pada sendi; dan
• Bengkak, lebam, dan nyeri tekan.

4. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dari sprain merupakan akibat dari ketidakseimbangan
gerakan inversi dan plantar fleksi dari pergelangan kaki. Sendi pergelangan
kaki terdiri dari 3 artikulasi sendi:
• Sendi tarokrural
• Sendi subtalar
• Distal tibiofibular syndesmosis.
5.KLASIFIKASI KLINIS
1. KLASIFIKASI BERDASAR PENYEBAB
• 1. External violence (sebab yang berasal dari luar) Adalah
cedera yang timbul karena pengaruh dari luar, misalnya
• a) Body contact sports : sepakbola, tinju, karate
• b) Alat alat olahraga : bola, stick hockey atau raket yang
terlepas dari pegangannya
• c) Keadaan sekitar : lapangan yang tidak memenuhi
persyaratan, lintasan balap mobil atau balap motor yang tidak
baik, lapangan bola yang berlubang.
• 2. Internal violence (sebab yang berasal dari dalam) Cedera
ini terjadi karena koordinasi otot dan sendi yang kurang
sempurna sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah
dan mengakibatkan cedera.
3. Overuse (pemakaian yang terus menerus) Cedera ini
timbul karena pemakaian otot yang berlebihan dan terjadi
berulang-ulang Sifatnya biasanya perlahan-lahan (bersifat
kronis).

• 2. KLASIFIKASI BERDASAR BERAT RINGAN CEDERA I


Berdasar berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan
menjadi :
• 1. Cedera Ringan Cedera yang tidak diikuti kerusakaan
yang berarti pada jaringan tubuh kita, misalnya kekakuan
otot dan kelelahan. Pada cedera ringan biasanya tidak
diperlukan pengobatan apapun, dan cedera akan
sembuh dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
• 2. Cedera Berat Cedera yang serius, dimana pada cedera
tersebut terdapat kerusakan jaringan tubuh, misalnya
robeknya otot atau ligamen maupun patah tulang.
Kriteria cedera berat :
• a) Kehilangan substansi atau kontinuitas
• b) Rusaknya atau robeknya pembuluh darah
• c) Peradangan lokal (ditandai oleh kalor/panas,
rubor/kemerahan, tumor/bengkak, dolor/nyeri, fungsi-
olesi/tidak dapat digunakan secara normal).
– MANIFESTASI KLINIS
Manifestai klinis dari kondisi ini di bagi dalam 3 derajat, yang di
antaranya sebagai berikut ini :
a. Derajat I
• Nyeri ringan
• Ada sedikit edema
• Mungkin terjadi kekakuan sendi
b. Derajat II
• Nyeri sedang sampai hebat
• Edema
• Terjadi kekakuan sendi
c. Derajat III
• Nyeri hebat setelah terjadi cedera
• Edema yang besar pada daerah sendi pergelangan kaki
• Kekakuan sendi pergelangan kaki setelah beberapa jam cedera
– KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi pergelangan kaki terkilir/keseleo
(sprain) yang bisa terjadi antara lain:
• Terbentuknya nodul (benjolan) kecil pada ligamen di
pergelangan kaki, yang menyebabkan gesekan menetap di
dalam sendi, sehingga terjadi peradangan kronis dan pada
akhirnya bisa menyebabkan kerusakan menetap.
• Kerusakan saraf yang terdapat di atas ligamen pergelangan
kaki. 
• Spasme pembuluh darah di daerah pergelangan kaki, sehingga
tulang dan jaringan lainnya bisa mengalami kerusakan akibat
kekurangan darah.
• Ketidakstabilan sendi di pergelangan kaki
• Peradangan sendi
– PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan sprain dibedakan menjadi tata laksana awal dan
rehabilitasi fungsional.  Tata laksana bertujuan untuk mengontrol nyeri,
memar, dan mengembalikan range of motion sedangkan rehabilitasi
fungsional bertujuan untuk mempercepat pasien kembali beraktivitas dan
mencegah terjadinya instabilitas kronis. Pembedahan tidak dilakukan pada
semua kasus sprain.
ASKEP GAWAT DARURATAN PADA PASIEN PRAKTUR DISLOKASI
 
1. IDENTITAS
• a. Nama: Tn Y
• b. Umur: 20 thn
• c. Agama: Islam
• d. Pendidikan: SMA
• e. Pekerjaan: Wiraswasta
• f. Status Perkawinan: Belum nikah
• g. Alamat: Gunung sari, sidorejo
• h. Suku Bangsa: Jawa
• i. No Registrasi: 01379883
• j. Diagnosa Medis: Close Fraktur Femur 1/3 tengah sinestra
2. RIWAYAT PENYAKIT
• Keluhan Utama
• Pasien mengatakan kaki kiri pasien tidak dapat di gerakkan
• Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien mengatakan kaki kiri pasien bagian paha tidak dapat di gerakkan
dan terasa nyeri saat gerakkan di karenakan pasien mengalami kecelakaan
saat berangkat mengantar susu kedelai.
• Riwayat Kesehatan Terdahulu
• Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah di rawat di rumah sakit.
• Riwayat Kesehatan Keluarga
• Pasien mengatakan keluarga tidak memiliki penyakit keturunan.
• Riwayat Kesehatan Lingkungan
• Pasien mengatakan lingkungan rumah pasienbersih, udara bersih, jauh
dari polusi udara.
3. PENGKAJIAN KHUSUS

• Aiway: Jalan nafas paten, tidak ada lidah jatuh kebelakang, tidak adanya
benda asing pada jalan nafas, tidak ada edema pada mulut, tidak ada nyeri
telan.
• Breathing: Pola nafas pasien efektif, Respiratory rate 22x/menit, tidak
menggunakan otot bantu pernafasan, tidak ada suara nafas tambahan,
tidak ada pernafasan cuping hidung, saturasi oksigen 98%, terpasang
oksigen.
• Circulation: Frekuensi nadi 80x/menit, irama teratur, tekanan darah
100/80 mmHg, capilary refill <2 detik, akral hangat, suhu tubuh 36,2,
warna kulit sawo matang.
• Disability: GCS 15 dengan E5 V5 M5 reaksi pupil positif terhadap cahaya,
pupil berdiameter ka/ki 3mm/3mm (sama).
• Exprosure: Kondisi klien aman, klien berada di IGD untuk dilakukan
tindakan.
 
4. PENGKAJIAN FISIK
a. Keadaann
• Umum: Composmentis
• Kesadaran
b. Tanda-tanda Vital:
• - Tekanan Darah: 110/80 mmhg
• - Respirasi: 22x / menit
• - Nadi: 80x /menit
• - Suhu: 36,2 c
c. Head to toe:
• - Kepala: mesocephal
• - Muka: pucat
• - Mata: konjungtiva tidak enemis
• - Hidung: sklera tidak ikterik, simetri, bersih tidak ada secret
• - Telinga: Tidak ada gangguan pendengaran
• - Mulut: Bersih
• - Leher: Terpasang Neckolar
• Jantung:
• Inspeksi: Ictus cordis tidak teraba
• Palpasi: Ic teraba di ICS ke 5 mid klapikula simetri
• Perkusi: pekak
• Auskultasi: Bunyi jantung I dan II lupdup
• Paru-paru:
• Inspeksi: Tidak ada jejas di dada
• Palpasi: pengembangan dada kuat angka ka/ki
• Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru
• Auskultasi: suara nafas vesikuler
• - Abdomen
• Inspeksi: Tidak ada jejas
• Auskultasi:bising usus terdengar 23x / menit
• Perkusi: Kuadran I sonor kuadran II, III, IV tympani
• Palpasi: tidak ada nyeri tekan
• -Genetalia: Bersih, terpasang DC
• - Rektum : tidak terkaji
• - Ekstremitas AtasKekuatan otot Ka/Ki: 5/5
• - Ekstremitas bawah Kekuatan otot Ka/Ki: 5/3
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN KLIEN

DIAGNOSTIK Hematologi rutin  

- Hemoglobin 13,6

- Hematokrit 42

- - Leukosit 10,5

- - Trombosit 239

- - Eritrosit 5.01

- - Golongan Darah O

- Hemostosis  

- - PT 14,5

- - APTT 30,3

- - INR 1.210

- Kimia Klinik Elektrolit  

- - Na darah 137

- - Kal darah 3.1


Clorida darah 10.2
Glukosa darah  
sewaktu  
   
Serulogi Hepatitis  
HBS ag rapid Non reactive
• HASIL RONTGEN
Hasil :
– Hasil fraktur di OS Femur 1/3 tengah kiri

– Trabekulasi tulang normal

– Celah dan permukaan sendi dalam batas normal

– tak tampak klasifikasi abnormal

– Tak tampak erosi/ dekstruksibtulang

– Tak tampak soft tissue maas/ swelling

– pergeseran sendi (-)

• Kesimpulan
Fraktur OS Femur 1/3 tengah kiri
THERAPY

Cairan IV    
Nacl 0,9% 20 tpm Cairan elektrolit
Obat parenteral 50 mg Antasida
Inj. Ranatidin 1 gr Antibiotik
Fenition 100 mg Anti epilepsy
Inj. Metamizol 1 gr Anti inflamansi
PERENCANAAN

Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 8 jam - Berikan penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri
di harapkan nyeri berkurang dan dapat teratasi dengan - kaji skala nyeri
kriteria hasil : - Ajarkan klien tentang teknik mengurangi nyeri
-Mengkaji skla nyeri P,Q,R,S,T - Observasi TTV
- Skala nyeri turun menjadi 4 - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
- Klien mampu mengontol nyeri analgesik
-Berikan istirahat yang cukup
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 8 jam -Berikan latihan aktivitas secara bertahap
di harapkan pasien mampu memiliki cukup energi - bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sesuai yg di
untuk beraktivitas dan dapat teratasi dengan kriteria inginkan
hasil :
-Klien mampu melakukan aktivitas mandiri sesuai
kemampuan
- Klien mampu untuk memnuhi kebutuhan dirinya
sendiri
NO EVALUASI
DX
1
S: Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri bagian paha
P : Nyeri bertambah saat di gerakkan
Q : nyeri seperti di remas remas
R : nyeri pada bagian femur 1/3 tengah sinestra di sekitar pada kiri
S :Skala nyeri 7
T : Hilang timbul
O : Klien tampak meringis kesakittan
A : Belum masih teratasi
P : Lanjut intervensi
-observasi TTV
-Kaji skla nyeri
-ajarkan teknik relaksasi
2. S : Klien mengeluh kaki kirinya sulit untuk digerakkan
O : Klien tampak sulit beraktifitas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervvensi
-Memeinta keluarga untuk mendampingi saat beraktifitas
3. S : dibagian paha klien sebelah kiri tampak luka
O : Klien tampak menahan sakit
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkkan intervvensi
-Mengobservasi tanda tanda infeksi
-Melakukan perawatan luka
-mengobervasi TTV
TERIMAKASIH…….

Anda mungkin juga menyukai