Anda di halaman 1dari 11

Nama : Yohanna Pehulisa Br Surbakti

NIM : P07520219084

Kelas : 2B D4 Keperawatan

Mata Kuliah : Keperawatan Kedaruratan

Dosen : Marlisa, S.Kep, Ns, M.Kep

1. SOP AIRWAY MANAJEMEN

SOP AIRWAY MANAJEMEN TANPA ALAT

Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.

Tujuan membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal

Prosedur MEMBEBASKAN JALAN NAPAS TANPA ALAT

a) CHIN LIFT-HEAD TILT

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan.


Tindakan ini sering dilakukan bersamaan dengan tindakan head tilt, disebut
sebagai head tilt- chin lif. Teknik ini bertujuan membuka jalan napas secara
optimal.

Cara:

1. Posisikan pasien dalam keaadaan terlentang, letakkan satu tangan


di dahi dan letakkan ujung jari tangan yang lain di bawah
daerah tulang pada bagian tengah rahang bawah pasien ( dagu )
2. Tengadahkan kepala dengan menahan perlahan dahi pasien
3. Gunakan ujung jari anda untuk mengangkat dagu dan
menyokong rahang bagian bawah, Jangan menekan jaringan
lunak di bawah rahang karena dapat menimbulkan obstruksi
jalan nafas.
4. Jangan biarkan mulut pasien menutup. Untuk mendapatkan
pembukaan mulut yang adekuat, Anda dapat menggunakan ibu
jari untuk menahan bibir bawah pasien tertarik kebelakang
Perhatikan : Tidak disarankan chin lift dilakukan pada penderita dengan
kecurigaan patah tulang leher dan sebagai ganti pada kondisi demikian
gunakan teknik jaw thrust.

b) JAW THRUST

Walaupun head tilt dan chin lift sudah dilakukan seringkali jalan naas belum
terbuka sempurna maka teknik jaw thrust ini harus dilakukan, tetapi pada
pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust
dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Pada dugaan patah tulang
leher yang dilakukan adalah modifikasi jaw thrust dan fiksasi leher agar tak
ada gerak berlebih. Walaupun teknik ini menguras tenaga, namun
merupakan yang paling sesuai untuk pasien traama dengan dugaan patah
tulang leher.

Cara :

1. Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepla, leher dan spinal


pasien tetap satu garis
2. Ambil posisi diatas kepala pasien letakkan lengan sejajar dengan
permukaan pasien berbaring.
3. letakkan tangan pada masing –masing sisi rahang bawah
pasien, pada sudut rahang dibawah telinga.
4. Stabilkan kepala pasien dengan lengan bawah anda.
5. menggunakan jari telunjuk, tekan sudut rahang bawah pasien
ke arah depan
6. Anda mungkin membutuhkan mendorong kedepan bibir bagian
bawah pasien dengan menggunakan ibu jari untuk
mempertahankan mulut tetap terbuka.
7. Jangan mendongakkan atau memutar kepala pasien.
SOP AIRWAY MANAJEMEN DENGAN ALAT (OROPHARYNGEAL TUBE)

Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.

Tujuan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah
agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas pada pasien
tidak sadar.

Indikasi Alat pembebasan jalan napas ini hanya boleh digunakan pada pasien koma,
tidak sadar dengan GCS < 10 karena bila pasien masih setengah sadar alat ini
dapat menyebabkan munculnya refleks muntah atau merangsang timbulnya
spasme laring (laringospasme). Dengan adanya refleks muntah dan atau
spasme laring tersebut akan menambah masalah dalam pembebasan jalan
napas. Selain untuk tujuan tersebut diatas alat ini juga digunakan untuk
memfasilitasi dalam melakukan suction atau untuk mencegah lidah atau ETT
tergigit, berfungsi sebagai bite block

Kontraindikasi dimana masih ada refleks muntah 8-10 pasien tidak sadar atau basien
dengan kesadaran menurun, GCS Pipa orofaring Pipa nasofaring

Prosedur 1. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya. Bersihkan dan basahi
agar licin.
2. Ukuran yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
orofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari sudut bibir
sampai ke tragus atau dari tengah bibir sampai ke angulus
mandibula.
3. Buka mulut pasien (chin lift atau gunakan ibu jari dan telunjuk).
4. Arahkan lengkungan merghadap ke langit-langit, menghadap ke
palatum. Masukkan separohnya kemudian pipa orofaring diputar
180° (sehingga lengkungan mengarah ke arah lidah).
5. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
6. Yakinkan lidah sudah tertepang pipa orofaring, lihat, dengar, dan
raba napasnya.

SOP PEMASANGAN NASOPHARYNGEAL TUBE

Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.

Tujuan Alat ini berbentuk pipa dari karet atau plastik atau silicon yang lembut dan
tidak berbalon yang berfungsi sebagai jalan aliran udara antara lubang
hidung dan faring.

Indikasi Pasien tidak sadar atau pasien dengan penurunan kesadaran dan bernapas
spontan (GCS > 10)

Kontraindikasi Fraktur basis kraaii, Fraktur maksilofasial berat

Prosedur 1. Nilai lubang hidung, septum nasi, tentukan pilihan ukuran pipa.
2. Ukuran pipa yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
rasofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari ujung hidung
sampai ke tragus dan diameternya sesuai dengan jari kelingking
tangan kanan pasien.
3. Pakai sarang tangan.
4. Beri jelly pada pipa dan kalau ada maka tetesi kedaa lubang hidung
dengan obat tetes hidung atau larutan vasokonstriktor (misal: efedrin
atau Otrivin).
5. Hati-hati dengan kelengkungan tube yang merghadap ke arah depan,
ujungnya diarahkan ke arah telinga.
6. Masukkan pipa nasofaring melalui lubang hidung dengan lembut.
Ujung tajam pipa berada di lateral untuk menghindari plexus
Kiesselbach yang berada pada septum nasi. Bila mengalami sedikit
hambatan jangan dipaksakan, putar sedikit pipa tersebut. Dan bila
tetap gagal maka pipa dicoba dimasukkan melalui lubang hidung
satunya.
7. Dorong pelan-pelan hngga seluruhnya masuk sampai dasar
nasofaring, lalu pasang plester (kalau perlu).
8. Evaluasi: Look- Listen-Feel dan check napas

SOP PEMASANGAN ENDOTRACHEAL TUBE (ETT)

Pengertian Intubasi endotrakhea adalah proses memasukkan pipa endotrakheal ke


dalam trakhea

Tujuan menjamin jalan napas tetap terbuka, bebas dari obstruksi, akses untuk
ventilasi, memudahkan tindakan bantuan pernapasar, akses untuk
oksigenasi (konsentrasi tinggi) menghindari aspirasi dan disebut sebagai
airway.

Persiapan alat 1. Pipa oronasofaring


2. Suction/alat pengisap
3. Sumber Oksigen
4. Kanula dan masker oksigen
5. BVM/Ambu bag, atau Jackson Rees
6. Pipa encotrakheal sesuai ukuran dan stylet
7. Pelumas (Gelly)
8. Forcep magill
9. Laringoscope (handle dan blade sesuai ukuran, selalu periksa baterai
& lampu)
10. Obat-obatan sedatif i.v.
11. Sarung tangan
12. Plester can gunting
13. Bantal kecil tebal 10 cm (bila tersedia)

Prosedur 1. Sebelum intubasi berikan oksigen, sebaiknya gunakan bantal dan


pastikan jalan napas terbuka (hati-hati pada cedera leher).
2. Siapkan endotracheal tube, periksa balon (cuff), siapken stylet, beri
pelumas (jelly)
3. Siapkan laringoskop (pasang blade pada handle), lampu harus
menyala terang
4. Pasang laringoskop dengan tangan kiri, masukkan ujung blade ke sisi
kanan mulut pasicn, geser lidah pasien ke kiri
5. Tekan tulang rawan krikoid (untak mencegth aspirnsi = Sellick
Maneuver).
6. Lakukan traksi sesuai sumbu panjang laringoskop (hati-hati cedera
gigi, gusi, bibir).
7. Lihat adanya pita suara. Bila perlu isap lender/cairan lebih dulu
8. Masukkan ETT sampai batas masuknya di pita suara
9. Keluarkan stylet dan laringoskop secara hati-hati dan segera
konektor tube dubungkan dengan pipa oksigen, diberikan ventilasi.
(Konektor pipa disambung dengan BVM untuk segera diberi
hembusan napas)
10. Kembangkan balon (cuff) ETT, dilakukan oleh asisten yang membantu
11. Pasang pipa orofaring (mayo/guedel tube, atau bite block )
mencegah pipa tergigit.
12. Periksa posisi ETT apakah masuk dengan benar. Auskaltasi suara
pernapasan atau udara yang ditiupkan. Auskultasi segera, dilakukan
paling tidak pada 3 tempat yaitu lapangan auskulatasi lapangan paru
bawah kanan-kiri
13. Amankan posisi (fiksasi) ETT dengan plester.
SOP PEMASANGAN LARYNGEAL MASK AIRWAY (LMA)

Pengertian Menjamin pembebasan jalan nafas

Tujuan untuk membebaskan jalan napas

Persiapan alat 1. L.M.A yang sesuai ukuran (size) dengan penderita


2. Jelly untuk pelican
3. Semprit (spuit) 20-50 cc
4. Alat penghisap (suction pump)
5. Alat untuk memberi napas buatan (BVM)

Prosedur 1. Punggung sungkup laring diberi pelicin dengan jelly dan sungkup
dalam keadaan kempis (deflated).
2. Posisi penderita telentang kepala can leher merupakan satu garis,
menurut Brain posisi kepala agak sedikit fleksi.
3. Dagu ditekan
4. Pipa untuk membuka mulut dari L.M.A dipegang sepert memegang
pensil, kemudian sungkup laring dimasukkan ke dalam mulut dengan
bagian bawah singkup menghadap ke caudal
5. Dorong ujung sungkup dengan menempel pada permukaan palatum
sampaï mencapai dinding pharing bagian belakang
6. Kemudian tangan yang mendorong tersebut ditarik keluar, dan pipa
didorong sampai dirasakan adanya tahanan, ini berarti posisi
sungkup telah berada di hypopharing.
7. Tanda berupa garis hitam pada pipa L.M.A harus lurus dengan
septum nasi
8. Cuff diisi udara sesuai ukuran (size) dari L.M.A.
9. Pastikan jalan napas dengan mendengarkan suara napas dada saat
atau melihat gerak diberi napas buatan.
10. Pasang blok (bite block) di samping pipa dan fiksasi.

SOP PEMASANGAN KRIKOTIROIDEKTOMI

Pengertian Cricethyroidotomy adalah tindakan menembus atau membuka membrana


krikotiroid dengan menggunakan jarum besar berkanula atau menggunakan
pisau

Tujuan Mengatasi sementara keadaan hipoksia yang disebabkan karena


tersumbatnya jalan napas bagian atas.

Indikasi pasien yang mengalami tersumbatnya jalan napas bagian atas sehingga
terjadi hipoksia berat.

Kontraindikasi Koagulopati dan Cedera leher dengan pergeseran letak trachea

Persiapan alat 1. Jarum infus ukuran besar, no 14


2. Spuit 10 cc
3. Aquades/PZ, normal saline
4. Alkohol swab, desinfektan, sarung tangan
5. Sumber Oksigen dan selang
6. Lampu penerang ada

Prosedur 1. Cari titik tusuknya dengan cara: dari jakun (thyroid cartilage raba ke
bawah inilan marker titik tusuknya. Di bawah titik tusuk ini ada ring
yang agak lebih besar dari ring tulang trachea
2. Isi Spuit dengar Aquades/PZ
3. Desinfeksi daerah tusukan dengan alkohol swab/ desinfektan
4. Tusuk di membrana cricothyroidea dengan arah ke bawah untuk
menghindari melukai pita suara. Menusuk sambil menarik piston
dari spuit. Jika sudah keluar gelembung bearti sudah masuk jalan
nafas
5. Selaajutnya cabut jarum sisakan kanul infus yang di dalamnya
6. Sambungkan kanul tersebut dengan selang oksigen 100 % O2 > 10
liter per menit untuk selanjutnya pasien diberi oksigen dengan
sistem jet insuflasi (4:1 atau 3:1 tergantung kondisi pasien)
7. Teknik iní hanya bertahan 10-20 menit saja karena jikn terlalu lama
akan terjadi penumpukan karbondioksida.
8. Untuk itu tindakan ini perlu dilanjutkan dengan teknik Surgical
Cricothyroidotomy
2. SOP BREATHING MANAJEMEN

SOP BREATHING MANAJEMEN

Mulut ke mulut dan Mulut ke Hidung

Langkah-langkah pemberian oksigen mulut ke mulut

1. Pastikan hidung korban terpencet rapat


2. Ambil nafas seperti biasa (jangan terelalu dalam)
3. Buat keadaan mulut ke mulut yang serapat mungkin
4. Berikan satu ventilasi tiap satu detik
5. Kembali ke langkah ambil nafas hingga berikan nafas kedua selama satu detik.
6. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan pernafasan melalui mulut korban dapat
dilakukan pernafasan mulut ke hidung korban.

Langkah-langkah pemberian oksigen mulut ke hidung/sungkup

1. Penolong jengkeng di dekat kepala


2. Tiup 1,5 – 2 detik
3. lepas / ekshalasi
4. Sesuaikan volume nafas bantu dengan pengembangan dada pasien
5. Pada pasien anak-anak dan bayi, tiupan jangan terlalu kuat
SOP PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN BAG VALVE MASK (BVM)

Pengertian

Tujuan Memberikan bantuan napas melalui bag pada pasien yang mengalami gagal
napas

Prinsip 1. Dilakukan harus sinkron dengan napas pasien apabila pasien masih ada
usaha napas

2. Volume pada : - Dewasa : 7 cc per Kg BB

3. Sungkup harus disesuaikan dengan ukuran wajah pasien.

Persiapan alat 1. Bag dengan reservoir

2. Sumber oksigen lengkap dengan selangnyadan flow meter

3. Sungkup muka atau mask

4. Selang orofarengeal

5. Sarung tangan

6. Kaca mata atau goggles bila ada

7. Pengganjal kepala untuk mempertahankan agar ekstensi

Prosedur 1. Mengecek program terapi medik

2. Mencuci tangan dan memakai sarung tangan

3. Hubungkan sumber oksigen dengan resuscitation bag

4. Mengatur aliran oksigen 10-15 ltr/mnt

5. Mengatur posisi pasien dengan posisi kepala ekstensi, ganjal bagian


belakang kepala

6. Meletakkan sungkup muka (mask) menutupi hidung dan mulut pasien

7. Meletakkan satu tangan penolong diatas dagu pasien sambil menahan


ujung masker dan mempertahankan posisi kepala pasien ekstensi. Tangan
penolong yang satunya memegang resuscitation bag dan memompa
udara/oksigen yang dialirkan
8. Memberikan ventilasi/tidal volume 7 cc/ kgbb setiap kali ventilasi

9. Membiarkan dada pasien turun dulu sebelum memberikan ventilasi


berikutnya

10. Mengevaluasi respon pasien

11. Mencuci tangan

12. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien

Anda mungkin juga menyukai