NIM : P07520219084
Kelas : 2B D4 Keperawatan
Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.
Tujuan membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal
Cara:
b) JAW THRUST
Walaupun head tilt dan chin lift sudah dilakukan seringkali jalan naas belum
terbuka sempurna maka teknik jaw thrust ini harus dilakukan, tetapi pada
pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust
dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. Pada dugaan patah tulang
leher yang dilakukan adalah modifikasi jaw thrust dan fiksasi leher agar tak
ada gerak berlebih. Walaupun teknik ini menguras tenaga, namun
merupakan yang paling sesuai untuk pasien traama dengan dugaan patah
tulang leher.
Cara :
Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.
Tujuan mempertahankan jalan napas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah
agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan napas pada pasien
tidak sadar.
Indikasi Alat pembebasan jalan napas ini hanya boleh digunakan pada pasien koma,
tidak sadar dengan GCS < 10 karena bila pasien masih setengah sadar alat ini
dapat menyebabkan munculnya refleks muntah atau merangsang timbulnya
spasme laring (laringospasme). Dengan adanya refleks muntah dan atau
spasme laring tersebut akan menambah masalah dalam pembebasan jalan
napas. Selain untuk tujuan tersebut diatas alat ini juga digunakan untuk
memfasilitasi dalam melakukan suction atau untuk mencegah lidah atau ETT
tergigit, berfungsi sebagai bite block
Kontraindikasi dimana masih ada refleks muntah 8-10 pasien tidak sadar atau basien
dengan kesadaran menurun, GCS Pipa orofaring Pipa nasofaring
Prosedur 1. Siapkan pipa orofaring yang tepat ukurannya. Bersihkan dan basahi
agar licin.
2. Ukuran yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
orofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari sudut bibir
sampai ke tragus atau dari tengah bibir sampai ke angulus
mandibula.
3. Buka mulut pasien (chin lift atau gunakan ibu jari dan telunjuk).
4. Arahkan lengkungan merghadap ke langit-langit, menghadap ke
palatum. Masukkan separohnya kemudian pipa orofaring diputar
180° (sehingga lengkungan mengarah ke arah lidah).
5. Dorong pelan-pelan sampai posisi tepat.
6. Yakinkan lidah sudah tertepang pipa orofaring, lihat, dengar, dan
raba napasnya.
Pengertian Menjamin pertukaran udara secara normal sehingga pasien tidak jatuh
dalam kondisi hipoksia.
Tujuan Alat ini berbentuk pipa dari karet atau plastik atau silicon yang lembut dan
tidak berbalon yang berfungsi sebagai jalan aliran udara antara lubang
hidung dan faring.
Indikasi Pasien tidak sadar atau pasien dengan penurunan kesadaran dan bernapas
spontan (GCS > 10)
Prosedur 1. Nilai lubang hidung, septum nasi, tentukan pilihan ukuran pipa.
2. Ukuran pipa yang tepat dapat diperoleh dengan cara mencari pipa
rasofaring yang panjangnya sama dengan jarak dari ujung hidung
sampai ke tragus dan diameternya sesuai dengan jari kelingking
tangan kanan pasien.
3. Pakai sarang tangan.
4. Beri jelly pada pipa dan kalau ada maka tetesi kedaa lubang hidung
dengan obat tetes hidung atau larutan vasokonstriktor (misal: efedrin
atau Otrivin).
5. Hati-hati dengan kelengkungan tube yang merghadap ke arah depan,
ujungnya diarahkan ke arah telinga.
6. Masukkan pipa nasofaring melalui lubang hidung dengan lembut.
Ujung tajam pipa berada di lateral untuk menghindari plexus
Kiesselbach yang berada pada septum nasi. Bila mengalami sedikit
hambatan jangan dipaksakan, putar sedikit pipa tersebut. Dan bila
tetap gagal maka pipa dicoba dimasukkan melalui lubang hidung
satunya.
7. Dorong pelan-pelan hngga seluruhnya masuk sampai dasar
nasofaring, lalu pasang plester (kalau perlu).
8. Evaluasi: Look- Listen-Feel dan check napas
Tujuan menjamin jalan napas tetap terbuka, bebas dari obstruksi, akses untuk
ventilasi, memudahkan tindakan bantuan pernapasar, akses untuk
oksigenasi (konsentrasi tinggi) menghindari aspirasi dan disebut sebagai
airway.
Prosedur 1. Punggung sungkup laring diberi pelicin dengan jelly dan sungkup
dalam keadaan kempis (deflated).
2. Posisi penderita telentang kepala can leher merupakan satu garis,
menurut Brain posisi kepala agak sedikit fleksi.
3. Dagu ditekan
4. Pipa untuk membuka mulut dari L.M.A dipegang sepert memegang
pensil, kemudian sungkup laring dimasukkan ke dalam mulut dengan
bagian bawah singkup menghadap ke caudal
5. Dorong ujung sungkup dengan menempel pada permukaan palatum
sampaï mencapai dinding pharing bagian belakang
6. Kemudian tangan yang mendorong tersebut ditarik keluar, dan pipa
didorong sampai dirasakan adanya tahanan, ini berarti posisi
sungkup telah berada di hypopharing.
7. Tanda berupa garis hitam pada pipa L.M.A harus lurus dengan
septum nasi
8. Cuff diisi udara sesuai ukuran (size) dari L.M.A.
9. Pastikan jalan napas dengan mendengarkan suara napas dada saat
atau melihat gerak diberi napas buatan.
10. Pasang blok (bite block) di samping pipa dan fiksasi.
Indikasi pasien yang mengalami tersumbatnya jalan napas bagian atas sehingga
terjadi hipoksia berat.
Prosedur 1. Cari titik tusuknya dengan cara: dari jakun (thyroid cartilage raba ke
bawah inilan marker titik tusuknya. Di bawah titik tusuk ini ada ring
yang agak lebih besar dari ring tulang trachea
2. Isi Spuit dengar Aquades/PZ
3. Desinfeksi daerah tusukan dengan alkohol swab/ desinfektan
4. Tusuk di membrana cricothyroidea dengan arah ke bawah untuk
menghindari melukai pita suara. Menusuk sambil menarik piston
dari spuit. Jika sudah keluar gelembung bearti sudah masuk jalan
nafas
5. Selaajutnya cabut jarum sisakan kanul infus yang di dalamnya
6. Sambungkan kanul tersebut dengan selang oksigen 100 % O2 > 10
liter per menit untuk selanjutnya pasien diberi oksigen dengan
sistem jet insuflasi (4:1 atau 3:1 tergantung kondisi pasien)
7. Teknik iní hanya bertahan 10-20 menit saja karena jikn terlalu lama
akan terjadi penumpukan karbondioksida.
8. Untuk itu tindakan ini perlu dilanjutkan dengan teknik Surgical
Cricothyroidotomy
2. SOP BREATHING MANAJEMEN
Pengertian
Tujuan Memberikan bantuan napas melalui bag pada pasien yang mengalami gagal
napas
Prinsip 1. Dilakukan harus sinkron dengan napas pasien apabila pasien masih ada
usaha napas
4. Selang orofarengeal
5. Sarung tangan