Anda di halaman 1dari 21

Nama : Yohanna Pehulisa Br Surbakti

NIM : P07520219084
Kelas : 3/B STr Keperawatan

I. SOP PENGKAJIAN HEAD TO TOE PADA BAYI


Pengertian Kegiatan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap bayi
Tujuan 1. Untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan
normal atau abnormal
2. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau
abnormal
Persiapan alat 1) Kapas
2) Senter
3) Termometer
4) Stetoskop
5) Selimut bayi
6) Bengkok
7) Timbangan bayi
8) Pita ukur/metlin
9) Pengukur panjang badan
10) Format pengkajian
11) Alat tulis
Persiapan 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga maksud dan tujuan pemeriksaan
2. Anamnesa riwayat ibu : faktor genetik, faktor lingkungan, sosial,
faktor ibu (maternal),faktor perinatal, intranatal, dan neonatal
3. Susun alat secara ergonomis
4. Cuci tangan menggunakan sabun dibawah air mengalir,
keringkan dengan handuk bersih
5. Memakai sarung tangan
6. Letakkan bayi pada tempat yang rata
Pelaksanaan. 1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan
dengan air bersih. Dan kenakan sarung tangan yang bersih.
2. Amati bayi dan ibu sebelum menyentuh bayi.jelaskan pada ibu
bahwa sebaiknya ibu melakukan kontak mata dengan bayinya,
dan membelai bayinya dengan seluruh bagian tangan ibu (bukan
hanya jari-jarinya saja. Mintalah ibu untuk membuka baju bayi
dan tidak menyelimutinya. Periksa bayi didalam pelukan ibu
atau tempatkan ditempat yang telah disediakan dan tetep
menjaga kehangatan bayi.
3. Lihat postur normal bayi, tonus,dan aktivitas. Bayi sehat akan
bergerak aktif.
4. Lihat pada kulit bayi. Jelaskan pada ibunya bahwa wajah, bibir,
dan selaput lendir, dada harus berwarna merah muda, tanpa
adanya bintik-bintik kemerahan atau bisul.
5. Hitung pernafasanketika bayi sedang tidak menangis. Jelaskan
pada ibunya bahwa frekuensi napas normal harus 60-60 kali per
menit. Lihat pernafasan gerakan di dada dan perut: jelaskan
bahwa harus tidak ada retraksi dinding dada bawah (dada tertarik
kedalam).
6. Stetoskop diletakan pada dada kiri bayi setinggi apeks.
7. Hitung detak jantung dengan stetoskop. Frekuensi denyut
jantung normal adalah 120-160 kali per menit.
8. Raba kehangatan bayi: jelaskan bahwa punggung atau dada tidak
teraba lebih panas atau dingin dibandingkan dengan orang sehat.
9. Lakukan pengukuran suhu ketiak. Suhu normal adalah 36,5-
37,50c.
10. Lihat dan raba bagian kepala apakah ada pembengkakan atau
abnormalitas.
11. Lihat pada mata: Jelaskan bahwa harus tidak ada cairan.
12. Lihat bagian dalam mulut (lidah, selaput lendir). Jika bayi
menangis, masukan satu jari yang menggunakan sarung tangan
ke dalam dan raba langit-langit, apakah ada bagian yang terbuka
dan nilai kekuatan hisap bayi.
13. Lihat dan raba pada bagian perut  untuk memastikan bahwa
perutnya terasa lemas.
14. Lihat pada tali pusat. Jelaskan ke ibu bahwa seharusnya tidak
ada perdarahan,cairan, pembengkakan, bau yang tidak enak, atau
kemerahan pada kulit sekitar
15. Lihat pada punggung dan raba pada tulang belakang
16. Lihat pada lubang anus dan alat kelamin. Hindari untuk
memasukan alat atau jari dalam melakukan pemeriksaan anus.
17. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah BAB atau BAK. Pastikan
dalam 24 jam pertama bayi sudah BAB dan BAK.
18. Mengukur lingkar kepala bayi, normal: 31-35cm.
19. Mengukur lingkar dada bayi, normal: 30,5-33 cm
20. Mengukur panjang badan bayi, normal: 48-52cm.
21. Timbang berat badan bayi, normal: 2500-4000gram. Jelaskan
kepada ibu tentang perubahan berat badan bayi, bahwa BB bayi
akan turun pada umur 7-10 hari,selanjutnya BB bayi akan naik.
22. Mintalah ibu untuk memakaikan pakaian bayi kembali/
menyelimutinya,
23. Cuci tangan dengan sabun dan keringkan dengan kain yang
bersih dan kering
24. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya pada bayi
baru lahir, seperti:
a. Kejang, Hipotermi, Mata bernanah
b. Tidak mau menyusu dan memuntahkannya, Merintih, Ikterus
atau sianosis
c. Nafas cepat lebih dari 60 kali per menit, Ada tarikan dinding
dada yang dalam.
d. Pusar kemerahan, Diare, Tidak BAB dalam 24 jam.
25. Melengkapi catatan medis atau mendokumentasikan hasil
asuhan.
Hal-Hal yang Sebelum  memegang bayi harus cuci tangan terlebih dahulu
harus Setelah  memegang bayi pun harus cuci tangan kembali.
diperhatikan Segera lakukan rujukan apabila terdapat keabnormalan atau  tanda-
tanda bahaya pada bayi baru lahir.
II. SOP PENGKAJIAN HEAD TO TOE ANAK
Pengertian Kegiatan pengkajian fisik yang dilakukan terhadap bayi
Tujuan 3. Untuk memastikan keadaan fisik anak
4. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau
abnormal
Persiapan alat a. Bengkok
b. Stetoskope
c. GarputalaBak steril kecil
d. Tongue spatel
e. Meteran
f. Kassa/tissue
g. Stop watch
h. Pen light
i. Reflek hammer
j. Perlak dan alas
k. Otoskope
l. Specculum hidung
m. Snellen chart
n. Tes penciuman : minyak kayuputih, alkohol
o. Tes perasa : gula, garam, kopi
Persiapan Pasien a. Menjelaskan prosedur dan tujuan tidaka pada
anak/orangtua
b. Mengatur posisi anak
Persiapan Lingkungan a. Pengaturan ruangan/tempat
b. Menutup sampiran untuk menjaga privacy anak
Pelaksanaan 1. Kulit : warna, texture, turgor, pigmentasi, temperatur, lesi,
kelembaban, edema.
2. Kuku : wara, bentukm keadaan kuku, CRT, Clubbing
fingers.
3. Kepala
a. Rambut : Warna, kualitas, ketebalan, distribusi,
kelembaban.
b. Kulit kepala : ketombe, seborrhea, pembengkakan,
benjolan, lesi.
c. Bentuk kepala : simetris, ukur lingkar kepala pada anak
< 1 tahun.
4. Wajah : asimetri, pembengkakan, lesi.
5. Mata
a. Alis : normal: ada diatas kedua mata, bergerak
simetris, warna, distribusi, lesi, rontok.
b. Bulu mata : warna, kondisi/distribusi, posisi, peradanga
(hordeolum).
c. Kelopak mata : warna, edema, lesi, posisi, ectropion,
entropion.
d. Bola mata : posisi (dalam/cekung,
menonjol/exopthalmus, tenggelam/enopthalmus).
e. Conjungtiva : warna (N : merah muda, lembab,
bercahaya, ada pembuluh darah kecil – kecil, jernih),
peradangan.
f. Sclera : warna (N : putih dan jernih), benda asing,
discharge, lesi.
g. Cornea dan iris : abrasi, kejernihan, ( normal : licin dan
transparan, sensitivitas kornea (test Nervous V)).
h. Pupil : bentuk (n: bulat), kesamaan ukuran, warna
(gelap, keruh, dan tidak berwarna, katarak), reflek
pupil terhadap cahaya,consensual reaction, refleks
akomodai, kelenjar air mata.
i. Ketajaman penglihatan : snellen chart/ gambar.
j. Lapang pandang.
6. Hidung
a. Struktur luar : ukuran, bentuk nares, simetris (lurus
tidaknya septum hidung), flaring (pengembangan
cuping hidung), discharge, oedema.
b. Struktur dalam : membran mukosa warna (N: merah
muda), inflamasi, alergi, septum (N: ditengah –
tengah), warna, eksudat, edema, polip, epistaksis.
c. Passage udara (menutup lubang hidung).
d. Palpasi sinus.
e. Penciuman.
7. Telinga
a. Struktur luar : warna, lesi, strumen, ukuran telinga,
membran tympani (warna N: abu – abu tua, intact :
tidak ada perforasi/tidak tembus cahaya), discharge.
Bau, edema tulang mastoid.
b. Pendengaran : tes rine, tes webber, detik jam tangan,
gesekan kertas, dan bisikan suara.
8. Mulut dan pharing dan laring
a. Bibir : wara (N : merah muda), simetris (sudut dengan
sudut sejajar), kelembaban, lesi, ulkus, massa,
labiapalastokizis.
b. Mukosa : warna, kelembaban, lesi.
c. Gigi : carries¸letak, wara, posisi, extractio sites
( daerah yang tidak ada gigi).
d. Gusi : warna, edema, retracsi, perdarahan, lesi.
e. Lidah : warn, posisi, ukuran
(macroglosia/microglosia), lesi, texture permukaan,
fisura/belahan, papila/bintil – bintil, pergerakan dan
hipersaliva.
f. Pharynx : mukosa membran, adanya edema, faring,
hiperemia, pseudomembrane, uvula, tonsil.
g. Bau mulut.
h. Reflex : GAG reflex, reflex menelan.
9. Laring : obtruksi laring.
10. Leher : adanya tekanan vena jugularis, ada tidaknya massa
dalam leher, kulit leher, ROM, trachea, kelenjar tyroid,
kelenjar getah bening.
11. Dada
a. Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan, gerakan dada,
adanya deformitas atau tidak.
b. Palpasi : adanya penonjolan, pembengkakan.
c. Pmeriksaan payudara : kaji ukuran, bentuk, lesi, adanya
penonjolan, pembegkakan, putting usu dan areola,
adanya ginecomastia, pengeluaran ASI (pada puttting
neonatus).
12. Paru
a. Inspeksi : kesimetrisan pengembangan paru, diameter
antero-posterior, dan transversal, kelainan tulang
belakang : lordosis, kiposis, dan skoliosis.
b. Palpasi : pengembangan dada, adanya nyeri tekan,
masa, peradangan, kesimetrisan ekspansi paru,
tactil/vocal vremitus.
c. Perkusi : batas anterior dan posterior paru
d. Auskultasi : bunyi paru, suara nfas tambahan.
13. Jantung
a. Inspeksi : area perikordial
b. Palpasi : area aorta, area pulmonal, area trikuspid, area
apikal.
c. Perkusi : batas jantung.
d. Aauskultasi : bunyi jantung, bunyi tambahan, murmur.
14. Abdomen
a. Inspeksi : kulit, umbilikus, bentuk, simetris,
pembesaran organ, adanya massa, adanya pulsasi.
b. Auskultasi : bising usus, desiran aorta, arteri renalis,
arteri iliaka, arteri femoralis, friction rubs.
c. Perkusi : timpani
d. Palpasi : adanya massa dan nyeri teka, palpasi hepar,
palpasi limfa, palpasi ginjal.
15. Ekstremitas atas dan bawah
a. Inspeksi : kulit, pembengkakan, simetrisitas, kuku,
polidaktili, sindaktili, pesequinovarus/vagus.
b. Palpasi : edema. Capilary Refill Time (CRT).
c. Refleks biseps, trisep, patela, babinski.
16. Genetalia wanita dan pria
a. Genetalia wanita
-Inspeksi : epispadia, labia, klitoris, orifisium uretra,
introitus vagina, keluarn/sekret.
- Palpasi : adanya pembesaran atau nyeri tekan.
b. Genetalia pria
- Penis
Inspeksi : Perkembangan penis, prepusium, adaya
fimosis, gland penis, metaus uretral, adanya
hipospadia.
Palpasi : adanya lesi yang terlihat, korpus penis.
- Skrotum dan isinya
Inspeksi : kontur dari skrotum, kulit skrotum.
Palpasi : testis perhatikan adanya benjolan, adanya
nyeri tekan, adabta hidrocele.
17. Anus dan rectum
a. Inspeksi : jaringan perineal, atresia ani.
b. Palpasi : kulit sekitarnya.
18. Bereskan alat dan cuci tangan.
19. Rapikan pasien dan beri posisi yang nyaman.
20. Dokumentasikan hasil tindakan.
III. SOP PEMERIKSAAN TUMBUH KEMBANG DENGAN DENVER II
Pengertian Salah satu metode screening terhadap kelainan perkembangan anak.
Tes ini bukanlah tes diagnostic atau tes IQ
Tujuan Untuk menaksir perkembangan personal sosial, motorik halus,
bahasa dan motorik kasar pada anak umur 1 bulan sampai 6 tahun
Persiapan pasien 1. Identifikasi pasien
2. Beritahu pasien/keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Persiapan Alat-alat 1. Formulir pencatatan DDST
2. Benang wol
3. Manik-manik dan botol
4. Boneka
5. Bola
6. Kertas dan pensil
7. Alat permainan sesuai usia
Pelaksanaan 1. Tentukan usia anak (<15 hari dibulatkan kebawah, ≥ 15 hari
dibulatkan keata)
2. Beri garis vertical pada form DDST sesuai usia anak (memotong
semua kotak-kotak tugas perkembangan pada semua sektor )
3. Lakukan penilaian sektor motorik kasar, bahasa, motorik halus
dan personal sosial pada sebelah kiri garis vertikal secara bergantian
(tidak harus berurutan)
4. Selanjutnya nilai juga tugas perkembangan setiap kotak yang
terpotong garis vertical pada setiap sektor
5. Beri tanda P (Passed) didepan kotak tugas perkembangan bila
anak mampu melaksanakan. Beri tanda F (Fail) bila anak tidak
mampu dan R(Refused) bila anak menolak
6. Lakukan penilaian selesai pemeriksaan
A. Abnormal  Jika ada ≥2 keterlambatan pada sektor / lebih
1) Jika satu sektor ada > 2 keterlambatan 1> sektor dengan 1
2) Keterlambatan 1 sektor yang sama tidak ada yang lulus pada
kotak yang berpotongan garis vertikal
B. Meragukan
1) Jika pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
2) Jika pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan
pada sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang
berpotongan dengan garis vertikal usia
C. Tak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi
abnormal atau meragukan
D. Normal semua
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria diatas
7. Bereskan alat-alat dan dokumentasikan hasil.
IV. SOP PEMERIKSAAN ANAK SAKIT MENGGUNAKAN MTBS
1. Pengertian MTBS adalah Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam
tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-5
tahun (Balita) secara menyeluruh.
2. Tujuan a) Meningkatkan keterampilan petugas
b) Menilai, mengklasifikasi dan mengetahui resiko dari penyakit
yang timbul
c) Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan
dirumah
d) Sebagai pedoman kerja bagi petugas dalam pelayanan balita sakit
e) Memperbaiki sistem kesehatan
3. Prosedur Alat
Alat tulis, blangko pemeriksaan, timbangan BB, Ukuran, Meteran,
Termometer, alat Respiratory Rate Timer.
Intruksi Kerja
1. Persiapan
1) Petugas Menyiapkan Buku register
2) Petugas menyiapkan Blangko pemeriksaan
3) Petugas menyiapkan alat-alat pemeriksaan antara lain:
a. Timbangan BB
b. Termometer
c. Alat Respiratory Rate Timer.
2. Proses
a. Anamnesa :
Wawancara antara orang tua Bayi dan Balita mengenai keluhan
utama, keluhan tambahan,lamanya sakit,pengobatan yang telah
diberikan,riwayat penyakit lainnya.
b. Pemeriksaan :
1 Untuk bayi muda umur 1 hari s/d 2 bulan :
a. Periksa kemungkinan kejang.
b. Periksa gangguan kejang.
c. Ukur suhu tubuh.
d. Periksa kemungkinan adanya infeksi bakteri
e. Periksa kemungkinan adanya Icterus
f. Periksa kemungkinan gangguan pencernaan dan Diare
g. Ukur Berat badan.
h. Periksa status Imunisasi.
i. Dan Seterusnya liat formulir MTBS.
2. Untuk Bayi umur 2bulan s/d 5 tahun :
a) Keadaan umum.
b) Respirasi ( menghitung nafas).
c) Derajat dehidrasi (turgor kulit).
d) Suhu tubuh.
e) Periksa telinga (apakah keluar cairan dari lubang
telinga).
f) Periksa status gizi.
g) Periksa status imunisasi dan pemberian vitamin A.
h) Menentukan klasifikasi,tindakan,penyuluhan dan
konsultasi dokter.
4. Langkah- a) Pasien bayi/balita dari loket pendaftaran menuju ruang
langkah KIA/Gizi untuk ditimbang berat badannya,lanjut menuju ruang
pelayanan MTBS.
b) Petugas menulis identitas pasien pada kartu rawat jalan.
c) Petugas melakukan anamnesa :
- Keluhan utama.
- Keluhan tambahan.
- Lamanya sakit.
- Pengobatan yang telah diberikan.
- Riwayat penyakit lainnya.
d) Petugas melakukan pemeriksaan :
- Keadaan Umum.
- Respirasi.
- Derajat dehidrasi.
- Suhu tubuh.
- Telinga.
- Status gizi.
- Status imunisasi dan pemberian Vitamin A.
e) Petugas menilai hasil anamnesa dan pemeriksaan serta
mengklasifikasi dalam form klasifikasi dan pemberian
penyuluhan.
f) Petugas memberikan pengobatan sesuai buku pedoman MTBS,
bila perlu dirujuk keruang pengobatan untuk konsultasi dokter.

V. SOP PERAWATAN BAYI HIPOTERMI DENGAN INCUBATOR


Pengertian Perawatan untuk mengurangi kehilangan panas pada bayi yang
dirawat di RS
Inkubator merupakan lingkungan yang ideal untuk bayi yang tidak
mampu mengatur suhu tubuhnya sendiri
Tujuan Mengontrol suhu, kelembaban dan kadar oksigen secara akurat
Untuk memberikan penghangatan dan mempertahankan suhu tubuh
dalam batas normal agar tidak mengalami hipotermia
Indikasi Bayi tidak dapat mempertahankan suhunya dengan baju dan
bedung
Bayi yang sakit dan memerlukan observasi yang ketat
Resiko kehilangan panas yang tinggi
Infeksi yang tidak diketahui menuju sepsis
Ada masalah nutrisi
Berat Badan Lahir Rendah
Memiliki luka yang besar
Ada stoma baru atau usus terbuka
Pelaksanaan 1. Perawat mengatur suhu pada inkubator sesuai dengan
kebutuhan bayi
2. Perawat mengisi air destilasi atau tambahkan air jika kurang.
Ganti air jika sudah kotor
3. Perawat mencuci tangan
4. Buka tutup inkubator
5. Letakkan bayi dalam inkubator
6. Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
7. Tutup inkubator, jaga lubang selalu tertutup agar inkubator
tetap hangat
8. Ukur suhu tubuh bayi minimal setiap 4 jam sekali
9. Ukur intake output cairan
10. Ubah posisi bayi setiap 2 jam sekali
11. Observasi tanda-tanda gangguan integritas kulit
12. Berikan ASI setiap 2 jam sekali atau sesuai program
13. Keluarkan bayi pada saat diteteki
14. Periksa suhu inkubator tiap 3 jam atau jika alrm berbunyi
15. Atur kembali jika suhu inkubator tidak stabil, pertahankan
suhu bayi 36,5-37,5 oC
16. Perawat cuci tangan

HAL-HAL YANG 1. Ganti air destilasi jika sudah kotor atau tiap 24 jam atau setelah
PERLU pemakaian inkubator selesai dipakai dan tambahkan air jika
DIPERHATIKAN kurang
2. Bersihkan inkubator dengan desinfektan setiap hari terutama
setelah digunakan
VI. SOP METODE KANGURU
Pengertian Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah asuhan kontak kulit
dengan kulit yang merupakan metode khusus asuhan bagi Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR = bayi dengan berat lahir < 2500 g)
dan bayi hipotermia
Tujuan a. Mencegah terjadinya hipotermia
b. Mempromosikan pemberian ASI eksklusif pada bayi
c. Mencegah infeksi nosokomial akibat penuhnya bayi yang
dirawat di ruang bayi
d. Membuat ibu lebih percaya diri merawat bayinya yang BBLR
e. Memperpendek masa perawatan BBLR di RS
f. Menstabilkan denyut jantung, pola pernafasan dan saturasi
oksigen
g. Memberikan kehangatan pada bayi
h. Meningkatkan durasi tidur
i. Mengurangi tangisan bayi dan kebutuhan kalori
j. Mempercepat peningkatan berat badan dan perkembangan otak
k. Meningkatkan hubungan emosional ibu dan bayi
l. Meningkatkan keberhasilan dan memperlama durasi menyusui
Persiapan 1. Persiapan alat
Alat pengukur tanda vital bayi (thermometer, stetoskop, jam)
Gendongan dan topi bayi
2. Persiapan bayi
Ukur tanda-tanda vital meliputi suhu, nadi, respirasi
Buka pakaian bayi kecuali popok
3. Persiapan orang tua
Cuci tangan (ibu atau ayah yang akan melakukan PMK)
Buka pakaian atas ibu atau ayah
Tahap Kerja 1) Posisikan bayi di dada ibu atau ayah
2) Pertahankan posisi dengan menggunakan gendongan bayi
3) Tepi kain penggendong bagian atas harus dibawah telinga
bayi
4) Pakaikan topi bayi
5) Pakai kembali baju atas ibu atau ayah
Evaluasi 1. Pantau kondisi bayi mencakup tanda-tanda vital dan status
oksigenisasi
2. Identifikasi tanda-tanda bahaya yang menetap dan lakukan
tindakan sesuai masalah yang ditemukan
VII. SOP FOTOTERAPI BAYI HIPERBILIRUBIN
Fototerapi merupakan penatalaksanaan hiperbilirubinemia yang bertujuan
Pengertian untuk menurunkan konsentrasi bilirubin dalam sirkulasi atau mencegah
peningkatan kadar bilirubin.Fototerapi merupakan penatalaksanaan
hiperbilirubinemia yang bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin
dalam sirkulasi atau mencegah peningkatan kadar bilirubin.
Tujuan Fototerapi bertujuan untuk menurunkan konsentrasi bilirubin. Perawatan bayi
dengan fototerapi bertujuan untuk memastikan bahwa proses fototerapi
berjalan dengan baik sehingga memperoleh hasil yang maksimal.
Petugas Perawat
Alat dan a. Sarung tangan
Bahan b. Hand rub
c. Inkubator
d. Blue light
e. Penutup mata bayi
f. Popok bayi
g. Bantal bayi
h. 2 handuk kecil
Cara Tahap Prainteraksi :
Kerja 1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan lingkungan
Tahap Orientasi :
1. Memberi salam dan membina hubungan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan tindakan kepada keluarga bayi
3. Memberikan kesempatan pada keluarga bayi untuk bertanya
4. Menanyakan kesiapan keluarga bayi sebelum tindakan dilakukan.
Tahap Kerja :
1. Hand hygiene
2. Memakai sarung tangan
3. Lepaskan pakaian bayi, kecuali popok
4. Kenakan pentup mata pada bayi
5. Letakkan bayi di dalam inkubator
6. Ubah posisi bayi setiap 3 jam
7. Periksa kadar bilirubin setiap 12 atau 24 jam
8. Pantau suhu bayi
9. Observasi intake output bayi
10. Edukasi serta motivasi keluarga bayi
11. Lepas sarung tangan
12. Rapikan alat
13. Cuci tangan
Terminasi :
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Merapikan alat-alat
3. Mencuci tangan
4. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan: Dokumentasikan
nama bayi, nomor rekam medik, tanggal dan jam dimulai dan selesainya
fototerapi, jumlah jam pemakaian alat fototerapi dalam lembar
dokumentasi pemakaian alat. Dokumentasikan pula tanggal dan jam
pengunaan fototerapi, tampilan klinis bayi, dan tindakan lainnya yang
dilakukan terkait fototerapi dalam lembar dokumentasi perawatan bayi.

VIII. SOP RESUSITASI PADA BAYI ASFIKSIA


Pengertian  Resusitasi Bayi Baru Lahir adalah Tindakan untuk menangani bayi
baru lahir dengan asfiksia
 Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernapas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir
Tujuan Melancarkan kelangsungan pernafasan bayi baru lahir.
Alat Dan Alat :
Bahan 1. Tempat resusitasi datar, rata, bersih, kering dan hangat
2. Handuk atau kain bersih dan kering ( 2 bj ) yaitu untuk mengeringkan
dan menutup tubuh dan kepala bayi dan satunya untuk ganjal bahu
3. Balon sungkup dengan katup pengatur tekanan
4. Tabung oksigen lengkap dengan regulator
5. Lampu 60 watt dengan jarak dari lampu ke bayi 60 cm
Bahan :
1. Alat penghisap lendir De Lee DTT
2. Kasa DTT/Steril

Prosedur 1. Pasien datang


Kerja 2. Petugas memberi salam kepada pasien dengan ramah
3. Petugas melakukan informed consent sebelum melakukan tindakan.
4. Petugas mencocokkan identitas pasien
5. Petugas menjelaskan kepada pasien mengenai prosedur yang akan
dilakukan
6. Petugas menyiapkan alat dan bahan
7. Petugas mengatur posisi pasien

PERSIAPAN SEBELUM TINDAKAN


a. Perlengkapan resusitasi harus selalu tersedia dan siap digunakan
pada setiap persalinan.
b. Penolong sudah mencuci tangan sesuai SOP dan mengenakan
sarung tangan DTT/Steril
PENILAIAN BAYI BARU LAHIR
1. Lakukan Penilaian ( selintas )
a. Apakah bayi cukup bulan
b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium
c. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan
d. Apakah bayi bergerak aktif
Bila salah satu jawaban adalah tidak, lanjut ke langkah resusitasi pada
asfiksia bayi baru lahir
2. Bila air ketuban bercampur mekonium :
Lakukan penilaian apakah bayi menangis/bernapas normal/megap-
megap/tak bernapas :
 Jika menangis atau bernapas normal, potong tali pusat
dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,
dilanjutkan dengan langkah awal
 Jika megap-megap atau tidak bernapas, buka mulut lebar,
usap mulut dan isap lendir, potong tali pusat dengan cepat,
tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun, dilanjutkan dengan
Langkah Awal

LANGKAH AWAL
1. Selimuti bayi dngan handuk/kain yang diletakkan di atas perut ibu,
bagian muka dan dada bayi tetap terbuka
2. Letakkan bayi di tempat resusitasi
3. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
ekstensi dengan mengatur tebal handuk/kain ganjal bahu yang telah
disiapkan
4. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada mulut sedalam <5
cmdan kemudian hidung bayi sealam <3 cm
5. Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok-gosok
dada/perut/punggung bayi sebagai rangsangan taktil untuk merangsang
pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan kering.
Selimuti bayi dengan kain kering. Biarkan muka dan dada terbuka
6. Mereposisikan kepala bayi dan nilai kembali usaha napas
a. Bila menangis kuat atau bernapas spontan, lakukan Asuhan
Bayi Baru Lahir
b. Bila tetap tidak bernapas atau megap-megap maka lakukan
ventilasi
Perhatian : Langkah 2-8 dilakukan dalam waktu 30 detik
VENTILASI
7. Mulai ventilasi
 Beritahu pada ibu dan keluarga bahwa bayi mengalami
masalah sehingga perlu dilakukan tindakan resusitasi
 Minta ibu dan keluarga memahami upaya ini dan minta
mereka ikut membantu (pengawasan ibu dan pertolongan
bagi bayi baru lahir dengan asfiksia
8. Ventilasi dikerjakan dengan menggunakan balon sungkup
9. Sisihkan kain yang menutup bagian dada agar penolong dapat menilai
pengembangan dada bayi waktu dilakukan peniupan udara
10.Uji fungsi balon dan sungkup dengan jalan menekan balon sambil
menahan corong sungkup
11.Pasang sungkup melingkupi hidung, mulut dan dagu ( perhatikan
perlekatan sungkup dan daerah mulut bayi

VENTILASI PERCOBAAN
1. Tekan balon untuk mengalirkan udara (20 cm air) ke jalan nafas bayi
a. Perhatikan gerakan dinding dada
 Naiknya dinding dada mencerminkan mengembangnya
paru dan udara masuk dengan baik
 Bila dinding dada tidak naik/tidak mengembang maka
prisa kembali :
 Kemungkinan kebocoran perlekatan sungkup
dan hidung
 Posisi kepala dan jalan napas
 Sumbatan jalan napas
b. Lakukan koreksi dan ulangi ventilasi percobaan

VENTILASI DEFINITIF
2. Setelah ventilasi percobaan berhasil maka lakukan ventilasi definitif
dengan jalan menekan balon ventilasi dengan frekwensi 20 kali dalam
waktu 30 detik. Nilai hasil ventilasi ( pernapasan setiap 30 detik )
3. Lakukan penilaian ventilasi dan lanjutkan tindakan :
a. Jika setelah 30 detik pertama bayi menangis kuat dan bergerak
aktif maka selimuti bayi dan serahkan pada ibunya untuk menjaga
kehangatan tubuh dan inisiasi menyusu dini
b. Jika setelah 30 detik pertama bayi belum bernapas spontan atau
megap-megap maka lanjutkan tindakan ventilasi
c. Jika bayi mulai bernapas tetapi disertai dengan tarikan atau
retraksi dinding dada bawah maka segera rujuk ke fasilitas rujukan
sambil tetap diberikan ventilasi
4. Jika bayi belum bernapas spontan atau megap-megap, lanjutkan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik selanjutnya dan lakukan penilaian
ulang lihat langkah 16 a-c
a. Bayi tidak bernapas dan telah di ventilasi lebih dari 2 menit maka
siapkan rujukan
b. Hentikan resusitasi sesudah 10 menit bayi tidak bernapas dan tdak
ada denyut jantung

TINDAKAN PASCA RESUSITASI


5. Bila Resusitasi Berhasil :
Melanjutkan penatalaksanaan aktif ersalinan kala tiga sesuai penuntun
persalinan normal

6. Bila perlu rujukan


 Melakukan konseling untuk merujuk bayi beserta ibu dan keluarga
 Melanjutkan resusitasi
 Memantau tanda bahaya
 Mencegah hipotermi
 Memberikan vitamin K1
 Mencegah infeksi
 Membuat surat rujukan
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

7. Bila Resusitasi tidak berhasil :


 Melakukan konseling pada ibu dan keluarga
 Memberikan petunjuk perawatan payudara
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

8. Lakukan dekontaminasi seluruh peralatan yang telah digunakan :


 Penghisap lendir direndam setelah dibilas dengan laruitan klorin
0,5% dengan semprit
 Seka sungkup dengan larutan klorin 0,5%
 Rendam kain ganjal dan pengering tubuh bayi dengan air detergen

DOKUMENTASI TINDAKAN RESUSITASI


9. Catat secara rinci :
 Kondisi saat lahir
 Tindakan untuk memulai pernapasan
 Waktu antara lahir dengan tindakan langkah awal dan ventilasi
 Proses resusitasi dan hasilnya
 Bila resusitasi gagal apa penyebabnya
 Keterangan rujukan apabila dirujuk

IX. MENGUKUR INTAKE OUTPUT CAIRAN


Pengertian : suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh
(intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh (output)
Tujuan :
a. menentukan status keseimbangan
b. cairan tubuh klien
c. menentukan tingkat dehidrasi
Pelaksanaan :
1. Menentukan jumlah cairan yang msk ke dalam tubuh klien, terdiri dari : air minum,
air dalam makanan, air oksidasi/metabolisme, cairan intravena dll
2. Menentukan jumlah cairan yang keluar dari tubuh klien terdiri dari : urine, IWL,
feces, muntah, dll
3. Menentukan keseimbangan cairan tubuh klien dengan rumus :
Intake-Output (Intake/cairan masuk = Output/cairan keluar + IWL (Insensible Water
Loss)
Insesible Water Loss
Dewasa : 15 cc/kg BB/hr
Anak : (30-usia(th) cc/kg BB /hrc. Jk ada kenaikan suhu badan : IWL +200 (suhu bdn
skrg-36,8ºC) Kebutuhan urine jika anak ngompol
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc-1 cc/kgBB/hari

Air Metabolisme
Dewasa : 5 ml/kg BB/hr
Anak :
12-14th = 5-6 ml/kg BB/hr
7-11th = 6-7 ml/kg BB/hr
5-7 th = 8-8,5 ml/kg BB/hr
Balita = 8 ml/kg BB/hr
Bagaimana jika ada kenaikan suhu?maka untuk menghitung output terutama IWL
gunakan rumus :
IWL + 200 (suhu tinggi-36,8 .°C),nilai 36,8 °C adalah konstanta.
X. SOP PERAWATAN KOLOSTOMI
Suatu tindakan mengganti kantong kolostomi yang penuh dengan
Pengertian
kantong kolostomi yang baru.
Tujuan 1. Mengganti kantong kolostomi yang sudah penuh
2. Memberikan kenyamanan pada pasien
Persiapan 1. Sarung tangan bersih
Alat/Bahan 2. Handuk mandi / selimut mandi
3. Air hangat
4. Sabun mandi yang lembut
5. Tissue
6. Kantong kolostomi bersih
7. Bengkok/pispot
8. Kassa
9. Tempat sampah
10. Gunting

Tahap Pra Interaksi 1) Cek catatan perawatan/catatan medis pasien


2) Dekatkan alat di dekat pasien
Tahap Orientasi 1) Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga /
pasien
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
Tahap Kerja 1) Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
2) Pasang selimut mandi / handuk
3) Dekatkan bengkok ke dekat pasien
4) Cuci tangan
5) Pasang sarung tangan bersih
6) Buka kantong lama dan buang ke tempat bersih
7) Bersihkan stoma (lubang kolostomi) dan kulit sekitar dengan
menggunakan sabun dan cairan hangat
8) Lindungi stoma (lubang kolostomi) dengan tissue ataukassa
agar feces tidak mengotori kulit yang sudahdibersihkan
9) Keringkan kulit sekitar stoma (lubang kolostomi) dengan
tissue atau kassa
10) Menyesuaikan lubang kantong colostomi dengan
stoma(lubang kolostomi) pada perut.
11) Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi tegak
/mendatar / miring sesuai kebutuhan pasien
12) Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
13) Merekatkan/memasang kantong kolostomi dengan tepat tanpa
udara didalamnya
14) Buka sarung tangan
15) Bereskan alat
16) Rapihkan pasien
17) Mencuci tangan
Tahap Terminasi 1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
XI. SOP BERMAIN PADA ANAK HOSPITALISASI
PENGERTIAN 1. Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik
dirinya yang tidak disadari (Wong: 1991)
2. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkannya tanpa mempertimbangkan
hasil akhirnya (Hurlock: 1978)

3. Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan dalam


mengatasi konflik dari dalam dirinya yang tidak disadari
serta dengan keinginan sendiri ubtuk memperoleh
kesenangan (Roster: 1987)
TUJUAN 1. Meminimalisir tindakan perawatan yang traumatis
2. Mengurangi kecemasan
3. Membantu mempercepat penyembuhan
4. Sebagai fasilitas komunikasi
5. Persiapan untuk hospitalisasi atau surgery

6. Sarana untuk mengekspresikan perasaan


KEBIJAKAN Dilakukan di Ruang rawat inap, Poli tumbuh kembang, Poli rawat
jalan dan Tempat penitipan anak
PETUGAS Perawat
PERSIAPAN 1. Pasien dan keluarga diberitahu tujuan bermain
PASIEN 2. Melakukan kontrak waktu
3. Tidak ngantuk
4. Tidak rewel
5. Keadaan umum mulai membaik

6. Pasien bias dengan tiduran atau duduk, sesuai kondisi klien


PERALATAN 1. Rancangan program bermain yang lengkap dan sistematis

2. Alat bermain sesuai dengan umur/jenis kelamin dan tujuan


PROSEDUR A. Tahap Pra Interaksi
PELAKSANAAN 1. Melakukan kontrak waktu
2. Mengecek kesiapan anak (tidak ngantuk, tidak rewel,
keadaan umum membaik/kondisi yang memungkinkan)
3. Menyaiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan menyapa nama
pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Memberi petunjuk pada anak cara bermain
2. Mempersilahkan anak untuk melakukan permainan
sendiri atau dibantu
3. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
4. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan
5. Mengobservasi emosi, hubungan inter-personal,
psikomotor anak saat bermain
6. Meminta anak menceritakan apa yang
dilakukan/dibuatnya
7. Menanyakan perasaan anak setelah bermain
8. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang
permainan
D. Tahap Terminasi

li>Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan


1. Berpamitan dengan pasien
2. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
3. Mencuci tangan

4. Mencatat jenis permainan dan respon pasien serta


keluarga kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
dan kesimpulan hasil bermain meliputi emosional,
hubungan inter-personal, psikomotor dan anjuran untuk
anak dan keluarga

Anda mungkin juga menyukai