Oleh :
Kelompok 3
1. Christin Natalia Ginting
2. Grace Nataline Sibagariang
3. Meidar Dwi Alfani Zega
4. Suri Imelda Sianturi
5. Yohanna Pehulisa Br Surbakti
A. PENGERTIAN
Ketoasidosis
B. ETIOLOGI
Etiologi ketoasidosis diabetik yang paling umum terjadi adalah :
a. Infeksi, penyakit atau trauma (Meningkatkan kenaikan metabolism sehingga
kebutuhan insulin meningkat). Patogen penyebab tersering infeksi pada ketoasidosis
diabetik adalah Klebsiella pneumoniae.
b. Stress fisik dan emosional; respons hormonal terhadap stress mendorong
peningkatan proses katabolik (Peningkatan kadar hormone anti insulin (glucagon,
epinefrin, kortisol)).
c. Menolak terapi insulin.
d. Pasien baru DM tipe 1
D. PATOFISIOLOGI
Ketoasidois terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya
jaringan lemak untuk memenuhi kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal
ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh akan
rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian
otot jantung, stroke, dan sebagainya.
Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam perkembangan ketoasidosis
diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma, ataupun kehilangan insulin.
Semua gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung dari kekurangan
insulin. Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan jaringan tubuh akan
menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan glukosuria. Meningkatnya lipolisis
akan menyebabkan kelebihan produksi asam asam lemak, yang sebagian diantaranya
akan dikonversi (diubah) menjadi keton, menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik
dan ketonuria. Glikosuria akan menyebabkan diuresis osmotik, yang menimbulkan
kehilangan air dan elektrolit seperti sodium, potassium, kalsium, magnesium, fosfat dan
klorida. Dehidrsi terjadi bila terjadi secara hebat, akan menimbulkan uremia pra renal
dan dapat menimbulkan syok hipovolemik. Asidodis metabolik yang hebat sebagian
akan dikompensasi oleh peningkatan derajad ventilasi (peranfasan Kussmaul). Muntah-
muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit.
Sehingga, perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking
vicious yang seluruhnya harus diputuskan untuk membantu pemulihan metabolisme
karbohidrat dan lipid normal. Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang
memasuki sel akan berkurang juga Disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi
tidak terkendali. Kedua faktor ini akan menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk
menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan mengekskresikan
glukosa bersama-sama air dan elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik
yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuri) akan menyebabkan dehidrasi dan
kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-
kira 6,5 L air dan sampai 400 hingga 500 mEq natrium, kalium serta klorida selama
periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang lain adlah pemecahan lemak
(lipolisis) menjadi asam-asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah
menjadi badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk
dalam sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.
E. PEMERIKSAAN P e n u n j a n g
Tes darah, untuk mengetahui kadar gula darah, kadar keton darah, tingkat keasaman darah
(analisis gas darah), dan kadar elektrolit darah
Tes urine, untuk melihat kadar keton urine dan kemungkinan infeksi saluran kemih
Tes elektrokardiogram (EKG), untuk melihat apakah kondisi pasien disebabkan oleh serangan
jantung
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Awal
Penilaian dilakukan terhadap tingkat dehidrasi, kesadaran (Glasgow Coma Scale),
pemeriksaan sampel darah dan urin. Lakukan pemasangan intravenous line bersama
dengan pengambilan darah.
Pastikan pernafasan pasien baik. Jika terganggu, lakukan resusitasi sesuai panduan.
Amankan jalan nafas pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran. Setelah jalan
nafas berhasil diamankan, lakukan pemasangan nasogastric tube bila pasien koma atau
muntah dan biarkan nasogastric tube tetap terbuka untuk drainase.
Pasang EKG untuk memonitor dampak perubahan kadar kalium pasien akibat
ketoasidosis dan penanganannya.
Lakukan pengukuran urin untuk mengukur balans cairan. Pada pasien yang tidak sadar,
pasang kateter urin supaya balans cairan dapat diukur.
G. KOMPLIKASI
Ketoasidosis yang terlambat diobati dapat berakibat fatal. Selain itu, ada beberapa
komplikasi yang dapat terjadi akibat ketoasidosis diabetik, yaitu:
KASUS TRIGER
Seorang wanita 33 tahun dibawa dengan ambulans ke IGD karena penurunan
kesadaran. Pada saat datang GCS 13, dalam waktu 10 menit turun menjadi 3. Keluarga
mengatakan pasien mempunyai riwayat Diabetes Melitus tipe 1 dan mendapatkan
insulin subkutan. 36 jam sebelumnya pasien menghadiri sebuah pesta dan mengeluh
sakit perut dan muntah 3 kali. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan nadi teraba cepat,
lemah dan reguler dengan frekuensi nadi 160x/menit, tekanan darah 99/52 mmHg, suhu
350C, frekuensi napas 40x/menit, terdengar ronkhi di kedua lapang paru, saturasi
oksigen 80%, mata tampak cekung, turgor kulit menurun, CRT 5 detik.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Alamat :-
Umur : 33 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Diagnosa : KAD (Ketoasidosis Diabetik)
2. Pengkajian primer
a. Airways
Tidak ada gangguan atau sumbatan dijalan napas
b. Breathing
- RR : 40x/menit
- Suara ronkhi dikedua lapang paru
c. Circulation
- Nadi : 160x/ menit
- TD : 99/52 mmHg
- CRT : 5 detik
- SpO2: 80 %
d. Disability
- GCS : 3
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
1 DS : - Hiperventilasi Ketidakefektifan pola
DO : nafas
• KU lemah, mengalami
penurunan kesadaran.
• Pernapasan cuping
hidung
• Terdapat bunyi ronkhi
di kedua lapang paru
• Saturasi oksigen 80%
• RR 40x/ menit
2 DS : - Asupan cairan Defisiensi volume
DO : kurang cairan
• Pasien mengalami
penurunan kesadaran
• GCS 3
• Mata cekung
• Turgor kulit jelek
• CRT: 5 detik
• Mukosa bibir kering
• TD: 99/52 mmHg
• Nadi : 140x/menit
• Suhu : 350C
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi yang ditandai
dengan KU lemah, mengalami penurunan kesadaran, pernapasan cuping hidung,
terdapat bunyi ronkhi di kedua lapang paru, saturasi oksigen 80%, RR 40x/
menit.
2. Defisiensi volume cairan yang berhubungan dengan asupan cairan kurang yang
ditandai dengan Pasien mengalami penurunan kesadaran, GCS 3, mata cekung,
turgor kulit jelek, CRT: 5 detik, mukosa bibir kering, TD: 99/52 mmHg, nadi :
140x/menit, suhu : 350c
D. INTERVENSI
No. Hari, Tgl Tujuan Intervensi
Jam NOC NIC
1 Senin, Setelah dilakukan tindakan NIC : Monitor
25 Maret keperawatan selama 2x24 jam, Pernapasan
2019 masalah ketidakefektifan pola napas 1. Monitor kecepatan,
09:00 dapat teratasi dengan kriteria hasil: irama, kedalaman
NOC: bernapas.
1. Status pernapasan: 2. Monitor suara napas
ventilasi tambahan seperti ngorok
a. Frekuensi pernapasan skor 5 atau mengi
b. Irama pernapasan skor 5 3. Monitor pola napas
c. Kedalaman inspirasi skor 5 (misalnya: bradipneu,
Skor 1 : deviasi berat dari kisaran takipneu, hiperventilasi
normal pernapasan kusmaul)
Skor 2 : deviasi yang cukup berat 4. Monitor saturasi oksigen
dari kisaran normal pada pasien yang tersedas
Skor 3 : devisiasi sedang dari (seperti SaO2, SvO2,
kisaran normal SpO2) sesuai protokol
Skor 4 : deviasi ringan dari kisaran yang ada
normal 5. Auskultasi suara napas,
Skor 5 : tidak ada deviasi dari catat area dimana
kisaran normal terjadi penurunan atau
d. Suara napas tambahan skor 5 tidak adanya ventilasi dan
e. Pernapasan dengan bibir keberadaan suara napas
mengerucut skor 5 tambahan.
Skor 1 : sangat berat 6. Catat perubahan pada
Skor 2 : berat saturasi O2, volume tidal
Skor 3 : cukup akhir CO2, dan perubahan
Skor 4 : ringan nilai AGD.
Skor 5 : tidak ada 7. Berikan bantuan terapi
napas.
2 Senin, Setelah dilakukan tindakan NIC: Manajemen
25 Maret keperawatan selama 2x24 jam, Cairan
2019 masalah defisiensi volume cairan 1. Jaga intake atau asupan
09:15 dapat teratasi dengan kriteria hasil: yang akurat dan catat
NOC: output (pasien)
1. Keseimbangan cairan : 2. Monitor status hidrasi
a. Tekanan darah skor 5 (misalnya, membran
b. Denyut nadi radial mukosa lembab, denyut
skor 5 nadi tekanan darah
c. Keseimbangan intake dan ortostatik)
output dalam 24 jam skor 5 3. Moitor hasil laboratorium
d. Turgor kulit skor 5 yang relevan dengan
e. Kelembaban membrane retensi cairan.
mukosa skor 5 4. Monitor TTV
Skor 1: sangat terganggu 5. Berikan terapi IV seperti
Skor 2: banyak terganggu yang ditentukan
Skor 3: cukup terganggu 6. Berikan cairan dengan
Skor 4: sedikit terganggu tepat
Skor 5: tidak terganggu
f. Hipotensi ortostatik skor 5
g. Bola mata cekung dan
lembek skor 5
Skor 1: berat
Skor 2: cukup berat
Skor 3: sedang
Skor 4: ringan
Skor 5: tidak ada
2. Hidrasi :
a. Turgor kulit skor 5
b. Membran mukosa lembab
skor 5
c. Intake cairan skor 5
Skor 1: sangat terganggu
Skor 2: banyak terganggu
Skor 3: cukup terganggu
Skor 4: sedikit terganggu
Skor 5: tidak terganggu
d. Bola mata cekung dan lunak
skor 5
e. Penurunan tekanan darah skor
5
f. Nadi cepat dan lemah skor 5
Skor 1: berat
Skor 2: cukup berat
Skor 3: sedang
Skor 4: ringan
Skor 5: tidak ada
E. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
F. EVALUASI
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan kasus Ketoasidosis Diabetik adalah:
1. Ketidakefektifan pola napas dapat teratasi setelah dilakukan tindakan
keperawatan
2. Tidak terdapat bunyi suara tambahan pada pernapasan
3. Defisiensi volume cairan dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan
4. Nilai GCS pasien meningkat