Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KETOASIDOSIS DIABETIK DI

RUANG HCU RSUD DR SOEDARSO PONTIANAK

DOSEN PENGAMPU:
Ns. Uti Rusdian Hidayat, M. Kep

Disusun Oleh:
Nurul Hosnul Hotimah 841204011

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEMESTER V SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM
PONTIANAK
2022/2023
A. Definisi
Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan kegawatdaruratan pada diabetes melitus
(DM) yang didefinisikan sebagi trias hiperglikemia, ketonemia, dan asidosis.
Ketoasidosis diabetik menyebabkan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi
meskipun terapi diabetes telah berkembang. Aspek krusial dari tata laksana KAD
meliputi pemberian cairan elektrolit, trutama kalium. Dalam jumlah adekuat, dan
pemberian insulin secara kontinu. (Hindrianti, etal 2021).
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemia yang
mengancam jiwa pasien dengan diabetes melitus dimana hasil laboratorium menunjukkan
pH, pCo2 dan HCO3 turun.
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan darurat hiperglikemia yang
mengancam jiwa pasien dengan diabetes melitus. KAD terjadi ketika seseorang
mengalami penurunan insulin yang relatif atau absolut yang ditandai dengan
hiperglikemia, asidosis, ketosis, dan kadar glukosa darah > 125 mg/dl. KAD merupakan
komplikasi akut yang serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat (American
Diabetes Association, 2013).
B. Etiologi
Ketoasidosis diabetik (diabetic ketoacidosis / DKA) disebabkan karena tingkat
glukosa darah meningkat, ketonuria dan hasil AGD terdapat metabolik asidosis.
Ketoasidosis diabetik ditandai oleh keberadaan: hiperglikemia, metabolik asidosis, dan
peningkatan kepekaan keton yang beredar dalam perdaran darah maupun dalam air
kemih. Ketoasidosis diabetik terjadi akibat pasokan glukosa ke dalam jaringan tubuh
menurun, sehingga terjadi hiperglikemia yang menyebabkan hasil asam lemak juga
demikian dan sebagian di antaranya akan diubah menjadi keton yang menimbulkan
metabolik asidosis dan ketonuria. (Ridwan, et.al 2016)
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam.
Poliuri, polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari
menjelang KAD, dan sering disertai mual-muntah dan neyri perut. Nyeri perut sering
disalah-artikan sebagai ‘akut abdomen’. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab
utama gejala nyeri abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah
asidosisnya teratasi. Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10 % kasus),
dehidrasi dan syok hipovolemia (kulit atau mukosa kering dan penurunan turgor,
hipotesis dan takikardi). Tanda lain adalah:
1. Sekitar 80% pasien DM (komplikasi akut)
2. Pernafasan cepat dan dalam (kussmaul)
3. Dehidrasi (tekanan turgor kulit menurun, lidah dan bibir kering)
4. Kadang- kadang hipovolemi dan syok
5. Bau aseton da hawa napas tidak terlalu tercium
6. Didahului oleh poliuria, polidipsi.
7. Riwayat berhenti menyuntik insulin
Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut (Syahputra, 2003)
D. Skema Patofisiologi Kasus

Sumber: Ridwan (2018)


E. Pemeriksaan Penunjang dan Konsep Tata Laksana
1. Pemeriksaan Penunjang KAD
Pada pemeriksaan awal, lakukan pemeriksaan Analisa gas darah dan bikarbonat (bila
perlu), kadar blood urea nitrogen, (BUN), elektroloit, dan gula darah ulang. Ulang
pemeriksaan gula darah dan elektrolot pasien, terutama kalium, setiap 1-2 jam sampai
kondisi stabil, lalu ulang pemeriksaan setiap 4-6 jam.
2. Konsep Tata Laksana KAD
a. Oksigenasi atau Ventilasi jalan napas dan pernapasan merupakan prioritas
pertama. Jika penderita datang dengan penurunan kesadaran/koma (GCS <8).
Pertimbangan pemasangan ventilator dan intubasi. Berikan oksigen melalui
masker non rebreathing mask jika asa indikasi. Masukan selang nasogastric dan
lepaskan ujung yang terbuka jika penderita tampak mengantuk dan mual. Jalan
napas, pernapasan, dan tingkat kesadaran perlu dimonitori selama perawatan
KAD.
b. Penggantian Cairan (Rehidrasi) sirkulasi merupakan priorotas kedua setelah
oksigenasi. Penderita KAD mengalami dehidrasi yang berat dan dapat terjatuh ke
dalam syok hopovelemik. Resusitasi cairan akan menurunkan hiperglikemia,
hiperosmolalitas, hormon kontra-regulasi, terutama dalam jam-jam pertama,
serhingga menurunkan resitansi terhadap insulin. Oleh karena itu, terapi insulin
paling efektif jika didahului oleh penggantian cairan dan elektrolit.
c. Perbaikan terhadap Gangguan Elektrolit Dehidrasi dan diuresis osmotik
menyebakan pergeseran elektrolit dalam sel dan serum. Kalium merupakan ion
positif utama intraseluler yang bertanggung jawab untuk memepertahankan
gradien elektropotensial dari membran sel. Turunnya kadara kalium intraseluler
dapat berasal dari tidak adanya insulin, dehidrasi intraseluler, asidosis, dan
prgeseran ion hidrogen. Mual muntah dapat menyebabkan hilangnya kalium lebih
lanjut. Selama terapi insulin untuk KAD, koreksi asidosis dan resusitasi cairan
akan menurunkan kadar kalium. Oleh karena itu, perlu pengecekan kadar kalium
sebelum memulai tearpi insulin. Kadar kalium serum dapat mengindikasikan
beratnya defidit kalium.
d. Terapi Insulin untuk mengoreksi hiperglikemia lebih lanjut, insulin perlu
ditambahkan secara intravena, satu atau dua jam selah rehidrasi dimulai. Bolus
awal insulin diberikan 0,1 unit/kgBB intravena, dilanjutkan insulin pump 0.1
unit/kgBB/jam. Beberapa penulis menyatakan bolus ini tidak diperlukan selama
insulin pump dipertahankan. Isnulin pump 0,14 unit; kgBB/jam direkomendasikan
jika tidak diberikan insukin bolus. Kadar glukosa darah perlu diturunkan 50-70
mg/.dL per jam, dan insuklin pump perlu dititrasi untuk mencapai target ini.
Ketika kadar glukosa sudah mencapai 200 mg/dL, kecepatan insulin pump perlu
diturukan menjadi 0,05-0,1 unit/kgBB/jam, dan cairan infus diganti dengan yang
mengandung dekstrosa untuk mempertahankan kadar glukosa antara 150-200
mg/dL.
e. Penanganan asidosis metabolik merupakan komponen penting pada KAD. Isnulin
digunakan untuk menghentiakan produksi keton, sebab cairan inrtavena saja tidak
memiliki dampak pada parameter ketoasidosis. Insulin short-acting (0.1
unit/kgBB/jam). Kadar glukosa plasma akan menurun dengan beberapa
mekanisme, termasuk reekspansi volume cairan ekstraseluler, eskskresi glukosa
melalui diuresis osmotik, penurunan produksi glukosa karena perbaikan insulin,
serta pengambilan (uptake) glukosa oleh sel. Ketika kadar glikosa darah mencapai
14,0 mEq/L, glukosa intravena perlu diberikan untuk mencegah hipoglikemia,
dengan target glukosa plasma 12-14 mEq/L. (Hindariati, et al 2021).
F. Rencana Keperawatan
1. Pengkajian
Primary Survey
A: Air way
Pada pengkajian air way, biasanya tidak ditemukan masalah yang serius pada jalan
nafas.
B: Breathing
Terdapat RR klien 28x/menit, dan nafas pasien terlihat cepat dan dalan (kusmaul),
bau khas keton sepetri buah busuk
C: Circulation
Klien tampak pucat dan membran mukosa kering, hipertensi, takikardi
D: Dissability
Klien mengatakan lemas sehingga sulit melakukan aktivitas, biasanya tingkat
kesadaran pasien KAD adalah somnolen
E: Exposure
BB turun drastis, klien poliuri, suhu hipotermi, terdapat ulkus
Secondary Survey
a. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang: Asidosis Diabetikum
2) Riwayat penyakit dahulu: pernah menderita DM tipe 1
3) Riwayat penyakit keluarga: Diabetes
4) Pemeriksaan fisik
a) Kepala: simetris. Tidak ada pembengkakan, tidak bermasa
b) Rambut: agak sedikit rontok
c) Muka: simetris
d) Mata: congjungtiva: tidak anemis, pupil: ishokor: tidak ikterik, bola mata
menonjol, bersih tidak ada secret
e) Hidung: Simetris, tidaka da sumbatan,tidak ada polip,tidak ada deformitas,
dan tidak ada pernapasan cuping hidung
f) Telinga
g) Mulut
h) Leher
i) Perut
j) Genetalia
k) Ekstermitas
l) Integumen
2. Diagnosa Keperawatan
b. Ketidakseimbangan Kadar Glukosa Darah Berhubungan Dengan Penggunaan
Insulin Atau Obat Glikemik Oral
c. Pola Napas Tidak Efektif berhubungan dengan
d. Kerusakan Integritas Kulit berhunbungan dengan
3. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia
(SLKI) (SIKI)
1. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi tanda dan
Kadar Glukosa keperawatan 3x24 jam
Darah ketidakseimbangan kadar gejala hipoglemia
Berhubungan glukosa membaik dengan 2. Identifikasi penyebab
Dengan kriteria hasil: tanda dan gejala
Penggunaan Insulin 1. Kesadaran 3. Berikan karbohidrat
Atau Obat meningkat yang sederhana, jika
Glikemik Oral 2. Berkeringat perlu
menurun 4. Anjurkan monitor
3. Kadar glukosa kadar glukosa darah
dalam darah
membaik
4. Kadar glukosa
dalam urine
membaik
2. Pola Napas Tidak Setelah dilakukan Tindakan 1. Monitor frekuensi
Efektif keperawatan 3x24 jam pola irama napas
berhubungan napa tidak efektif dapat 2. Monitor kedalaman
dengan Gangguan membaik dengan kriteria napas
Hambatan Upaya hasil: 3. Memberi posisi
Napas 1. Sesak menurun nyaman pada klien
2. Penggunaan otot 4. Kolaborasi pemberian
bantu napas oksigen
menurun
3. Frekuensi napas
membaik
4. Irama napas teratur
3 Kerusakan Setelah dilakukan Tindakan 1. Identifikasi penyebab
Integritas Kulit keperawatan selama 3x24 kerusakan integritas
berhunbungan jam, Kerusakan integritas kulit
dengan Neuropati kulit dapat membaik dengan 2. Mengajarkan keluarga
Perifer kriteria hasil: dan pasien merawat
1. Tidak ada tambahan luka
luka 3. Monitor karakteristik
2. Perfusi jaringan baik luka
3. Mampu menjaga 4. Kolaborasi pemberian
balutan tetap bersih antibiotik
DAFTAR PUSTAKA

Febrianto, D,. & Hindariati, E (2021). Tatalaksana Ketoasidosis Diabetik Pada


Penderita Gagal Jantung. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia8 (1), 45-46

Ridwan, Z,. & Baharun, U. (2018) Ketoasidosis Diabetic Di Diabetes Melitus


Tipe 1. Indonesia Jurnal Of Clinical Pathology And Medical Laboratory

Rinawati, P,. & Chanif, C (2020). Peningkatan Efektifitas Pada Napas Pada
Ketoasidosis Diabetic. Ners Muda

Tim POKJA SDKI DPP PPNI 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Indicator Diagnostic. Jakarta Selatan: DPP PPNI

Tim POKJA SLKI DPP PPNI 2016, Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi Dan Tindakan Keperawatan. Jakarta Selatan DPP PPNI

Walid, Siful dan Nikmatur Rohmah (2019) Proses Keperawatan Aplikasi,


Yogyakarta: Ar Ruzz Media

Anda mungkin juga menyukai