Anda di halaman 1dari 3

GAMBARAN MASYARKAT DALAM KASUS DILEMA IPTEK

Kasus yang kelompok ambil adalah tentang vaksinasi COVID-19, sebelum kami
menguraikan kasus ini berikut adalah manfaat dari vaksinasi yaitu merangsang antibodi untuk
belajar dan mengenali virus yang telah dilemahkan tersebut. Dengan demikian, tubuh akan
mengenai virus dan mengurang risiko terpapar COVID-19.

Pada masyarakat umumnya vaksinasi banyak menimbulkan dilema, satu sisi ada
masyarakat yang pro (mendukung) terhadap vaksinasi tersebut dengan alasan ketika mereka
sudah di vaksin mereka yakin bahwa akan terhindar dari COVID-19. Kemudian di satu sisi ada
juga masyarakat yang kontra (tidak mendukung) terhadaap penggunaan vaksinasi ini
dikarenakan mereka banyak melihat masyarakat yang setelah di vaksin malah terkena penyakit
dan ada juga yang sampai meninggal dunia.

Berikut sebuah artikel masyarakat yang menolak vaksin COVID-19

Artikel ke-1

Sebanyak 34 persen warga Indonesia tidak ingin divaksinasi COVID-19, demikian


menurut survei terbaru. Alasan utama adalah terkait masih adanya keraguan terhadap keamanan
vaksin. Apa alasan berikutnya? Survei yang dilakukan oleh peneliti dari Johns Hopkins Center
for Communication Programs (JHCCP) menemukan masih ada 34 persen warga Indonesia yang
tidak ingin mendapat vaksin COVID-19. Peneliti menekankan pentingnya sosialisasi mengenai
keamanan vaksin dan bahaya dari COVID-19 untuk mengatasi masalah ini.

Douglas Storey dari JHCCP menjelaskan survei sudah dilakukan pada 14 juta responden
sejak bulan Mei 2021 lewat media sosial Facebook. Survei masih berjalan dengan data terus
diperbarui setiap dua minggu. Hingga bulan September, hasilnya ditemukan kelompok umur 55
tahun ke atas yang jadi paling banyak menolak vaksin COVID-19. Ada 40 persen responden dari
kelompok usia tersebut yang mengaku tidak mau divaksinasi.
Apa alasan warga menolak vaksin COVID-19?

Douglas mengatakan setidaknya ada tiga alasan yang paling banyak diutarakan
responden. Alasan yang utama yaitu masih adanya keraguan terhadap keamanan vaksin.
Berikutnya ada yang menolak karena ingin menunggu, khawatir terhadap biaya, alasan agama,
dan merasa yakin tidak butuh vaksin. "Kira-kira 49 persen beralasan cemas tentang efek
samping, itu garis tren yang di atas sekali. Sebanyak 37 persen ingin menunggu melihat apakah
vaksin itu aman," papar Douglas. "Penyampaian pesan perlu difokuskan pada keamanan vaksin
yang telah terbukti. Dan efek samping akibat COVID dibandingkan dengan efek samping vaksin
yang sangat lebih lebih parah.

Artikel k-2

Pada saat ini vaksin Astra masih menjadi polemik yang membuat masyarakat
masih ragu tentang kebenaran nya,deretan kasus kematian di duga akibat pembekuan
darah setelah vaksin menjadi penyebab masyarakat tidak mau di vaksin. Gembar gembor
pemerintah tentang vaksin aman pun di pertanyakan.
Kasus kematian usai vaksin di antaranya di alami oleh Trio,asal Jakarta berusia
22 tahun. Kasus berikutnya di alami oleh lansia asal Jakarta, berusia 60 tahun yang
merupakan tukang ojek. Terakhir, 1 kasus meninggal dunia setelah vaksinasi Astra di
alami oleh salah seorang warga Ambon usia 45 tahun.
Ketua komisi nasional kejadian ikatan pasca imunisasi (KOMNAS KIPI) Prof
Indra irawan satari, menyebut 2 dari 3 kematian pasca vaksinasi tidak berkaitan dengan
vaksin Astra. Kasus kematian lansia di Jakarta di sebabkan radang paru-paru sedangkan
kasus kematian di Ambon di sebabkan oleh COVID-19.
Kesimpulan tersebut di ambil setelah di lakukan pemeriksaan menyeluruh.
Untuk kematian Trio, pihaknya belum menyebutkan penyebabnya ini di karenakan masih
dalam tahap pemeriksaan dan lagi-lagi itulah yang membuat masyarakat menjadi ragu
terhadap vaksin Astra,sudah dilakukan otopsi hasilnya dikatakan paling lama 2
minggu,namun sampai saat ini berita tentang Trio lenyap dari media.

Dalam penyelasaian kasus dilema iptek pada masyarakat tersebut adalah dengan melakukan
pendekatan kepada masyarakat dengan memberikan bukti bahwa kasus kematian tersebut bukan
karena vaksin COVID-19 tetapi meninggal karna ada nya penyakit yang di deritanya. Dengan
adanya pendekatan ini masyarakat akan menjadi yakin dengan vaksin COVID-19 dan dilema
yang ada di masyarakat dapat terselesaikan.

Penyelesaian masalah ini menggunakan pendekatan adaptasi, berikut adalah upaya yang
dapat dilakukan.

PERSIAPAN MELAKUKAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU

1. Selalu menggunakan masker jika bepergian ke luar rumah.


2. Memahami etika batuk.
3. Tidak ke luar rumah jika tak memiliki kepentingan mendesak.
4. Rajin mencuci tangan dengan air bersih mengalir dan sabun atau menggunakan hand
sanitizer dengan kadar alkohol minimal 60%.
5. Tidak bertukar barang dengan orang lain di tempat kerja, misalnya membawa piring,
gelas, dan sendok sendiri.
6. Menjaga jarak dan menghindari kerumunan.

Anda mungkin juga menyukai