Disusun oleh :
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang
ditandai dengan adanya hiperglikemia kronis serta kelainan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein diakibatkan oleh kelainan sekresi insulin,
kerja insulin, ataupun keduanya.Hiperglikemia merupakan kadar
glukosa puasa yang lebih tinggi dari 110 mg/dL yang dapat disertai
dengan kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Pada DM ditemukan
gangguan metabolisme semua sumber makanan tubuh, namun
kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme
karbohidrat. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, ataupun keduanya.
Diabetes Mellitus dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu DM tipe 1
dan DM tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 adalah penyakit metabolik yang
disebabkanoleh kerusakan sel B pankreas baik oleh proses autoimun,
maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti.
Defisiensi insulin absolut biasanya didapatkan pada pasien DM tipe 1.
Di sebagian negara barat, lebih dari 90% DM pada anak dan remaja adalah
DM tipe 1.
Pada tahun 2013, terdapat sekitar 65.000 anak yang berusia <15
tahun di dunia menderita DM tipe 1 setiap tahunnya. Insidensi DM tipe 1
bervariasi di tiap wilayah geografis dan etnis, didapatkan hasil tertinggi
pada Finlandia yaitu 40,9/100.000 per tahun,sedangkan terendah pada
Cina dan Venezuela yaitu 0,1/100.000 per tahun. Diabetes melitus tipe 1
yang tidak ditatalaksana dengan baik akan menimbulkan komplikasi.
Komplikasi yang paling sering pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis
diabetikum (KAD). .
KAD merupakan komplikasi akut diabetes militus tipe I yang
ditandai oleh hiperglikemia, lipolysis, yang tidak terkontrol (dekomposisi
lemak),ketogenesis (produksi keton) , keseimbangan nitrogen negatif,
deplesi volume vascular, hyperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit
yang lain serta asidosis metabolik. Akibatdefisiensi insulin absolut relatif ,
terjadi penurunan uptake glukosa oleh sel otot, peningkatan produksi
glukosa oleh hepar, dan terjadi peningkatan metabolisme asam lemak
bebas menjadi keton. Walaupum hiperglikemia, sel tidak mampu
menggunakan glukosa sebagai sumber energi sehingga memerlukan
konversi asam lemak dan protein menjadi badan keton untuk energi.
Kebanyakan kasus KAD dicetuskan oleh infeksi umum, antara lain
influenza dan infeksi saluran kemih. Infeksi tersebut menyebabkan
peningkatan kebutuhan metabolik dan peningkatan kebutuhan insulin .
Penyebab umum KAD lainnya adalah kegagalan dalam mempertahankan
insulin yang diresepkan dan/atau regimen diet/dehidrasi.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasien dengan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
2. Mengetahui etiologi dari Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
3. Mengetahui patofisiologi dari Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
4. Menyebutkan manifestasi klinis dari Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)
5. Mengetahui komplikasi dari Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
6. Mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Ketoasidosis Diabetikum
(KAD)
7. Mengetahui dan menjalankan penatalaksanaan kegawatdaruratan
dari Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
KAD merupakan komplikasi akut diabetes militus tipe I yang
ditandai oleh hiperglikemia, lipolysis, yang tidak terkontrol (dekomposisi
lemak),ketogenesis (produksi keton) , keseimbangan nitrogen negatif,
deplesi volume vascular, hyperkalemia dan ketidakseimbangan elektrolit
yang lain serta asidosis metabolik. (Stillwell, Susan B, 2011)
Diabetik katoadosis (DKA) adalah keadaan kegawatan akut dari
diabetik tipe I, disebabkan oleh meningkatnya keasaman tubuh benda-
benda keton akibat kekurangan atau defisiensi insulin. (Ns. PaulaKrisanty
dkk, 2016)
B. Etiologi
DKA merupakan kondisi kelainan metabolisme lemak,
karbohidrat, dan protein yang parah yang disebabkan oleh kekurangan
insulin yang ekstrem yang disebabkan oleh kekurangan insulin yang
dimanifestasikan sebagai hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
ketidakseimbangan cairan elektrolit yang parah . Kondisi ini merupakan
hal mengancam jiwa, terutama untuk pasien dengan DM tergantung
insulin tipe 1.
Dengan hiperglikemia, glukosa dalam jumlah yang banyak secara keluar
kedalam urine (glikosuria) karena kapasitas filter ginjal menurun dan
glukosa tidak dapat direabsorbsi kedalam pembuluh darah pembuluh
darah. Glikosuria berlebihan dan hiperglikemia menyebabkan penipisan
elektrolit dan volume, karena pasien dengan DM yang tidak diatur tidak
mampu mengonsumsi natrium bikarbonat dan air yang cukup untuk
mengompensasi kehilangan air dan elektrolit.
1. Seiring dengan berkembangnya DKA, katoasidosis terjadi karena
akumulasi substansi yang sangat asam dalam aliran darah (katonemia)
dan dalam urine (katonuria) lebih cepat daripada substansi tersebut
dapat dimetabolisme.
2. Katoadosis diekskresikan dalam urine sebagai Na, K+, dan garam
amonium
3. Respirasi juga terpengaruh karena tubuh berusaha mengompensasi
tumpukan asam karbonat. Napas menjadi dalam dan cepat ( napas
kussmaul) dalam usaha untuk melepaskan asam karbonat dalam bentuk
karbon dioksida. Aseton dihembuskan.(Cynthia Lee Terry & Aurora
Weaver, 2013)
C. Patofisiologi
Tanda dan gejala yang timbul pada DKA disebabkan
terjadinyahiperglikemia dan katogenesis. Defisiensi insulin merupakan
penyebab utama terjadinya hiperglikemia atau peningkatan kadar glukosa
dari pemecahan protein dan glikogen atau lipo;isis atau pemecahan lemak.
Hiperglikemik menimbulkan diuresis osmotic dengan hipovolemia
kemudian akan berlanjut terjadinya dehidrasi dan syok. Glukoneogenesis
menambahterjadinya hiperglikemik.
Lipolisis yang terjadi akan meningkatkan pengangkutan kadar
asam lemak bebas ke hati sehingga terjadi ketoasidisis metabolik, sebagai
kompensasi tubuh terhadap asidosis metabolik terjadi pernafasan
Kussmaul.(Ns. PaulaKrisanty dkk, 2016)
D. Manifestasi Klinis
Respon neurologis mungkin dalam rentang sadar sampai koma.
Pernafasan dalam dancepat (Kussmaul) dengan nafas aseton berbau buah.
Pasien mungkin dehidrasi dan mengeluh kehausan yang ekstrim, poliuria,
dan kelemahan. Nausea, muntah, nyeri abdominen berat, dan rasa penuh
diperut sering muncul dan dapat keliru dengan manifestasi kondisi akut
abdomen. Sakit kepala, otot terkilir atau tremor mungkin juga muncul.(Ns.
PaulaKrisanty dkk, 2016)
E. Komplikasi
1. Kolaps sirkulasi : TDS < 90 mmHg, FJ >120x/menit, perbubahan stres
mental, kulit dingin dan lembab, denyut nadi menurun.
2. Gagal ginjal : oliguria, peningkatan BUN dan kreatinin.
3. Ketidakseimbangan elektrolit : Disritmia yang mengancamjiwa, ileus
4. Edema serebri : Letargi, mengantuk, sakit kepala selama terapi yang
berhasil.
(Stillwell, Susan B, 2011)
F. Pemeriksaan Diagnostik
a. Glukosa serum > 300 mg / dl tetapi tidak >800 mg dl keton urine
positif kuat
b. Keton serum > 3 mOsm/L
c. pH darah < 7,30
d. Serum bikarbonate < 15 mEq/ L
e. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya < 330 mOsm/L
(Ns. PaulaKrisanty dkk, 2016)
G. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan
Masalah utama KAD adalah dehidrasi dan asidosis. Insulin
danlarutan intravena diberikan untuk mengurangi hiperglikemia serta
mengembalikan volume cairan dan keseimbangan cairam elektrolit.
Motilitas gastrik terpengaruh oleh DKA dan pasien mungkin
membutuhkan NGT. Untuk dekompresi lambung dan meredakan distensi
gastrik, nyeri abdomen ,pelunakan, muntah,isi gastrik positif darah, dan
ileus paralitik.
Pemasangan kateter folley diperlukan untukmemonitor masukan
dan keluaran yang akurat untuk menentukan volume cairan dan fungsi
ginjal. Pengkajian kulit atau kekeringan untuk menentukan distribusi
volume cairan di seluruh tubuh. ketat pengeluaran urine, tetapiharus
dilepas segera untuk mencegah infeksi iatrogenik.
Perawatan oral diberikan untuk melembabkan membran mukosa
yangkering. Monitor tanda-tanda vital untuk mengkaji respons jantung
terhadap pergantian cairan. Tanda-tanda kelebihan cairan dalam sirkulasi
adalah suara paru basah, dipsnea tanpa usaha napas yang tinggi, dan
penonjolan vena dileher.(Cynthia Lee Terry & Aurora Weaver, 2013).
Penggantian postasium dimulai hanya setelah perbaikan volume
membaik dan setelah terapi insulin awal telah dilakukan.Infus insulin
serial tanpapenggantian postasium, akantetapi lebih lanjut akan
memperberat hipoglikemia. Meskipun jika nilai laboratorium awal
menyatakan keadaan kadar kalium darah adalah normal, keadaan ini
secara dramatis akan menurun dengan pemberianpenggantian cairandan
koreksi asidosis. Potasium fosfat, alternatif dari potasium klorida,
direkomendasikan oleh beberapa ahli. Selama terapi penggantian
potasium, perawat gawat darurat harus secara hati-hati memonitor EKG
terhadap munculnya tanda disritmia. (Ns. PaulaKrisanty dkk, 2016)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Riwayat DM
b. Polyuria dan Polidipsi
c. Berhenti menyuntik insulin
d. Demam dan infeksi
e. Nyeri perut, mual dan muntah
f. Penglihatan kabur
g. Lemah dan sakit kepala
2. Pemeriksaan fisik :
a. Ortostatik hipotensi (systole turun 20 mmHg atau lebih saat
berdiri)
b. Hipotensi dan syok
c. Nafas bau aseton (bau manis seperti buah )
d. Hiperventilasi : RR cepat
e. Dehidrasi
B. Diagnosa
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotic
akibat hiperglikemia, pengeluaran cairan berlebihan (diare,
muntah, pembatasan intake akibat mual, kacau mental).
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kompensasi
asidosis metabolic.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
peningkatan kadar glukosa.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral dan
status hipermetabolisme.
C. Intervensi
:Elsevier.
:Elseveir