Anda di halaman 1dari 12

Lampiran Evidance Based Practice

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia sering menimbulkan gejala benjolan
yang dikeluhkan pasien yang kebanyakan penderitanya adalah peningkatan intra
abdomen seperti batuk dan mengejan (Kemenkes, 2019). Pada pasien post herniatomi
memerlukan perawatan yang maksimal demi mempercepat proses kesembuhan luka
paska bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri pengembalian fungsi fisik
pasien post herniatomi dilakukan setelah operasi dengan latihan mobilisasi dini
(Kemenkes, 2016).
World Health Organization (WHO), mengemukakan bahwa pasien dengan Hernia
inguinalis lateralis pada tahun 2013 rata-rata 35% dari orang dewasa berumur diatas 20
tahun di dunia mempunyai kategori overweight dan 11% obesitas dan wilayah Asia
Tenggara 14% overweight dan 3% obesitas (WHO, 2013). Kasus hernia hanya dapat
ditangani dengan cara operasi, hal ini merupakan satu-satunya tindakan operatif
penanganan medis hernia inguinalis yang rasional. Dampak dari tindakan operatif ini
sendiri adalah perlu adanya perawatan luka sehingga pasien perlu melakukan tirah baring
ditempat tidur yang mengakibatkan pasien mengalami hambatan mobilisasi fisik
disebabkan karena adanya luka post operasi. Dalam masa hospitalisasi, pasien sering
memilih untuk tetap ditempat tidur sepanjang hari, meskipin kondisi mereka mungkin
membolehkan untuk melakukan aktifitas atau pergerakan lain. Banyak pasien dirumah
sakit yang harus menjalani imobilisasi, apakah tirah baring karena terapi atau karena
penyakit yang diderita. Salah satunya adalah pasien yang menjalani prosedur operasi.
Padahal hampir semua jenis pembedahan setelah 24-48 jam pertama pasca bedah, pasien
dianjurkan untuk segera meninggalkan tempat tidur atau melakukan mobilisasi dini.
Pasien pasca operasi diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin.
Mobilisasi secara bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan
pasien. Manfaat dari mobilisasi tersebut untuk peningkatan sirkulasi darah yang dapat
menyebabkan pengurangan rasa nyeri. Bila tidak dilakukan mobilisasi hal ini yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari dapat
terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya asuhan keperawatan yang tepat
agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk menghindari komplikasi pada
pasien dengan post operasi hernia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memaparkan hasil asuhan keperawatan pada pasien dengan post operasi
hernia di ruang kenanga RSUD H. Soewondo Kendal.
2. Tujuan Khusus
a. Analisa Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori
b. Analisa Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDANCE BASED PRACTICE
A. Identifikasi Artikel
1. Judul = pengaruh pemberian terapi seft dan mendengarkan bacaan al-qur’an terhadap
nyeri pasien post operasi hernia
2. Nama peneliti = Alvin Abdillah dan Merlyna Suryaningsih
3. Tahun terbit = 2018
4. Penerbit = STIKes Ngudia Husada Madura
B. Gap Of Knowledge
Nyeri merupakan salah satu masalah yang sering dikeluhkan pasien setelah
menjalani pembedahan. Persepsi nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi hernia
incarserata merupakan rasa ketidaknyamanan karena suatu cidera fisik yang dirasakan
sepanjang saraf perifer. Mengontrol nyeri adalah hal yang sangat penting bagi pasien
untuk mengembalikan fungsi dan meningkatkan kenyamanan, cara mengontrol nyeri
yaitu dengan distraksi. Teknik distraksi adalah tindakan pengalihan, ada tiga jenis teknik
distraksi diantaranya distraksi pengelihatan, intelektual, dan pendengaran. Distraksi
pendengaran yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan-
tindakan melalui organ pendengaran, misalnya mendengarkan suara yang disukai, atau
gemercik air
C. Justifikasi Intervensi
Pasien diberikan terapi seft dan mendengarkan baacan al-qur’an ketika pasien
sedang merasakan nyeri dengan cara sebagai berikut :
Pengertian : Pemanfaatan kemampuan terapi murottal
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual pasien.
Persiapan alat : 1. Handphone
dan bahan 3. Headset
4. Mp3surat-surat al-quran
Prosedur :

NO PROSEDUR
Pre interaksi
1 Siapkan alat-alat
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra indikasi
3 Cuci tangan
Tahap orientasi
4 Beri salam pada pasien
5 Jelaskan tujuan, prosedur, dan lamanya tindakan pada pasien/keluarga
Tahap kerja
6 Berikan kesempatan klien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
7 Menanyakan keluhan utama klien
8 Jaga privasi pasien. Memulai kegiatan dengan cara yang baik
9 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
10 Menetapkan ketertarikan pasien terhadap murottal
11 Pilih pilihan surat murottal
12 Bantu pasien untuk memilih posisi yang nyaman.
13 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan telepon selama
mendengarkan murottal
14 Dekatkan handphone dan perlengkapan dengan pasien
15 Pastikan tape handphone dan perlengkapan dalam kondisi baik.
16 Nyalakan murottal dan lakukan terapi murottal
17 Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras.
18 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkannya dalam waktu yang lama.
19 Hindari stimulasi musik setelah nyeri/luka kepala akut.
20 Menetapkan perubahan pada perilaku dan/atau fisiologi yang diinginkan seperti relaksasi,
stimulasi, konsentrasi, dan mengurangi rasa sakit.
21 Menetapkan ketertarikan klien terhadap murottal
Terminasi
22 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
23 Simpulkan hasil kegiatan
24 Berikan umpan balik positif
D. 25 Kontrak pertemuan selanjutnya
26 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
27 Bereskan alat-alat
28 Cuci tangan
Dokumentasi
29 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi murottal)
- Lama tindakan
- Jenis terapi murottal yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi pemberian terapi musik
- Respon pasien.
- Nama perawat
- Tanggal pemeriksaan

Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pada skala nyeri post
operasi hernia pada sebelum dan sesudah diberikan terapi seft dan mendengarkan bacaan
al-qur’an. Sebelum dilakukan terapi seft dan mendengarkan bacaan al-qur’an pasien
mengalami nyeri berat dan sesudah diberikan terapi seft dan bacaan al-qur’an pasien
mengalami nyeri ringan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Resume Kasus Kelolaan
Tn. S dengan umur 62 tahun datang ke RSUD Dr H Soewondo Kendal dengan
keluhan nyeri perut yang sangat hebat dengan skala 6 merasakan keluhan pada perutnya
yang dirasa membesar. Pasien pada bulan april 2021 pernah dilakukan operasi hernia, dan
pada tanggal 7 oktober pasien datang kermbali dengan keluhan nyeri hebat pada perut.
Pasien telah di diagnosa medis hernia incaserata. Pengkajian dilakukan mulai tanggal 8
oktober 2021 pada jam 21.00 wib. Pasien dilakukan operasi hernia yang kedua kalinya
yaitu tanggal 8 oktober 2021 mulai pukul 09.00 Wib. Dikeluarga pasien tidak ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit menurun.
Pada tanggal 8 oktober 2021 jam 21.00 pasien mengatakan merasa nyeri bekas
operasi seperti tersayat-sayat dibagian perut bawah, skala nyeri 6, dan berlangsung setiap
saat. Tekanan darah pasien 130/80 mmHg, pernafasan 25x/menit, suhu 360 C, nadi
100x/menit. Pemeriksaan fisik bagian perut terdapat luka operasi laparatomi, dengan
panjang jahitan 15 cm, luka bersih, tidak terdapat pus, tidak ada kemerahan. Akral pasien
dingin, terpasang kateter, terpasang infuse RL 20 tpm. Pasien hanya terbaring di tempat
tidur sambil menahan rasa nyeri di bekas post operasi.

B. Analisa Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori

Teknik distraksi adalah tindakan pengalihan, ada tiga jenis teknik distraksi
diantaranya distraksi pengelihatan, intelektual, dan pendengaran. Distraksi pendengaran
yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan ke dalam tindakan-tindakan
melalui organ pendengaran, misalnya mendengarkan suara yang disukai, atau gemercik
air. Waktu rata rata untuk pemulian pasien post operasi berkisar antara 72,45 menit dan
pasien akan merasakan nyeri hebat rata rata pada dua jam pertama setelah anestesi hilang.
Persepsi nyeri yang dirasakan pasien post operasi hernia merupakan rasa
ketidaknbyamanan yang ditimbulkan karena adanya suatu cedera fisik yang dirasakan
sepanjang saraf perifer.salah satu penatalaksanaan nyeri pada pasien post operasi yang
dapat digunakan adalah terapi SEFT dan mendengarkan bacaan al quran. Efek terapi
SEFT (Spiritual, emosional, freedom, technique) dan mendengarkan al-quran pada nyeri
adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri. Suara yang menenangkan dapat
menghasilkan perubahan kesadaran melalui bunyi, kesunyian ruang dan waktu.
Sedangkan mendengarkan bacaan surah Al-quran dapat memberikan energi yang positif
bagi pendengar dan pembacanya. Skala nyeri yang dirasakan pasien post operasi hari
pertama yang belum mendapat terapi analgesic skala nyerinya dapat mencapai nyeri berat
dalam hal ini, persepsi individu juga berpengaruh terhadap respon nyeri yang mereka
rasakan. Sejalan dengan jurnal penelitian yang digunakan dalam makalah ini, Intervensi
SEFT terbukti dapat mampu secara signifikan menurunkan intensitas nyeri post operasi
karena individu akan merasakan nyaman dan rileks karena sel-sel tubuh bergerak teratur
kearah perbaikan, sehingga nyeri pasien dapat dengan cepat teratasi dan proses
penyembuhan pasien berlangsung lebih cepat. Terapi SEFT yang dikombinasikan dengan
mendengarkan bacaan Al- Quran terbukti dapat melepaskan endorpin dengan pengaktifan
sel sel tubuh melalui getaran suara yang ditangkap oleh tubuh menuju pusat reseptur
nyeri di otak sehingga menimbulkan rasa ketenangan.

C. Analisa Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus


Berdasarkan hasil tinjauan kasus bahwa terapi SEFT dan mendengarkan bacaan
Al-Quran dapat membantu mengurangi rasa nyeri pada Tn. S terbukti dengan setelah
dilakukannya terapi nonfarmakologi pada hari Jum’at, 8 oktober 2021, Tn. S merasa
terapi yang dilakukan cukup membantu mengurangi rasa nyeri walaupun tidak begitu
signifikan yaitu skala nyeri semula 6 berkurang menjadi skala 5 karena juga harus
dibantu dengan terapi farmakologi kolaborasi pemberian obat. Sejalan dengan penelitian
yang digunakan dalam makalah ini, sebagaian besar responden mengalami nyeri berat
yaitu 8 orang pasien, sedangkan nyeri post operasi hernia sesudah diterapi Al-quran
mengalami nyeri ringan sebanyak 6 orang. Hasil penelitian juga menunjukkan sebagian
kecil responden yang tidak mengalami penurunan skala nyeri setelah dilakukannya terapi
adalah karena responden ketika sedang dilakukan pemberian terapi , responden kurang
rileks dan kurang konsentrasi. Hal ini didukung oleh teori izzat & arif (2011) bahwa
dengan membaca Al-Quran atau mendengarkan bacaan Al-Quran dapat meningkatkan
rasa tenang meningkatkan kesembuhan fisik serta mengurangi ketegangan secara
spontan. Melihat pentingnya terapi nonfarmakologi yang digunakan untuk mengatasi
nyeri post operasi hernia seperti terapi SEFT dan mendengarkan bacaan al-quran pasien
harus mempunyai kesadaran bahwasannya terapi ini mengandung unsure unsure manusia
yang dapat menurunkan hormone hormone stress, seperti hormone melatonin hormone
oksitosin hormone adrenal hormone seks yang dapat memberikan rasa tenang serta
menghilangkan rasa takut cemas dan tegang.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah memberikan asuhan keperawatan selama tiga hari mulai tanggal 8
oktober 2021 sampai 10 oktober 2021. Penulis telah mempunyai gambaran tentang
asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan aman nyaman (nyeri) : post op
apendiktomi hari ke-1 di Ruang Kenangan RSUD Suwondo dengan menggunakan
proses keperawatan meliputi : Diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S yang
sesuai dengan teori meliputi : nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
(prosedur operasi) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, psien tampak meringis,
resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur infasif dan gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan.
Perencanaan yang digunakan pada kasus pasien dirumuskan bedasarkan
masalah dengan teori yang ada, intervensi setiap diagnosa dapat sesuai dengan
kebutuhan pasien dan memperhatikan kondisi pasien serta kesanggupan keluarga
dalam kerjasama. Intervensi yang dilakukan oleh perawat yaitu intervensi yang
dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi. Pelaksanaan tindakan pada kasus ini
dilaksanakan sesuai dengan intervensiyang sudah di buat namun ada beberapa
intervensi yang tidak dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien. Akhir dari proses
keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi
yang dilakukan oleh perawat pada pasien dibuat dalam bentuk SOAP. Respon pasien
dalam pelaksanaan asuhan keperawatan baik, pasien cukup kooperatif dalam
pelaksanaan setiap tindakan keperawatan. Hasil evaluasi yang dilakukan oleh perawat
kepada pasien menunjukkan bahwa masalah yang dialami banyak yang sudah teratasi.

B. Saran
1. Bagi Peneliti
Dalam upaya memberikan asuhan keperawatan pada pasien post op apendisitis
yang diberikan dapat tepat, peneliti selanjutnya harus benar-ben menguasai konsep
tentang apendisitis itu sendiri, terutama pada faktor etiologi, anatomi fisiologi dan
patofisiologi tentang apendisitis. Selain itu, peneliti juga harus melakukan pengkajian
dengan tepat dan komprehensif. Dalam penegakan diagnosa diharapkan penulis juga
harus teliti dalam mengangkat dan merumuskan diagnosa keperawatan agar masalah
keperawata yang muncul segera teratasi.
Pada bagian intervensi diharapkan penulis merencanakan sesuai dengan buku
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia) dan SLKI (Standar Luaran
Keperawatan Indonesia). Pada bagian implementasi diharapkan juga penulis
melakukan tindakan yang sesuai dengan yang direncanakan agar diagnosa pada
pasien dapat teratasi. Dan evaluasi keperawatan diharapkan penulis lebih melakukan
evaluasi yang lebih lengkap pada pasien sesuai dengan data yang didapatkan dari
pasien.
2. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil kasus kelolaan ini dharapakan agar selalu menambah dan memperdalam ilmu
pengetahuan dalam bidang keperawatan khususnya dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien apendiksitis dengan menggunakan literature-literature
terbaru.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

KEMENKESRI. 2019. Repositori Riset Kesehatan Nasional. Indonesia : Kementerian Kesehatan


Republik Indonesia.

Abdillah Alvin, Merlyna Suryaningsih. 2016. Pengaruh pembeian terapi SEFT dan
mendengarkan Al-Quran terhadap nyeri pasien post operasi hernia. Indonesia :
STIKes Ngudia Husada Madura.

Anda mungkin juga menyukai