Disusun oleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforai atau obstruksi pada alat
pencernaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada
appendicitis atau sekunder melalui suatu pencernaan peritoneum karena perforasi
tukak lambung atau perforasi akibat trauma. (Syamsuhidayat, 2014).
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat
Darurat setiap tahunnya di seluruh dunia, dimana 25- 41% merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus
ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam jiwa
dapat berujung kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya rupture aorta,
aneurisma, appendicsitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard (Setyohadi, 2016).
Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar 5–10% pada kunjungan
pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit dapat
berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari akut
abdomen antara lain appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi
usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan
kolik renal. Di Unit Gawat Darurat RSUD Karawang pasien yang berkunjung dengan
keluhan nyeri abdomen akut dengan berbagai penyebab mencapai 405 kasus (3,9%)
dari total 10.453 kunjungan selama tahun 2012 (Data Medikal Rekord RSUD
Karawang, 2012)
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual,
sehingga tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua
kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada
individu. Hal tersebut yang menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi
keperawatan dalam mengatasi nyeri (Asmadi, 2013). Salah satu tindakan keperawatan
non farmakologis untuk meredakan nyeri adalah dengan teknik distraksi, yaitu dengan
mengalihkan perhatian, melakukan nafas dalam, imajinasi terbimbing, serta distraksi
pendengaran yang salah satunya adalah dengan terapi murottal, (mendengarkan
bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) mendengarkan murottal dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi klien (Siswanti &
Kulsum, 2017).
Penelitian menurut Rilla, Ropi & Sriati (2014) menjelaskan bahwa rerata
penurunan nyeri pada kelompok terapi murottal lebih besar dibandingkan dengan
penurunan nyeri dengan pada kelompok terapi musik. Berdasarkan hasil analisis,
didapatkan perbedaan penurunan nyeri antara terapi murottal dan terapi musik (p
Value = 0,000) dengan sample responden berusia antara 20 hingga 40 tahun (52,8%),
laki-laki (55,6%) serta perempuan (44,4%). Terapi murottal lebih baik dalam
menurunkan tingkat nyeri dibandingkan dengan terapi musik. Selain itu, study kasus
yang dilakukan oleh Agung Pramono, dkk (2021) juga menggunakan terapi murottal
untuk merurunkunkan nyeri pada pasien post operasi appendikromi di kota Medan
dan menunjukkan hasil setelah dilakukan terapi murottal selama 3 hari ada penurunan
skala nyari yaitu dihari pertama sebelum diberikan terapi murottal skala 6 dengan
kategori nyeri sedang. Sedangkan setelah dilakukan terapi murotal, intensitas nyeri
pada subyek belum berkurang yaitu pada skala 6, namun optimal pada penerapan hari
ke 3 yaitu pada skala nyeri 2 dengan keluhan nyeri ringan. Berdasarkan uraian di atas
maka kelompok 1 dari Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yang
melakukan praktik klinik di RSUD Kraton ruang Seruni ingin menjadikan terapi
murottal sebagai Evidence Based Practice (EBP) untuk melakukan manajemen nyeri
pada pasien Tn. S di ruang Seruni dengan diagnosa medis abdominal pain.
B. Tujuan
1. Tujuan umum :
mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap penurunan tingkat nyeri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah dilakukan terapi murottal pada
penderita abdominal pain terhadap penurunan tingkat nyeri.
b. Menganalisa hasil penelitian berdasarkan tinjauan teori.
c. Menganalisa hasil penelitian berdasarkan tinjauan kasus.
BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRATICE
A. Identifikasi Artikel
1. Judul artikel :
Pengaruh Penerapan Terapi Murottal Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
Post OP Appendiktomi Di Kota Metro.
2. Nama Peneliti : Agung Pramono, Anik Inayati, Tri Kesumadewi
3. Tahun penerbit : 2021
4. Penerbit : Jurnal Cendekia Muda
C. Justifikasi intervensi :
a. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rilla, Ropi & Sriati (2014)
menjelaskan bahwa rerata penurunan nyeri pada kelompok terapi murottal
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nyeri dengan pada kelompok
terapi musik. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan perbedaan penurunan
nyeri antara terapi murottal dan terapi musik (p Value = 0,000) dengan
sample responden berusia antara 20 hingga 40 tahun (52,8%), laki-laki
(55,6%) serta perempuan (44,4%). Terapi murottal lebih baik dalam
menurunkan tingkat nyeri dibandingkan dengan terapi musik.
b. Terapi murottal dapat menurunkan nyeri dikarenakan terapi murotal dapat
menurunkan ketegangan dan stres, sehingga perubahan energi listrik dan otot-
otot pada organ tubuh, peredaran darah, dan detak jantung mengalami
perubahan (Kartika, 2015).
N PROSEDUR
O
Pre interaksi
1 Siapkan alat-alat
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
5 Jelaskan tujuan,prosedur, dan lamanya tindakan pada pasien
Tahap kerja
6 Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
7 Menanyakan keluhan utama pasien
8 Jaga privasi, memulai dengan cara yang baik
9 Menetapkan perubahan pada perilaku atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi dan mengurangi rasa sakit
10 Menetapkan ketetarikan pasien terhadap murottal
11 Pilih pilihan surat murottal
12 Bantu pasien untuk memilih posisi nyaman
13 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan murottal
14 Dekatkan handphone dan perlengkapan dengan pasien
15 Pastikan handphone dan perlengkapan dalam kondisi baik
16 Nyalakan murottal dan lakukan terapi murottal
17 Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras
18 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkanya dalam waktu yang
lama
19 Hindari stimulasi musik setelah nyeri
20 Menetapkan perubahan pada perilaku atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi dan mengurangi rasa sakit
21 Menetapkan ketertarikan pasien terhadap murottal
Terminasi
22 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
23 Simpulkan hasil kegiatan
24 Berikan umpan balik positif
25 Kontrak pertemuan selanjutnya
26 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
27 Bereskan alat-alat
28 Cuci tangan
Dokumentasi
29 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Ps, Umur, Jenis kelamin dll.
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi murottal)
- Lamanya tindakan
- Jenis terapi murottal yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi
- Respon pasien
- Tanggal pemeriksaan
D. Hasil Penelitian
Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Agung Pramono, dkk (2021) menunjukkan
pada Tn.M dengan post operasi appenditomi setelah dilakukan terapi murottal
selama 3 hari ada penurunan skala nyari secara bertahap yaitu di hari pertama
sebelum diberikan terapi murottal skala 6 dengan kategori nyeri sedang, namun
setelah dilakukan terapi murotal intensitas nyeri pada subyek belum berkurang
yaitu pada skala 6. Kemudian pada hari kedua sebelum diberikan terapi murottal
skala 6 dengan kategori nyeri sedang dan setelah dilakukan terapi murotal
intensitas nyeri pada subyek berkurang yaitu pada skala 4. Selanjutnya hasil lebih
optimal pada penerapan hari ke 3 yaitu pada skala nyeri 2 dengan keluhan nyeri
ringan.
BAB III
PEMBAHASAN
Pramono, A., Inayati, A., & Kesumadewi, T.(2021). Pengaruh Penerapan Terapi
Murottal Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post OP Appendiktomi
Di Kota Metro. Jurnal Cendekia Medika,vol.1, No.4
Rilla, E. V., Ropi, H., & Sriati, A. (2014). Terapi Murottal Efektif Menurunkan
Tingkat Nyeri Dibanding Terapi Musik pada Pasien Pascabedah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 17 (2), 74-80.
Siswanti H. & Kulsum U. (2017). ‘Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Nyeri Pasien
Post Seksio Sesaria Di RSI Sunan Kudus Kabupaten Kudus 2016’.
Program Studi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus. URECOL
– 2017. Di akses dalam situs http://journal.ummgl.ac.id/index.php/u
recol/article/view/1194
Syamsuhidayat, et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC