Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH SEMINAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA AMAN NYAMAN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS ABDOMINAL PAIN PADA TN.S

Disusun Guna Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Dasar Profesi

Dosen Pembimbing : Neti Mustikawati, M.Kep., Ns.,Sp.Kep An

Disusun oleh:

1. M.Arif Aulia Kusuma (202102040033)


2. Faris Taufiq Aunur (202102040102)
3. Arina Fitriani (202102040066)
4. Prila Eka Krismonia (202102040046)
5. Luluk Erni S.W. (202102040069)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforai atau obstruksi pada alat
pencernaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti pada
appendicitis atau sekunder melalui suatu pencernaan peritoneum karena perforasi
tukak lambung atau perforasi akibat trauma. (Syamsuhidayat, 2014).
Lebih dari tujuh juta pasien datang dengan akut abdomen ke Instalasi Gawat
Darurat setiap tahunnya di seluruh dunia, dimana 25- 41% merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus akut
abdomen dengan penyebab yang tidak spesifik. Sebagian besar merupakan kasus
ringan dengan prognosis yang baik namun demikian, beberapa kasus mengancam jiwa
dapat berujung kematian akibat misdiagnosis, termasuk diantaranya rupture aorta,
aneurisma, appendicsitis, kehamilan ektopik, dan infark miokard (Setyohadi, 2016).
Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar 5–10% pada kunjungan
pasien ke unit gawat darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit dapat
berupa kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari akut
abdomen antara lain appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi
usus, perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan
kolik renal. Di Unit Gawat Darurat RSUD Karawang pasien yang berkunjung dengan
keluhan nyeri abdomen akut dengan berbagai penyebab mencapai 405 kasus (3,9%)
dari total 10.453 kunjungan selama tahun 2012 (Data Medikal Rekord RSUD
Karawang, 2012)
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individual,
sehingga tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua
kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada
individu. Hal tersebut yang menjadi dasar bagi perawat untuk memberikan intervensi
keperawatan dalam mengatasi nyeri (Asmadi, 2013). Salah satu tindakan keperawatan
non farmakologis untuk meredakan nyeri adalah dengan teknik distraksi, yaitu dengan
mengalihkan perhatian, melakukan nafas dalam, imajinasi terbimbing, serta distraksi
pendengaran yang salah satunya adalah dengan terapi murottal, (mendengarkan
bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an) mendengarkan murottal dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi klien (Siswanti &
Kulsum, 2017).
Penelitian menurut Rilla, Ropi & Sriati (2014) menjelaskan bahwa rerata
penurunan nyeri pada kelompok terapi murottal lebih besar dibandingkan dengan
penurunan nyeri dengan pada kelompok terapi musik. Berdasarkan hasil analisis,
didapatkan perbedaan penurunan nyeri antara terapi murottal dan terapi musik (p
Value = 0,000) dengan sample responden berusia antara 20 hingga 40 tahun (52,8%),
laki-laki (55,6%) serta perempuan (44,4%). Terapi murottal lebih baik dalam
menurunkan tingkat nyeri dibandingkan dengan terapi musik. Selain itu, study kasus
yang dilakukan oleh Agung Pramono, dkk (2021) juga menggunakan terapi murottal
untuk merurunkunkan nyeri pada pasien post operasi appendikromi di kota Medan
dan menunjukkan hasil setelah dilakukan terapi murottal selama 3 hari ada penurunan
skala nyari yaitu dihari pertama sebelum diberikan terapi murottal skala 6 dengan
kategori nyeri sedang. Sedangkan setelah dilakukan terapi murotal, intensitas nyeri
pada subyek belum berkurang yaitu pada skala 6, namun optimal pada penerapan hari
ke 3 yaitu pada skala nyeri 2 dengan keluhan nyeri ringan. Berdasarkan uraian di atas
maka kelompok 1 dari Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan yang
melakukan praktik klinik di RSUD Kraton ruang Seruni ingin menjadikan terapi
murottal sebagai Evidence Based Practice (EBP) untuk melakukan manajemen nyeri
pada pasien Tn. S di ruang Seruni dengan diagnosa medis abdominal pain.

B. Tujuan

1. Tujuan umum :
mengetahui pengaruh terapi murottal terhadap penurunan tingkat nyeri
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan setelah dilakukan terapi murottal pada
penderita abdominal pain terhadap penurunan tingkat nyeri.
b. Menganalisa hasil penelitian berdasarkan tinjauan teori.
c. Menganalisa hasil penelitian berdasarkan tinjauan kasus.

BAB II
IDENTIFIKASI ARTIKEL EVIDENCE BASED PRATICE
A. Identifikasi Artikel
1. Judul artikel :
Pengaruh Penerapan Terapi Murottal Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien
Post OP Appendiktomi Di Kota Metro.
2. Nama Peneliti : Agung Pramono, Anik Inayati, Tri Kesumadewi
3. Tahun penerbit : 2021
4. Penerbit : Jurnal Cendekia Muda

B. Gap of knowledge (Kesesuaian masalah dengan masalah yang akan


diselesaikan)
Artikel ini sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan yaitu sama-sama untuk
melakukan manajemen nyeri agar nyeri berkurang dengan menggunakan terapi
murottal Al-Qur’an.

C. Justifikasi intervensi :
a. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rilla, Ropi & Sriati (2014)
menjelaskan bahwa rerata penurunan nyeri pada kelompok terapi murottal
lebih besar dibandingkan dengan penurunan nyeri dengan pada kelompok
terapi musik. Berdasarkan hasil analisis, didapatkan perbedaan penurunan
nyeri antara terapi murottal dan terapi musik (p Value = 0,000) dengan
sample responden berusia antara 20 hingga 40 tahun (52,8%), laki-laki
(55,6%) serta perempuan (44,4%). Terapi murottal lebih baik dalam
menurunkan tingkat nyeri dibandingkan dengan terapi musik.
b. Terapi murottal dapat menurunkan nyeri dikarenakan terapi murotal dapat
menurunkan ketegangan dan stres, sehingga perubahan energi listrik dan otot-
otot pada organ tubuh, peredaran darah, dan detak jantung mengalami
perubahan (Kartika, 2015).

c. Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Murottal


Pengertian : Terapi dengan menggunakan rekaman suara Al-Qur’an yang
dilagukan oleh seorang qori (pembaca Al-Qur’an)
Tujuan : Memperbaiki kondisi fisik, emosional, dan kesehatan spiritual
pasien
Alat dan Bahan : Handphone, Headset

N PROSEDUR
O
Pre interaksi
1 Siapkan alat-alat
2 Identifikasi faktor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontra
indikasi
3 Cuci tangan
Tahap Orientasi
4 Beri salam dan panggil pasien dengan namanya
5 Jelaskan tujuan,prosedur, dan lamanya tindakan pada pasien
Tahap kerja
6 Berikan kesempatan pasien bertanya sebelum kegiatan dilakukan
7 Menanyakan keluhan utama pasien
8 Jaga privasi, memulai dengan cara yang baik
9 Menetapkan perubahan pada perilaku atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi dan mengurangi rasa sakit
10 Menetapkan ketetarikan pasien terhadap murottal
11 Pilih pilihan surat murottal
12 Bantu pasien untuk memilih posisi nyaman
13 Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya, suara, pengunjung, panggilan
telepon selama mendengarkan murottal
14 Dekatkan handphone dan perlengkapan dengan pasien
15 Pastikan handphone dan perlengkapan dalam kondisi baik
16 Nyalakan murottal dan lakukan terapi murottal
17 Pastikan volume sesuai dan tidak terlalu keras
18 Hindari menghidupkan musik dan meninggalkanya dalam waktu yang
lama
19 Hindari stimulasi musik setelah nyeri
20 Menetapkan perubahan pada perilaku atau fisiologi yang diinginkan
seperti relaksasi, stimulasi, konsentrasi dan mengurangi rasa sakit
21 Menetapkan ketertarikan pasien terhadap murottal
Terminasi
22 Evaluasi hasil kegiatan (kenyamanan pasien)
23 Simpulkan hasil kegiatan
24 Berikan umpan balik positif
25 Kontrak pertemuan selanjutnya
26 Akhiri kegiatan dengan cara yang baik
27 Bereskan alat-alat
28 Cuci tangan
Dokumentasi
29 Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan
- Nama Ps, Umur, Jenis kelamin dll.
- Keluhan utama
- Tindakan yang dilakukan (terapi murottal)
- Lamanya tindakan
- Jenis terapi murottal yang diberikan
- Reaksi selama, setelah terapi
- Respon pasien
- Tanggal pemeriksaan

D. Hasil Penelitian
Hasil studi kasus yang dilakukan oleh Agung Pramono, dkk (2021) menunjukkan
pada Tn.M dengan post operasi appenditomi setelah dilakukan terapi murottal
selama 3 hari ada penurunan skala nyari secara bertahap yaitu di hari pertama
sebelum diberikan terapi murottal skala 6 dengan kategori nyeri sedang, namun
setelah dilakukan terapi murotal intensitas nyeri pada subyek belum berkurang
yaitu pada skala 6. Kemudian pada hari kedua sebelum diberikan terapi murottal
skala 6 dengan kategori nyeri sedang dan setelah dilakukan terapi murotal
intensitas nyeri pada subyek berkurang yaitu pada skala 4. Selanjutnya hasil lebih
optimal pada penerapan hari ke 3 yaitu pada skala nyeri 2 dengan keluhan nyeri
ringan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Resume Kasus Kelolaan


Pasien Tn.S merupakan pasien rawat inap di RSUD Kraton ruang Seruni
kamar A5 dengan diagnosa medis abdominal pain. Pasien dirawat sejak tanggal 7
Oktober 2021 dengan keluhan perut sering bunyi dan nyeri ulu hati selama ± 10 hari
dimana P : Nyeri ulu hati, Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk, R : Nyeri terletak pada
perut bagian tengah atas, S : Skala nyeri 6, T: Nyeri hilang timbul. Saat dilakukan
pemeriksaan auskultasi bunyu bising usus : 30 kali/menit dan terdapat nyeri tekan
pada perut bagian tengah atas.
Selama sakit pasien mengeluh belum BAB selama ± 5 hari, dan mengeluh
nafsu makan berkurang selama sakit pasien mengalami penurunan berat badan 4kg.
Selama perawatan di rumah sakit pasien dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan darah lengkap, rongent, dan USG. Dari ketiga pemeriksaan penunjang
ditemukan hasil yang terdapat permasalahan kesehatan yaitu hasil rontgen
menunjukan dan USG yang dilakukan pada tanggal 09-10-2021 dengan hasil tampak
dilatasi gaster dan retensi fecal maternal. Kemudian dilakukan pemeriksaan USG
lebih lanjut pada tanggal 12-10-2021 dengan hasil distensi gaster karena ada obstruksi
parsial di regio duodenum C loop oleh massa solid yang mengobstruksi ampulla vateri
dan menimbulkan Gb double duct, curiga massa telah meluas ke posterior
melingkungi vaskuler renalis dextra dengan impact ada penurunan densitas kontras di
renal dextra dan mild hidronefrosis dextra (duodenum tumor). Selama perawatan
pasien diberikan terapi infus RL dan amino fluid 2:1 (20tpm), omeprazole, katerolac,
ondansentron, microlax.
B. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Teori
Hasil penelitian sesuai dengan tinjauan teori dimana terapi murottal dapat
menurunkan nyeri dikarenakan terapi murotal dapat menurunkan ketegangan dan
stres, sehingga perubahan energi listrik dan otot-otot pada organ tubuh, peredaran
darah, dan detak jantung mengalami perubahan (Kartika, 2015).

C. Analisis Hasil Penelitian Berdasarkan Tinjauan Kasus


Hasil penelitian sesuai dengan tinjauan kasus didapatkan hasil bahwa terapi murottal
yang dilakukan pada Tn. S yang dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 7-9
Oktober 2021 dapat menurunkan tingkat atau skala nyeri secara bertahap dimana pada
hari pertama skala nyeri 6 sebelum dilakukan terapi murottal dan setelah dilakukan
terapi murottal pasien mengatakan lebih nyaman akan tetapi skala nyeri masih sama
yaitu 6 kategori sedang. Kemudian pada hari ke dua skala nyeri sebelum dilakukan
terapi murottal 6 kemudian setelah dilakukan terapi murottal skala nyeri 4. Hasil
optimal pada hari ke tiga skala nyeri 4 sebelum dilakukan terapi murottal dan setelah
dilakukan terapi murottal pasien mengatakan lebih nyaman akan tetapi skala nyeri
masih sama yaitu 3 kategori nyeri ringan
BAB IV
PENUTUP
Simpulan dari terapi murottal yang diberikan pada Tn.S efektif untuk
menurunkan tingkat dang skala nyeri secara bertahap meskipun pada hari pertama
setelah diberikan terapi murottal skala nyeri tetap akan tetapi setelah hari ketiga
dilakukan terapi murottal pasien merasa lebih nyaman dan skala menurun yaitu pada
skala nyeri 3 dengan kategori nyeri ringan. Jdi dapat disimpulkan terapi murottal yang
diberikan untuk manajemen nyeri harus dilakukan secara rutin dan bertahap agar hasil
lebih maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Kartika, I., Rahmayunia. (2015). ‘Pengaruh Mendengar Murottal Al-Qur’an


terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Pasca Operasi Apendisitis’.
Accessed on 21 Maret, 2020. Dalam situs
https://repository.unri.ac.id/bitstream/handle/123456789/7471/Artikel
%20Imelda%20R.pdf?sequence=1&isAll owed=y

Pramono, A., Inayati, A., & Kesumadewi, T.(2021). Pengaruh Penerapan Terapi
Murottal Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasien Post OP Appendiktomi
Di Kota Metro. Jurnal Cendekia Medika,vol.1, No.4
Rilla, E. V., Ropi, H., & Sriati, A. (2014). Terapi Murottal Efektif Menurunkan
Tingkat Nyeri Dibanding Terapi Musik pada Pasien Pascabedah. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 17 (2), 74-80.

Setyohadi Dkk, (2016). EIMED MERAH PAP.


Http:/Dokterpost.Com/DiagnosisDan-Terapi-Nyeri-Abdomen
DiInstalasi-Gawat-Darurat/

Siswanti H. & Kulsum U. (2017). ‘Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Nyeri Pasien
Post Seksio Sesaria Di RSI Sunan Kudus Kabupaten Kudus 2016’.
Program Studi Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus. URECOL
– 2017. Di akses dalam situs http://journal.ummgl.ac.id/index.php/u
recol/article/view/1194

Syamsuhidayat, et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai