Anda di halaman 1dari 40

KEAMANAN Kangoro Mother Care (KMC) DI MASA

PANDEMI COVID19: (Literature Review)

Diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana


Keperawatan

Proposal

HESTI RIZQIANA

NIM.17.1325.S

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

DAN PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN

PEKALONGAN

2021
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal skripsi yang berjudul “Keamanan Kangoro Mother Care (KMC) Di

Masa Pandemi Covid-19: Literatur Review” yang disusun oleh Hesti Rizqiana, telah

dipertahankan dalam seminar proposal dan telah diperiksa oleh pembimbing untuk

disetujui melaksanakan penelitian.

Pekalongan,

Koordinator Mata Kuliah Skripsi Pembimbing

(Benny Arief Sulistyanto, MSN) (Benny Arief Sulistyanto, MSN)


LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa apa yanag tertulis dalam skripsi ini adalah
benar adanya dan merupakan hasil karya saya sendiri. Segala kutipan karya pihak lain
telah saya tulis dengan menyebutkan sumbernya. Apabila dikemudian hari ditemukan
adanya plagiasi, fabrikasi dan falsifikasi maka saya rela gelar kesarjanaan saya
dicabut.

Pekalongan,

Peneliti,

Hesti Rizqiana

17.1325.S
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, wr.wb.

Salam sejahtera bagi kita semua. Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan bagi

seluruh alam semesta, atas berkat limpahan karunia rahmat dan hidayah-Nya peneliti

dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi yang berjudul “Keamanan

Kangoro Mother Care (KMC) di masa Pandemi Covid-19: Literature Review” tanpa

halangan apapun. Proposal skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Keperawatan di Universitas Muhammadiyah

Pekajangan Pekalongan.

Peneliti mengucapkan terimakasih dan menyampaikan penghormatan yang

begitu besar kepada seluruh pihak yang telah memberikan adilnya dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini.

1. Dr. Nur Izzah, M.Kes selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekalongan.

2. Herni Rejeki, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kom selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

3. Emi Nurlaela, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Kepala Program Studi Sarjana

Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan

Pekolongan.

4. Benny Arief Sulistyanto, MSN selaku Dosen Pembimbing Proposal Skripsi dan

Penguji Utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, semangat


serta dukungan yang sangat berarti kepada peneliti selama proses penyusunan

proposal skripsi.

5. Emi Nurlaela,S.Kep.,M.Kep.,Sp.Mat selaku Penguji Kedua yang telah meberikan

bimbingan dan pengarahan kepada peneliti selama proses penyusunan proposal

skripsi.

6. Hana Nafiah, MNS selaku Penguji Ketiga yang telah memberikan bimbingan

dan pengarahan kepada peneliti selama proses penyusunan proposal skripsi.

7. Segenap dosen, staff dan karyawan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan.

8. Ibu Emilia Mulyanti, Bapak Budi Harjo, adik, saudara serta Keluarga besar

tercinta yang selalu memberikan Do’a, semangat dan motivasi dalam setiap

langkah menyelesaikan proposal skripsi ini.

9. Adam Mauluddin yang selalu memberikan Do’a, semangat dan motivasi dalam

penyelesaian proposal skripsi ini.

10. Teman–teman seperjuangan Sarjana Keperawatan Angkatan 2017 yang selalu

memberikan semangat dan kebersamaannya selama ini.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari

sepenuhnya dengan kekurangan dan keterbatasan akan pengetahuan, kemampuan

serta pengalaman yang dimiliki sehingga penulisan proposal skripsi ini masih

memerlukan banyak perbaikan kritik dan saran yang memebnagun bagi peneliti

sangat diharapkan adanya agar proposal skripsi ini bisa menjadi lebih baik lagi.
Demikian kata pengantar yang dapat peneliti sampaikan. Semoga Allah SWT

memberikan balasan semua kebaikan kalian yang telah membantu peneliti dalam

menyelesaikan proposal skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa proposal ini jauh dari

kata sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan proposal skripsi ini. Semoga proposal ini bisa memberikan manfaat

untuk para pembacanya dan pihak-pihak yang terkait di masa yang akan datang.

Wassalamualaikum, wr.wb.

Pekalongan,

Peneliti,

Hesti Rizqiana

17.1325.S
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN
1) Latar Belakang

Menurut World Health Organization, bayi prematur adalah bayi lahir hidup

sebelum kehamilan minggu ke-37 (di hitung dari hari pertama haid terakhir).

Bayi premature atau bayi preterm adalah bayi yang brumur kehamilan 37

minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi premature lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Surasmi,dkk 2003).

Angka kematian neonatal menurut kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah

tahun 2019 sebesar 46,6% kematian disebabkan karena BBLR. Angka Kematian

Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11bulan) per 1.000 kelahiran

hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat

permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab

kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat

keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi.

Apabila AKB suatu wilayah tinggi, berarti status kesehatan di wilayah tersebut

rendah. Angka Kematian Bayi di Provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebesar 8,2

per 1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota dengan AKB terrendah adalah Jepara

sebesar 4,7 per 1.000 kelahiran hidup dan tertinggi adalah Rembang 17,7 per

1.000 kelahiran hidp (dikutip dari Profil Kesehatan Proinsi Jawa Tengah,2019).

Bayi BBLR mempunyai peluang lebih kecil untuk bertahan hidup dan lebih

rentan terhadap penyakit hingga mereka dewasa (Ioannidou, Michail, Galanis,


Tsiftis, & Pavlopoulou, 2010). BBLR cenderung mengalami gangguan

perkembangan kognitif, retardasi mental, serta lebih mudah mengalami infeksi

yang dapat mengakibatkan kesakitan atau bahkan kematian (De Onis et al.,2019).

Dampak lain yang muncul pada orang dewasa yang memiliki riwayat BBLR

yaitu berisiko menderita penyakit degeneratif yang dapat menyebabkan beban

ekonomi individu dan masyarakat (Novitasari et al., 2020).

Berdasarkan data Healthy Newborn Network (HNN) penyebab utama

kematian bayi baru lahir secara global tahun 2017, 35% komplikasi kelahiran

premature, 24% intraprtum, 15% tetanus, 11% kelainan kongenital, 1% diare, 6%

pneumonia dan 8% penyakit lain. Presentase tertinggi penyebab utama kematian

bayi baru lahir pada tahun 2017 yaitu kelahiran premature.

Proporsi kematian yang signifikan pada bayi prematur dan berat lahir

rendah dapat dicegah. Ada bukti bahwa perawatan ibu kanguru (KMC), bila

dibandingkan dengan perawatan neonatal konvensional di rangkaian terbatas

sumber daya, secara signifikan mengurangi risiko kematian pada bayi yang lahir

di fasilitas yang secara klinis stabil dan beratnya kurang dari 2000 gram. KMC

juga mengurangi risiko hipotermia, penyakit parah, infeksi nosokomial, dan lama

tinggal di rumah sakit, dan meningkatkan pertumbuhan, menyusui, dan

perlekatan ibu dengan bayinya (Chan et al., 2016).

World Health Organization telah mendefinisikan KMC sebagai kontak

kulit-ke-kulit (SSC) dini, berkelanjutan, dan berkepanjangan antara ibu dan bayi

prematur. ASI eksklusif atau ASI pulang lebih awal setelah KMC dimulai di

rumah sakit dengan kelanjutan di rumah, serta dukungan dan tindak lanjut yang
memadai untuk ibu di rumah. Sementara World Health Organization

memberikan pedoman tentang komponen KMC, diperlukan pedoman

operasionalisasi dan implementasi klinis KMC (Chan et al., 2016).

Skala wabah COVID-19 telah membawa perubahan yang belum pernah

terjadi sebelumnya dalam lanskap global dan nasional pada kesejahteraan sehari-

hari. Akibatnya, banyak negara merespons untuk membatasi penyebaran

penyakit melalui penguncian nasional atau lokal. Karena lembaga kesehatan

menunjukkan ketegangan dalam menanggapi pandemi, perhatian adalah

meningkatkan bahwa COVID-19 akan mengganggu penyediaan layanan

kesehatan, termasuk untuk layanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, terutama di

negara terbatas sumber daya. Pada tahun 2019, hampir 80 juta perempuan

melahirkan di institusi kesehatan secara global, tiga kali lipat dari jumlah

kelahiran di institusi pada tahun 2000. Karena lebih banyak wanita dan bayinya

telah dapat mengakses secara efektif dan perawatan penuh hormat sebelum,

selama, dan setelah kehamilan, angka kematian ibu dan bayi serta angka lahir

mati semuanya telah menurun secara substansial dalam 20 tahun terakhir

(sebesar 44% untuk kematian ibu, 41% untuk kematian neonatal, dan 25% untuk

bayi lahir mati hingga 2019) (Ashish et al., 2020).

World Health Organization merekomendasikan bahwa bayi dan ibu yang

dicurigai atau dikonfirmasi COVID-19 harus diaktifkan untuk tetap bersama dan

mempraktikkan kontak kulit-ke-kulit, perawatan kanguru dan untuk tetap

bersama dan untuk berlatih rawat gabung sepanjang hari dan malam sangat

dianjurkan, mengingat pentingnya kesehatan ibu dan anak seumur hidup. Para
ibu dianjurkan untuk mencuci tangan, memakai masker jika batuk, dan secara

rutin membersihkan permukaan yang pernah disentuhnya (Stuebe, 2020).

Di China, rekomendasi awal adalah untuk memisahkan bayi baru lahir dari

ibu yang dikonfirmasi atau dicurigai COVID-19 dan untuk menghindari

menyusui. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan ibu dengan

infeksi COVID-19 harus didorong untuk menyusui dan bayi yang baru lahir tetap

bersama ibunya dengan tindakan pencegahan termasuk masker wajah ibu dan

cuci tangan. Skin to Skin Contac memungkinkan ikatan ibu dengan bayi,

memberikan kolonisasi awal mikrobiota bayi, meningkatkan pemberian ASI

eksklusif dan mengurangi tingkat stres ibu yang sangat dibutuhkan dalam situasi

saat ini. Oleh karena itu, kebijakan dan pedoman harus merekomendasikan

dokter untuk memfasilitasi praktik SSC setelah lahir dan mendidik ibu tentang

manfaat SSC dan potensi risiko pemisahan (Abdulghani et al., 2020)

Ibu atau bayi yang terkontaminasi Covid-19 di dorong untuk memulai dan

melanjutkan kontak kulit (skin to skin/KMC) dengan kewaspadaan yang sesuai,

ada beberapa modifikasi agar KMC yang di lakukan dengan aman yaitu batasi

jumlah pengasuh yang memberikan dukungan perawatan kanguru (KMC) dengan

memakai APD lengkap, susun strategi yang mendukung KMC di rumah,

pertimbangkan pemulangan awal dan tindak lanjut bayi baru lahir premature atau

kurang berat badan yang menerima KMC (World Health Organization, 2020)

Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian literature

review pada keamanan Kangoro Mother Care (KMC) di masa pandemic Covid-

19, karena masyarakat atau tenaga kesehatan beranggapan bahwa KMC di masa
pandemic Covid-19 sekarang tidak perlu dilakukan tetapi sebenarnya harus tetap

dilakukan dengan syarat melakukan tindakan pencegahan prosedur atau

perawatan KMC yang benar dan aman menurut World Health Organization.

2) Pertanyaan Penelitian

Bagaimana keamanan Kangoro Mother Care (KMC) di masa pandemi

Covid-19?

Tabel 1.1 Pernyataan PEO

PEO Bahasa Indonesia English

Population Bayi premature Premature baby

Exposure Kangaro Mother Care Kangoro mother care

(KMC) dan Covid 19 (KMC) and covid 19

Outcome Keamanan KMC di masa Safety of KMC pandemic

pandemic Covid19 Covid 19

3) Tujuan Penelitian

4) Tujuan Umum

Untuk mengetahui keamanan melakukan perawatan Kangoro Mother

Care (KMC) di masa pandemi Covid-19.


5) Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pentingnya dilakukan perawatan Kangoro Mother

Care (KMC) di masa pandemi Covid-19.

b. Untuk mengetahui keamanan yang harus dilakukan perawatan Kangoro

Mother Care (KMC) dimasa pandemi Covid-19.

c. Untuk mengetahui prosedur Kangoro Mother Care (KMC) di masa

pandemi Covid-19.

6) Manfaat Penelitian

1. Aspek teori (body of knowledge)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan

dan literature untuk menambah wawasan tentang gambaran tingkat

kecemasan dan kualitas tidur pasien asma serta dapat dijadikan sebagai

referensi bagi penelitian berikutnya.

2) Profesi (profesionalism)

Memberikan tambahan pengetahuan dan informasi kepada perawat

terkait gambaran tingkat kecemasan dan kualitas tidur pasien asma.

3) Praktik (clinical implication)

Untuk menambah pengalaman dan wawasan sebagai bahan untuk

menerapkan ilmu yang sudah didapatkan.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Bayi Prematur

1. Definisi bayi prematur

Menurut World Health Organization , bayi prematur adalah bayi lahir

hidup sebelum kehamilan minggu ke-37 (di hitung dari hari pertama haid

terakhir).

Bayi premature atau bayi preterm adalah bayi yang brumur kehamilan

37 minggu tanpa memperhatikan berat badan, sebagian besar bayi premature

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Dari pengertian tersebut

dapat disimpulkan bayi premature di tetapkan berdasarkan umur kehamilan

(Surasmi,dkk 2003).

2) Klasifikasi bayi premature

a. Late preterm atau premature akhir (usia kehamilan 34-37 minggu)

b. Moderate preterm atau premature sedang (usia kehamilan 32-<34

minggu)

c. Very preter m atau sangat premature (usia kehamilan 28-<32 minggu)

d. Extremely preterm atau premature ekstrem (usia kehamilan <28

minggu)

Berdasarkan berat badan bayi premature di golongkan menjadi:

a. Low birth weight atau berat lahir rendah (1500-2500gram)


b. Very low birth weight atau berat badan lahir sangat rendah (1000-

<1500gram)

c. Extremely low birth weight atau berat badan lahit sangat rendah

( <1000gram) (Yusna,2020).
3) Etiologi kelahiran prematur

4) Faktor ibu

5) Toksemia gravidarum, yaitu preeklamsi dan eklamsi.

6) Kelainan bentuk uterus.

7) Tumor (misal: mioma uteri, sistoma).

8) Ibu yang menderita penyakit akut dengan gejala panas tinggi (misal:

tifus abdominalis, malaria), penyakit kronis (missal: TBC, jantung).

9) Ibu dengan trauma masa kehamilan fisik (missal:jatuh) dan

prikologis (missal: stres).

10) Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun.

11) Faktor janin

1) Kehamilan ganda.

2) Hidramnion.

3) Ketuban pecah dini.

4) Cacat bawaan .

5) Infeksi (missal: rubeolla, sifilis, toksoplasmosis).

6) Insufisiensi plasenta.

7) Inkompatibilitas darah ibu dan janin (faktor rhesus, golongan darah

ABO).

8) Faktor plasenta

1) Plasenta previa

2) Sulosio plasenta (Surasmi,2003).


3) Patofiologi bayi prematur

Neonatus degan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan tidak

dapat meghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini

disebabkan karena respon megigil bayi tidak ada tau kurang, sehingga tidak

dapat menambah aktivitas. Suber utama kalori bila ada setres dingin atau

suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonsbiver. Sebagian respons

terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan megeluarkan norepinefin yang

menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk

meghasilkan kalori yang kemudian dibawa oleh darah ke jantung. Stress

dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemi.

Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap sress dingin akan

meingkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak

dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksige berkurang dan keadaan ini akan

menjadi lebih buruk karena volume paru menurun. Keadaan ini dapat sedikit

tertolong oleh haegmoglobin fetal yang dapat mengikat oksige lebih banyak

sehingga bayi dapat bertahan lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang

kurang (Surasmi,2003).
4) Manisfestasi klinis bayi premature

a. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.

2) Berat badan kurang dari 2500 gram.

3) Panjang badan kurang dari 46cm.

4) Kuku panjangnya kurang belum melawati ujung garis.

5) Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas.

6) Lingkar kepala kurang dari 33cm.

7) Lingkar dada kurang dari 30cm.

8) Rambut lanugo masih banyak

9) Jaringan lemak subkutan tipis

10) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya, sehingga

seolah-olah tidak teraba tulang rawan dau telinga.

11) Tumit mengilap, telapa kaki halus.

12) Alat kelamin pada bayi laki-laki pigmentasi dan rugae pada skrotum,

testis belum turun kedalam skrotum. Bayi perempuan klitoris menonjol,

labia minora belum tertutup oleh labio mayora.

13) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan pergerakan lemah.

14) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan reflex

isap,menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif, dan tangisnya

lemah.

15) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan

jaringan lemak masih kurang,

16) Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit (Surasmi,2003).


17) Komplikasi bayi premature

a. Sindrom distress pernapasan, disebut juga penyakit membrane hialin

karena pada stadium akhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi

alveolus paru.

2) Aspirasi pneumonia, keadaan ini disebabkan karena refleks menelan dan

batuk pada bayi premature belum sempurna.

3) Perdarahan intraventrikular, adalah perdarahan spontan pada ventrikel

otak lateral, biasanya terjadi bersamaan dengan pembentukan membran

hialin di paru-paru.

4) Fibroplasia retrolental, keadaan ini disebabkan oleh gangguan oksigen,

yang berlebihan.

5) Hiperbilirubinemia, keadaan inindi sebabkan karena hepar pada bayi

premature belum matang (Jumiarni,dkk 1994).

6) Konsep Kangoro Mother Care (KMC)

1. Definisi Kangoro Mother Care (KMC)

Menurut World Health Organization, mendefinisikan KMC sebagai

kontak kulit ke-kulit (SSC) secara dini setalah ibu melahirkan, yang

berkelanjutan, dan berkepanjangan antara ibu dan bayi premature,

pemberian ASI eksklusif, pulang lebih awal setelah KMC dimulai di rumah

sakit dengan kelanjutan di rumah, serta dukungan dan tindak lanjut yang

memadai untuk ibu di rumah.

Kangoro Mother Care (KMC) adalah teknik perawatan berbasis bukti

yang direkomendasikan sebagai perawatan standar untuk semua neonatus


yang stabil secara klinis/ pra-stabil <2000g, yang merupakan kriteria yang

digunakan dalan uji coba KMC sebelumnya sebagai indikator untuk

kelahiran premature (dikutip dari Parti,dkk 2020).

Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi berat

lahir rendah dan bayi premature dengan cara melakukan kontak kulit secara

langsung antara ibu dengan bayinya (skin to skin) yaitu dengan meletakan

bayi di dada ibunya (Daswati,2021).

Kangoro Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru

(PMK) merupakan perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran

premature dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit

ibu atau skin-to-skin contact dimana ibu menggunakan suhu tubuhnya untuk

mengahangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK) mempermudah

pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI

(Endyarni,2013).

2) Manfaat Kangoro Mother Care (KMC)

a. Menurunkan jumlah neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal

2) Menghindari berat lahir rendah dari kedinginan (hipotermia)

3) Mestabilkan bayi

4) Mengurangi terjadinya infeksi

5) Meningkatkan pertumbahan dan perkembangan bayi

6) Meningkatkan pemberian ASI

7) Meningkatkan ikatan (bonding) antara ibu dan bayi (Edyarni,2013).


8) Prosedur perawatan Kangoro Mother Care (KMC)

a. Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi

menempel ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak

kulit ke kulit, karena kulit bayi mengalami kontak langsung dengan kulit

bayi.

2) Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya.

3) Kepala bayi dipalingkan ke salah satu sisi dengan posisi sedikit

tengadah (ekstensi). Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga

agar saluran nafas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi

kontak mata ibu dan bayi.

4) Tepi pengikat tepat berada di bawah telinga bayi.

5) Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi .

6) Tungkai bayi harus dalam posisi ”kodok” dan tangan harus dalam

keadaan fleksi.

7) Ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi dada bayi.

8) Perut bayi jangan sampai tertekan dan sebaiknya berada di sekitar

epigastrium ibu (Deswati,2021 ).

9) Konsep Pandemi Covid-19

1. Definisi Covid-19

World Health Organization memberi nama virus baru tersebut Severe

Acute Respiratory Syndrome Corona virus 2 (SARS-CoV-2) dan nama

penyakitnya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (dikutip dari

Yuliana,2020).
Pandemi COVID-19 berasal dari provinsi Hubei, Cina pada Desember

2019, virus itu menyebar dengan cepat dan pada Maret 2020 lebih dari 100

negara terpengaruh, karena tingkat penularan dan kematian yang tinggi dari

virus dan pernyataan WHO tentang COVID-19 sebagai pandemi, perawatan

medis rutin terpengaruh dan akibatnya tingkat KMC mungkin juga menurun

(Hakimi, 2020).

2) Patofisiologi

Coronavirus menyebabkan sejumlah besar penyakit pada hewan dan

kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada hewan seperti babi, sapi,

kuda, kucing dan ayam. Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu

virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia. Banyak hewan liar yang

dapat membawa patogen dan bertindak sebagai vektor untuk penyakit

menular tertentu. Kelelawar, tikus bambu, unta dan musang merupakan host

yang biasa ditemukan untuk Coronavirus. Coronavirus pada kelelawar

merupakan sumber utama untuk kejadian severe acute respiratorysyndrome

(SARS) dan Middle East respiratory syndrome (MERS).

Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus

tidak bisa hidup tanpa sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah

menemukan sel host sesuai tropismenya. Pertama, penempelan dan masuk

virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada dipermukaan virus.

Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta penentu

tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel

host yaitu enzim ACE-2 (angiotensin-converting enzyme 2). ACE-2 dapat


ditemukan pada mukosa oral dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus

halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang, limpa, hati, ginjal, otak, sel

epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri vena, dan sel

otot polos.Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari

RNA genom virus.

Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA

melalui translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap

selanjutnya adalah perakitan dan rilis virus. Setelah terjadi transmisi, virus

masuk ke saluran napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas

atas (melakukan siklus hidupnya). Setelah itu menyebar ke saluran napas

bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari saluran napas dan virus

dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah

penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari

(di kutip dari Yuliana,2020).

3) Etiologi

COVID-19 didasarkan pada pemahaman sifat fsikokimia dari

penemuan virus corona sebelumnya. Dari penelitian lanjutan, edisi kedua

pedoman tersebut menambahkan “coronavirus tidak dapat dinonaktifkan

secara efektif oleh chlorhexidine”, juga kemudian defnisi baru ditambahkan

dalam ed isi keempat, “nCov-19 adalah genus b, dengan envelope, bentuk

bulat dan sering berbentuk pleomorfk, dan berdiameter 60-140 nm.

Karakteristik genetiknya jelas berbeda dari SARSr- CoV dan MERSr-CoV.

Homologi antara nCoV-2019 dan bat-SL-CoVZC45 lebih dari 85%. Ketika


dikultur in vitro, nCoV-2019 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan

manusia setelah 96 jam, sementara itu membutuhkan sekitar 6 hari untuk

mengisolasi dan membiakkan VeroE6 dan jaringan sel Huh-7“, serta ”corona

virus sensitif terhadap sinar ultraviolet“ (Safrizal,dkk.2020).

4) Manisfestasi klinis

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau

berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >380C), batuk

dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat disertai dengan sesak memberat,

fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan gejala saluran napas

lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Berikut sindrom

klinis yang dapat muncul jika terinfeksi (Yuliana,2020).

a. Tidak berkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti

demam, batuk, dapat disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung,

malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada

pasien dengan lanjut usia dan pasien immunocompromises presentasi

gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain itu, pada beberapa kasus

ditemui tidak disertai dengan demam dan gejala relatif ringan. Pada

kondisi ini pasien tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya

dehidrasi, sepsis atau napas pendek.


2) Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak.

Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan

pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah bernapas.


3) Pneumonia berat. Pada pasien dewasa:

1) Gejala yang muncul diantaranya demam atau curiga infeksi saluran

napas

2) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi napas: > 30x/menit),

distress pernapasan berat atau sat urasi oksigen pasien <90% udara

luar (Yuliana,2020).

3) Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks.

2) Pemeriksaan specimen saluran nafas atas dan bawah (saluran nafas atas:

swab tenggorokan nasofaring dan orofaring. Saluran nafas bawah:

sputum,bilasan bronkus).

3) Bronkoskopi.

4) Pungsi pleura sesuai kondisi.

5) Pemeriksaan kimia darah.

6) Biakan mikroorganisme dan uji kepekatan dari bahan saluran

napas(sputum,bilasan bronkus,cairan pleura).

7) Pemeriksaan fases dan urin (untuk investasigasi kemungkinan

penularan) (dikutip dari Yuliana,2020).

8) Penatalaksanaan

a. Isolasi sesuai gejala klinis yang muncul, baik ringan mauapun sedang.

2) Implementasikan pencegahan dan penegndalian infeksi.

3) Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit.

4) Suplementasi oksigen (pemberian terapi oksigen).


5) Kenali kegagalan napas hipoksemia berat.

6) Terapi cairan (terapi cairan konservatif).

7) Pemberian antibiotic empiris

8) Terapi simptomatik.

9) Pemberian kortikosteroid (diberikan kepada penatakasanaan pneumonia

atau ARDS) (dikutip dri Yuliana,2020).

10) Cara pencegahan penularan

a. Cuci tangan dengan air dan sabun selama minimal 20 detik.

2) Hindari memegang mata, hidung, mulut, jika terpaksa, cuci tangan

terlebih dahulu

3) Ketika bersin/batuk, gunakan tisu sekali pakai atau tutup mulut

menggunakan lengan.

4) Bersihkan permukaan benda-benda di rumah, terlebih yang sering

digunakan, seperti meja, permukaan dapur, wastafel, dll.

5) Hindari keramaian, jaga jarak setidaknya 2 meter jika harus berinteraksi

sosial.

6) Jika memiliki gejala, gunakan masker, dan sebisa mungkin alokasikan

kamar terpisah untuk si sakit.

7) Hindari pemakaian bersama barang-barang yang sifatnya personal

seperti sendok, piring, gelas, dan handuk.

8) Makan, minum, istirahat cukup, olahraga dalam rumah seperti yoga,

untuk menjaga tamina dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

9) Hindari stress (dikutip dari Buku saku Covid19,2020).


10) Konsep Keamanan

1. Definisi keamanan

Keamanan adalah unsur-unsur penunjang yang mendukung terciptanya

suasana yang aman, agar penatalaksaannya dapat terhindar dari resiko

bahaya kerja maupun infeksi (Afifuddin,2019).

Keselamatan adalah kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya

fisik. Ancaman terhadap keselamatan seseorang dapat di kategorikan sebagai

ancaman mekanis, kimiawi, ternal, dan bakteriologis.

Keamanan adalah terkait dengan konteks fisiologis dan hubungan

interpersonal, keamanan fisiologis berkaitan dengan sesuatu yang

mengancam tubuh dan kehidupan seseorang, ancaman tersebut itu bisa nyata

atau imajinasi (missal: penyakit, nyeri, cemas dll) (Asmadi,2008).


2) Prosedur perawatan Kangoro Mother Care (KMC) yang dilakukan

agar aman selama pandemic Covid-19:

a. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air setidaknya

selama 20 detik.

2) Cuci sebelum dan sesudah menyusui bayi dan juga setelah menyentuh

permukaan apapun, tidak perlu mencuci payudara setiap kali sebelum

menyusui, jika terjadi batuk atau bersin di dada area payudara dan

sekitarnya harus dicuci bersih dengan sabun dan air. Sterilisasi berbahan

dasar alkohol tidak boleh digunakan di dada. Jika sabun dan pencucian

air tidak memungkinkan, semprotan sterilisas berbahan dasar alkohol

dapat digunakan untuk membersihkan tangan.

3) Jika batuk atau bersin, tutupi mulut dan hidung dengan siku yang

tertekuk atau sapu tangan / kain katun atau tisu yang bersih. Jika

menggunakan potongan sapu tangan / atau kain katun, cuci sangat

sering. Jika menggunakan tisu, buang dalam wadah tertutup setelah

digunakan.

4) Saat memberikan KMC atau menyusui, ibu harus menggunakan masker

penutup hidung dan mulut untuk meminimalkan kemungkinan

penularan infeksi pada bayinya. Penggunaan masker yang tepat harus

dipelajari terlebih dahulu oleh ibu.

5) Bayi yang berusia kurang dari dua tahun sebaiknya tidak menggunakan

masker apapun untuk menutupi hidung dan mulut untuk menghindari

mati lemas.
6) Pertahankan jarak sosial, jangan pergi ke tempat keramaian dan hindari

menggunakan transportasi umum.

7) Hindari kontak dengan orang yang menderita batuk, demam, kesulitan

bernafas, dll.

8) Hindari menyentuh mulut, hidung dan mata sebanyak mungkin.

9) Bersihkan permukaan yang terkontaminasi (di kutip dari Panduan KMC

Fondation,2020 hlm.5).
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

A. Strategi Pencarian Literature

1. Pemilihan kata kunci

Penelitian ini menggunakan metode literatur review, maka dalam

pemilihan artikel ini menggunakan PEO (Population,Exposure,Outcome)

dengan judul “Keamanan Kangoro Mother Care (KMC) Di Masa Pandemic

Covid-19”. Berdasarkan masalah penelitian tersebut maka dapat menyusun

pernyataan PEO sebagai berikut:

Tabel 1.2 Pernyataan PEO

PEO Bahasa Indonesia English


Population Bayi premature Premature baby
Exposure Kangaro Mother Care Kangoro mother care
(KMC) dan Covid 19 (KMC) and covid 19

Outcome Keamanan KMC di masa Safety of KMC


pandemic Covid19 pandemic Covid 19

Adapun kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel penelitian

ini adalah sebagai berikut:


Keyword Keamanan Kangoro Mother Bayi

Care(KMC) dan premature

Pandemi Covid-

19

Synonym / Istilah Safety Kangoro Mother Premature

terkait Care, Skin to baby

skin, Covid-19

Tabel 1.3 Pemilihan Kata Kunci

Dari kata kunci tersebut di atas akan digunakan sebagai strategi

pencarian artikel/jurnal. Adapun strategi yang akan digunakan adalah dengan

mengkombinasi beberapa kata kunci tersebut untuk pencarian lanjutan (bolean

search). Berikut ini adalah stategi pencarian yang akan di gunakan:


a. English : “Safety”AND “Kangoro Mother Care OR Skin To Skin”AND

“premature baby” AND “Covid-19 OR MERS COV-19”.

2) Bahasa indonesia: “Keamanan” DAN “Kangoro Mother Cara OR

Perawatan Metode Kanguru” AND “bayi premature” AND “Covid-19”.

3) Pemilihan database

a. Peneliti membuka https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/advanced/ ,

Strategi pencarian dengan menggunakan kata kunci sebagai berikut;

“Safety”AND “Kangoro Mother Care OR Skin To Skin”AND

“premature baby” AND “Covid-19 OR MERS COV-19” di dapatkan

artikel sebanyak 24 . Pencarian menjadi lima tahun terakhir sehingga

menjadi 24 artikel. Kemudian dari 24 artikel tersebut diidentifikasi

berdasarkan judul dan abstrak dan dipilah berdasarkan kriteria inklusi

dan ekslusi.

2) Peneliti membuka https://garuda.ristekbrin.go.id/ untuk pencarian

artikel berbahasa Indonesia. Namun, setelah peneliti mencoba untuk

mengetikkan kata kunci “keamanan Kangoro Mother Care (KMC) di

masa pandemic Covid-19” tidak didapat hasil. Oleh karena itu,

penelitian akan menggunakan https://scholar.google.co.id/ sebagai

alternatif pencarian luas (broad search) artikel berbahasa Indonesia.


3) Peneliti akan menggunakan sistem kouta dalam pencarian artikel.

Peneliti akan berhenti melakukan pencarian jika sudah di temukan

minimal 5 artikel yang sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Dari artikel tersebut kemudian akan di seleksi untuk menilai kelayakan

masing-masing artikel.

4) Proses telaah kritis (Critical Appraisal)

Setelah peneliti menemukan artikel yang sesuai (judul dan abstrak)

kemudian peneliti akan membaca artikel secara keseluruhan . adapun artikel yang

akan di ambil harus memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi dan ekslusi

a. Kriteria inklusi

1) Sesuai dengan kata kunci “Safety”AND “Kangoro Mother Care OR

Skin To Skin”AND “premature baby” AND “Covid-19 OR MERS

COV-19”.

2) Dipublikasikan dalam rentang waktu 2011 -2020

3) Ditulis dalam bahasa Indonesia dan atau bahasa inggris

4) Kriteria ekslusi

1) Tujuan artikel tidak sesuai dengan tujuan penelitian ini

2) Naskah artikel tidak lengkap.

3) Instrumen telaah kritis

Artikel yang sudah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi, kemudian

akan dinilai tingkat kelayakannya dengan menggunakan instrument The

DISCERN Instrument. Adapun contoh instrument tersebut ada pada


lampiran. Oleh karena instrument tersebut masih dalam bahasa asing

(English) maka peneliti akan menerjemahkan instrument tersebut ke dalam

Bhasa Indonesia.
4) Waktu Penelitian
No Kegiatan Bulan

Desemb Januari Februari Maret April Mei

er

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Memilih

topik

penelitian

2. Membuat

pertanyaan

penelitian

(PICO/PEO)

3. Menulis

latar

belakang

dan tujuan

penelitian

4. Menulis

tinjauan

teori

5. Menyusun

strategi/

melakukan
DAFTAR PUSTAKA

Abdulghani, N., Amir, L. H., Edvardsson, K., & Cooklin, A. (2020). It’s time for
global action to reinforce mother-infant skin-to-skin contact policy. Acta
Paediatrica, International Journal of Paediatrics, 109(8), 1689.
https://doi.org/10.1111/apa.15369
Afifudin,Mokh. 2019. Melaksanakan Prosedur Kesehatan Dan Keselamatan Kerja.
Jawa Tengah: CV Sarnu Untung.
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC.
Ashish, K., Gurung, R., Kinney, mary v, Avinash K Sunny, A. k, Moinuddin, M., &
Omkar Basnet, Prajwal Paudel, Pratiksha Bhattarai, Kalpana Subedi, Mahendra
Prasad Shrestha, Joy E Lawn†, M. M. (2020). Effect of the COVID-19 pandemic
response on intrapartum care, stillbirth, and neonatal mortality outcomes in
Nepal: a prospective observational study. 8. https://doi.org/10.1016
Chan, G. J., Valsangkar, B., Kajeepeta, S., Boundy, E. O., & Wall, S. (2016). What is
kangaroo mother care? Systematic review of the literature. Journal of Global
Health, 6(1), 1–9. https://doi.org/10.7189/jogh.06.010701
Daswati,2021.Menurunkan Kecemasan Ibu Nifas Dengan Metode Kanguru. Kota
Bandung: Media Sains Indonesia.
Dinas Provinsi Jawa Tengah, (2018, Februari 07). Profil Jateng.
Endyarni,Bernie. 2013. Buku Indonesia Menyusui. Ikatan Dokter Anak Indinesia.
Girsang,Bina Melvia. 2020. Asuhan Keperawatan Metode Kanguru (PMK).
Yogyakarta: CV Bina Utama.
Hakimi, S. (2020). The reproductive number of COVID-19 is higher compared to
SARS coronavirus. European Journal of Midwifery, 1–2.
https://doi.org/10.1093/jtm/taaa021
Jumiarni,dkk.1994. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta:EGC.
Novitasari, A., Hutami, M. S., & Pristya, T. Y. R. (2020). Pencegahan dan
Pengendalian BBLR Di Indonesia: Systematic Review. Cochrane Database of
Systematic Reviews, 2(3), 175–182.
http://doi.wiley.com/10.1002/14651858.CD013574
Safrizal,dkk. 2020. Pedoman Umum Mengahadapi Pandemi Covid-19. Jakarta
Kementrian Dalam Negri.
Stuebe, A. (2020). Should Infants Be Separated from Mothers with COVID-19? First,
Do No Harm. Breastfeeding Medicine, 15(5).
https://doi.org/10.1089/bfm.2020.29153.ams
Surasmi,Asrining,dkk.2003. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.Jakarta: EGC.
Tim Pos Kesehatan.2020. Buku Saku Covid-19.
World Health Organization. (2020). Mempertahankan layanan kesehatan esensial :
panduan operasional untuk konteks COVID-19. Panduan Interim.
https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/maintaining-
essential-health-services---ind.pdf?sfvrsn=d8bbc480_2
Yusna,Daulika.2020. Arti Kata Hadirmu,Nak.Yogyakarta: Stiletto Indie Book.

Yuliana.2020 Corona virus diseases (Covid-19);Sebuah tinjauan literature.

Anda mungkin juga menyukai