Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS FALETEHAN

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PERSEPSI NYERI

LITERATUR REVIEW

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Evidence Based Practice (EBP)

Disusun oleh :

RIFKY REZA NURGANI


(5019031084)

PROGAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS FALETEHAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindakan pengobatan yang
menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh
yang akan dilakukan tindakan pembedahan dengan membuat sayatan.
Tindakan pembedahan dilakukan pada berbagai penyakit karena indikasi
tertentu (Potter & Perry, 2010).

Pembedahan dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien karena


tindakan pembedahan dapat menyebabkan trauma pada jaringan yang dapat
menimbulkan nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang
mengalami nyeri yang sama dan tidak ada dua kejadian nyeri yang sama
menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada individu. Nyeri
merupakan sumber frustasi, baik pasien maupun tenaga kesehatan (Potter &
Perry, 2010).

The international assosiation for the study of pain mendefinikan nyeri


merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Nyeri
merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu Intensitas bervariasi mulai dari nyeri ringan
sampai nyeri berat namun menurun sejalan dengan proses penyembuhan
(Price & Wilson, 2014).

Nyeri dapat diatasi dengan intervensi manajemen nyeri terutama pada nyeri
post operasi yaitu dengan pemberian terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Terapi farmakologi terkadang dapat menimbulkan efek samping
yang juga dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Banyak pilihan
terapi non farmakologi yang merupakan tindakan mandiri perawat dengan
berbagai keuntungan diantaranya tidak menimbulkan efek samping, simple

1
dan tidak berbiaya mahal. Terapi ini dapat dilakukan dengan cara tehnik
relaksasi, distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing (Rosdalh & Kawalski,
2015).

Selain itu terapi musik juga merupakan salah satu tindakan mandiri perawat
dalam manajemen nyeri, berbagai penelitian menunjukkan bahwa jenis musik
yang efektif dalam manajemen nyeri adalah musik klasik. Hal ini dikarenkan
musik klasik memiliki tempo yang berkisar antara 60-80 beats per menit
selaras dengan detak jantung manusia (Suherman, 2010). Penelitian
menunjukkan bahwa musik klasik bermanfaat untuk membuat seseorang
menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa
gembira dan sedih, menurunkan tingkat kecemasan pasien pra operasi dan
melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stress. Hal tersebut terjadi
karena adanya penurunan adrenal corticotropin hormon (ACTH) yang
merupakan hormon stress (Bernatzky et al, 2011).

Meskipun demikian, pelaksanaan manajemen nyeri nonfarmakologi


dilapangan belum sepenuhnya dilakukan oleh perawat dalam mengatasi nyeri.
Kebanyakan perawat melaksanakan program terapi hasil dari kolaborasi
dengan dokter yaitu terapi farmakologi (Rosdalh & Kawalski, 2015). Masih
banyak perawat yang ragu dan tidak percaya diri dengan intervensi
mandirinya, sehingga kemandirian perawat dalam melakukan asuhan
keperawatan tidak terlaksana sebagaimana mestinya, perawat masih sangat
ketergantungan dengan terapi medis dan masih terbelenggu pada peran
sebagai pelaksana dari setiap tindakan pendelegasian.

Berdasarkan hasil data-data di atas dan penelitian sebelumnya, serta betapa


tingginya peranan nyeri mempengaruhi sistem tubuh lainnya maka penulis
tertarik untuk melakukan literature review tentang pengaruh terapi music
terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi.

2
BAB II
TINJAUAN JURNAL

A. Argumen Riset 1
1. Judul
Perbandingan Pengaruh Musik Relaksasi dan Musik yang Disukai terhadap
Persepsi Nyeri

2. Nama Penulis
Yulianty, L., Budiman, I

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah waktu toleransi nyeri
pada musik yang disukai lebih lama daripada waktu toleransi nyeri pada
musik relaksasi.

4. Metode
Disain penelitian adalah prospektif eksperimental sungguhan, bersifat
komparatif, memakai rancangan percobaan acak lengkap (RAL).

5. Sampel
Subjek penelitian adalah 31 orang mahasiswa pria berusia 19-26 tahun yang
menjadi subjek penelitian secara sukarela.

6. Hasil Penelitian
Waktu toleransi nyeri pada musik relaksasi berkisar antara 18-501 detik
dengan merata 105,29 detik dan Standar Deviasi (SD) sebesar 109,646.
Waktu toleransi nyeri pada musik yang disukai berkisar antara 24-769 detik
dengan merata 220,23 detik dan SD sebesar 194,921. Hasil penelitian lebih
lengkap dapat dilihat pada tabel 1. Hasil uji statistik Wilcoxon adalah Z = -
4.615 → p = 0.000. Dengan demikian, waktu toleransi nyeri pada musik

3
yang disukai sebesar 220,23 detik, lebih lama daripada waktu toleransi nyeri
pada musik relaksasi sebesar 105,29 detik secara sangat signifikan.

B. Argumen Riset 2
1. Judul
Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Penurunan Tingkat Skala Nyeri
Pasien Post Operasi

2. Nama Penulis
Astuti1, A., Merdekawati, D

3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi musik klasik
terhadap penurunan skala nyeri pada pasien post operasi di RSUD H.
Abdoel Madjid Batoe Muara Bulian

4. Metode
Penelitian ini menggunakan metode quasi experiment design dengan
rancangan penelitian One Group design without control.

5. Sampel
Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah
sampel 36 responden.

6. Hasil Penelitian
Hasil uji statistik univariat diketahui sebelum diberikan terapi musik klasik
rata–rata skala nyeri adalah 4,64 dan setelah diberikan terapi musik klasik
rata – rata skala nyeri adalah 2,92. Berdasarkan hasil analisis bivariat
diketahui bahwa ada pengaruh terapi musik terhadap penurunan skala nyeri
pada pasien post operasi dengan p-value 0,002. Penelitian ini menunjukkan
bahwa musik klasik dapat digunakan pasien post operasi untuk menurunkan
skala nyeri.

4
BAB III
ANALISA DAN SIMPULAN

A. Analisa

1. Apa simpulan analisa dari kedua jurnal tersebut?


Jawab : Dari kedua jurnal yang didapat keduanya menunjukan jika ada
hubungan yang bermakna antara terapi musik klasik dan musik
yang disukai dengan penurunan intensitas nyeri pada pasien post
operasi.

2. Apakah intervensi (EBP) yang dipilih dapat dilaksanakan di Indonesia?


Jawab : Intervensi terapi musik ini dapat dilaksanakan di Indonesia karena
dapat dilakukan dengan mudah tanpa pengawasan khusus dari
perawat dan tidak membutuhkan alat khusus, hanya dengan
menggunakan telepon seluler saja bisa dilaksanakan mengingat saat
ini telepon seluler sudah dimiliki oleh setiap orang.

3. Apakah mempunyai dampak untuk asuhan keperawatan pasien tertentu?


Jawab : Intervensi ini mempunyai dampak positif untuk asuhan keperawatan
karena selama pasien dirawat pasien psikologis pasien akan tetap
terjaga dengan baik. Jika melihat dari dampak negatifnya yang
ditimbulkan dari intervensi ini hampir tidak ada dampak negatifnya
karena intevensi ini tidak membutuhkan biaya, tempat atau waktu
khusus, atau seorang ahli untuk melakukannya.

4. Apakah kemungkinan kendala yang dihadapi jika diterapkan di Indonesia?


Jawab : Kendala yang dihadapi untuk menjalankan intervensi ini adalah
jika pasien terlalu menikmati terapi musik yang dijalankannya
akan membuat pasien kurang dalam mobilisasi. Mengingat
pentingnya mobilisasi bagi pasien post operasi bagi penyembuhan
luka post operasi tersebut.

5
B. Simpulan
Hasil literature review yang dilakukan dari kedua jurnal yang didapatkan kedua
menunjukan terdapat hubungan yang positif antara terapi music dengan
penurunan nyeri pada pasien post operasi. Dari hasil tersebut dapat
direkomendasikan intervensi terapi musik sebagai salah satu intervensi untuk
menurunkan intensitas nyeri pasien post operasi.

6
DAFTAR REFERENSI

Astuti, A., & Merdekawati, D. 2016. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap
Penurunan Tingkat Skala Nyeri Pasien Post Operasi. Jurnal Iptek
Terapan. Vol 10(03): 148-154. ISSN 1979-9292
Bernatzky, G, et al. 2011. Emosional foundations ofmusic a nonfarmacologis pain
management tool in modern medicine. Neurosci. doi:
10.1016/j.neubiorev.2011.06.005
Potter, P. A., & Perry, A. G. 2010 . Buku ajar fundamental keperawatan. (Buku 3
edisi 7). Jakarta: EGC.
Price, S., & Wilson, L. 2014. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta:EGC
Roasdalh, C. B., & Kawalski, M. T. 2015. Buku Ajar Kperawatan Dasar (Edisi 10
volume 3). Jakarta: EGC.
Yuliyanti, L., & Budiman, I. 2009. Perbandingan Pengaruh Musik Relaksasi dan
Musik yang Disukai terhadap Persepsi Nyeri. Vol 08 (02): 155-161

Anda mungkin juga menyukai