Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRESENTASI JURNAL

JURNAL UTAMA :

PERUBAHN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN TERAPI MUSIK


GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD dr.
LEOKMONOHADI KUDUS

JURNAL KEDUA :

PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERAHDAP INTENSITAS NYERI


PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

KELOMPOK 6 :

Lidyana Puspitawati (2004085)

Lintang Eva Ningrum (2004086)

Maria Apriliani S. Doa (2004089)

Yulia Friska Ardhiani (2004096)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YKKUM YOGYAKARTA

TAHUN 2021

LEMBAR PENGESAHAN
JURNAL UTAMA :

PERUBAHN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN TERAPI MUSIK


GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD dr.
LEOKMONOHADI KUDUS

JURNAL KEDUA :

PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERAHDAP INTENSITAS NYERI


PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DISETUJUI OLEH :

Diah Pujiastuti, S. Kep., Ns., M. Kep.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YKKUM YOGYAKARTA

TAHUN 2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasihNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan
presentasi jurnal yang membandingkan dua jurnal. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gadar dan Kritis pada Program
Studi Pendidikan Profesi Ners di STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan
dukungan dar berbagai pihak. Untuk itu kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :

1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Diah Pujiastuti, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku dosen pembimbing
kelompok 6.
3. Teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pembaca. Terimakasih.

Yogyakarta, Maret 2021

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1778/ Menkes/
SK/XII/ 2010 mendefinisikan Intensive Care Unit ( ICU) adalah suatu
bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus pula yang ditujukan untuk obervasi, perawatan,
dan terapi pasien- pasien yang menderita penyakit, cidera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa.
American Association of Critical-Care Nurses (2013) mengatakan bahwa
banyak pasien dewasa dengan perawatan intensif mengalami nyeri yang
signifikan selama rawat inap di ICU. Pengalaman nyeri pasien yang
dirawat di ICU disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengaruh penyakit
patofisiologis, dampak terapi dan prosedur yang diberikan pada pasien
(Cade, 2008).
Selama periode perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan
pemantauan dan terapi yang intensif, oleh sebab itu pasien menjalani
banyak prosedur rutin dan perawatan, yang sering menimbulkan rasa tidak
nyaman dan nyeri. Maka perlunya perawatan khusus pada pasien yang
dirawat di ICU untuk meminimalkan nyeri misalnya dengan memberikan
terapi musik. Beberapa contoh terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
musik gamelan dan terapi musik alfa. Terapi musik sebagai terapi non-
farmakologis diharapkan menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
Musik gamelan dinyatakan sebagai musik yang dihasilkan oleh kreativitas
budaya yang tinggi karena keanekaragaman alat, irama, dan nada yang
dihasilkan.Terapi musik gamelan juga diharapkan dapat membantu
mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Wulan,
E. S., 2020). Terapi musik alfa adalah suatu jenis terapi musik alfa dengan
suara air mengalir. Frekuensi musik 40-60 Hz telah terbukti dapat
menurunkan ketegangan otot, nyeri, dan memberikan efek tenang
(Pangestika, D.D., 2020).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis pengaruh terapi musik gamelan terhadap intensitas
nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr.
Loekmonohadi Kudus?
2. Bagaimana analisis pengaruh terapi musik alfa terhadap intensitas
nyeri pada pasien dengan ventilator di Intensive Care Unit (ICU)?
3. Bagaimana analisis perbandingan kedua jurnal tersebut dalam analisis
PICO?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui nalisis pengaruh terapi musik gamelan terhadap intensitas
nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr.
Loekmonohadi Kudus.
2. Mengetahui analisis pengaruh terapi musik alfa terhadap intensitas
nyeri pada pasien dengan ventilator di Intensive Care Unit (ICU).
3. Mengetahui analisis pengaruh terapi musik gamelan dan terapi musik
alfa terhadap intensitas nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU).

BAB II
JURNAL TERKAIT
A. JUDUL UTAMA
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN
TERAPI MUSIK GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS
Nama Pengarang : Emma Setiyo Wulan1, Renny Wulan Apriliyasari
Tahun : 2020
Abstrak :
Selama periode perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan
pemantauan dan terapi yang intensif, oleh sebab itu pasien menjalani
banyak prosedur rutin dan perawatan, yang sering menimbulkan rasa
tidak nyaman dan nyeri. Manajemen nyeri dilakukan dengan
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non
farmakologi diantaranya adalah dengan menggunakan terapi musik,
dimana penelitian ini menggunakan terapi musik gamelan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri pada
pasien yang diberikan terapi musik gamelan. Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi experiment. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 25 responden pada
kelompok yang diberikan terapi musik gamelan. Instrumen yang
digunakan adalah Verbal Discriptor Scale (VDS) dan Critical-Care
Pain Observational Tool (CPOT).Pengumpulan data dilakukan dengan
cara melakukan pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian terapi musik gamelan. Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri adalah uji Wilcoxon. Hasil
penelitian menunjukkan dengan terapi musik gamelan terjadi
perubahan intensitas nyeri baik menggunakan VDS maupun CPOT
dengan nilai p= 0,001 dan p=0,002. Sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor pre test dan post test intensitas
nyeri pada kelompok tersebut. Hasil penelitian dapat menjadi bahan
masukan bagi perawat dalam manajemen nyeri non farmakologi bagi
pasien. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
kelompok budaya lain, atau membandingkan terapi musik gamelan
jawa dengan musik klasik yang lain.

B. JUDUL KEDUA
PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERHADAP INTENSITAS
NYERI PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE
UNIT (ICU)
Nama Pengarang : Destiya Dwi Pangestika1, Endiyono2
Tahun : 2020
Abstrak :
Latar Belakang Pasien yang dirawat di ICU (Intensive Care Unit)
banyak yang menggunakan ventilator mekanik. Penggunaan ventilator
mekanik dapat menyebabkan nyeri pada pasien karena masuknya
benda asing ke dalam mulut pasien. Managemen nyeri yang tidak
akurat dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis yang
signifikan. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri adalah
menggunakan terapi musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap nyeri pada pasien dengan
ventilator. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan desain quasi eksperimental dengan one group
design (pretest-posttest). Hasil Berdasarkan hasil analisa menggunakan
software statistik “R”, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
rerata skor nyerisebelum dan sesudah diberikan terapi musik (p
value=0,004). Kesimpulan Terapi Musik dapat menurunkan nyeri pada
pasien dengan ventilator mekanik.

BAB III
PEMBAHASAN DENGAN PICO
A. PROBLEM

No Problem Jurnal I Jurnal II


1. YA Pasien kritis adalah Nyeri pada pasien
pasien menjalani dengan ventilator
banyak prosedur rutin memiliki efek yang
dan perawatan yang serius, maka perlu
sering menimbulkan dilakukan pengkajian
rasa tidak nyaman dan dan
nyeri. Tindakan yang penanganan yang
dapat dilakukan untuk serius. Jika pengkajian
mengatasi rasa nyeri nyeri dan intervensinya
adalah terapi tidak akurat, maka
farmakologi dan non dapat bepengaruh
farmakologi. Metode signifikan pada kondisi
pereda nyeri non fisik dan psikologisnya.
farmakologis biasanya Frekuensi untuk nyeri
mempunyai resiko yang adalah 40-52 Hz.
sangat rendah, salah Terapi musik bisa
satu distraksi yang diawali dengan
efektif adalah musik, frekuensi 40 Hz dimana
yang dapat menurunkan frekuensi tersebut sama
nyeri fisiologis, stres, dengan frekuensi di
dan kecemasan dengan Thalamus sehingga
mengalihkan perhatian musik dapat membuat
seseorang dari nyeri. efek kognitif yang
(Smeltzer & Bare, positif pagi pendengar.
2010) Frekuensi musik 40-60
Hz telah terbukti dapat
menurunkan
ketegangan otot, nyeri,
dan memberikan efek
tenang. (Georgiou,
2015)

CRITICAL THINGKING :
Sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri antara lain:
1. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi usia, jenis kelamin, pengalaman
nyeri sebelumnya, budaya, faktor fisik, psikososial, dan
lingkungan. (Andarmoyo, 2013)
2. Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya
pengkajian nyeri adalah pengkajian nyeri memiliki tingkat
kesulitan tersendiri karena pasien ICU tidak dapat
berkomunikasi secara bebas karena intubasi atau gangguan
kognitif, pemasangan ventilator mekanik dapat
mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Adhiany (2014)

KESIMPULAN :
Faktor yang dapat menyebabkan nyeri terjadi adalah reaksi pasien
terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi usia, jenis kelamin, pengalaman nyeri sebelumnya,
budaya, faktor fisik, psikososial, dan lingkungan, pemasangan
ventilator mekanik dapat mengakibatkan pasien merasakan nyeri.
Adhiany (2014)

B. INTERVENSI

No Problem Jurnal I Jurnal II


1. YA Untuk mengetahui Untuk mengetahui
intensitas nyeri intensitas nyeri
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
terapi musik gamelan. terapi musik alfa.
Musik gamelan tersebut Terapi musik selama 30
diberikan dua kali menit 16 detik dengan
sehari dengan durasi 30 tingkat kebisingan
menit selama 4 hari. 68,75 dB. Penilaian
Pemberian terapi musik intensitas nyeri
dan observasi dilakukan menggunakan Critical-
pada pukul 10.00 WIB care Pain Observation
dan 16.00 WIB. Tool (CPOT). Penilaian
Penilaian intensitas intensitas nyeri
nyeri menggunakan dilakukan secara pre-
Verbal Descriptor test dan post-test.
Scale (VDS) dan
Critical-Care Pain
Observation Tool
(CPOT). Penilaian
intensitas nyeri
dilakukan secara pre-
test dan post-test.

CRITICAL THINGKING :
1. Musik gamelan mempunyai alunan musik yang lembut, penuh
kewibawaan, dan ketenangan. Efek terapi musik pada nyeri
adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan
kecemasan, menstimulasi ritme nafas agar lebih teratur,
menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif
pada visual imagery, dan relaksasi sehingga meningkatkan
mood yang positif (Windyastuti, E., 2016). Menurut jurnal
terapi musik gamelan diberikan dengan durasi 30 menit selama
4 hari. Hasil pre-test menggunakan VDS tingkat nyeri adalah
5.67 dan menggunakan CPOT adalah 4.40. Hasil post-test
menggunakan VDS tingkat nyeri adalah 4.13 dan
menggunakan CPOT adalah tingkat nyeri 3.13.
2. Terapi musik alfa adalah suatu jenis terapi musik alfa dengan
suara air mengalir. Frekuensi yang direkomendasikan untuk
mengurangi nyeri adalah 40-52 Hz. Terapi musik bisa diawali
dengan frekuensi 40 Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini adalah
frekuensi dasar talamus, sehingga stimulasi getaran dengan
frekuensi yang sama akan memulai efek kognitif untuk terapi.
Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti
menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot,
mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang (Pangestika,
D.D., 2020). Hasil pre-test menggunakan CPOT adalah 5.41
dan hasil post-test menggunakan CPOT adalah 4.58.

KESIMPULAN :
Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa yang diberikan pada
pasien di ICU sama-sama berpengaruh pada intensitas nyeri pasien
di ICU dan dapat menurunkan skala nyeri pada pasien di ICU.
Terapi musik gamelan lebih mudah dicari dan dapat menurunkan
skala nyeri lebih besar, dan tidak memerlukan biaya yang mahal.

C. COMPARATION

No Problem Jurnal I Jurnal II


1. YA Penelitian ini Jenis penelitian yang
menggunakan metode digunakan adalah jenis
Quasi penelitian kuantitatif
Eksperimen,dengan dengan desain penelitian
design one grup pre quasi eksperimental
test and post test. dengan one group
Penelitian ini design (pretest-posttest).
dilaksanakan di RSUD Penelitian dilaksanakan
dr. Loekmonohadi pada bulan Maret-April
Kudus ruang ICU 2019 di ICU RSUD
(Intensive Care Unit). Prof. Dr. Margono
Sampel berjumlah 25 Soekarjo Purwokerto
responden, dengan terhadap 17 responden.
tekhnik penentuan Sebelum diberikan
sampel yaitu purposive terapi musik responden
sampling dimana akan dikaji kenyamanan
kelompok tersebut dan nyeri terlebih
mendapatkan intervensi dahulu menggunakan
musik gamelan. Critical-care Pain
Instrumen yang Observation Tool
digunakan untuk (CPOT), selanjutnya
pengumpulan data pada responden akan
penelitian ini adalah diberikan terapi musik
lembar observasi yang selama 30 menit 16
digunakan observer detik dan dilanjutkan
untuk menanyakan pada dengan pengkajian nyeri
pasien tingkat intensitas kembali. Jenis musik
nyerinya dengan yang digunakan adalah
menggunakan Verbal musik alfa yang sudah
Descriptor Scale dilakukan uji lab
(VDS), sedangkan terlebih dahulu dengan
untuk obyektifitas tingkat kebisingan 68,75
pasien peneliti dB. Analisa data yang
menggunakan Critical- digunakan
Care Pain Observation menggunakan uji
Tools (CPOT). dependent t test untuk
Headphone merupakan mendapatkan nilai
media yang digunakan perbedaan skor
untuk mendengarkan kenyamanan sebelum
alunan musik yang dan setelah diberikan
telah ditentukan sebagai terapi musik.
terapi. Headphone
tersebut terhubung
dengan mp3 yang sudah
diisi musik dengan jenis
musik Jawa 4 Tengah
yaitu langgam jawa
dengan iringan
instrumen gamelan
dengan acuan lagu laras
pelog. Pengumpulan
data dilakukan dengan
cara melakukan
pengukuran intensitas
nyeri sebelum dan
sesudah pemberian
terapi musik gamelan.
Analisis data yang
digunakan untuk
mengetahui perubahan
intensitas nyeri adalah
uji Wilcoxon.

CRITICAL THINGKING :
Kedua penelitian ini sama-sama efektif terhadap intensitas nyeri
dan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rerata skor nyeri
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik.
Pada kedua penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen
dengan design one grup pre test and post test untuk melihat adanya
perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
Musik gamelan merupakan musik yang dihasilkan oleh beberapa
jenis alat musik. Musik gamelan dinyatakan sebagai musik yang
dihasilkan oleh kreativitas budaya yang tinggi karena
keanekaragaman alat, irama, dan nada yang dihasilkan. Kolaborasi
berbagai instrumen yang berbeda pada gamelan jawa memberikan
struktur tersendiri baik untuk improvisasi dalam terapi musik
(Oktavia, 2013). Terapi musik gamelan ini mempunyai tujuan
membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi,
meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik
untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan
demikian, terapi musik gamelan juga diharapkan dapat membantu
mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit
Djohan (2006) dalam Oktavia (2013).
Berdasarkan American Musik Therapy Association, terapi musik
dapat menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan,
meningkatkan daya ingat, meningkatkan komunikasi dan
membantu proses rehabilitasi fisik. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil hasil penelitian ini, bahwa responden akan mengalami
penurunan skala nyeri setelah diberikan terapi musik. Hal tersebut
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ciftci tahun
(2015) yang mengatakan bahwa musik adalah salah satu terapi
yang dapat meningkatnya kenyamanan pasien ICU dengan
menurunkan nyeri dan kecemasan.

KESIMPULAN :
Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa sama-sama
mempunyai pengaruh terhadap intensitas nyeri.

D. OUTCOME

No Problem Jurnal I Jurnal II


1. YA Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
pengukuran dengan pengukuran dengan
Verbal Description Critical-Care Pain
Scale (VDS) dan Observation Tool
Critical-Care Pain (CPOT) dengan analisis
Observation Tool software statistik “R”
(CPOT) dianalisis didapatkan perbedaan
dengan uji Wilcoxon rerata skor pre-test dan
pada kelompok post-test yang
gamelan dengan 25 dilakukan pada 17
responden didapatkan responden. Hasil
perubahan intensitas sebelum diberikan
nyeri baik. Pada VDS terapi adalah 5.41 dan
sebelum terapi adalah sesudah diberikan
5.67 dan sesudah terapi adalah 4.58.
diberikan tapi adalah Hasil uji statistik
4.13, sedangkan untuk menunjukkan p=0,004
CPOT sebelum terapi sehingga dapat
adalah 4.40 dan sesudah diinterpretasikan bahwa
terapi 3.13. Hasil uji terdapat pengaruh
statistik menunjukkan terapi musik alfa
nilai p=0,001 dan terhadap nyeri.
p=0,002 sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa
terdapat pengaruh
musik gamelan
terhadap nyeri pada
kelompok gamelan.

CRITICAL THINGKING :
Kedua jurnal sama-sama efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri.
Terapi musik gamelan merupakan kolaborasi berbagai instrument
yang berbeda pada gamelan Jawa yang membeikan sruktur
tersendiri baik untuk improvisasi dalam terapi musik. Terapi musik
gamelan membantu mengekspresikan perasaan, membantu
rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi
suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional, mengatasi stress, mencegah penyakit dan
meringakan rasa sakit (Djohan, 2006 dalam Wulan&Apriliyasari,
2020)
Pemberian terapi musik disesuaikan dengan latar belakang
responden sehingga mampu menghasilkan stimulant yang bersifat
ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap pendengaran kita dan
diolah dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal
pendengarnya. Ritme tersebut yang mempengaruhi metabolisme
tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung lebih baik.
Gamelan jawa menonjolkan kestabilan mental terletak pada suara
musik yang tidak hingar bingar tetapi enak didengar karena
keteraturan irama (Salim, 2005 dalam Wulan&Apriliyasari, 2020).
Terapi musik dapat menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan
perasaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan komunikasi dan
membantu proses rehabilitasi fisik. Pengaruh terapi musik terhadap
penurunan nyeri pasien dikarenakan musik dapat meningkatkan
aktivitas sistem saraf parasimpatis dan imunitas. Maka dari itu,
terapi musik efektif dalam menurunkan level autonom dan
neuroendokrin dan memfasilitasi respon relaksasi fisik (McCarthy,
1998 dalam Pangestika&Endiyono, 2020). Jenis musik yang
diberikan pada penelitian ini adalah musik alfa dengan suara air
mengalir, dimana jenis musik tersebut merupakan salah satu musik
terapi. Terapi musik alami dapat menurunkan kecemasan pada
pasien kritis.

KESIMPULAN :
Dari kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi musik
gamelan dan musik alfa dapat menurunkan intensitas nyeri.

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pasien kritis adalah pasien menjalani banyak prosedur rutin dan perawatan
yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri. Nyeri pada
beberapa pasien kritis dipicu oleh beberapa faktor seperti stadium
penyakit, prosedur invasif, dan tindakan pasca bedah (Siffleet, 2007).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa nyeri adalah terapi
farmakologi dan non farmakologi. Metode pereda nyeri non farmakologis
biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah, salah satu distraksi yang
efektif adalah music yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. (Smeltzer
& Bare, 2010). Metode pereda nyeri nonfarmakologis yang bias digunakan
yaitu terapi music alfa dan terapi music gamelan.
Berdasarkan American Musik Therapy Association, terapi musik dapat
menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan, meningkatkan daya
ingat, meningkatkan komunikasi dan membantu proses rehabilitasi fisik.
Efek terapi musik pada nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang
nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulasi ritme nafas agar lebih teratur,
menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual
imagery, dan relaksasi sehingga meningkatkan mood yang positif
(Windyastuti, E., 2016).
Terapi music dengan tingkat kebisingan 68,75 dB yang dapat menurunkan
nyeri. Dari kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi musik
gamelan dan musik alfa dapat menurunkan intensitas nyeri, dan yang
paling direkomendasikan adalah teapi music gamelan karena dilihat dari
instrumen CPOT (Critical-care Pain Observation Tool) didapatkan hasil
sebelum dan sesudah diberikan terapi (p-value=0,004). Selain itu terapi
musik gamelan ini mempunyai tujuan membantu mengekspresikan
perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap
kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional.
B. SARAN
Untuk menjadi tenaga kesehatan yang professional untuk menambah
keilmuan kita dengan mempelajari jurnal penelitian terbaru mengenai ilmu
keperawatan. Tindakan farmakologis tidak selalu menjadi pilihan utama
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Tindakan non farmakologis
pun dapat menjadi pilihan dan menunjukan hasil yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

AACN. (2013). Competencies and Curricular Expectations for Clinical Nurse


Leader Education and Practice. http://www.aacn.nche.edu/cnl/CNL-
Competencies-October2013. diakses pada 15 Maret 2021 jam 20.15 WIB

Adhiany, Eka et al. (2014). Perbedaan Sedasi Midazolam dan Ketamin terhadap
Base Excess Pasien dengan Ventilator.J Anestesiologi Indonesia Vol VI No.1
tahun 2014.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta: AR-


RUZZ MEDIA.

Cade, C. H. (2008). Clinical tools for the assessment of pain in sedated critically
ill adults. Nursing in Critical Care, 13(6), 288–297. doi:10.1111/j.1478-
5153.2008.00294.x. diakses pada pada 15 Maret 2021 jam 20.30 WIB

McCraty R, Atkinson M, Tiller WA, Rein G, Watkins AD. The effects of


emotions on short-term power spectrum analysis of heart rate variability. Am
J Cardiol 1995; 76: 1089-1093.

Oktavia, N. S (2013). Perbandingan Efek Musik Klasik Mozart dan Musik


Tradisional Gamelan Jawa terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala 1
Fase Aktif pada Nulipara. http://www.e-jurnal.com/2014/10/perbandingan-
efek-musik-klasik-mozart.html.

Pandharipande PP, Patel MB, Barr J. Management of pain, agitation, and delirium
in critically ill patients. Pol Arch Med Wewn. 2014;124:114–23.

Pangestika, Destiya Dwi., & Endiyono. (2020). Pengaruh Terapi Musik Alfa
terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Ventilator di Intensive Care
Unit (ICU). Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.11 No.1 (2020)
134-139. diakses pada pada 15 Maret 2021 jam 21.10 WIB
Wijayanti, Kurnia. Nature Sounds Music To Decreased Anxiety On Critically Ill
Patients. Nurscope : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan,
[S.l.], v. 2, n. 2, p. 20-29, dec. 2016. ISSN 2476-8987. Available at :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm. Date accessed : 17 June 2019. doi :
http://dx.doi.org/10.30659/nurscope.2.

Windyastuti, Erlina., & Setiyawan. (2016). Pengaruh Terapi Musik Gamelan


untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia dengan Osteoartritis di Panti
Wredha Aisyiyah Surakarta. Jurnal KesMaDaSka. Surakarta: STIKES
Kusuma Husada Surakarta

Wulan, Emma Setiyo., & Apriliyasari, Renny Wulan. (2020). Pengaruh Terapi
Musik Gamelan terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien di Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Dr. Loekmonohadi Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat Vol. 9, No.1 Maret 2020. Kudus: STIKES Cendekia Utama
Kudus

Anda mungkin juga menyukai