Anda di halaman 1dari 9

Penerapan Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri

Pada Pasien Post Operasi di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Andreas Setyono1 Nana Rohana2


1
Mahasiswa Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
2
Dosen Prodi Profesi Ners Universitas Widya Husada Semarang
Email: setyonoandreas@gmail.com

Abstrak

Latar belakang. Tindakan pembedahan dapat menimbulkan nyeri pasca operatif pada klien.Nyeri
dapat diatasi dengan intervensi manajemen nyeri terutama pada nyeri post operasi yaitu dengan
pemberian terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.Teknik relaksasi sebagai terapi non
farmakologi yang paling sering digunakan yaitu nafas dalam dan teknik distraksi. Belum ada
prosedur tertulis mengenai teknik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri yang ditetapkan menjadi
standar pelayanan keperawatan pasien post operasi. Disamping itu belum ada penggunaan alat
ataupun sarana dan prasarana lainnya yang secara khusus disiapkan untuk mempermudah pasien
memahami dan melakukan prosedur teknik relaksasi dan terapi musik dengan benar dan tepat.
Tujuan. Mendiskripsikan tingkat nyeri pasien post operasi sebelum dan sesudah diberikan terapi
musik, serta mengidentifikasi manfaat terapi musik di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
Metode. Metode menggunakan studi kasus kuantitatif deskriptif yang mencakup pengkajian dengan
tujuan memberikan gambaran secara mendetail, kemudian mengukur variabel-variabelsehingga data
akan menjadi angka-angka yang dapat di deskripsikan.
Hasil. Rata-rata skala nyeri masing-masing responden baik sebelum maupun setelah diberikan terapi
musik menghasilkan selisih, dengan penurunan skala nyeri yang digambarkan dari setiap responden
yaitu antara 1,2 sampai 1,8.Ada perbedaan respon nyeri sebelum dan setelah diberikan terapi musik
pada pasien post operasi di RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga tahun 2021.
Kesimpulan. Terapi musik dapat berpengaruh menurunkan tingkat nyeri pada pasien post operasi di
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.

Kata kunci. Terapi musik, tingkat nyeri, post operasi.


PENDAHULUAN operatif, intra operatif, dan pasca operatif
Operasi atau pembedahan adalah suatu (Brunner & Suddart, 2002).
penanganan medis secara invasif yang Pembedahan atau operasi dapat
dilakukan untuk mendiagnosa atau mengobati menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
penyakit, injuri, atau deformitas tubuh yang Respon nyeri yang dirasakan pasien
akan mencederai jaringan yang dapat merupakan efek samping yang timbul setelah
menimbulkan perubahan fisiologis tubuh dan menjalani suatu operasi. Nyeri setelah operasi
mempengaruhi organ tubuh lainnya normalnya dapat diramalkan hanya terjadi
(Sjamsuhidajat dan Jong, 2004). dalam durasi yang terbatas, lebih singkat dari
Operasi atau pembedahan baik elektif waktu yang diperlukan untuk perbaikan
maupun kedaruratan merupakan peristiwa alamiah jaringan-jaringan yang rusak
kompleks yang menegangkan individu dengan (Morison, 2004; Nurhayati, Herniyatun, &
masalah keperawatan kesehatan yang Safrudin, 2011).
memerlukan intervensi pembedahan, biasanya Tindakan pembedahan berupa insisi
menjalani prosedur pembedahan yang dikenal pada kulit, tindakan traumatik pada jaringan
dengan istilah “perioperatif”. Perioperatif tubuh lainnya dan manipulasi struktur tubuh
merupakan suatu istilah gabungan yang viseral telah mencetuskan mekanisme
mencakup tiga fase pembedahan, yaitu pra inflamasi, nyeri neuropati dan viseral yang

1
berkontribusi pada rasa nyeri yang terjadi operasi yaitu dengan pemberian terapi
selama periode pasca bedah. Nyeri pasca farmakologi dan terapi non farmakologi.
bedah dikelompokkan sebagai nyeri akut yang Terapi farmakologi terkadang dapat
dihubungkan dengan respons otonom, menimbulkan efek samping yang juga dapat
metabolik-endokrin, fisiologi dan perilaku menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.
(Sona & Amit, 2007). Banyak pilihan terapi non farmakologi yang
Nyeri adalah pengalaman sensorik dan merupakan tindakan mandiri perawat dengan
emosional yang tidak menyenangkan akibat berbagai keuntungan di antaranya tidak
kerusakan jaringan, baik aktual maupun menimbulkan efek samping. Terapi ini dapat
potensial atau yang digambarkan dalam dilakukan dengan cara tehnik relaksasi,
bentuk kerusakan tersebut. Nyeri adalah suatu distraksi, stimulasi dan imajinasi terbimbing
pengalaman sensorik yang multidimensional. (Rosdalh & Kawalski, 2015).
Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas Manajemen nyeri pasca bedah meliputi
(ringan,sedang, berat), kualitas (tumpul, pemberian terapi farmakologi dan terapi
seperti terbakar, tajam), durasi (transien, nonfarmakologi berupa intervensi perilaku
intermiten,persisten), dan penyebaran kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik,
(superfisial atau dalam, terlokalisir atau difus). imagery dan biofeedback (Potter & Perry,
Meskipun nyeri adalah suatu sensasi, nyeri 2011).
memiliki komponen kognitif dan emosional, Relaksasi adalah satu dari pendekatan
yang digambarkan dalam suatu bentuk perilaku kognitif yang sudah digunakan secara
penderitaan. Nyeri juga berkaitan dengan luas dalam manajemen nyeri pasca bedah dan
reflex menghindar dan perubahan output telah direkomendasikan dalam pengelolaan
otonom (Meliala,2004). nyeri oleh Agency for Health Care Policy and
Selama periode pasca operasi, proses Research (AHCPR), (1992). Relaksasi
keperawatan diarahkan untuk menstabilkan meningkatkan toleransi nyeri dan
kembali keseimbangan fisiologi pasien, meningkatkan keefektifan tindakan penghilang
menghilangkan rasa nyeri, dan pencegahan nyeri lainnya tanpa menimbulkan risiko
komplikasi. Pengkajian yang cermat dan (Lemone & Burke, 2008; Santos dos Benedita,
intervensi segera membantu pasien kembali 2004)
pada fungsi yang optimal dengan cepat, aman, Pratiwi (2014) menyebutkan bahwa
dan senyaman mungkin (Smeltzer & Bare, terapi musik merupakan intervensi alami non
2002; Nurhayati, Herniyatun, & Safrudin, invasif yang dapat diterapkan secara
2011). Respon tubuh terhadap nyeri pasca sederhana, tidak selalu membutuhkan
pembedahan tidak hanya menurunkan kehadiran ahli terapis, harga terjangkau dan
metabolisme berbagai jaringan di tubuh, tetapi tidak menimbulkan efek samping. Terapi
juga menyebabkan koagulasi darah meningkat, musik sebagai teknik relaksasi yang digunakan
retensi cairan, gangguan tidur, hingga dampak untuk penyembuhan suatu penyakit dengan
ke perilaku dan lamanya hari rawat di rumah menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis
sakit yang memanjang (Acute pain musik yang digunakan dalam terapi musik
management guidelaine panel, 1992; Good, dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti
et.al., 1999). musik klasik, instrumentalia dan slow musik
Tindakan pembedahan dapat (Potter, 2005 dikutip dari Erfandi, 2009).
menimbulkan nyeri pasca operatif pada klien. Nurdiansyah (2015) dalam jurnal
Nyeri biasanya dirasakan 12 sampai 36 jam kesehatannya berjudul “Pengaruh Terapi
pasca pembedahan. Selama periode awal pasca Musik Terhadap Respon Nyeri Pada Pasien
operatif, pemberian analgesik yang terkontrol Dengan Post Operasi di RSUD A. Dadi
melalui kateter intravena sering kali Tjokrodipo Kota Bandar Lampung”
diprogramkan (Potter & Perry, 2006). menyatakan bahwa mekanisme penghentian
Nyeri dapat diatasi dengan intervensi respons stres dapat diperoleh dengan teknik
manajemen nyeri terutama pada nyeri post relaksasi.Respons relaksasi adalah kebalikan

2
dari respons alarm dan respons tersebut lainnya yang secara khusus disiapkan untuk
mengembalikan tubuh pada keadaan mempermudah pasien memahami dan
seimbang. Respons relaksasi mengembalikan melakukan prosedur teknik relaksasi dan
proses fisik, mental dan emosi. Menyadari terapi musik dengan benar dan tepat, oleh
persepsi nyeri, mengalihkan perhatian dan sebab itu penulis menilai sangat penting
fikiran dan kemudian mengendalikannya, dilakukan studi kasus karena pelayanan bedah
membuat individu menjadi rileks dan akhirnya akan lebih lengkap dengan peningkatan
nyeri menghilang. pelayanan keperawatan manajemen nyeri non
Hasil dari jurnal Nurdiansyah (2015) farmakologi atau non invasif pada pasien post
menyebutkan bahwa ada perbedaan yang operasi dengan menggunakan terapi musik.
signifikan rerata tingkat nyeri sebelum dan Melihat fenomena di atas, penulis akan
setelah diberikan terapi musik pada pasien melakukan studi kasus dari berbagai jurnal
post operasi di RSUD A. Dadi Tjokrodipo dengan judul “Penerapan Terapi Musik Untuk
Kota Bandar Lampung tahun 2014. Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Post
Fidia Andri Mahmudi, Zulfikar Operasi di RS Paru dr. Ario Wirawan
Muhammad, Frastiqa Fahrany (2020) dalam Salatiga”.
jurnalnya yang berjudul “Terapi Musik
Sebagai Metode Untuk Menurunkan Intensitas METODE PENELITIAN
Nyeri Pasien Post Operasi : A Literature Studi kasus menurut Nursalam (2016)
Review” menyebutkan hasil bahwa terapi adalah merupakan penelitian yang mencakup
musik dapat menurunkan intensitas nyeri pengkajian bertujuan memberikan gambaran
pasien post operasi. Terapi musik dapat secara mendetail mengenai latar belakang,
memberikan efek santai dan relaks sehingga sifat maupun karakter yang ada dari suatu
kondisi nyeri pasien post operasi dapat kasus, dengan kata lain bahwa studi kasus
terkontrol dengan baik. Selain itu, terapi memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
musik juga mudah dapat dilakukan semua intensif dan rinci.
orang. Jenis studi kasus yang digunakan
RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga adalah penelitian kuantitatif deskriptif dengan
mulai membuka pelayanan bedahnya di tahun mengukur variabel-variabel sehingga data
2014 dan mulai dengan keunggulan bedah akan menjadi angka-angka yang dapat di
thorax pada tahun 2019, sedangkan pelayanan deskripsikan.
bedah umum tetap dilayani walaupun masih Penelitian dalam metode ini dilakukan
terbatas. Teknik relaksasi sebagai terapi non secara mendalam terhadap suatu keadaan atau
farmakologi atau non invasif yang paling kondisi dengan cara sistematis mulai dari
sering digunakan yaitu nafas dalam dan teknik melakukan pengamatan, pengumpulan data,
distraksi. Akan tetapi belum ada prosedur analisis informasi dan pelaporan hasil.Subyek
tertulis mengenai teknik relaksasi untuk dalam studi kasus ini adalah minimal 4
mengurangi rasa nyeri yang ditetapkan (empat) pasien post operasi di ruang rawat
menjadi standar pelayanan keperawatan pasien inap RSPAW Salatiga, yang memenuhi syarat
post operasi. Disamping itu belum ada subyek secara kriteria inklusi dan ekslusi.
penggunaan alat ataupun sarana dan prasarana

3
Tabel 1
LEMBAR OBSERVASI TINGKAT NYERI
Skala Nyeri
Responden Hari/ Tanggal Jam
Sebelum Sesudah
1 Kamis, 19/08/2021 13:00 5 4
Jumat, 20/08/2021 09:00 5 4
15:00 5 4
Sabtu, 21/08/2021 09:00 4 2
15:00 4 3
2 Senin, 23/08/2021 12:00 5 4
Selasa, 24/08/2021 08:00 4 3
14:00 4 2
Rabu, 25/08/2021 08:00 5 4
14:00 4 3
3 Selasa, 24/08/2021 13:00 7 6
Rabu, 25/08/2021 09:00 6 4
15:00 6 4
Kamis, 26/08/2021 09:00 5 3
15:00 4 3
4 Rabu, 25/08/2021 12:00 7 6
Kamis, 26/08/2021 10:00 6 4
16:00 5 3
Jumat, 27/08/2021 10:00 5 3
16:00 5 3
Berdasarkan tabel 1 responden 1 dapat hari observasi sebelum dilakukan terapi musik
digambarkan tingkat nyeri selama 3 hari adalah tertinggi 7 (nyeri berat) dan terendah 4
observasi sebelum dilakukan terapi musik (nyeri sedang). Setelah diberikan terapi musik,
adalah tertinggi 5 (nyeri sedang) dan terendah responden 3 menunjukkan tingkat nyeri yang
4 (nyeri sedang). Setelah diberikan terapi tertinggi adalah 6 (nyeri sedang) dan terendah
musik, responden 1 menunjukkan tingkat adalah 3 (nyeri ringan). Responden
nyeri yang tertinggi adalah 4 (nyeri sedang) menunjukkan skala nyeri 3 (nyeri ringan) pada
dan terendah adalah 2 (nyeri ringan). hari III pemberian terapi musik.
Responden 1 menunjukkan skala nyeri 2 Berdasarkan tabel 1, tingkat nyeri
(nyeri ringan) pada hari III pemberian terapi Responden 4 sebelum diberikan terapi musik
musik. selama observasi 3 hari adalah 7 (nyeri berat)
Pada Responden 2, berdasarkan tabel dan terendah adalah 5 (nyeri sedang). Setelah
1, dapat diketahui tingkat nyeri sebelum diberikan terapi musik, selama 3 hari
diberikan terapi nyeri pada hari I adalah 5 observasi pemberian terapi musik responden 4
(nyeri sedang), sedangkan pada hari III menunjukkan yang tertinggi adalah skala 6
pemberian terapi musik, skala nyeri responden (nyeri sedang) dan terendah adalah skala 3
2 adalah 3 (nyeri ringan). Pada hari II (nyeri ringan). Responden 4 menunjukkan
responden 2 menunjukkan skala nyeri 2 skala nyeri 3 (nyeri ringan) pada hari III
setelah diberikan terapi musik. Responden 2 pemberian terapi musik.
menunjukkan skala nyeri 2 (nyeri ringan) pada Tabel 2
hari II pemberian terapi musik. Rata-rata skala nyeri responden
Pada Responden 3, berdasarkan tabel Respon- Rata-rata skala nyeri Seli-
1, dapat digambarkan tingkat nyeri selama 3

4
den Sebelum Setelah sih Pada hari ke 3 responden menunjukkan skala
1 4,6 3,4 1,2 nyeri 5 kembali, menurut keluarga karena
2 4,4 3,2 1,2 responden bergerak lebih banyak. Responden
3 5,6 4 1,6 tampak sering mengipasi area luka operasinya,
4 5,6 3,8 1,8 karena menurut responden merasa lebih
Berdasarkan pada tabel 2 nyaman. Hal ini menunjukkan suhu ruang
menggambarkan rata-rata skala nyeri masing- perawatan yang nyaman akan mempengaruhi
masing responden baik sebelum maupun kenyamanan pasien, termasuk pada pasien
setelah diberikan terapi musik yang yang mengalami perlukaan.
menghasilkan selisih. Penurunan skala nyeri Responden 3 menjalani operasi
yang digambarkan tabel 2 dari setiap appendictomy, pada hari pertama sebelum
responden adalah antara 1,2 sampai 1,8. pemberian terapi musik, responden
menunjukkan skala nyeri 7, termasuk tingkat
PEMBAHASAN nyeri berat, setelah diberikan terapi musik
Pada hari pertama responden 1 terdapat selama 15 menit dengan pilihan musik
luka di bawah jari 4 kaki kanan setelah instrumentalia piano, responden menunjukkan
dilakukan aff wire. Sebelum diberikan terapi skala nyeri 6, yang berarti ada penurunan,
musik, responden menunjukkan skala nyeri 5, meskipun hanya 1. Responden menyatakan
kemudian responden memilih musik agak lebih tenang dan rileks, meskipun masih
instrumentalia piano dalam pelaksanaan terapi terasa sangat nyeri. Pada hari kedua dan
musik. Setelah 15 menit menikmati terapi ketiga, responden diberikan terapi musik pada
musik, pasien menunjukkan skala nyeri 4. waktu yang sama. Pada hari ketiga setelah
Pada hari ke 2 dan ke 3 setelah tindakan pemberian terapi musik, responden
operasi dilakukan terapi musik dengan jam menunjukkan skala nyeri 3. Pada buku
yang sama. Pada hari ke 3, responden “Standar Intervensi Keperawatan Indonesia”
menunjukkan skala nyeri 3 (tingkat nyeri dalam manajemen nyeri terdapat tindakan
ringan) setelah diberikan terapi musik. kolaboratif yaitu dengan pemberian analgetik,
Responden 1 menyatakan bahwa rasanya akan jika perlu. Hal ini menunjukkan adanya
bertambah nyaman ketika dalam keadaan pilihan kolaboratif manajemen nyeri antara
tenang dan posisi ditinggikan dengan bantal tindakan non farmakologi dengan penggunaan
sambil kakinya sedikit diurut. Hal ini cukup farmakologi, tentu saja dengan memperhatikan
releven dengan ilmu keperawatan manajemen skala nyeri dan kebutuhan mengatasi nyeri
nyeri dengan distraksi (mengurut atau pasien. Dalam menentukan hal ini, perawat
memijat), begitu juga dengan lebih berperan untuk mengkolaborasikan tindakan
mengistirahatkan dan meninggikan posisi kaki manajemen nyeri, sesuai dengan Middle
yang sedang luka, akan menurunkan resiko Range Nursing Theory yaitu “Pain: A balance
terjadinya oedema pada kaki karena pembuluh between analgesia and side effect” (Tomey &
darah pada kaki sedang bermasalah. Alligood, 2006) yang merupakan dasar teori
Responden 2 menjalani operasi excisi keperawatan untuk melakukan kombinasi
abses inguinal, pada hari pertama sebelum terapi farmakologi dan non farmakologi.
pemberian terapi musik menunjukkan skala Responden 4 seorang perempuan 20
nyeri 5, yaitu tingkat nyeri sedang. Kemudian tahun menjalani operasi excisi femur distal,
responden 2 memilih musik instrumentalia pada hari pertama sebelum menerima terapi
lagu kenangan untuk terapi musiknya, dan musik responden menunjukkan skala nyeri 7.
setelah terapi musik selesai, responden Responden masuk ke rumah sakit karena
menunjukkan skala nyeri 4. Pada hari ke 2 dan bengkak dan kemerahan di femur distal, serta
ke 3 setelah tindakan operasi tersebut, mengalami demam, sehingga responden
dilakukan terapi musik dengan waktu yang menerima obat antipiretik. Pada hari kedua
sama. Responden merasa lebih nyaman pada pemberian terapi musik, responden
hari kedua, karena belum banyak bergerak. menunjukkan skala nyeri 6 dan 5 sebelum

5
diberikan terapi musik dan menunjukkan skala meningkatkan kepercayaan dan kepuasan
nyeri 4 dan 3 setelah menerima terapi musik. pasien pada pelayanan di rumah sakit. Bahkan
Responden memilih musik instrumentalia Nilsson (2009) menyatakan bahwa waktu
piano dengan latar belakang suara alam pelaksaan terapi musik bisa dimulai sesegera
(seperti suara burung dan air mengalir). Pada mungkin, yaitu bisa dimulai 2 jam post
hari ketiga setelah menerima terapi musik, operasi. Meskipun klien masih diruang pulih
responden menunjukkan skala nyeri 3, dengan sadar, terapi bisa langsung diberikan, serta
mengatakan lebih nyaman dan rileks ketika Good, et.al (1999) juga merekomendasikan
mendengarkan musik tersebut, meskipun intervensi terapi musik diberikan pada hari
masih terasa nyeri. pertama dan kedua post operasi. Tentu saja hal
Pengalaman yang dialami oleh para ini masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut di
responden di atas tersebut menerangkan RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga, terutama
bahwa melalui produksi endorfin dan tentang pelaksanaan prosedur standarnya.
enkafalin, nyeri dapat dimodulasikan oleh Hasil studi kasus pada 4 (empat)
terapi musik. Dalam teori perubahan hormon responden ini sesuai dengan teori-teori di atas
mengemukakan bahwa secara alami, tubuh bahwa ada perbedaan respon nyeri sebelum
menghasilkan endorfin yang berperan sebagai dan setelah diberikan terapi musik pada pasien
substansi atau neurotransmiter menyerupai post operasi di RS Paru dr. Ario Wirawan
morfin. Keberadaan endorfin pada sinaps sel- Salatiga tahun 2021. Penurunan tingkat nyeri
sel saraf mengakibatkan penurunan sensasi ini bisa disebabkan oleh efek musik yang
nyeri (Kastono, 2008). bersifat sedatif memberikan respon berupa
Midbrain juga mengeluarkan enkapalin ketenangan emosional dan relaksasi, sehingga
dan beta endorfin, dimana zat tersebut dapat pasien mampu mengontrol diri ketika terjadi
menimbulkan efek analgesia yang akhirnya rasa tidak nyaman (Nurdiansyah, 2015).
mengeliminasi neurotransmiter rasa nyeri pada
pusat persepsi dan interpretasi somatik di otak, KESIMPULAN
sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri Standar prosedur terapi musik berdasarkan
berkurang (Guyton & Hall, 2008). dari prosedur pelaksanaan terapi musik dari
Smelltzer et al (2008) menerangkan Dian Novita (2012) diberikan kepada
bahwa pemberian terapi musik terjadi responden berjumlah 4 (empat) orang
pengalihan perhatian dapat menurunkan merupakan pasien post operasi, 3 responden
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem (75%) berjenis kelamin laki-laki dan 1
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih responden (25%) berjenis kelamin perempuan,
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke serta sudah berusia dewasa semua. Dari ke-
otak. Seseorang, yang kurang menyadari empat responden, sebelum menerima terapi
adanya nyeri atau memberikan sedikit musik 50% responden menunjukkan tingkat
perhatian pada nyeri, akan sedikit terganggu nyeri berat dan 50% reponden menunjukkan
oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap tingkat nyeri sedang di ruang rawat inap
rangsang nyeri. pasca.operasi RS Paru dr. Ario Wirawan
Penurunan respon skala nyeri melalui Salatiga.
tindakan non farmakologi seperti terapi musik Ada penurunan skala nyeri 1-2 dari setiap
sebagai tindakan mandiri keperawatan akan sesi pemberian terapi musik, meskipun tidak
membantu proses penyembuhan luka pada langsung menurunkan tingkat nyeri, tetapi
pemulihan keadaan umum pasien. Hal ini baru pada hari ke 3 pemberian terapi musik
mendasari bahwa pasien dapat segera pada ke-empat responden menunjukkan
diberikan rehabilitasi pasca operasi. tingkat nyeri ringan di ruang rawat inap pasca
Manajemen nyeri yang dapat dilakukan secara operasi RS Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
mandiri akan membantu pasien dalam hal Dapat disimpulkan bahwa terapi musik
biaya rumah sakit, mengurangi risiko kejadian dapat berpengaruh menurunkan tingkat nyeri
infeksi daerah operasi, sekaligus

6
pada pasien post operasi di RS Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga. DAFTAR PUSTAKA
Lemone, P. & Burke, M.K. (2008). Medical-
Apipudin, A., Marliany, H., & Nandang, A. surgical nursing. New Jersey: Pearson
(2017). Penatalaksanaan persiapan education Inc.
pasien preoperatif di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Ciamis. Mahmudi, F.A., Muhammad, Z., Fahrany, F.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, (2020). Terapi Musik Sebagai Metode
Volume13, No. 1February 2017, 13(1), Untuk Menurunkan Intensitas Nyeri
2–7. Diakses tanggal 7 Agustus 2021. Pasien Post Operasi : A Literature
Review; Nursing Sciences Journal.
Brunner, & Suddarth. (2014). Keperawatan Vol.4, No.
Medikal Bedah edisi 12. Jakarta: EGC. 2.https://www.google.com/search?q=Ter
api+Musik+Sebagai+Metode+Untuk+M
Campbell, D., (2006). Music: Physician Foe enurunkan+Intensitas+Nyeri+Pasien+Po
Times to Come. 3rd Edition. Wheaton: st+Operasi+&sxsrf=AOaemvILmgF_pT
Quest book. bod8rsLFNGTBTLg- zi0w
%3A1630429539140&ei=Y2EuYc
Chiang. L. (2012). The Effect Of Music and CDCNvYz7sP0cyAqAg&oq=Terapi+M
Nature Sounds On Cancer Pain and usik+Sebagai+Metode+Untuk+Menurun
Anxiety In Hospice Cancer Patient. kan+Intensitas+Nyeri+Pasien+Post+Ope
Frances Payne Bolton School of Nursing rasi+&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAM6Bw
Case Western Reserve University.Tidak gjELADECdKBAhBGAFQ9sYCWP-
dipublikasikan. UA2DunQNoBHAAeACAAd8fiAHbIJI
BBzAuMS45LTGYAQCgAQKgAQHI
Good, M.,. Stanton-Hicks, M., Grass, AQHAAQE&sclient=gws-
J.A.,Anderson, G. C., Choi, C., wiz&ved=0ahUKEwiAwYus39vyAhVb
Schoolmeesters, L. J., & Salman, A. 7HMBHVEmAIUQ4dUDCA4&uact=5.
(1999). Relief of postoperative pain with Diakses tanggal 5 Agustus 2021.
jaw relaxation, music and their
combination. Pain, 81, 163-172. McCaffery, M.,Beebe, A., (1993). Pain:
Clinical Manual or Nursing Practice.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2008). Fisiologi Baltimore: V. V Mosby Company.
Kedokteran. Edisi 11, Alih bahasa:
Irawati et al. Jakarta: EGC. Meliala, L. (2004). Nyeri Keluhan yang
Terabaikan: Konsep Dahulu, Sekarang,
Hidayat, A.A., (2011). Metode penelitian dan Yang Akan Datang. Pidato
Keperawatan dan Teknik Analisis. Data. Pengukuhan Jabatan Guru Besar.
Jakarta: Salemba Medika. Fakultas Kedokteran Universitas
GadjahMada.
Hipkabi. (2014). Buku pelatihan dasar-dasar
ketrampilan bagi perawat kamar bedah. Mitchell. L. A., McDonald, R. A. R., Knussen,
Jakarta: HIPKABI Press. C., (2007). A survey investigations of the
effect of music listening on chronic pain.
Katz, A.W. (2005). Cyclooxigenase-2-selctive Society for Education Music and
inhibitors in the management of acute Psychology Research, 35(1), 37-57.
and perioperative pain. Cleveland Clinic
Journal in Medicine, 69, 65-75. Morison, Moya J., (2004). Manajemen Luka.
Jakarta: EGC.

7
Ngasu, K. E., Luftbis, A.A., Rohmah, M.,, Pancani, N. P. (2021). Asuhan keperawatan
Sari, D. N. P., Amelia, Y. (2020). nyeri akut pada pasien pre operasi
Pengaruh Terapi Musik terhadap fraktur femur di ruang persiapan OK
Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Wing Amerta RSUP Sanglah Denpasar.
Post Operasi ; SURYA Vol. 12, No. 02. Skripsi. Poltekkes Kemenkes Denpasar.
https://www.google.com/search?q=Peng Bali. Tidak dipublikasikan.
aruh+Terapi+Musik+terhadap+Penuruna
n+Intensitas+Nyeri+pada+Pasien+Post+ Potter P.A., & Perry A.G. (2005). Buku Ajar
Operasi+%3B&sxsrf=AOaemvJWNuq9 Fundamental Keperawatan Konsep,
_eDkxAsQYH3apRD5dtejCA%3A1630 Proses dan Praktik. Edisi 4, Jakarta:
429922418&ei=4mIuYdjxGMi- EGC.
3LUPzr22qA8&oq=Pengaruh+Terapi+
Musik+terhadap+Penurunan+Intensitas+ Potter, P. A., & Perry, A. G., (2006).
Nyeri+pada+Pasien+Post+Operasi+%3B Fundamental of Nursing: Concepts,
&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAM6CggjEK Process, and Practice. Edisi 4. Alih
4CELADECc6BwgjEOoCECdKBAhB bahasa: Renata, K et al. Jakarta: EGC.
GAFQjeEYWMGFGWC8kRloA3AAe
ACAAX6IAX6SAQMwLjGYAQCgAQ Price, A. Wilson. (2006). Patofisiologi Konsep
GgAQKwAQrIAQHAAQE&sclient=gw Proses-Proses Penyakit, Edisi IV.
s- Jakarta: EGC.
wiz&ved=0ahUKEwjY6uzi4NvyAhVIH
7cAHc6eDfUQ4dUDCA4&uact=5. Rosdahl, C. B. & Kowalski, M. T (2014).
Diakses tanggal 5 Agustud 2021. Buku Ajar Keperawatan Dasar. Edisi
10. Jakarta : EGC
Nilsson, U. (2009). Sooting music can
increase oxytocin level during bed rest Rospond, R. M (2008). Pain Assesment.
after open heart surgery: A rondomised Consult Pharm, 8, 133-163.
control trial. Journal of Clinical
Nursing, 18, 2153-2161. Schou, K. (2008). Music Therapy for Post
Operative Cardiac Patients: A
Novita, D. (2012). Pengaruh terapi musik Randomized Contro Trial Evaluating
terhadap nyeri post operasi open Guided Relaxation with Music and
reduction and internal fixation (ORIF) Music listening on anxiety, pain, and
di RSUD dr. H. Abdul Moeloek Propinsi mood. Aalborg University. Tidak
Lampung. Tesis. Program Magister dipublikasikan.
Keperawatan FIK UI. Jakarta. Tidak
dipublikasikan. Sjamsuhidajat, R., & Jong, W., (2005). Buku
ajar ilmu dedah. Edisi 2, Jakarta: EGC.
Nurdiansyah, T.E., (2015). Pengaruh terapi
musik terhadap respon nyeri pada Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002).
pasien dengan post operasi di RSUD A. Textbook of Medical-Surgical Nursing.
Dadi Tjokrodipo kota Bandar Lampung. (10th ed.), Philadelphia: Lipincott
https://ejurnal.poltekkes- Williams & Wilkins.
tjk.ac.id/index.php/JK/article/view/20.
Diakses pada tanggal 5 Agustur 2021. Smeltzer, S.C., et al. (2008). Text book
medical-surgical nursing Brunner-
Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Suddarth. (11th Ed). Philadelphia:
Keperawatan Pendekatan Praktis. Lippincott Williams & Wilkins.
Edisi.4. Jakarta : Salemba Medika.

8
Sona & Amit. (2007). A postoperative pain
and its management.
http://www.ijccm.org/ text/asp?. diakses
tanggal 10 Agustus 2021.

Suhartini. (2013). Music and music


intervention for therapeutic purposes in
patients with ventilator support:gamelan
music perspective. Nurse media journal
of nurshing.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar


intervensi keperawatan Indonesia:
definisi dan tindakan keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.

Tomey, A. M., & Alligood, M. R. (2006).


Nursing Theorists and Their Work. 6th
edition. St. Louis: Mosby-Year Book,
Inc.

Anda mungkin juga menyukai