KOREKSI I KOREKSI II
(…………………………………………………………) (………………………..……...………………………….)
I. PENDAHULUAN
Unit Gawat Darurat adalah awal dari pada pasen datang di Rumah
Sakit ,hal ini perlu diperhatikan karena pada tahap awal ini pasen
mendapatkan tindakan dan merupakan tempat dimana pasen yang
memiliki kegawat daruratan untuk segera ditangani.
Amputasi adalah perlakuan atau trauma yang mengakibatkan cacat
menetap atau kehilangan anggota tubuh tertentu. Amputasi sering terjadi
karena kecelakaan atau suatu penyakit yang mengakibatkan rusaknya
sebagian anggota tubuh.
Pada pasen amputasi akan mengalami berbagai keluhan dan gejala.
Keluhan dan gejala yang sering dikemukakan oleh pasen adalah nyeri
( Sjamsuhidajat & Jong 2005). Berdasarkan penelitian saat ini amputasi
pada alat gerak 85 – 90 % dari seluruh amputasi . Tindakan pembedahan
amputasi akan menstimulasi ujung saraf bebas ( nosireseptor) yang
berjalan dari perifer melalui spinalis yang diperantarai oleh sistem
sensorik ( nosiseotik ). Sistem ini batang otak thalamus dan korteks
cerebri. Proses sensivitas akan meningkat menyebabkan stimulus non
noksious atau noksious ringan sehingga akan menyebabkan nyeri
( Pinzon 2007 ).
Asosiasi internasional untuk penelitian nyeri (Intenational Association for
the Study of pain,IASP,1979) sebagaimana dikutip dalam Andamoyo( 2013
) mendefinisikan nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman
emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian –
kejadian dimana terjadi kerusakan.
Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang
tidak menyenagkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau yang dirasakan dalam kejadian – kejadian dimana terjadi
kerusakan ( Perry & Potter,2005 ).
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua yaitu dengan farmakologi dan
nonfarmakologi. Penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai
tindakan penanganan fisik meliputi stimulus kulit , stimulus elektrik saraf
kulit, akupuntur dan pemberian plasebo.Intervensi prilaku kognitif
meliputi tindakan distraksi , tehnik relaksasi ,imajinasi terbimbing ,umpan
balik biologis ,hypnosis dan sentuhan terapiutik(Tamsuri 2006).
Menurut Smeltzer (2002) dalam Ernawati ( 2009 ) teknik relaksasi
merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan
intensitas nyeri, meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen
darah. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekkan tegangan otot yang menunjang nyeri , ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam mereda nyeri.
III. PEMBAHASAN
Nyeri pada pasen amputasi atau pasen trauma sangat menimbulkan
keluhan yang kurang nyaman dan mengganggu. Oleh karena itu perlu
dilakukan tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan intensitas
nyeri tersebut ada yang dengan tehnik farmakologi maupun non
farmakologi. Dalam hal ini kita akan membahas tentang tehnik menejemen
nyeri dengan tehnik non farmakologi, dimana teknik menejemen nyeri
penatalaksanaan nonfarmakologi terdiri dari berbagai tindakan
penanganan fisik meliputi stimulus kulit , stimulus elektrik saraf kulit,
akupuntur dan pemberian plasebo. Intervensi prilaku kognitif meliputi
tindakan distraksi , tehnik relaksasi ,imajinasi terbimbing ,umpan balik
biologis ,hypnosis dan sentuhan terapiutik (Tamsuri 2006).
Dalam penelitian ini tehnik yang dilakukan dengan relaksasi dan distraksi
dalam mengurangi intensitas nyeri , seperti yang dilakukan oleh Stania
F.Y.Rampengan, Rolly Rondonuwo dan Franly Onibala terhadap pasen
post op di Irina A Atas RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado dengan tehnik
relaksasi mengalami intensitas nyeri berkurang dan dengan distraksi
pasen mengalami intensitas nyeri berkurang juga dibandingkan sebelum
dilakukan tehnik relaksasi dan distraksi.
Teknik relaksasi yang dilakukan dengan menarik napas dalam dan
mengisi udara dalam paru – paru dapat merelaksasikan otot – otot skelet
yang mengalami spasme yang disebabkan oleh trauma jaringan dan tulang
pada amputasi ,relaksasi otot – otot ini akan mengalirkan aliran darah
yang mengalami trauma sehingga mempercepat penyembuhan dan
menurunkan , menghilangkan sensasi nyeri.
Menurut ( Smletzer dan Bare, 2002), distraksi yang mencakup
memfokuskan perhatian pasen pada sesuatu selain pada nyeri, dapat
menjadi strategi yang sangat berhasil dan mungkin merupakan
mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif efektif
lainnya.Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasen untuk
menerima dan membngkitkan input sensori selain nyeri.
Distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control, bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Salah satu cara
untuk menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang
sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan subtansi P. Teknik
distraksi khususnya distraksi pendengaran dapat merangsang
peningkatan hormon endorfin yang merupakan subtansi sejenis morfin
yang disuplai oleh tubuh .Individu dengan endorfin banyak lebih sedikit
merasakan nyeri dan sedikit endorfin akan mengalami banyak nyeri. Hal
ini yang menyebabkan distraksi dapat mengurangi intensitas nyeri.
Demikian juga terhadap pasen amputasi pada Tn.A setelah dilakukan dan
diajarkan tehnik relaksasi dan distraksi ternyata nyeri yang dialaminya
berkurang . Untuk itu pengunaan tehnik menejemen nyeri dengan
relaksasi dan distraksi pada pasen yang mengalami nyeri akut sangat
efektif dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri sehingga akan
membuat pasen lebih nyaman dan pada akhirnya akan membantu
mempercepat proses penyembuhan dari pasen yang mengalami trauma.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Trullyen Vista ( 2013 ). Pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap
Intensitas nyeri pada pasen post op sectio Caesarea di RSUD Prof. Dr. Hi.
Aloei Saboe Kota Gorontalo Jurnal Gorontalo Program studi Ilmu
Keperawatan Universitas negri Gorontalo