Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM

PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II

“ Percobaan Obat Analgetik “

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ASTRID SRIWATI SUHARDIN ( F.21.007)


2. DINDA JULIANA SABRINA ( F.21.013)
3. LISDAYANTI ( F.21.027)
4. MICHAEL PUTRA ANUGRAH ( F.21.029)

KELAS : IV A FARMASI

TANGGAL PARAF/ TTD NILAI


KOREKSI /ACC LABORAN/PRAKTIKU
M

LABORATORIUM FARMASI TERPADU


PROGRAM STUDI D-III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Analgetik pada umumnya di artikan sebagai suatu obat yang efektif


untuk menghilangkan sakit kepala, nyeri otot, nyeri sendi dan nyeri lain
misalnya nyeri pasca bedah dan pasca bersalin, dismenore (nyeri haid) dan
lain-lain sampai pada nyeri hebat yang sulit dikendalikan. Hampir semua
analgetika memiliki efek antipiretik dan efek anti inflamasi (Katzung,
1998).

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau


menghilangkan rasa nyeri dan akirnya akan memberikan rasa nyaman pada
orang yang menderita. Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang
tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri
dalam kebanyakan hal yang merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai
isyarat bahaya tentang adanya gangguan di jaringan seperti peradangan,
rematik, encok atau kejang otot. (Tjay, 2007).

Analgesik (Obat-obatan penekan fungsi sistem saraf pusat)


digolongkan menjadi dua yaitu analgesik narkotik dan analgesik non
narkotik. Analgesik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri
hebat, seperti pada fractura dan kanker, sedangkan analgesik non narkotik
yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral (Tjay dan Rahardja, 2007).

Nyeri juga dapat bersifat prosfektif, yaitu dengan menyebabkan


individu menjahui suatu rangsangan yang berbahaya, atau tidak memiliki
fungsi seperti pada nyeri kronik (Corwin, 2001). Rasa nyeri juga dapat
disebut sebagai suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang
adanya gangguan di jaringan. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat
(level) pada mana nyeri dirasakan untuk pertama kalinya. Dengan kata lain,
intensitas rangsangan yang terendah saat orang merasakan nyeri. Untuk
setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Tjay dan Rahardja, 2007).

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui efek obat analgetik yang paling efektif dari obat
Asam Mefenamat 500 mg, Natrium Diklofenak 50 mg, Antalgin 500 mg,
Meloxicam 15 mg, dan Piroxicam 10 mg terhadap mencit (Mus musculus).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori umum tentang nyeri


a. Definisi nyeri
Nyeri adalah suatu sensasi yang tidak menyenangkan dan bisa
dirasakan sebagai rasa sakit. Nyeri dapat timbul di bagian tubuh manapun
sebagai respon terhadap stimulus yang berbahaya bagi tubuh, seperti
suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, tertusuk benda tajam, patah
tulang, dan lain-lain. Rasa nyeri timbul apabila terjadi kerusakan jaringan
akibat luka, terbentur, terbakar, dan lain sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan individu bereaksi dengan cara memindahkan posisi
tubuhnya (Guyton & Hall, 1997).
Rasa nyeri akan disertai respon stress, antara lain berupa
meningkatnya rasa cemas, denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi
napas. Nyeri yang berlanjut atau tidak ditangani secara kuat, memicu
respon stress yang berkepanjangan, yang akan menurunkan daya tahan
tubuh dengan menurunkan fungsi imun, mempercepat kerusakan
jaringan, laju metabolisme, pembekuan darah dan retensi cairan,
sehingga akhirnya akan memperburuk kualitas kesehatan (Hartwig &
Wilson, 2006).
b. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Klasifikasi ini berdasarkan pada waktu atau durasi
terjadinya nyeri.
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam kurun waktu
yangsingkat, biasanya kurang dari 6 bulan. Nyeri akut yang tidak
diatasi secaraadekuat mempunyai efek yang membahayakan di luar
ketidak nyamanan yang disebabkannya karena dapat mempengaruhi
sistem pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, dan
imonulogik (Potter & Perry, 2005).
b) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri yang berlangsung selama lebih dari 6
bulan. Nyeri kronik berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan, karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respon
terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Jadi nyeri ini
biasanya dikaitkan dengan kerusakan jaringan (Guyton & Hall, 2008).
Nyeri kronik mengakibatkan supresi pada fungsi sistem imun
yang dapat meningkatkan pertumbuhan tumor, depresi, dan
ketidakmampuan.
Berdasarkan sumbernya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri
nosiseptif dan neuropatik (Potter & Perry, 2005).
a) Nyeri nosiseptif
Nosiseptif berasal dari kata “noxsious/harmful nature” dan dalam
hal ini ujung saraf nosiseptif, menerima informasi tentang stimulus
yang mampu merusak jaringan. Nyeri nosiseptif berdifat tajam, dan
berdenyut (Potter & Perry, 2005).
b) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik mengarah pada disfungsi di luar sel saraf. Nyeri
neuropatik terasa seperti terbakar kesemutan dan hipersensitif
terhadap sentuhan atau dingin. Nyeri spesifik terdiri atas beberapa
macam, antara lain nyeri somatik, nyeri yang umumnya bersumber
dari kulit dan jaringan di bawah kulit (superficial) pada otot dan
tulang. Macam lainnya adalah nyeri menjalar (referred pain) yaitu
nyeri yang dirasakan di bagian tubuh yang jauh letaknya dari jaringan
yang menyebabkan rasa nyeri, biasanya dari cidera organ visceral.
Sedangkan nyeri visceral adalah nyeri yang berasal dari bermacam-
macam organ viscera dalam abdomen dan dada (Guyton & Hall,
2008).
c. Fisiologi nyeri
Saat terjadinya stimulus yang menimbulkan kerusakan jaringan
hingga pengalaman emosional dan psikologis yang menyebabkan nyeri,
terdapat rangkaian peristiwa elektrik dan kimiawi yang kompleks, yaitu
transduksi, transrmisi, modulasi dan persepsi. Transduksi adalah proses
dimana stimulus noksius diubah menjadi aktivitas elektrik pada ujung
saraf sensorik (reseptor) terkait. Proses berikutnya, yaitu transmisi, dalam
proses ini terlibat tiga komponen saraf yaitu saraf sensorik perifer yang
meneruskan impuls ke medulla spinalis, kemudian jaringan saraf yang
meneruskan impuls yang menuju ke atas (ascendens), dari medulla
spinalis ke batang otak dan thalamus. Yang terakhir hubungan timbal
balik antara thalamus dan cortex. Proses ketiga adalah modulasi yaitu
aktivitas sarafyang bertujuan mengontrol transmisi nyeri. Suatu senyawa
tertentu telah diternukan di sistem saraf pusat yang secara selektif
menghambat transmisi nyeri di medulla spinalis. Senyawa ini diaktifkan
jika terjadi relaksasi atau obat analgetika seperti morfin (Dewanto, 2003).
Proses terakhir adalah persepsi, proses impuls nyeri yang
ditransmisikan hingga menimbulkan perasaan subyektif dari nyeri sama
sekali belum jelas. Bahkan struktur otak yang menimbulkan persepsi
tersebut juga tidak jelas. Sangat disayangkan karena nyeri secara
mendasar merupakan pengalaman subyektif yang dialami seseorang
sehingga sangat sulit untuk memahaminya (Dewanto, 2003)
d. Pengukuran intensitas nyeri
Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda
oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran
nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran
pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
B. Teori umum analgetik
a. Definisi analgetik
Analgetik adalah obat atau senyawa yang dipergunakan untuk
mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Kesadaran akan perasaan sakit terdiri dari dua proses, yakni penerimaan
rangsangan sakit di bagian otak besar dan reaksi-reaksi emosional dan
individu terhadap perangsan ini. (Anief,2000).
Analgetik adalah obat yang digunakan untuk meredakan rasa nyeri.
Obat analgetik dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu obat golongan
opioid dan NSAID. Golongan Opioid bekerja pada sistem saraf pusat,
sedangkan golongan NSAID bekerja di reseptor saraf perier dan sistem
saraf pusat (Tjay dan Rahardja, 2015).
b. Mekanisme kerja analgetik
Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping,
analgetika di bedakan menjadi 2 kelompok, yaitu :
1. Analgetika yang bersifat kuat, bekerja pada pusat (hipoanalgetika →
kelompok opiat)
2. Analgetika yang berkhasiat lemah (sampai sedang), bekerja terutama
pada perifer dengan sifat antipiretika dan kebanyakan juga
mempunyai sifat antiinflamasi dan antireumatik (Tjay dan Rahardja,
2007).
Berdasarkan atas kerja farmakologisnya, analgetika dibagi
menjadi2 kelompok besar yaitu :
1. Analgetik narkotik (analgetik sentral)
Analgetika narkotika bekerja di SSP, memiliki daya penghalang
nyeri yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersfat depresan
umum (mengurangi kesadaran), mempunyai efek samping
menimbulkan rasa nyaman(euphoria). Hampir semua perasaan tidak
nyaman dapat dihilangkan oleh analgesik narkotik kecuali sensasi
kulit.
Harus hati-hati menggunakan analgesik ini karena
mempunyairesiko besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan
kecenderungan penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan
untuk penggunaan insidentil pada nyeri hebat (trauma hebat, patah
tulang, nyeri infark jantung, kolik batu empedu/batu ginjal.
Obat golongan ini hanya dibenarkan untuk penggunaan insidentil
pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark jantung,
kolik batu empedu/batu ginjal. Tanpa indikasi kuat, tidak dibenarkan
penggunaanya secara kronik, disamping untuk mengatasi nyeri
hebat, penggunaan narkotik diindikasikan pada kanker stadium
lanjut karena dapat meringankan penderitaan. Fentanil dan alfentanil
umumnya digunakan sebagai premedikasi dalam pembedahan karena
dapat memperkuat anastesi umum sehingga mengurangi timbulnya
kesadaran selama anastesi.
Penggolongan analgesik - narkotik sebagai berikut :
 Alkaloid alam : morfin, codein
 Derivat semi sintesis : heroin
 Derivat sintetik : metadon, fentanyl
 Antagonis morfin : nalorfin, nalokson dan pentazocine

2. Analgesik non opioid (non narkotik

Disebut juga analgesik perifer karena tidak mempengaruhi


susunan saraf pusat. Semua analgesik perifer memiliki khasiat
sebagai anti piretik yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam.

Khasiatnya berdasarkan rangsangan terhadap pengatur kalor


dihipotamalus, mengakibatkan vosodilatasi perifer dikulit dengan
bertambahnya pengeluaran kalor disertai banyaknya keluar keringat.

Antiradang sama kuatnya dengan analgesik digunakan sebagai


anti nyeri atau rematik.
Berdasarkan rumus kimianya analgesik perifer digolongkan
menjadi:

a) Golongan salisilat

b) Golongan para aminofenol

c) Golongan pirazolon (dipiron)

d) Golongan antanilat (asam mefenamat). (Katzung, 1998)

C. Teori umum mencit


A. Definisi
Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai
hewan model laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40–80%.
Mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium, khususnya
digunakan dalam penelitian biologi. Mencit mempunyai banyak
keunggulan sebagai hewan coba, di antaranya siklus hidup yang relatif
pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi,
dan mudah dalam penanganannya (Suckow et al., 2001).
Mencit merupakan hewan poliestrus, yaitu hewan yang mengalami
estrus lebih daripada dua kali dalam setahun. Seekor mencit betina
akan mengalami estrus setiap 4-5 hari sekali.
B. Klasifikasi
Menurut Gunberg (1943), klasifikasi mencit adalah sebagaiberikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Family : Murinane
Genus : Mus
Species : Mus musculus
C. Morfologi
Mencit secara biologis memiliki ciri umum, yaitu berupa rambut
berwarna putih atau keabu-abuan dengan warna perut sedikit lebih
pucat. Binatang ini sangat aktif pada malam hari sehingga termasuk
hewan nokturnal. (Arrington, 1972).
Mencit memiliki berat badan yang bervariasi. Berat badan ketika
lahir berkisar antara 2-4 gram, berat badan mencit dewasa berkisar
antara 20-40gram untuk mencit jantan dan 25-40 gram untuk mencit
betina dewasa. Sebagai hewan pengerat mencit memilki gigi seri yang
kuat dan terbuka. Susunan gigi mencit adalah indicisivus ½, caninus 0/0,
premolar0/0, dan molar 3/3 (Setijono,1985).
Mencit dapat bertahan hidup selama 1-2 tahun dan dapat juga
mencapai umur 3 tahun. Pada umur 8 minggu, tikus siap dikawinkan.
Perkawinan mencit terjadi pada saat mencit betina mengalami estrus.
Siklus etrus yaitu 4-5 hari, sedangkan lama bunting 19-21 hari.
(Arrington, 1972).
Morfologi mencit dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Mencit jantan (Mus musculus L)


(sumber: Dokumentasi pribadi)
D. Uraian bahan
1. Asam mefenamat

Nama resmi : MEFENAMIC ACID

Sinonim : Asam mefenamat

Rumus struktur :

Rumus kimia : C15H15NO2

Berat molekul : 241,29

Pemerian : Serbuk hablur putih atau hampir putih; melebur pada

suhu lebih kurang 230 disertai peruraian.

Kelarutan : Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak sukar larut

dalam kloroform; sukar larut dalam etanol dan dalam

metanol; praktis tidak larut dalam air.

Mekanisme : Mekanisme kerja asam mefenamat yaitu dengan cara

kerja menghalangi efek enzim yang disebut cyclooxygenase

(COX). Enzim ini membantu tubuh untuk

memproduksi bahan kimia yang disebut prostaglandin.

Prostaglandin ini yang menyebabkan rasa sakit dan

peradangan. Dengan menghalangi efek enzim COX,

maka prostaglandin yang diproduksi akan lebih sedikit,

sehingga rasa sakit dan peradangan akan mereda atau

membaik. (Zulkifli dan Elsha, 2019)

Golongan Obat : Obat keras


2. Definisi
Sebagai analgetik, obat ini adalah satu-satunya yang
mempunyai kerja yang baik pada pusat sakit dan saraf perifer. Asam
mefenamat cepat diserapdan konsentrasi puncak dalam darah dicapai
dalam 2 jam setelah pemberian, dan diekskresikan melalui urin.
Indikasi: untuk mengatasi rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan dari
rematik akutdan kronis,luka pada jaringan lunak, pegal pada otot
dansendi,dismonore, sakit kepala, sakit gigi, setelah operasi dll.
3. Indikasi
Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit
kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma,
nyeri otot dan nyeri sesudah operasi.
4. Kontraindikasi
Hindari penggunaan pada pasien dengan indikasi:
 Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat.
 Pasien yang dengan aspirin mengalami brokonspasmae, alergi
rhinitis dan urtikaria.
 Penderita dengan tukak lambung dan usus.
 Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
5. Efek samping
Efek samping penggunaan Antalgin yang mungkin terjadi adalah:
 Sistem pencernaan: mual, muntah, diare dan rasa sakit pada
abdominal.
 Sistem hematopoetik: leukopenia, eosinophilia, thrombocytopenia,
dan agranulocytopenia.
 Sistem saraf: rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan
insomnia.
6. Dosis dan aturan pakai
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak di atas 14 tahun : Dosis awal yang dianjurkan 500 mg
kemudian dilanjutkan 250 mg.
7. Interaksi
Asam mefenamat dapat berinteraksi dengan beragam obat, antara lain:
 Asam valproat: Menggantikan asam valproat pada lokasi
pengikatan dengan albumin
 Siklosporin dan lithium: Gangguan fungsi ginjal, peningkatan
nefrotoksisitas, peningkatan kadar lithium
 Methotrexate: Peningkatan risiko toksisitas methotrexate,
termasuk neutropenia, trombositopenia, dan gangguan ginjal
 Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid lain: Peningkatan
toksisitas gastrointestinal
 Digoxin: Peningkatan kadar serum dan waktu paruh digoxin
 Diuretik: Peningkatan efek natriuresis pada loop diuretics,
seperti furosemide, dan thiazide karena inhibisi sintesis
prostaglandin ginjal
 Angiotensin converting enzyme (ACE)-inhibitor, angiotensin
receptor blocker (ARB), beta-blocker : Menurunkan efek
antihipertensi, menyebabkan penurunan fungsi ginjal pada pasien
lansia yang memiliki gangguan ginjal dan dalam terapi diuretik
 Warfarin, selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) : Efek
sinergistik dalam meningkatkan risiko perdarahan
 Antasida: Meningkatkan absorpsi asam mefenamat
8. Farmakologi
Asam Mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid,
bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan
tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai
efek analgesik, antiinflamasi dan antipiretik.
9. Farmakodinamik
Asam mefenamat merupakan asam fenilantranilat yang mengalami
N- substitusi. Senyawa fenawat mempunyai sifat antiradang, antipiretik,
dan analgesik. Pada analgesia, asam mefenamat merupakan satu –
satunya fenamat yang menunjukkan kerja pusat dan kerja perifer.
Senyawa fenamat memiliki sifat-sifat tersebut karena kemampuanya
menghambat siklooksigenase. Selain itu, senyawa fenamat juga
mengantagonis efek prostaglandin tertentu. (Goodman dan Gilman,
2008).
10. Farmakokinetik
Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran
gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak
dapat dicapai 1-2 jam setelah pemberian 2x250 mg. (Lukman, 2104).
BAB III

METODE KERJA

A. ALAT DAN BAHAN


a. Alat yang digunakan :
1) Batang pengaduk
2) Cawan porselin
3) Gelas ukur
4) Gelas kimia
5) Masker
6) Mortir dan stamper
7) Plat panas 55ºC
8) Sendok tanduk
9) Sonde / kanulla/jarum oral
10) Sarung tangan/hanscoon
11) Stop watch
12) Timbagan analitik digital
13) Wadah pengamatan/kandang mencit
b. Bahan yang digunakan :
1) Antalgin
2) Asam asetat 0,5%
3) Aquadest
4) Ibuprofen
5) Meloxicam
6) Na-CMC 1%
7) Natrium diklofenak
8) Mencit jantan
B. PROSEDUR KERJA

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENGAMATAN
1. Hasil pengamatan efektifitas obat analgetic
Tabel 1. Hasil pengamatan efek obat analgetik

Obat BB Volume Jumlah Geliat Kumulatif


Hewan Pemberian Pada Menit ke- (kali)
Uji (mL) 15 30 45 60 90
As. mefenamat 29,3 g 0,94 mL 3 11 11 17 24
Antalgin 25,8 g 0,83 mL 1 8 6 2 2
Na. diklofenak 27,4 g 0,88 mL 19 20 8 7 2
Meloxicam 27,0 g 0,87 mL 3 3 2 2 8
Piroxicam 29,3 g 0,94 mL 8 5 6 3 15
Na. CMC 0,5% 30,9 g 1 mL 5 11 11 22 29

2. Kurva AUV

A. Pembahasan

Pada praktikum kali ini kami melakukan percobaan obat analgetik

“piroxicam” terhadap hewan uji (Mencit Dewasa) yang sebelumnya sudah

dipuasakan terlebih dahulu selama semalam dengan tujuan agar kadar

glukosa dalam darah mencit stabil dan tidak dapat perubahan kadar

glukosa darah yang disebabkan karena asupan makanan. Kami

menggunakan mencit jantan dewasa Pada mencit jantan tidak mempunyai

hormon estrogen, adapun jika ada jumlahnya relatif sedikit secara kondisi

hormonal pada mencit jantan lebih stabil jika dibandingkan dengan mencit

betina karena pada mencit betina mengalami perubahan hormonal yang

tidak stabil pada masa-masa estrus,pada masa menyusui dan pada masa

kehamilan.
Tujuan dari praktikum kali ini, kami ingin mengetahui bagaiman

pengaruh obat antinyeri atau obat analgetik piroxicam terhadap mencit.

Asam acetat 0,5 % sebanyak 0,1 ml juga digunakan pada praktikum ini

sebagai penginduksi atau merangsang terebntuknya prostaglanding dan

menimbulkan rasa nyeri Kami menggunakan Na CMC sebagai kontrol

negatif dan yang berperan sebagai kontrol positif yaitu obat analgetik yang

digunakan.

Pada praktikum ini mencit yang telah dipuasakan ditimbingan

bobot badanya kemudian hewan uji diberikan perlakuan obat analgetik

menggunakan spoit dengan jarum canula berisi Obat piroxicam 0,006

gram yang sudah dibuat dalam bentuk suspensi sebanyak 10 ml secara oral

melalui rongga mulut mecit sebanyak 0,94 ml sesuai dengan data

perhitungan dosis konversi yang telah dibuat sebelumnya. Setelah mencit

di beri perlakuan obat lalu mencit di diamkan selama 15 menit untuk

menunggu terjadinya metabolisme obat dalam tubuh mencit, lalu di

induksi atau di suntik menggunakan spoit berisi asam acetat 0,1 ml secara

intra peritoneal dengan posisi kepala lebih rendah dan jarum suntik

disuntikan dengan sudut sekitar 100 derajat. Setelah di induksi

menggunakan asam acetat, Diamati jumlah gliat yang ditimbulkan oleh

mencit pada menit ke 15,30,45,60 dan 90 lalu dimasukan hasil

pengamatan tersebut pada kurva hubungan perlakuan obat piroxicam

terhadap gliat. Semakin banyak jumlah geliat maka makin tinggi tekanan

obat analgetik untuk menekan rasa nyeri yang diberikan oleh cairan
penginduksi. Dari data pengamatan terhadap jumlah gliat,maka diperoleh

jumlah gliat pada menit ke 15 sebanyak 8, menit ke 30 sebanyak 5, menit

ke 45 sebanyak 6,menit ke 60 sebanyak 3 dan menit ke 90 sebanyak 15

geliat. Setelah diketahui jumlah geliat yang ditimbulkan kemudian

dihitung luas AUC perlakuan dan % daya analgetik yang telah dihitung

bersama dengan kontrol positif yaitu piroxicam dan kontrol negatifnya

yaitu Na CMC menghasilkan daya analgetik pada obat piroxicam sebesar

0,72.

3.
a. AsamMefenamat 500 mg
30

25

20

15

10

0
15 30 45 60 90

Gambar 1. Kurva AUC AsamMefenamat 500 mg

b. Antalgin 500 mg

Kurva Hubungan Perlakuan Obat Terhadap


Geliat
9
8
7
5
4
3
2
1
0
0 15 30 45 60 90

Gambar 2. Kurva AUC Antalgin 500 mg

c. Natrium diklofenak
25

20

15

10

0
15 30 45 60 90

Gambar 3. Kurva AUC Natrium diklofenak

d. Meloxicam 15 mg
KURVA AUC
Y(Jumblah geliat tiap perlakuan) 25

20

15

10

0
15 30 45 60 90 120
X (Waktu)

Gambar 4. Kurva AUC Meloxicam 15 mg

e. Piroxicam 10 mg

KURVA AUC
40
Y(Jumblah geliat tiap perlakuan)

35
30
25
20
15
10
5
0
15 30 45 60 90 120
X (Waktu)

Gambar 5. Kurva AUC Piroxicam 10 mg


f. Na-CMC

Kurva Hubungan Perlakuan Obat Terhadap


Geliat
35

30

25

20

15

10

0
15 30 45 60 90

Gambar 6. Kurva AUC Na-CMC

4. Hasil persentase daya analgetik

Obat % Daya Analgetika

Asam mefenamat 500 mg 20,5%

Antalgin 500 mg 84,7%

Natrium diklofenak 50 mg 63,8%

Meloxicam 15 mg 79,01%

Piroxicam 10 mg 72%

Na-CMC 0%

B. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan obat analgetik terhadap
mencit jantan yang bertujuan untuk mengetahui efek obat analgetik yaitu asam
mefenamat 500 mg, natrium diklofenak 25 mg, antalgin 500 mg, meloxicam 15
mg dan piroxicam 10 mg.
Analgetik secara menyeluruh adalah senyawa atau obat yang digunakan
pasien untuk mengobati atau mengurangi rasa sakit serta nyeri yang
diakibatkan oleh rangsangan yang diterima tubuh, baik rangsangan secara
mekanik, kimiawi atau fisika yang kemudian akan menimbulkan kerusakan
pada jaringan hingga akan memicu pelepasan impuls nyeri seperti brodikinin
atau prostagladin. Hingga kemudian mampu mengaktifkan reseptor nyeri pada
saraf perifer, kemudian diteruskan ke otak untuk diproses dan menimbulkan
aksi berupa rasa sakit yang akan diterima oleh pasien. Analgetik berfungsi
dengan menghambat penyaluran sinyal rasa sakit atau kerusakan pada jaringan
ini hingga otak akan mendeteksi bahwa tubuh sedang berada dalam keadaan
baik-baik saja karena tidak aktifnya saraf reseptor pada saraf perifer.

Pengujian efek daya analgetik menggunakan metode geliat (Writhing


test). Obat-obat analgetik yang digunakan bertindak sebagai kontrol positif
dan Na-CMC sebagai kontrol negatif. Pada metode ini digunakan asam asetat
0,5%v/v sebagai penginduksi nyeri terhadap mencit yang akan menimbulkan
respon geliat (Writhing), yaitu mencit menarik kaki ke belakang dan
mengalami kejang.
Pada pengujian ini, hewan uji yang digunakan sebanyak 6 ekor mencit
jantan yang didapatkan BB maximal seberat 30,9 gram dan BB minimal
seberat 25,8 gram. Pemberian cairan pada mencit harus disesuaikan dengan
dosis koversi dan volume pemberian yang telah dihitung sebelumnya untuk
menghindari terjadinya kelebihan dosis yang dapat menyebabkan kematian
pada hewan uji. Konversi dosis yang dilakukan dapat dilihat pada tabel
konversi, yaitu dari dosis mencit ke dosis manusia ditetapkan faktor
konversinya adalah 0,0026.
Berdasarkan tabel % daya analgetik yang diperoleh perhitungan kurva
AUC masing-masing perlakuan diperoleh data obat analgetik Asam mefenamat
500 mg sebesar 20,5%, Natrium diklofenak 25 mg sebesar 63,8%, Antalgin
500 mg sebesar 84,7%, Meloxicam 15 mg sebesar 79,01%, dan piroxicam 10
mg sebesar 72%. Kelompok Na.CMC merupakan kelompok kontrol negatif
yaitu Na.CMC tidak memuliki efek farmakologi terhadap tubuh sehingga
diperoleh % daya analgetik yaitu 0%.

Pada kelompok perlakuan obat diperoleh % daya anlgetik yang paling


kuat yaitu kelompok Antalgin sebesar 84,7% dan Meloxicam sebesar 79,01%.
Hasil yang diperoleh sesuai dengan teori dimana keempat kelompok perlakuan
obat analgetik yaitu antalgin, meloxicam, natrium diklofenak, dan piroxicam
menunjukkan efek/ daya analgetik yang baik, kecuali asam mefenamat
berbanding terbalik dengan teori dimana asam mefenamat seharusnya
menunjukan efek/daya analgetic akan tetapi hasil yang didapatkan % daya
analgetic dari asam mefenamat sebesar 20,5%.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Dessy. 2022. Penyembuhan Luka Sayat Pada Mencit Melalui

Pemberian Gel Kefir.  Penerbit Adab. Jawa Barat

Harmita Dan Maksum Radji.2006. Analisis Hayati.  Penerbit Buku Kedokteran

EGC. Jakarta

Merlina Herlina, SKM., S. Kep M. Biomed Dan Noradina S. Kep. Ns. M.

Biomed. 2021.Vitamin E Dan Paparan Tuak Terhadap Fragilitas

Osmotik Eritrosit Pada Mencit.  Penerbit Adab. Jawa Barat

Shanti Listyawati Dan Tetra Widiyani.2022. Handbook Penggunaan Hewan

Laboratorium Dalam Uji In Vivo.  Nas Media Pustaka. Makassar

LAMPIRAN
1. Perhitungan dosis
1) BB Max kelompok hewan uji : 30,9 g
2) BB Min kelompok hewan Uji : 25,8 g
a. KELOMPOK 1 (Asam mefenamat)
1. Data penimbangan hewan uji
BB hewan uji (data kelompok) : 29,3 g
2. Data penimbangan bobot tablet

0,5 gram 0,5 gram


0,5 gram 0,5 gram
0,5 gram 0,5 gram
0,5 gram 0,5 gram
0,5 gram 0,5 gram

0,5 ×10
3. Berat rata rata tablet : R = = 0,5 gram
10
4. Perhitungan dosis
a. Dosis konversi (DK) = Dosis lazim × Faktor konversi
= 500 mg x 0,0026
= 1,3 mg
BB Max hewanuji
b. Dosis pemberian (DP) = ×dosis konversi
BB Min hewanuji
29,3 gram
= ×1,3 m g
25,8 gram
= 1,55 mg
Dosis pemberian obat
c. Bobot serbuk obat yang ditimbang = ×R
Dosis lazimobat
1,55 mg
= ×0,5 g
500 mg
= 0,0015 g
d. Pembuatan suspensi obat = Bobot serbuk yang ditimbang ×vol.
Suspensi

= 0,00155 g × 10 mL

= 0,02 gram

BB hewanuji
e. Volume pemberian obat = ×vol pemberian max
BB max hewan uji
29,3 gram
= ×1 mL
30,9 gram
= 0,94 mL
b. KELOMPOK 2 (Antalgin)
1. Data penimbangan hewan uji
BB hewan uji (data kelompok) : g
2. Data penimbangan bobot tablet

gram gram
gram gram
gram gram
gram gram
gram gram

×
3. Berat rata rata tablet : R = = gram
10
4. Perhitungan dosis
a. Dosis konversi (DK) = Dosis lazim × Faktor konversi
= x 0,0026
=
BB Max hewanuji
b. Dosis pemberian (DP) = ×dosis konversi
BB Min hewanuji

= ×

=
Dosis pemberian obat
c. Bobot serbuk obat yang ditimbang = ×R
Dosis lazimobat

= ×

= mg
d. Pembuatan suspensi obat = Bobot serbuk yang ditimbang ×vol.
Suspensi

= ×10 mL

= gram

BB hewanuji
e. Volume pemberian obat = ×vol pemberian max
BB max hewan uji

= ❑ ×1 mL

= mL
c. KELOMPOK 3 (Natrium diklofenak)
1. Data penimbangan hewan uji
BB hewan uji (data kelompok) : 27,4 g
2. Data penimbangan bobot tablet

gram gram
gram gram
gram gram
gram gram
gram gram


3. Berat rata rata tablet : R = 10 = gram

4. Perhitungan dosis
f. Dosis konversi (DK) = Dosis lazim × Faktor konversi
= 50 mg x 0,0026
= 0,13
BB Max hewanuji
g. Dosis pemberian (DP) = ×dosis konversi
BB Min hewanuji
30,9 gram
= × 0,13mg
25,8 gram
= 0,1556 mg
Dosis pemberian obat
h. Bobot serbuk obat yang ditimbang = ×R
Dosis lazimobat
0,1556 mg
= × 0,2g
50 mg
=
i. Pembuatan suspensi obat = Bobot serbuk yang ditimbang ×vol.
Suspensi

= × 10 mL

= gram

BB hewanuji
j. Volume pemberian obat = ×vol pemberian max
BB max hewan uji
27,4 gram
= ×1 mL
30,9 gram
= 0,88 mL
d. KELOMPOK 4 ( Meloxicam)
1. Data penimbangan hewan uji
BB hewan uji (data kelompok) : 26,77 g
2. Data penimbangan bobot tablet

gram gram
gram gram
gram gram
gram gram
gram gram


3. Berat rata rata tablet : R = ❑

= gram
4. Perhitungan dosis
a. Dosis konversi (DK) = Dosis lazim × Faktor konversi
= 15 mg x 0,0026
= 0,039 mg
BB Max hewanuji
b. Dosis pemberian (DP) = ×dosis konversi
BB Min hewanuji
30,9 gram
= ×0,039 mg
25,8 gram
= 0,46 mg
Dosis pemberian obat
c. serbuk obat yang ditimbang = ×R
Dosis lazim obat
0,046 mg
= ×0,23 g
15 mg
= 0,007 g
d. Pembuatan suspensi obat = Bobot serbuk yang ditimbang ×vol.
Suspensi

= x 10 mL

= gram
BB hewanuji
e. Volume pemberian obat = ×vol pemberian max
BB max hewan uji
27,0 gram
= ×1mL
30,9 gram
= 0,87mL
e. KELOMPOK 6 (Na-CMC)
1. Bobot Data Penimbangan Hewan Uji
BB hewan uji (data kelompok) : 30,9 g
a. Perhitungan Na CMC 0,5% dalam 100 mL

% = g
x 100%
v
0,5 = g
x 100%
100
%
= 0,5 % ×100
100 %
= 0,5 gram
b. Perhitungan asam asetat 0,5% dalam 50 mL

%1 x V 1 = %2 x V 2
0,5% x 50 = 100% x V2
V2 = 0,5 % ×50
100 %
= 0,25 mL
2. Perhitungan daerah dibawah kurva dan % daya analgetic
a. Asam mefenamat

1 2. = P x L
1. = x a x t
2
= 75 x 3
1
= x 15 x 3 = 225
2

= 22,5

1 4. = P x L
3. = xaxt
2
= 60 x 8
1
= x 15 x 8 = 480
2

= 60

1
5. = xaxt
2
1
= x 45 x 13
2

= 292,5

22,5+225+60+ 480+292,5
Luas permukaan =
5

= 216

AUC Perlakuan
% Daya analgetik = 1- x 100%
AUC Kontrol

216
= 1- x 100%
271,5

= 20,5 %

Anda mungkin juga menyukai