Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PERCOBAAN III
PRAKTIKUM FARMAKOLOGI II
“Percobaan Uji Efek Obat Antidiabetik”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V
Aisyah Sukarman (F.21.002)

Eva Nursyahlina (F.21.016)

Diya Ana Wulan (F.21.014)

Nessa Sarinah (F.21.031)

Miming (F.21.030)

TANGGAL PARAF/TTD LABORAN/DOSEN NILAI


KOREKSI/ACC PRAKTIKUM

Inggit Suryaningsih, A.md. Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU

PROGRAM STUDI D-III FARMASI

POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI

2023
mulai dari anak-anak sampai orang tua,bahkan pada orang BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu farmakologi adalah ilmu yang belajar mengenai obat dan

interaksinya dalam tubuh. Toksikologi adalah suatu cabang ilmu yang

belajar zat-zat kimia dalam hal ini racun, juga belajar bagaimana pengaruh

zat kimia tersebut terhadap tubuh. Dalam melakukan suatu aktifitas

dikehidupan sehati hari, baikitu aktivitas fisik maupun psikologi,

dibutuhkan suatu energi. Energi sebagian besar bahkan hampir semuanya

berasal dari glukosa yang di metabolisme, namun terkadang proses

metabolisme yang diharapkan tidak menjadi lansung seharusnya, hal

Sayani mungkin disebabkan berbagai faktor, seperti disfungsi organ-

organ tubuh yang mendukung dalam metabolisme tersebut.

Di zaman era globalisasi saat ini ditemukan berbagai macam

penyakit yangmematikan. Salah satu penyakit yang sering dijumpai yaitu

diabetes melitus yangdapat menyerang segala macam kalangan, lansia

sekalipun. Diabetes melitus umumnya lebih banyakdiderita oleh kaum

wanita terutama bagi mereka yang memiliki masalah pada berat badannya.

Penyakit diabetes melitus atau biasa dikenal dengan kencing manis

merupakan penyakit yang disebabkan kekurangan kandungan

penghinaan dalam tubuh yang ditandai dengan adanya kenaikam kadar

guladarah pada tubuh yang melebihi batas normal. Gula yang menumpuk

dalam darah, menimbulka komplikasi pada penderita.


B. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui efek obat antidiabetik yang paling efektif antara

obat glimepriride 2 mg, glimepiride 5 mg, metformin 500 mg,

glibenclamide dan glucodex 80 mg.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Antidiabetik

Dalam penanggulangan diabetes, obat hanya merupakan pelengkap

dari diet. Obat hanya perlu diberikan, bila pengaturan diet secara maksimal

tidak berhasil mengendalikan kadar gula darah.

Penurunan berat badan merupakan tindakan yang sangat penting

dalam pengendalian diabetes. Usaha penurunan berat badan harus

dilakukan secara intensif terlepas obat apa yang diberikan. Terapi Diabetes

mellitus pada umumnya menggunakan obat antidiabetes oral dan insulin.

1. Obat Oral Antidiabetes

Obat Oral Antidiabetes (OAD) atau obat - obat hipoglikemik oral

terutama ditujukan untuk membantu penanganan pasien Diabetes

mellitus. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang tepat sangat

menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada tingkat

keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi hipoglikemik

oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis obat atau

kombinasi dari dua jenis obat. Penentuan dan pemilihan rejimen

hipoglikemim yang digunakan harus mempertimbangkan tingkat

keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan pasien

secara umum termasuk penyakit -penyakit lain dan komplikasi yang

ada (Depkes, 2005)


Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat - obat hipoglikemik oral

dapat dibagi menjadi 3 golongan (Depkes, 2005) yaitu:

a. Obat - obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida

(meglitinida dan turunan fenilalanin)

b. Sensitiser insulin (obat - obat yang dapat meningkatkan

sensitifitas sel terhadap insulin), meliputi obat - obat

hipoglikemik golongan biguanida dan tiazolidindion, yang

dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara

lebih efektif.

c. Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-

glukosidase yang bekerja menghambat absorbsi glukosa dan

umum digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia post-

prandial (post-meal hyperglycemia). Disebut juga "starch-

blocker"

B. Tinjauan Umum Diabetes

1. Definisi

Diabetes melitus adalah penyakit kelainan metabolisme

yang dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta fitur

metabolisme karbohidrat,lemak dan protein akibatnya oleh fitursekresi

insulin, kerja insulin maupun keduanya. DM dapat akibat

berbagai macam komplikasi yang serius pada organtubuh seperti

mata, ginjal, jantung, dan pembuluh darah. Untuk mencegah


komplikasi yang lebih serius adalah dengan diagnosa dini DM agar

dapat diberikan intervensi lebih awal (Amir dkk, 2012).Diabetes

Melitus adalah peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia

(glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau setelah makan siang ≥ 200mg/dL

atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL. Bila DM tidak segera

diatasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan protein,

danresiko permulaan gangguan mikrovaskular atau

makrovaskular meningkat (Gunawan, 2012).Patofisiologi DM sangat

rumit, dan masih terns diteliti. Fisiologi pembentukan energi dan

katabolisme glukosa. Semua sel dalam tubuh memerlukan energi

dan karenanya memerlukan substrat untuk pembentukan

energi.Glukosa adalah substrat yang efisien dan efektif,terutama

untuk fungsi saraf, protein, asam amino, dan asam lemak dapat

digunakan sebagai substrat pembentukan energi.

Glukosa merupakan monosakarida yang berasal dari

absorpsimakanan.Untuk dapat digunakan sebagai tenaga, glukosa

dapat masuk ke dalam sel. Untuk masuk ke dalam sel memerlukan

fasilitasi hormon insulin. Insulin adalah hormon polipeptida

yang dihasilkan oleh sel-sel B-pankreas (Wiarto,2014)

2. Klasifikasi penyakit diabetes melitus

Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi 4 kategori sebagai

berikut (Katzung, 2010):

a. DM tipe I (Insulin Dependent Diabetes Melitus atau IDDM)


Diabetes tipe 1 terjadi akibat kerusakan sel ß (beta)

pankreas untuk memproduksi cukup insulin, sehingga produksi

insulin berkurang. Pemberian insulin ini sangat penting pada

pasien dengan DM tipe 1. Diabetes melitus tipe 1 dapat mulai

terjadi pada usia 4 tahun dan dapat meningkat pada rentan usia

11-13, sebagian besar merupakan proses autoimun. Faktor

genetik multifaktorial tampaknya menjadi kerentanan

menderita penyakit ini namun hanya 10-15% pasien yang

memiliki riwayat diabetes didalam keluarganya.

b. DM tipe 2 (Non-Insulin Dependent DM atau NIDDM)

Diabetes Melitus tipe 2 ditandai dengan resistensi jaringan

terhadap kerja insulin disertai difisiensi relatif pada sekresi

insulin. Individu yang terkena dapat lebih resisten atau

mengalami difisiensi sel β yang lebih parah. Pasien DM tipe 2

mungkin tidak memerlukan insulin, tapi 30% pasien akan

mendapatkan keuntungan dari terapi insulin, sekitar 10-20%

pasien yang didiagnosa DM tipe 2 sebenarnya mengalami

diabetes kombinasi. Pada pasien DM tipe 2 lebih rendah risiko

terjadinya komplikasi akut metabolik seperti ketoasidosis.

c. DM tipe lain

Diabetes melitus yang terjadi karena penyebab spesifik lain

yang mengakibatkan meningkatan kadar gula darah, seperti

infeksi, syndrome genetic, tekanan atau stress, defek genetik


fungsi sel β pancreas, kecanduan alcohol, obat dan zat kimia

yang menyebabkan kerusakan pada sel β pancreas.

d. Diabetes Melitus Gestasional

Diabetes Melitus Gestasional atau Gestational Diabetes

Melitus (GDM) adalah kelainan kadar gula darah yang

ditemukan pertama kali pada saat kehamilan, selama kehamilan

plasenta dan hormon plasenta menimbulkan resistensi insulin

yang biasanya terjadi pada trisemester ketiga.

C. Tinjauan Umum Hewan Coba

1. Definisi

Mencit ( Mus musculus) merupakan salah satu hewan mamalia

yangdiduga berasal dan tersebar dari wilayah mediteranian China.

Mencitmemiliki habitat yang berada di sekitar manusia dan cukup

tersebar luas.Mencit memiliki ukuran tubuh sekitar 65-95 mm dan

ekornya memilikipanjang sekitar 60-105 mm. Tubuh mencit dilapisi

rambut yang berwarnaputih hingga kecokelatan sehingga

keberadaannya cukup mudah dideteksi(Ballenger, 1999).

Mencit termasuk salah satu hewan model yang banyakdipilih untuk

suatu penelitian. Penggunaan mencit dalam berbagai

penelitiankhususnya bidang biomedik dan neurobiologi dikarenakan

mencit memilikikarakter genetik yang tidak jauh berbeda dengan

manusia. Karakter genetikini dapat diuji melalui fisiologi, anatomi,


dan metabolisme serta perilakuyang ditunjukkan oleh mencit tersebut

(Your Genome, 2017).

Pengujian terhadap aspek tersebut dapat dilakukan dengan

memberikan stimulus yangdapat memicu kognisi dari mencit. Kognisi

ialah serangkaian proses mental yang melibatkan kesadaran, persepsi,

belajar, dan memori suatu individu.Oleh karena itu, pada praktikum ini

dilakukan pengujian terhadap komponenkognisi mencit yang meliputi

memori, sensori, dan motorik.

Pada trimester 1 dan 2,Studi pada binatang percobaan

memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada

studi terkontrol pada ibu hamil.Obat hanya boleh digunakan jika

besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap

janin.Pada trimester 3 kehamilanKategori D: Ada bukti bahwa

kandungan obat berisiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya

manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya

untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.Piroxicam dapat

terserap ke dalam ASI. Bila sedang menyusui, jangan menggunakan

obat ini tanpa persetujuan dokter.


Sumber:
Dokumentasi Pribad

2. Klasifikasi mencit (Mus muscullus)

Kingdom : Animalia
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Subfamili : Murinae
Genus : Mus
Sub genus : Mus
Spesies : Mus muscullus

D. Tinajuan Umum Glibenclamid

Glibenklamid merupakan obat antidiabetes yang termasuk

golongan sulfonilurea. Sulfonilurea merupakan pemacu sekresi insulin

(insulin secretagogue) yang memiliki struktur yang sama yaitu cincin

benzena dan sulfonilurea. Sulfonilurea generasi pertama memiliki

substitusi hidrofilik polar yang relatif kecil, sedangkan Sulfonilurea

generasi kedua memiliki substitusi lipofilik non polar yang besar sehingga
lebih mudah berpenetrasi ke membran sel dan menghasilkan potensi yang

lebih baik (Basit dkk., 2012)

Glibenklamid digunakan sebagai Obat antidiabetik oral yang

merupakan pilihan pengobatan awal untuk diabetes melitus tipe 2

(noninsulin-dependent) pada pasien dengan hiperglikemia yang tidak

dapat dikontrol hanya dari makanan (Sweetman, 2002). Terapi dengan

Glibenklamid biasanya dimulai dengan 2.5 mg diberikan sekali sehari.

Dosis harian maksimal yang disarankan adalah 20 mg (Sharma, et al.,

2016). Meskipun secara kimia glibenklamid berhubungan dengan

sulfonamida, glibenklamid tidak memiliki aktivitas antibakteri. Efek

hipoglikemiknya terutama disebabkan untuk merangsang pelepasan insulin

dari sel beta pankreas dan sensitisasi jaringan periferal terhadap insulin

(Sweetman, 2002). Glibenklamid mengendalikan kadar gula dengan

merangsang sekresi insulin di pankreas dan meningkatkan sensitivitas

jaringan terhadap insulin (Hardman, 1996).

1. Uraian bahan Glibenklamid

Nama Resmi : GLIBENCLAMIDUM


Sinonim : Glibenklamida
Rumus Kimia : C23H28ClN3O5S
Struktur Kimia :

Pemerian : Serbuk hablur,putih atau hampir putih,tidak


berbau atau hampir berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam
eter,sukar larut dalam etanol dan dalam
methanol,larut sebagian dalam kloroform
penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Indikasi : Terapi awal untuk diabetes dewasa dengan
keadaan kelebihan berat badan serta kadar
gula darah yang tidak dapat dikendalikan
hanya dengan diet saja. Terapi kombinasi
untuk kegagalan terapi Sulfonilurea primer
atau sekunder. Terapi tambahan pada
insulin-dependent diabetes mellitus
(IDDM) atau diabetes tipe 1 untuk
mengurangi dosis insulin.
Kontra Indikasi : Obat ini tidak boleh diberikan kepada
pasien dengan kondisi: Penyakit ginjal
dengan kadar kreatinin serum lebih dari 1.5
mg/dL (pria) dan lebih dari 1.4 mg/dL
(wanita). Infark miokard akut, septikemia,
gagal jantung kongestif. Penyakit hati
kronik, alkoholik, hipoksia. Asidosis
metabolik akut atau kronik atau memiliki
riwayat asidosis laktat, termasuk
ketoasidosis dibetes dengan atau tanpa
disertai koma. Wanta hamil dan/atau
menyusui.
Efek Samping : Pemakaian obat umumnya memiliki efek
samping tertentu dan sesuai dengan
masing-masing individu. Jika terjadi efek
samping yang berlebih dan berbahaya,
harap konsultasikan kepada tenaga medis.
Efek samping yang mungkin terjadi dalam
penggunaan obat adalah: Gangguan saluran
cerna yang bersifat sementara, namun dapat
dihindari dengan cara konsumsi Metformin
HCl bersamaan dengan makanan.
Anoreksia, mual, muntah, daire.
Berkurangnya absorpsi vitamin B12.
Mialgia, kepala terasa ringan. Ruam kulit.
Keringat berlebihan, dan gangguan daya
pengecapan.
Farmakodinamik : Menstimulasi pancreas untuk memproduksi
insulin dan meningkatkan sensitivitas sel
beta terhadap glukosa. Sulfonilurea
dapatmenormalkan produksi glukosa di hati
dan secara parsial membalikkanresistensi
insulin pada pasien diabetes melitus tipe 2.
Glibenklamide hanya bermanfaat pada
penderita diabetes dewasa yang
pankreasnya masih mampu memproduksi
insulin dengan baik. Pada penggunaan
peroral glibenklamid diabsorpsi sebagian
secara cepat dan tersebar keseluruh cairan
ekstrasel, sebagian besar terikat dengan
protein plasma. Pemberian glibenklamid
dosis tunggal akan menurunkan kadargula
darah dalam 3 jam dan kadar ini dapat
bertahan selama 15 jam. Glibenklamid
dieksresikan bersama feses dan sebagai
metabolit bersama urin (Dipiro, 2008)
Farmakokinetik a. Absorbsi

Pemberian glibenklamid secara oral


akan diabsorbsi melalui saluran cerna
dengan cukup efektif dan memiliki
waktu paruh sekitar 4 jam. Dosis awal
untuk diabetes melitus tipe 2 adalah 2,5
mg–5 mg, dilanjutkan dosis
pemeliharan 5 mg-10 mg.

b. Distribusi

Setelah absorbsi, obat ini tersebar ke


seluruh cairan ekstrasel. Dalam plasma
sebagian besar terikat pada protein
plasma terutama albumin (70%-
90%).Untuk mencapai kadar optimal
glibenklamid akan lebih efektif jika
diminum 30 menit sebelum makan.
Meskipun waktu paruh glibenklamid
tergolong pendek namun efek
hipoglikemiknya berlangsung selama
12-24 jam, sehingga cukup diberikan
satu kali sehari. Mula kerja (onset)
glibenklamid: kadar insulin serum
mulai meningkat 15-60 menit setelah
pemberian dosis tunggal. Kadarpuncak
dalam darah tercapai setelah 2-4 jam.
Setelah itu kadar mulai menurun, 24
jam setelah pemberian kadar dalam
plasma hanya tinggal sekitar 5%. Masa
kerja sekitar 15 sampai 24 jam.

c. Metabolisme

Metabolisme glibenklamid sebagian


besar berlangsung dengan jalan
hidroksilasi gugus sikloheksil pada
glibenklamid,menghasilkan satu
metabolit dengan aktivitas sedang dan
beberapa metabolit inaktif.Metabolit
utama (M1) merupakan hasil
hidroksilasi pada posisi 4-trans,
Metabolit kedua (M2) merupakan hasil
hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit
lainnya belum teridentifikasi.Semua
metabolit tidak ada yang diakumulasi.

d. Ekskresi

Hanya 25-50 % metabolit diekskresi


melalui ginjal,sebagian besar diekskresi
melalui empedu dan dikeluarkan
bersama tinja.Waktu paruh eliminasi
sekitar 15-16 jam, dapat bertambah
panjang apabila terdapat kerusakan hati
atau ginjal. Bila pemberian dihentikan,
obat akan bersih keluar dari serum
setelah 36 jam. Glibenklamid tidak
diakumulasi di dalam tubuh, walaupun
dalam pemberian berulang (Lofholm
and Katzung, 2012).
2. Na-CMC (FI V. Hal 620)

Nama resmi KARBOKSI METIL SELULOSA


:
NATRIUM
Nama lain : Carboxymethylcellulose Sodium
Pemerian Serbuk atau granul; putih sampai
:
krem;higroskopik
Kelarutan Mudah terdispersi dalam air membentuk
: larutan koloidal; tidak larut dalam etanol,
eter dan pelarut organik lain.
pH Antara 6,5 dan 8,5; lakukan penetapan
:
menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat.
:
penyimpanan
Penandaan Pada etiket mencantumkan kekentalan
: dalam larutan yang dinyatakan
konsentrasinya.
3. Glukosa (FI. Edisi V: 296)

Nama resmi : DEKSTROSA


Nama lain : Dextrose, glukosa
Rumus Kimia : C6H12O6.H₂O
Pemerian : Habur tidak berwarna, serbuk hablur atau
serbuk granul putih; tidak berbau; rasa
manis.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air mendidih:
mudah larut dalam air; larut dalam etanol
mendidih; sukar larut dalam etanol.
Wadah dan : Dalam wadah tertutup baik.
penyimpanan
Penandaan : Pada etiket dicantumkan hidrat atau
anhidrat.

4. Aquadest (F.I. Edisi III, 1979)

Nama resmi : AQUA DESTILATA


Nama lain : Aquadest
Rumus Kimia : H2O
Pemerian Cairan jernih tidak berwarna; tidak berbau,
:
tidak berasa
BAB III

METODE KERJA

1. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada Praktikum

a. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum yaitu spoit dan canula, gelas

kimia 1000 ml, gelas kimia 100 ml, batang pengaduk, timbangan

digital, lumpang dan alu, silet dan glukometer.

b. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum yaitu, mencit, Glimepiride

2 mg, Glimepiride 3 mg, Metformin 500 mg, Na CMC 0,5%,

Glibenclamide 5 mg, dan Glucodex 80 mg.


2. Skema Kerja

Di puasakan hewan uji

Diukur kadar gula darah


awal

Diberikan induksi larutan glukosa 50%


secara oral

Diukur kadar gula darah setelah


induksi

Dilakukan pemberian obat


masing-masing

Glimepiri Glimepiri Metformi Na Glibenclami Glucode


de 2 mg de 3 mg n 500 mg CMC de 5 mg x 80 mg
0,5 %

Dicatat kadar penurunan gula darah


pada menit 30, 60, 90, dan 120 menit

Dihitung penurunan %
Antidiabetik
3. Prosedur Kerja

a. Pembuatan Suspensi Na.CMC 0,5% 200 mL

1) Ditimbang Na.CMC sebanyak 0,5 gram di atas timbangan digital

menggunakan kertas perkamen

2) Dipanaskan Aquadest di atas gelas kimia 200 mL menggunkan hot

plate hingga mendidih

3) Dimasukkan sedikit demi sedikit serbuk Na.CMC ke dalam

aquadest yang telah mendidih sambih dilakukan pengadukan

hingga bening

4) Didiamkan hingga dingin

b. Pengujian Efek obat Antidiabetik

1) Sebanyak 6 hewan uji dibagi menjadi 6 kelompok

2) Diukur kadar gula darah awal mencit

3) Diberikan larutan glukosa 50%, secara oral

4) Diukur kadar gula darah setelah pemberian glukosa

5) Setiap hewan uji diberikan perlakuan secara per oral :

a) Kelompok 1 diberi suspensi Glimepiride 2 mg

b) Kelompok 2 diberi suspensi Glimepiride 3 mg

c) Kelompok 3 diberi suspensi Metformin 500 mg

d) Kelompok 4 diberi suspensi Na CMC 0,5%

e) Kelompok 5 diberi suspensi Glibenclamide 5 mg

f) Kelompok 6 diberi suspensi Glucodex 80 mg


6) Dicatat penurunan kadar gula darah pada menit ke 30, 60, 90 dan

120 menit.

7) Dihitung persen penurunan antidiabetes


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengamatan

Perlakuan BB Kadar gula Kadar Penurunan kadar gula


obat mencit dalamdara gula darah pada mencit
(gram) h (mg/dL) darah
induksi 30 60 90 120
(mg/dL
)
Glimepiride 2 31,1 138 244 134 66 79 60
mg
Glimepiride 5 23,1 67 152 68 39 25 26
mg
Metformin 34,4 135 184 123 112 106 57
500 mg
Na-CMC 33,4 122 244 40 56 56 66
0,5%
Glibenclamid 29,4 116 325 92 58 46 69
e
Glucodex 80 33,1 138 273 77 48 57 58
mg
Tabel 1. Hasil Penurunan Kadar Gula Darah

Nama obat Rata-rata penurunan % daya anti diabetes


kadar glukosa darah (%)
(mg/dl)

Glimepiride 2 mg 84,75 115,39

Glimepiride 3 mg 39,5 167,91

Metformin 500 mg 99,5 62,59

Na CMC 0,5 % 54,5 155,32

Glibenclamide 5 mg 68,75 220,90

Glucodex 80 mg 60 154,34
Tabel 2. Rata-rata penurunan kadar glukosa darah
B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini, percobaan yang kami lakukan yaitu

percobaan obat antidiabetik dengan hewan uji yaitu mencit. Obat

antidiabetik yang kami gunakan yaitu glimepriride 2 mg, glimepiride 5

mg, metformin 500 mg, glibenclamide dan glucodex 80 mg. sebelum kami

praktikum sebelumnya mencit telah dipuasakan dari makan selama

semalaman.

Pada praktikum ini kami menggunakan kontrol positifnya yaitu

perlakuan obat dan kontrol negatifnya yaitu Na-CMC yang betujuan untuk

mengetahui ada tidaknya penurunan suhu apabila pemberian obat maupun

tidak.

Sebelum kami melakukan perlakuan pada mencit, kami terlebih

dahulu menimbang berat badan mencit, dan bobot tablet. Kemudian, kami

melakukan perhitungan dosis konversi manusia ke hewan uji yaitu mencit.

Setelah itu kami mengkur kadar gula darah awalnya menggunakan alat

glukometer dimana kami mengukurnya dengan menyilet bagian ekor

mencit karena, lalu kami menginduksi mencit dengan memberikan larutan

glukosa 50 % secara oral dengan tujuan untuk meningkatkan kadar gula

darah pada mencit, lalu dan di tunggu selama 30 menit, setelah ditu diukur

kerbali gula darah mencit. Setelah diinduksi kami memberikan perlaukan

obat antidiabetik dengan pemberian secara oral dan setelah itu diukur lagi

kadar gula darah mencit tiap 30, 60, 90 dan 120 menit.
Dihitung rata-rata penurunan kadar gula darah mencit dan dihitung

% data antidiabetiknya, berdasarkan tabel % data antidiabetiknya

diperoleh persentase glimepiride 2 mg, glimepiride 3 mg, metformin

500mg, glibenclamide 5 mg dan glucodex berurut-turut adalah 115,39 %,

167, 91%, 62,59%, 155,32%, 220,90% dan 154,34%. Sedangkan kontrol

negatifnya Na-CMC memiliki persentase daya antidiabetik sebanyak

155,32%.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi kesimpulan dari praktikum ini, diantara kelima obat antipiretik

yang dipakai, obat yang paling efektif dalam menurunkan kadar gula darah

yaitu obat glibenclamid 5 mg dengan % daya antidiabetiknya sebesar

220,90%.
LAMPIRAN

A. Perhitungan Dosis

1. Dosis konversi = dosis lazim x faktor konfersi

= 5 g x 0,0026 g

= 0,013 g

bb max hewanuji
2. Dosis pemberian = x dosis konversi
bb minhewan uji

34,4 g
= x 0,013 g
23,19 g

= 0,0193

3. Bobot serbuk obat jadi yang di timbang

dosis pemberian obat


= x berat rata-rata tablet
dosislazim obat

0,0193 g
= x 0,5 g
5g

=0,0019 g

4. Pembuatan suspensi obat

= bobot serbuk yang ditimbang x vol. suspensi

= 0,0019 g g x 10 ml

= 0,019 g/10 ml

5. Volume pemberian obat

34,4 g
= x 1 ml
34,4 g

= 1 ml
B. Rata-Rata Penurunan Kadar Gula Darah

kadar gula darah pada Menit 30+60+ 90+120


X =
4

92+58+56+69
=
4

275
=
4

= 68,78 mg/dL

kadar gula darah∈duksi−kadar gula darah X


% = x 100 %
kadar guladarah awal
325−68,78
= x 100%
116
256,3
= x100%
116
= 220,9 %
C. Dokumentasi praktikum

1. Penimbangan BB mencit 2. Penimbangan bobot


tablet

3. Di gerus tablet 4. Ditimbang sebuk


glibenclamid
5. Di induksi dengan larutan 6. Pemberian obat
glukosa

Anda mungkin juga menyukai