DIABETES MELITUS
Oleh
Kelompok 2
YAYASAN PERINTIS
PADANG
2020
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
karena produksi insulin endogen oleh sel sel pankreas tidak ada atau
hampir tidak ada.
b. Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 tertentu kemungkinan membutuhkan
terapi insulin apabila terapi lain tidak dapat mengendalikan kadar glukosa
darah.
c. Keadaan stress berat, seperti infeksi berat, tidakan pembedahan, infark
miokard akut atau stroke.
d. Diabetes Melitus Gestasional dan penderita Diabetes Melitus yang hamil
membutuhkan terapi insulin apabila terapi lain tidak dapt mengendalikan
glukosa darah.
e. Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.
f. Kontra indikasi atau alergi terhadap obat hipoglikemik oral.
2. Golongan Meglitinid
3. Golongan Biguanid
a. Metformin[
Indikasi diabetes melitus tipe 2, terutama untuk pasien dengan berat badan
berlebih (overweight), apabila pengaturan diet dan olahraga saja tidak dapat
mengendalikan kadar gula darah. Metformin dapat digunakan sebagai
monoterapi atau dalam kombinasi dengan obat antidiabetik lain atau insulin
(pasien dewasa), atau dengan insulin (pasien remaja dan anak >10 tahun).
Peringatan: tentukan fungsi ginjal (menggunakan metoda sensitif yang sesuai)
sebelum pengobatan sekali atau dua kali setahun (lebih sering pada atau bila
keadaan diperkirakan memburuk).
Kontraindikasi: gangguan fungsi ginjal, ketoasidosis, hentikan bila terjadi
kondisi seperti hipoksia jaringan (sepsis, kegagalan pernafasan, baru mengalami
infark miokardia, gangguan hati), menggunakan kontras media yang
mengandung iodin (jangan menggunakan metformin sebelum fungsi ginjal
kembali normal) dan menggunakan anestesi umum (hentikan metformin pada
hari pembedahan dan mulai kembali bila fungsi ginjal kembali normal), wanita
hamil dan menyusui.
Efek Samping: anoreksia, mual, muntah, diare (umumnya sementara), nyeri
perut, rasa logam, asidosis laktat (jarang, bila terjadi hentikan terapi), penurunan
penyerapan vitamin B12, eritema, pruritus, urtikaria dan hepatitis.
Dosis: dosis ditentukan secara individu berdasarkan manfaat dan tolerabilitas.
Dewasa & anak > 10 tahun: dosis awal 500 mg setelah sarapan untuk sekurang-
kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan dan makan malam untuk
sekurang-kurangnya 1 minggu, kemudian 500 mg setelah sarapan, setelah makan
siang dan setelah makan malam. Dosis maksimum 2 g sehari dalam dosis
terbagi.
4. Golongan Tiazolidindion
a. Pioglitazon
Indikasi: terapi tambahan pada diet dan olahraga pada diabetes melitus tipe 2
(dual kombinasi dengan sulfonilurea atau metformin, dan triple kombinasi
dengan metformin dan sulfonilurea).
Peringatan: retensi cairan, gagal jantung, peningkatan berat badan, udem, pantau
fungsi hati, hentikan jika terjadi ikterus, pantau nilai hemoglobin dan hematokrit,
hipoglikemia, fraktur pada penggunaan jangka panjang, wanita hamil dan
menyusui.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, gagal jantung atau memiliki riwayat gagal
jantung, kerusakan hati, ketoasidosis diabetik, kanker kandung kemih atau
riwayat kanker kandung kemih, penggunaan bersama insulin.
Efek Samping: umum: gangguan penglihatan, ISPA, peningkatan berat badan,
peningkatan kreatinin kinase (kreatinin fosfokinase), hipoastesia. Tidak umum:
sinusitis, insomnia.
Dosis: untuk dewasa dosis awal 15 mg atau 30 mg satu kali sehari, dosis dapat
ditingkatkan hingga 45 mg satu kali sehari.
a. Akarbosa
Indikasi: diabetes melitus yang tidak dapat diatur hanya dengan diet atau diet
dengan obat antidiabetik oral.
Peringatan: pemantauan fungsi hati; dapat meningkatkan efek hipoglikemia
insulin dan sulfonilurea (episode hipoglikemia dapat diobati dengan glukosa
oral tapi tidak dengan sukrosa).
Kontraindikasi: wanita hamil, wanita menyusui, anak, inflammatory bowel
disease (seperti ulserativa kolitis, Crohn's disease), obstruksi usus halus
sebagian (atau predisposisi), gangguan fungsi hati, gangguan fungsi ginjal,
hernia, riwayat bedah perut.
Efek Samping: flatulensi, tinja lunak, diare (mungkin perlu pengurangan
dosis atau penghentian), perut kembung dan nyeri, mual (jarang), reaksi pada
kulit dan fungsi hati yang tidak normal. Ada laporan ileus, udema, ikterus,
dan hepatitis. Dosis: dosis perlu disesuaikan oleh dokter secara individu
karena efikasi dan tolerabilitas bervariasi.
Dosis rekomendasi adalah: awal 3x1 tablet 50mg/hari, dilanjutkan dengan
3x1/2 tablet 100 mg/hari. Dilanjutkan dengan 3x2 tablet 50 mg atau 3x1-2
tablet 100 mg. Peningkatan dosis dapat dilakukan setelah 4-8 minggu, bila
pasien menunjukkan respon tidak adekuat. Tak perlu penyesuaian dosis pada
usia lanjut (>65 tahun). Tidak dianjurkan untuk anak dan remaja di bawah 18
tahun.
Konseling: Tablet dikunyah bersama satu suapan pertama makanan atau
ditelan utuh dengan sedikit air segera sebelum makan. Untuk mengantisipasi
kemungkinan efek hipoglikemia, pasien yang mendapat insulin atau suatu
sulfonilurea atau akarbosa harus selalu membawa glukosa (bukan sukrosa
karena akarbosa mempengaruhi absorpsi sukrosa). Keterangan: akarbosa
bekerja menghambat alpha-glukosidase sehingga memperlambat dan
menghambat penyerapan karbohidrat.
a. Sitagliptin
Indikasi: sebagai monoterapi, terapi tambahan pada diet dan olahraga pada
pasien NIDDM (tipe 2), dalam kombinasi dengan metformin atau agonis
PPAR-gamma (misal: tiazolidindion) dimana monoterapi yang disertai
dengan diet dan olahraga tidak menghasilkan kontrol glikemik yang
adekuat, dalam kombinasi dengan metformin dan sulfonilurea dimana
monoterapi yang disertai dengan diet dan olahraga tidak menghasilkan
kontrol glikemik yang adekuat.
Peringatan: tidak boleh digunakan pada diabetes melitus tipe 1 atau diabetes
ketoasidosis, penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal
memerlukan penyesuaian dosis. Kontraindikasi: ketoasidosis, gangguan
fungsi ginjal (hindari, jika GFR kurang dari 50 mL/menit/1,73 m2),
kehamilan, menyusui.
Efek Samping: infeksi saluran nafas atas, sakit kepala, nasofaringitis, telah
dilaporkan reaksi hipersensitivitas termasuk anafilaksis, angioedema, ruam,
urtikaria, cutaneous vasculitis, exfoliative skin termasuk sindrom Stevens-
Johnson, peningkatan enzim hepatik, pankreatitis akut termasuk pankreatitis
necrotizing dan hemoragik yang fatal dan tidak fatal, konstipasi, muntah,
sakit kepala, perburukan fungsi ginjal termasuk gagal ginjal akut (kadang
memerlukan dialisis). Dosis: dewasa diatas 18 tahun, 100 mg sekali sehari,
sebagai monoterapi atau kombinasi.
b. Vildagliptin
Indikasi: tambahan terhadap diet dan latihan fisik untuk meningkatkan
kontrol gula darah pada diabetes melitus tipe 2 baik dalam bentuk tunggal
maupun kombinasi dengan metformin, sulfonilurea, atau golongan
tiazolidindion bila diet, latihan fisik dan terapi tunggal tidak cukup
memadai. Peringatan: bukan merupakan pengganti insulin pada pasien
yang memerlukan insulin.
Kontraindikasi: diabetes melitus tipe 1, ketoasidosis diabetik, hipersensitif,
gangguan fungsi ginjal sedang atau berat, gangguan fungsi hati,
kehamilan, menyusui. Efek Samping: pusing, nasofaringitis, hipertensi,
tremor, sakit kepala, astenia, peningkatan berat badan, edema perifer,
konstipasi, mual, diare.
Dosis: monoterapi: 50 mg sekali sehari pada pagi hari, atau 100 mg per
hari dalam dua dosis terbagi, 50 mg pada pagi dan malam hari. Tidak
dianjurkan penggunaan pada anak-anak.
c. Linagliptin
Indikasi: terapi tambahan selain diet dan olahraga pada pasien dewasa
dengan diabetes melitus tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan
metformin dan/atau sulfonilurea. Digunakan dengan metformin dan/atau
sulfonilurea.
Peringatan: tidak dapat digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 1 atau
untuk pengobatan ketoasidosis diabetik, hipoglikemi, hentikan penggunaan
jika muncul gejala pankreatitis akut (nyeri abdomen parah dan persisten),
tidak direkomendasikan untuk anak di bawah 18 tahun.
Kontraindikasi: hipersensitivitas, kehamilan, menyusui. Efek Samping:
sangat umum: hipoglikemi pada pemberian bersama dengan metformin
dan sulfonilurea; tidak umum: nasofaringitis, hipersensitivitas, dan batuk
pada pemberian bersama dengan metformin.
Dosis: 5 mg satu kali sehari.
d. Saksagliptin
Indikasi: diabetes melitus tipe 2 pada pasien dewasa, sebagai terapi
kombinasi dengan metformin, atau sulfonilurea, atau tiazolidindion.
Kombinasi dilakukan apabila penggunaan obat tunggal disertai dengan diet
dan olah raga tidak cukup mengontrol glikemik.
Peringatan: gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, lansia, gangguan
pada kulit, gagal jantung, pasien immunocompromised, Pasien dengan
galactose intolerance, Lapp Lactas deficiency dan glucose
galactosemalabsorption. Saksagliptin tidak dapat digunakan pada pasien
diabetes melitus tipe 1 atau untuk pengobatan ketoasidosis diabetik.
Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak, remaja, kehamilan dan
menyusui, serta pengaruh terhadap kesuburan belum diketahui pasti.
Diperlukan penurunan dosis sulfonilurea bila digunakan bersama
saksagliptin untuk mengurangi resiko hipoglikemik.
Kontraindikasi: hipersensitif.
Efek Samping: sangat sering: hipoglikemi (pada terapi kombinasi dengan
sulfonilurea); sering: ruam, infeksi saluran pernapasan atas, infeksi saluran
kemih, gastroenteritis, sinusitis, sakit kepala, muntah, pusing, kelelahan,
nasofaringitis (pada terapi kombinasi dengan metformin), udem perifer
(pada terapi kombinasi dengan tiazolidindion).
Dosis: 5 mg sekali sehari sebagai terapi kombinasi dengan metformin,
tiazolidindion atau sulfonilurea.
a. Dapagliflozin
Indikasi: terapi kombinasi pada diabetes melitus tipe 2 yang tidak teratasi
dengan diet dan olahraga.
Peringatan: diabetes melitus tipe 1 atau terapi diabetik ketoasidosis,
kerusakan hati, gagal ginjal sedang hingga berat (CrCl <60 mL/min atau
eGFR <60 mL/min/1,73 m2), pasien dengan risiko deplesi volume,
hipotensi dan/atau ketidakseimbangan elektrolit: dapagliflozin
meningkatkan diuresis yang berkaitan dengan penurunan tekanan darah.
Terapi pielonefritis atau urosepsis: penghentian penggunaan sementara,
lansia ≥75 tahun, meningkatkan hematokrit dan menghasilkan positif pada
tes glukosa urin, kehamilan dan menyusui, anak <18 tahun.
Kontraindikasi: hipersensitivitas.
Efek Samping: sangat umum: hipoglikemia. umum: vulvovaginitis,
balanitis dan infeksi terkait genital, infeksi saluran kemih, pusing, nyeri
punggung, disuria, poliuria, peningkatan hematokrit, penurunan klirens
kreatinin ginjal, dislipidemia. Tidak umum: infeksi jamur, deplesi volume,
haus, konstipasi, mulut kering, nokturia, kerusakan ginjal, pruritus
vulvovaginal, pruritus genital, peningkatan kreatinin darah, peningkatan
urea darah, peningkatan berat badan.
Dosis: terapi kombinasi 10 mg sekali sehari dengan metformin,
tiazolidindion, dan sulfonilurea. Bila bersama sulfonilurea, dosis
sulfonilurea diturunkan untuk mengurangi risiko hipoglikemia.
2. Terapi Non Farmakologi
1. Pengaturan Makan
2. Latihan Jasmani
Gambar 3. Buncis
Devisi : Tracheophyta
Sub Devisi : Spermatophytina
Kelas : Mangnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Phaseolus L.
Nama latin
Nama latin dari buncis adalah : Phaseolus vulgaris L.
Nama daerah
Nama daerah dari buncis adalah : kacang buncis (sunda), buncis (jawa)
f. Efiden
Hasil penelitian Rachmawani (2017) membuktikan adanya pengaruh
pemberian buncis pada tikus jantan galur wistar yang terbebani glukosa dengan
sediaan berupa jus buncis. Hasil yang didapat pada penelitian tersebut
dibandingkan dengan kerja dari glibenklamid 5 mg. Hal ini berdasarkan hasil
pemberian jus buncis dosis I (22,5 g/kgBB) dan dosis II (50,85 g/kgBB) mampu
menurunkan kadar glukosa darah tikus sebaik glibenklamid namun belum
mampu menurunkan kadar glukosa darah hingga mencapai normal.
g. Sediaan yang beredar
selain itu juga sudah ada produk yang beredar yang berbahan aktifkan
buncis, salah satunya adalah, DMPHAS
Gambar 4. Kapsul DMPHAS
Merupakan produk herbal (jamu) yang dibuat dalam bentuk sediaan kapsul,
berbahan aktif ekstrak buncis 270 mg/kapsul dan berkhasiat sebagai
antihiperglikemik.
Cara penggunaanya:
- Untuk mengobati diabetes : 2x2 kapsul / hari
- Untuk pencegahan : 1x2 kapsul/hari
- Dikosumsi 30 menit sebelum makan.
a. Klasifikasi Tanaman
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermathophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Ranales
Familia : Lauraceae
Genus : Cinnamomum
Spesies : Cinnamomum burmannii (Ness.)
b. Nama latin dan nama daerah
Nama latin dari kayi manis adalah : (Cinnamomum burmannii)
Nama daerah dari kayu manis adalah : kacang buncis (sunda), buncis (jawa)
c. Cara penggunaan secara tradisional :
Khasiat Kayu Manis
India dan China menggunakan kayu manis untuk nyeri perut, obat
batuk, pilek dan obat kanker
Di Indonesia digunakan untuk mengontrol gula darah, meringankan
sakit pada penderita rematik
Buat teh yang dibumbui dengan sedikit bubuk kayu manis atau tambahkan
ke kopi. Rasa kayu manis yang unik, ditambah berbagai khasiatnya yang
bermanfaat bagi kesehatan akan meningkatkan rasa yang lebih nikmat.
f. Efiden
Sumber : https://www.farmasi-id.com/sinachol/
Kandungan dan Komposisi Sinachol, Tiap kapsul mengandung:
Cinnamon ekstrak 150 mg
Chromium picolinat 200 mcg
Bahan tambahan : Corn starch, collodial silicon dioxide
a. Klasifikasi sambiloto
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Scrophulariales
Famili : Acanthaceae
Genus : Andrographis
Spesies : Andrographis paniculata Nees
Perhatian Khusus
Untuk penderita yang telah ditetapkan oleh dokter dan konsultasikan pada dokter
secara berkala kencing manisnya.
Pada umumnya di Indonesia air rebusan daun jambu biji digunakan untuk
menurunkan gula darah (Lampung, Semarang).
a. Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan segenggam tepung beras
digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam dua gelas air sampai
mendidih (selama 15 menit). Setelah dingin, di saring dan air saringannya
diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali dalam sehari.
b. Sebanyak 30 g daun jambu segar yang telah dicuci ditumbuk sampai lumat.
Selanjutnya ditambahkan dengan garam seujung sendok, dan setengah
cangkir air panas, lalu diaduk samapai rata. Setelah dingin, di peras dan
saring. Air saringannya diminum sekaligus. Jika penderita masih diare,
pengobatan ini diulang 2-3 kali sehari.
c. Seganggam daun jambu yang masih muda dan segar dicuci , kemudian
direbus dalam tiga gelas air sampai tersisa separonya. Air rebusan ini
digunakan untuk menyeduh satu sendok teh daun teh hijau, dan di minum
selagi hangat. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari sampai sembuh.
Tiga lembar daun jambu biji muda dan segar, lima butir adas, dan 1/2 jari kulit
batang pulosari yang dipotong kecil-kecil, lalu cuci sampai bersih. Bahan-bahan
tersebut direbus dalam 2 cangkir air sampai tersisa satu cangkir. Setelah dingin,
disaring dan air saringannya digunakan sebagai obat. Cara pemakaiannya, bayi umur
3 bulan 5-7 kali sehari (masing-masing satu sendok), bayi umur enam bulan 3 kali
sehari (masing masing satu sendok makan), anak umur 3 tahun 3 kali sehari (masing-
masing 2 sendok makan), dan anak diatas 3 tahun 1 kali sehari (satu cangkir).
Sebanyak 7 lembar daun jambu biji, 2 genggam daun ceremai dan 10 lembar daun
sirih (ketiganya herba segar),dicuci sampai bersih. Bahan-bahan tersebut direbus
dalam 3 gelas air sampai tersisa separonya. Pada saat merebud panci harus ditutup.
Setelah dingin, disaring, dan air saringannya diminum pagi dan malam hari, masing-
masing ¾ gelas.
4. Obat Sering Buang Air Kecil (Anyang-anyangan)
Kurang lebih segenggam daun jambu segar dan tepung beras digongseng sampai
kuning. Selanjutnya direbus dalam 3 gelas air sampai air rebusannya tersisa
separonya. Setelah dingin, disaring, dan air saringannya diminum sehari 3 kali,
masing-masing aetengah gelas.
Daun jambu biji yang baru dipetik diambil secukupnya, kemudian dicuci.
Selanjuntnya ditempelkan pada luka, dan dibalut dengan perban. Perban dan ramuan
tersbut diganti 3 kali sehari sampai lukanya sembauh. Untuk pemakaian luar, daun
yang masih segar direbus, dan air rebusannya digunakan untuk mencuci luka. Cara
lain, giling daun segar sampai halus, lalu bubuhkan pada luka berdarah akibat
kecelakaan dan benda tajam atau borok disekitar tulang.
Untuk Sariawan diambil 1 genggam daun jambu biji dan 1 potong kulit batang
jambu biji lalu direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih. Selanjutnya
disaring untuk diambil airnya. Ramuan ini diminum 2 kali sehari. Untuk sebagai
larutan kumur mulut, ramuan ditunggu dingin lalu langsung digunakan untuk
dikumur. Untuk sakit gigi, kunyah daun jambu biji yang sudah dicuci.
7. Demam Berdarah
d. Kandungan Kimia
Kandungan kimia dalam daun jambu biji terdapat metabolit sekunder terdiri dari
pektin, tanin, polifenolat, flavonoid, menoterpenoid, siskulterpen, kuinon dan
saponin. Dalam daun jambu biji juga terdapat minyak atsiri, alkaloid, berbagai
macam asam (asam oleanolat, psidiolat, ursolat, kratogolat, guajaverin) dan vitamin
(Kurniawati, 2006). Berikut adalah penjelasan kandungan dari daun jambu biji.
Pektin
Merupakan salah satu serat yang larut dalam air. Pektin berguna sebagai penurun
kolesterol dengan mengikat kolesterol dan asam empedu di dalam tubuh serta
membantu proses sekresi dan dapat menghambat absorbsi kadar glukosa darah
dan lemak yang bersumber dari makanan dan membuangnya ke luar tubuh
(Dalimartha, 2008).
Kalium
Kalsium
Tanin
Flavonoid
Alkaloid
Saponin
5. Efiden
1) Berdasarkan penelitian Hani (2017) tentang sebelum pemberian air rebusan daun
jambu biji di dapatkan 10 (100%) responden gula darahnya tidak normal yaitu rata
– rata ≥ 200 mg/dl. Data sesudah pemberian air rebusan daun jambu biji di
dapatkan 6 (60%) responden yang gula darahnya normal dan 4 (40%) respon yang
gula darahnya tidak normal dari 10 (100%) responden. Setelah pemberian air
rebusan daun jambu biji 10 lembar selama 7 hari. Hasil analisa dengan
menggunakan uji Mc. Nemar diperoleh nilai signifikasi 0,031 yang berarti lebih
kecil dari α = 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh yang bermakna antara
glukosa darah sebelum pemberian air rebusan daun jambu biji terhadap kadar
glukosa darah pada penderita diabetes mellitus tipe II di wilayah kerja Puskesmas
Pekkabata Kabupaten Polewali Mandar.
2) Pemberian ekstrak etanol daun jambu biji dengan dosis 100 mg/kg BB, 200 mg/kg
BB dan 400 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus yang
diinduksi aloksan secara signifikan menurunkan kadar serum glukosa pada jam
ke-2, ke-4, dan ke-6 (Yadav et al., 2008).
Kandungan terpenting pada ektrak etanol daun jambu bji (Psidium guajava,
Linn) sebagai antidiabetik adalah tannin dari polifenol sebagai antioksidan yang
dapat meningkatkan konsentrasi insulin dalam plasma. Senyawa polifenol akan
mengalami oksidasi dan polimerisasi menghasilkn epikatekin dan epikatekin galat
yang memiliki aktivitas antioksidan Antioksidan herkeria melindungi sel dan
iaringan sasaran dengan cara mengurangi reaktivitas ROS secara enzimatik dengan
reaksi kimia langsung yaitu dengar menyumbangkan atom H, mengurangi
pembentukan ROS, mengikat ion logam yang terlibat dalam pembentukan spesies
reaktif, memperbaiki kerusakan sasaran, dan menghancurkan molekul vang rusak
dan menggantinya dengan yang baru (Shen et al, 2008)
f. Sediaan Beredar
1) Teh daun jambu biji efektif menurunkan kadar glukosa darah. Menurut
sebuah penelitian yang diterbitkan pada jurnal tahun 2010 dalam "Nutrisi dan
Metabolisme oleh Yakult Central Institute untuk Riset Mikrobiologi di
Tokyo, Jepang, menyebutkan konsumsi teh daun jambu menghambat enzim
alpha - glucosidase. Penghambatan enzim ini bermanfaat mengurangi kadar
glukosa dalam darah, penting dalam pencegahan diabetes tipe 2.
2) Ramuan daun jambu biji juga mencegah sukrosa dan maltosa diserap ke
dalam tubuh, sehingga membantu menurunkan kadar gula darah dan
menurunkan berat badan. Mereka yang minum teh daun jambu biji selama 12
minggu, bahkan disebut memiliki kadar gula darah yang lebih rendah, tanpa
meningkatkan produksi insulin.
3) Daun jambu juga merupakan bahan ramuan yang populer sebagai obat diare.
Diare disebabkan oleh racun yang dihasilkan oleh kuman pada lapisan saluran
usus.
DAFTAR PUSTAKA
ADA. (2015). American Diabetes Association Standar Of Medical Care In Diabetes. Journal
of the American Society of Nephrology, 38(January).
Amin MN, 2014, Sukses bertani buncis : sayuran obat kaya manfaat, Garudhawaca : Jakarta.
Anastasia, B. 2004. Uji Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji
Pada Tikus Jantan yang Diinduksi Aloksan. Skripsi. Surakarta: Program Studi Farmasi
UMS.
Atc hibri, Ocho-Anin AL, Brou KD, Kouakou TH, Kouadio YJ and Gnakri D, 2010,
Screening for antidiabetic activity and phytochemical constitients of common bean
(phaseolus vulgaris L.) seeds, J Medicinal Plants research.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2011, Formularium Ramuan Obat
Tradisional Indonesia, Ramuan etnomedisin, volume 1, Jakarta.
Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar
Swadaya
Emilda, E. (2018). Efek Senyawa Bioaktif Kayu Manis Cinnamomum Burmanii Nees Ex.Bl.)
Terhadap Diabetes Melitus: Kajian Pustaka. Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 5(1), 246–
252.
Hapsoh dan Hasanah, Y. (2011). Budidaya Tanaman Obat dan Rempah. Medan: USU.
Kurniawati, A. 2006. Formulasi Gel Antioksidan Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)
dengan Menggunakan Aquapec HV-505. Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD.
Ganiswara, S. G. (2004). Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Bagian Farmakologi Universitas
Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
Jannah H, Sudarma IM, Andayani Y, 2013, Analisis Senyawa Fitosterol dalam ekstrak buah
buncis (Phaseolus vulgaris L.), J Chemistry Progress, 6(2):70-5.
Maharani, Rosalina, & Puwaningsih, P. 2013. Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Jambu
Biji (Psidium guajava) Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe II. Jurnal Keperawatan Medikal. (1): 119126.
Medical mini notes. 2017. Basic pharmacology and drug notes edisi 2017. MMN Publishing
: Makasar.
Ngadiwiyana dkk. 2011. Potensi Sinamaldehid Hasil Isolasi Minyak Kayu Manis sebagai
Senyawa Antidiabetes. Majalah Farmasi Indonesia, 22 (1), 9-14.
Paramitha, M. D., & Rahamanisa, S. (2016). Ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis
paniculata) sebagai antidiabetik terhadap mencit wistar terinduksi aloksan. Majority,
5(5), 75–79.
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2014). Patofisiologi : Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Parimin, 2005. Jambu Biji. Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Shen SC, Cheng FC, Wu NJ. Effect Of Guava (Psidium Guajava Linn.) Leaf Soluble On
glucose Metabolism In Type 2 Daibetic Rats. Pytother Res ; 2008, Nov ; 22 (11) : 1458-
1464.
Waluyo N. dan Djuariah D, 2013, Varietas-varietas buncis (Phaseolus vulgaris L.) yang telah
dilepas oleh balai penelitian tanaman sayuran, IPTEK tanaman sayuran, 2 (1) : 2-4.
Wicaksono, B., Sugiyanta, Azham Purwandhono. 2014. Efek Ekstrak Buah Pare (Momordica
charantia) dan Metformin terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar yang Diinduksi
Aloksan: Perbandingan Terapi Kombinasi dan Terapi Tunggal. Artikel Ilmiah. Jember:
Fakultas Kedokteran Universitas Jember.
Wijaya, D. S. 2010. Efek Penurunan Kadar Gula Darah Ekstrak Etanol DaJambu Biji
(Psidium guajava L.) pada Kelinci yang Dibebani Glukosa Skripsi Tidak Diterbitkan.
Surakarta: Fakultas Farmasi UMS.