Disusun Oleh :
FARICH JAYA ACHMADI
2022207209035
A. Latar Belakang
produktivitas, disabilitas, dan kematian dini. Dengan ditemukannya beberapa faktor genetic,
factor imonologi, factor lingkungan, dan lainnya, maka faktor tersebut mempengaruhi
seseorang akan mengalami DM tipe I dan DM tipe II. Tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi masalah ini adalah dengan pengaturan pola makan, rajin berolahraga, jauhi stres,
dan istirahat yang cukup. (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan dari latar belakang dan data
yang didapatkan dari pasien dengan hasil pengkajian awal maka penulis melakukan asuhan
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat agar penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus
b. Melakukan perencanaan tindakan atau intervensi pada pasien dengan Diabetes Melitus
c. Melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Melitus
d. Melakukan pendokumentasian keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
BAB II
1.Konsep Penyakit
A. Pengertian
Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan, sedangkan
mellitus atau melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secara bahasa, diabetes
melitus adalah cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini
adalah air kencing. Dengan demikian, diabetes militus secara umum adalah suatu keadaan
yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormone insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak
dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal ini terjadi lonjakan
gula dalam darah melebihi normal (Mughfuri, 2016).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Soelistidjo, 2015). Diabetes Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada
pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/ atau
ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes mellitus juga menjadi faktor
komplikasi dari beberapa penyakit lain (Mughfuri, 2016)
D. Patofisiologi
DM Tipe 1 (DMT 1=Diabetes Mellitus Tergantung Insulin ) DMT 1 merupakan DM
yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau
imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan
atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut. Pada DMT 1 biasanya reseptor
insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor
insulin DMT 1 antara30.000- 35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000.
sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin. DMT1, biasanya terdiagnosa
sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau
bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup
penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT 1 tanpa pengaturan harian,
pada kondisi darurat dapat terjadi. (Brunner & Suddart, 2016).
DM Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin=DMT 2). DMT 2 adalah DM
tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer
(resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi selbeta pankreas (defeksekresi
insulin), yaitu sebagai berikut : Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau
kurang,sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin
yang efektif belum memadai, jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-
30.000) pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000, kadang-kadang jumlah reseptor
cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau
afinitas atau sensitifitas insulin terganggu), terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga
proses glikolisisi intraselluler terganggu, adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan
4. DM tipe2 ini biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah
menderita dibetes tipe2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe2
sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang
tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Brunner & Suddart, 2016)
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala diabetes melitus Menurut (Mughfuri, 2016) antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
2. Banyak minum (polidipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus banyak minum.
3. Banyak makan (polifagia)
Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan kalori negative, sehingga timbul rasa
lapar yang besar
4. Penurunan berat badan dan lemah
Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain.yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan dan otot sehingga menjadi kuru
Adapun tanda dan gejala diabetes melitus menurut (kowalak, 2011) yaitu:
1. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang
disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang
meningkat.
2. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria yang
menyebabkan keseimbangan kalori negatif
3. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menurun.
4. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.
5. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
intrasel yang rendah.
6. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidak seimbangan elektrolit
7. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena pembengkakan
akibat glukosa
8. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan saraf.
9. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati otonom
yang menimbulkan konstipasi.
10. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkn karena dehidrasi dan ketida kseimbangan
eletrolit serta neuropati otonom.
G. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis yang dapat terjadi (Mughfuri, 2016) yaitu:
1. Mata: retinopati diabetic, katarak
2. Ginjal: glomerulosklerosis intrakapiler, infeksi
3. Saraf neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom.
4. Kulit dermopatik diabetic, nekrobiosis lipiodika diabetikorum, kandidiasis, tukak kaki dan
tungkai
5. Sistem kardiovaskular: penyakit jantung dan gangrene pada kaki
6. Infeksi tidak lazim: fasilitas dan miosisitis nekrotikans, meningitis mucor, kolesistitis
empfisematosa, otitis eksterna maligna
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Berikut adalah klasifikasi kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (Menurut
WHO,2015):
a. Glukosa darah sewaktu >200 mb/dl
b. Glukosa darah puasa >140 mg/dl
c. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:
a. Diet
b. Olahraga
c. Edukasi Penyuluhan
d. Pemberian Obat-obatan
e. Pemantauan Gula darah
f. Melakukan perawatan luka (jika terdapat luka)
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan pasien
dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang
digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral
gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap
harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda
dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan
risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut
usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan
penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi
penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi
pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis
insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan
keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga
kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi
insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita selama
terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis
b. Obat Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu
glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding
dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko
hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit
gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang
lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien
diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan
insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik
2) Golongan Biguanid Metformi
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa obat
lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat
menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus
memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada
lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.
Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan peningkatan
glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan obat yang
lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami
diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga
bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada
dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis
4) Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone
telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan
hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung.
Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .
1. Pengkajian
Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism; Penyebab: ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolisme, factor ekonomi (mis.
Stress, keengganan untuk makan). Gejala dan tanda mayor: subjektif:-, Objektif:
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Gejala dan tanda minor:
subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
Objektif: 1). Bising usus hiperaktif; 2). Otot pengunyah lemah; 3). Membrane
mukosa pucat; 4). Sariawan; 5). Serum albumin turun; 6). Rambut rontok berlebihan;
7). Diare.
Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: variasi kadar glukosa
darah naik/turun dari rentang normal; Penyebab: hiperglikemia: Disfungsi pancreas,
resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa;
hipoglikemia: penggunaan insulin/obat glikemia oral, hiperinsulinemia (mis.
Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari), disfungsi hati,
disfungsi ginjal kronis, efek agen farmakologi, tindakan pembedahan neoplasma,
gangguan metabolikbawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia,
gangguan penyimpan glikogen). Gejala dan tanda mayor: subjektif (hipoglikemia):
mengantuk, pusing. Hiperglikemia: lelah atau lesa Objektif: (hipoglikemia):
gangguan koodinasi, kadar glukosa dalam/urin tinggi atau rendah. Hiperglikemia:
kadar glukosa dalam darah/urin tinggi. Tanda dan gejala minor, subjektif
(hipoglikemia): palpitasi, mengeluh lapar. Hiperglikemia: mulut kering, haus
meningkat Objekti (hipoglikemia) gemetar kesadaran menurun, perilaku ane, sulit
bicara, berkeringat banyak. Hiperglikemia: jumlah urin meningkat
3. Intervensi Keperawatan
2. Manajemen syok
hipovolemik
(SIKI.I.02050)
Mengidentifikasi dan
mengelola
ketidkamampuan
tubuh menyediakan
oksigen dan nutrien Observasi:
untuk mencukupi - Untuk
kebutuhan jaringan mengetahui
akibat kehilangan status
cairan /darah kardiopulmonal
berlebih. klien
- Untuk
Observasi: mengetahui
- Monitor status oksigenasi
status apda klien
kardiopulmo - Mengetahui
nal keadaan klien
- Monitor secara
status keseluruhan
oksigenasi Teraupetik
- Monitor - Membantu klien
status cairan dalam
- Monitor pemenuhan
tingkat oksigen dalam
kesadaran tubuh
dan respon - Mempersiapkan
pupil alat dan
- Periksa kebutuhan klien
seluruh - Memberikan
permukaan posisi sesuai
tubuh dengan indikasi
terhadap pasien
adanya Kolaborasi
DOTS/ luka - Untuk
Teraupetik pemberian
- Pertahankan asuhan dan
jalan nafas tindakan medis
- Berikan berikutnya
oksigen sesuai dengan
untuk idnikasi dan
mempertahan intruksi
kan saturasi
oksigen
>94%
- Persiapkan
intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
diperlukan
- Lakukan
penekanan
langsung
pada
perdarahan
eksternal
- Berikan
posisi syok
- Pasang jalur
IV berukuran
bedar (misal
n0 14 dan
16)
- Pasang
kateter urin
untuk
menilai
produksi urin
- Pasang
selang
nasogastric
untuk
dekomprelam
bung
- Ambil darah
untuk
pemeriksaan
darah
lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 1-2
L pada
dewasa
- Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 20
ml/kgBB
pada anak
- Koolaborasi
pemberian
tranfusi
darah, jika
perlu
2. Promosi berat
badan
(SIKI.I.03136)
Memfasilitasi
peningkatan berat
badan
Observasi
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
- Monitor
adanya mual
dan mintah
- Monitor
jumlah kalori
yang
dikonsumsi
sehari-hari
- Monitor
berat bdan
Teraupetik
- Berikan
perawatan
mulut
sbeelum
pemberian
makan, jika
perlu
- Sediakan
makanan
yang tepat
sesuai
kondisi
pasien (misal
makanan
dengan
tekstur halus)
- Hidangkan
makanan
secara
menarik
- Berikan
suplemen ,
jika perlu
- Berikan
pujian pada
pasien/
keluarga
untuk
peningkatan
yang dicapai
Edukasi:
- Jelaskan
jenis
makanan
yang bergizi
tinggi,
namun tetap
terjangkau
- Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang
dibutuhkan
2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)
mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah
rendah. Tindakan
Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana,
jika perlu
- Berikan
glucagon,
jika perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks
dan protein
sesuai diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor
kadar
glukosa
darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon,
jika perlu
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Observasi
(D.0142) Tujuan: Observasi Untuk mengetahui
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda terjadinya infeksi lokal
Definisi: tindakan keperawatan gejala infeksi dan sistemik
Berisiko mengalami selama..... diharapkan lokal dan sistemik
peningkatan terserang glukosa derajat infeksi Teraupetik:
organisme patogenik. menurun dengan Teraupetik 1. Menciptakan
Kritera hasil: 1. Batasi lingkungan yang
Faktor Risiko 1. Demam menurun jumalh nayaman dan
1. Penyakit kronis 2. Kemerahan pengunjung stetil pad
(mis. diabetes. menurun 2. Berikan apasien
melitus). 3. Nyeri menurun perawatan 2. Menjaga resiko
2. Efek prosedur 4. Bengkak menurun kulit pada terjadinya
invasi. 5. Kadar sel darah daerah peningkatan
3. Malnutrisi. putih membaik edema infeksi
4. Peningkatan paparan 3. Cuci tangan 3. Menjaga
organisme patogen sebelum dan kesterilan diri
lingkungan. sesudah dan pasien
Ketidakadekuatan kontak 4. Menjaga
pertahanan tubuh dengan kesterilan diri
primer (Gangguan pasien dan dan pasien
peristaltik, lingkungan
Kerusakan integritas pasien Edukasi
kulit, 4. Pertahankan 1. Memberi
Perubahan sekresi teknik informasi
pH, aseptik pada kepada pasien
Penurunan kerja pasien supaya
siliaris, beresiko memahami
Ketuban pecah lama, tinggi tentang tadna
Ketuban pecah dan gejala
sebelum waktunya, Edukasi infeksi
Merokok, 1. Jelaskan 2. Untutk
statis cairan tubuh. tanda dan membantu
5. Ketidakadekuatan gejala infeksi pasien
pertahanan tubuh 2. Ajarkan cara mengetahui luka
sekunder : memeriksa yang dialami
luka 3. Untuk mencaga
Penurunan 3. Anjurkan keseimabangan
hemoglobin, meningkatka cairan dalam
Imununosupresi, n asupan tubuhpasien dan
Leukopenia, cairan mencegah
Supresi respon terjadinya
inflamasi, Kolaborasi dehidrasi
Vaksinasi tidak Kolaborasi
adekuat. pemberian imunisasi,
jika perlu
Kondisi Klinis Terkait
1. AIDS.
2. Luka bakar.
3. Penyakit paru
obstruktif.
4. Diabetes melitus.
5. Tindakan invasi.
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid.
7. Penyalahgunaan
obat.
8. Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya
(KPSW).
9. Kanker.
10. Gagal ginjal.
11. Imunosupresi.
12. Lymphedema.
13. Leukositopedia.
14. Gangguan fungsi
hati.
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS
1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2022
A. Data Demografi
a. Identitas klien
Nama : Tn. T
Umur : 65 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Taman Negeri
b. Sumber informasi
Nama : Tn.J
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Taman Negeri
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sering merasa haus dan cepat lelah
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sering merasa haus dan cepat lelah saat beraktivitas sejak 1 bulan
lalu
4. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan sebelumnya sering mengalami pusing, cepat lelah , mudah lapar dan
sering kencing dimalam hari. Sebelumnya pernah periksa kadar gula darah dengan
hasil 230 mg/dl dan setelah makan siang dicek kembali 250 mg/dl.
5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatkan dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang ,mengalami penyakit
diabetes melitus yakni ayah
- Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan 3-4 x (nasi,sayur,lauk) , Minum 5-6 gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB 1 x tiap pagi, BAK 4-5 x/hari
c. Pola istirahat tidur
Siang 2 jam/hari, malam 6-7 jam/hari
d. Pola aktivitas
Membantu pekerjaan rumah
e. Perilaku kesehatan sehari-hari
Tidak pernah Penggunaan obat/jamu/rokok
f. Lain – lain (personal hygiene)
Mandi : 2 x/hari
Ganti baju : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
Gosok gigi : 2 x/hari
- Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kedasaran :compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37oC
SpO2 : 96
Pemeriksaan Penunjang
Pasien mengatakan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 12 Oktober 2022 di
Rumah Sakit
Dengan hasil:
a. Glukosa darah puasa : 250 mg/dl
b. Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
c. Hemoglobin : 10,0 gr/dl
c. Analisis data
Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringa
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,
-
DS. Nyeri
P
Q
R
S
T
DS. KERUSAKAN
INTEGRITAS
JARINGAN
DO
Panjang luka
Lebar luka
Warna luka
Tanda2 infeksi
Kedalaman luka
2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)
mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah rendah.
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana, jika
perlu
- Berikan
glucagon, jika
perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA
Irianto K. (2015). Epidiomologi Penyakit Dan Tidak Menular panduan Klinis Bandung:
Alfabeta
Mangliguna. (2021). I-hydrxymethyl harmine-TGFBST inhibitor Inovasi terapi DM: terbaru
melalui proses Regenerasi sel B pangreas pada penderita DM tipe 1 dan 2.
https://doi.org/10.32734/scripe.v2i2.3926.go.id.
Margharet, R. D. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit dalam. Nusa
medikaYogyakarta
Mughfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Salemba Medika:
jAKARTA
Najibmo, b. M. (2016).Keperawatan Medikal Bedah 1. pusdik SDM Kesehatan: Jakarta selatan.
Padila. (2012). Buku ajar medikal bedah.cetakan 1. Nuha medika: Yogyakarta
Perkeni. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Militus tipe 2 di Indonesia. EKG:
Jakarta.
RISKESDAS. 2019. Laporan provinsi Nusa Tenggara Timur.
https://www.litbang.kemkes.go.id.
Soelistidjo, D. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
Tahun 2015. PB. Perkeni: Jakarta
Suddert, & B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. vol 2. EKG: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan
III
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan III
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan
III..
World Health Organization (2016). Global report on diabetes.
https://puspadatin.kemenkes.go.id.
Disusun Oleh :
FARICH JAYA ACHMADI
2022207209035
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2022/2023
2. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 30 Oktober 2022
C. Data Demografi
f. Identitas klien
Nama : Tn. T
Umur : 65 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Tani
Alamat : Taman Negeri
g. Sumber informasi
Nama : Tn.J
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Taman Negeri
D. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan sering merasa haus,cepat lelah saat beraktifitas dan nyeri kepala
6. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sering merasa haus, cepat lelah saat beraktivitas sejak 1 bulan lalu
dan nyeri kepala atau pusing
7. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan sebelumnya sering mengalami pusing, cepat lelah , mudah lapar dan
sering kencing dimalam hari. Sebelumnya pernah periksa kadar gula darah dengan
hasil 230 mg/dl dan setelah makan siang dicek kembali 250 mg/dl.
8. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatkan dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang ,mengalami penyakit
diabetes melitus yakni ayah
9. Pola kebiasaan sehari-hari
g. Pola nutrisi
Makan 3-4 x (nasi,sayur,lauk) , Minum 5-6 gelas/hari
h. Pola eliminasi
BAB 1 x tiap pagi, BAK 4-5 x/hari
i. Pola istirahat tidur
Siang 2 jam/hari, malam 6-7 jam/hari
j. Pola aktivitas
Membantu pekerjaan rumah
k. Perilaku kesehatan sehari-hari
Tidak pernah Penggunaan obat/jamu/rokok
l. Lain – lain (personal hygiene)
Mandi : 2 x/hari
Ganti baju : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
Gosok gigi : 2 x/hari
C. Pemeriksaan Fisik
1. pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kedasaran :compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37oC
SpO2 : 96
- Sistem Reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mempunyai 3 anak laki-laki
Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit semua anaknya menjaga dan
membantu untuk merawatnya
4. Pemeriksaan Penunjang
Pasien mengatakan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 19 Oktober 2022 di
Rumah Sakit
Dengan hasil:
d. Glukosa darah puasa : 250 mg/dl
e. Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
f. Hemoglobin : 10,0 gr/dl
g. Ureum : 128 mg/dl
h. Kreatin : 6,4 mg/dl
h. Analisis data
Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringa
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,
Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringat
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,
- PQRST
KERUSAKAN
INTEGRITAS
JARINGAN
2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)
mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah rendah.
Tindakan
Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana, jika
perlu
- Berikan
glucagon, jika
perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon, jika
perlu
30 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Oktobe (SLKI.L.08066) (SIKI .I 14518)
r 2022 (sdki. D.0077)
Observasi Observasi
Definisi: Tujuan: - Identifikasi - Untuk
pengalaman Setelah dilakukan lokasi,karakteristik, mengetahui
sensorik atau tindakan keperawatan durasi,frekuensi, lokasi,karakteris
emosional yang selama...diharapkan kualitas, intensitas tik,
berkaitan dengan Skala nyeri menurun nyeri durasi,frekuensi,
kerusakan jaringan dengan - Identiikasi skala nyeri kualitas,
actual atau Kriteria hasil: - Identifikasi respon intensitas nyeri
fungsional dengan 1. Keluhan nyeri nyeri non verbal - Untuk
onset mendadak menurun - Identifikasi faktor mengetahui
atau lambat dan 2. meringis menurun yang memperberat respon klien
berintensitas ringan 3. kesulitan tidur dan memperingan - Untuk
hingga berat dan menurun nyeri mengetahui
konsten. 4. tekanan darah - Identifikasi faktor yang
membaik pengetahuan dan memperberat
5. fungsi berkemih keyakinan tentang dan
membaik nyeri memperingan
- Identifikasi pengaruh nyeri
budaya terhadap - Untuk
respon nyeri mengetahui
- Identifikasi pengaruh pengaruh
nyeri pada kualitas budaya pada
hidup respon nyeri
- Monitor keberhasilan - Untuk
terapi komplementer mengetahui
yang sudah diberikan seberapa jauh
- Monitor efek samping manfaat terapi
penggunaan obat yang sudah
analgesic diberikan
Teraupetik Teraupetik
- Berikan teknik - Untuk
nonfarmakologis membantu
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri nyeri
- Kontrol lingkungan - Untuk
yang memperberat menciptakan
rasa nyeri rasa nyaman
- Fasilitasi istirahat dan pada klien
tidur Edukasi
- Pertimbangkan jenis - Untuk
dan sumber nyeri memberikan
dalam pemilihan informasi
strategi meredakan kepada klien
nyeri tentang sumber
Edukasi dan pemicu
- Jelaskan penyebab, nyeri
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgesic
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi peberian
analgesic
2 1. mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan mudah lelah
durasi, frekuensi, - Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas kepala/pusing
nyeri,
2. mengidentifikasi O:
nyeri, Terapeutik - pasien terlihat lemah
3. memberikan - ttv Tekanan darh 130/80 mmHg,
nonfarmakologis nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
untuk memperingat Suhu 37oC
rasa nyeri ( relaksasi - GDS puasa 250 mg/dl
napas dalam), - Gula darah 2 jam pp: 270mg/dl
4. mengkontrol
lingkungan yang
memperberat rasa A: masalah belum teratasi
nyeri (suhu,
ruanganpencahayaan P: lanjutkan intervensi
dan kebisingan).
5. menjelaskan
penyebab,
periode/skala dan
pemicu nyeri,
6. mengkolaborasi
pemberian analgesic.
1 21 1. Identifikasi S:
oktober kemungkinan - Pasien mengatakan rasa lelah saat
2022 penyebab beraktivitas berkurang
hiperglikemia - Pasien mengatakan sering merasa
2. Monitor kadar haus
glukosa darah - Pasien mengatakan kencing
3. Monitor tanda dan terutama di malam hari sudah
gejala hiprglikemia berkurang
4. Monitor intake dan
output cairan O:
5. Monitor frekuensi - pasien terlihat lemah
nadi - ttv Tekanan darh 120/90 mmHg,
6. Memberikan asupan nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
cairan secara oral Suhu 37oC
7. Menganjurkanmonit - Gula darah puasa 210 mg/dl
oring kadar glukosa - Gula darah 2 jam pp: 235 mg/dl
secara mandiri
8. Menganjukan A: masalah teratasi sebagian
kepatuhan terhada
diet dan olahraga P: lanjutkan intervensi
9. Mengajarkan
pengelolaan diabetes
10.Kolaboras
pemberian terapi
penurun kadar
glukosa darah
dengan dokter
1. mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan lelah saat
durasi, frekuensi, beraktivitas berkurang
kualitas, intensitas - Pasien mengatakan nyeri
nyeri, kepala/pusing berkurang
2. mengidentifikasi
nyeri, Terapeutik O:
3. memberikan - pasien terlihat lemah
nonfarmakologis - ttv Tekanan darh 120/80 mmHg,
untuk memperingat nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
rasa nyeri ( relaksasi Suhu 37oC
napas dalam), - Gula darah puasa 210 mg/dl
4. mengkontrol - Gula darah 2 jam pp: 235 mg/dl
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (suhu, A: masalah teratasi sebagian
ruanganpencahayaan
dan kebisingan). P: lanjutkan intervensi
5. menjelaskan 1.
penyebab, 2.
periode/skala dan 3. DST
pemicu nyeri,
6. mengkolaborasi
pemberian analgesic.