Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
FARICH JAYA ACHMADI
2022207209035

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang ditandai dengan


peningkatan kadar glukosa darah(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (smelzel dan Bare,2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit atau gangguan metabolik dengan karakteristik hipeglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi urin, kerja insulin, atau kedua – duanya ( ADA,2017).
Diabetes melitus merupakan gangguan kronis yang ditandai dengan kurangnya insulin
secara relatif maupun absolut pada metabolisme karbohidrat, lemak dan ditandai dengan
kadar glukosa darah melebihi normal yang menyebabkan timbulnya gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein, diabetes melitus tidak dapat disembuhkan namun dapat
dikontrol agar gula darah tetap dalam batas normal. Factor pendukung terjadinya diabetes
mellitus juga berasal dari usia, keturunan, aktifitas kurang gerak, obesitas, stress, pola hidup
yang modern dan pemakaian obat-obatan dan mempengaruhi timbulnya kerusakan serius pada
banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah. Gangguan pada syaraf
bermanifestasi dalam beberapa bentuk, satu saraf mengalami kelainan fungsi atau
mononeuropati, menyebabkan sebuah lengan atau tungkai bisa lemah secara tiba-tiba (WHO,
2016).
Data World Health Organization (2015) telah mencatat Indonesia dengan populasi 230
juta jiwa, menduduki kedudukan keempat di dunia dalam hal jumlah penderita diabetes
terbesar setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Bahkan Kementerian Kesehatan menyebut
prevalensi diabetes mencapai 14,7% di perkotaan dan 7,2 % di pedesaan. Dengan asumsi
penduduk berumur di atas 20 tahun pada 2010 mencapai 148 juta jiwa, diperkirakan ada 21,8
juta warga kota dan 10,7 juta warga desa menderita diabetes. Menurut American Diabetes
Asociation (ADA,2015), DM dapat di klasifikasikan menjadi beberapa tipe yakni, DM tipe 1,
DM tipe 2,Dm gestasional. Beberapa tipe yang ada, DM tipe 2 merupakan salah satu jenis
yang paling banyak ditemukan yaitu lebih dari 90-95%. Dimana faktor pencetus dari DM tipe
2 yakni berupa obesitas, mengosumsi makanan instan,terlalu banyak makan karbohidrat,
merokok dan stres, kerusakan pada sel prankreas dan kelainan hormonal.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2017, prevalensi
Diabetes Melitus di Indonesia berdasarkan wawancara yang terdiagnosis dokter sebesar 2,5%.
DM terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 3,0 %. (Kemenkes, 2017). Sementara , diSumatra
Barat diperkirakan sebanyak 3,4 juta jiwa menderita penyakit diabetrs tipe II. Selain itu
prevalensi nasional, Sumatra Barat memiliki prevalensi total DM sebanyak 1,5% dimana
berada diurutan 16 dari 33 provinsi di Indonesia.
Diabetes melitus sering kali tidak terdeteksi sebelum di tegakkan diagnosa sehingga
morbiditas cukup tinggi. Bila tidak ditanggulagi, kondisi ini dapat menyebabkan penurunan

produktivitas, disabilitas, dan kematian dini. Dengan ditemukannya beberapa faktor genetic,

factor imonologi, factor lingkungan, dan lainnya, maka faktor tersebut mempengaruhi

seseorang akan mengalami DM tipe I dan DM tipe II. Tindakan yang dilakukan untuk

mengatasi masalah ini adalah dengan pengaturan pola makan, rajin berolahraga, jauhi stres,

dan istirahat yang cukup. (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan dari latar belakang dan data

yang didapatkan dari pasien dengan hasil pengkajian awal maka penulis melakukan asuhan

keperawatan dan menganalisa masalah yang sedang dialami oleh Tn. T.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Dapat melaksanakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
2. Tujuan Khusus
Laporan ini dibuat agar penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Diabetes Melitus
b. Melakukan perencanaan tindakan atau intervensi pada pasien dengan Diabetes Melitus
c. Melakukan implementasi dan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Melitus
d. Melakukan pendokumentasian keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus
BAB II

1.Konsep Penyakit

A. Pengertian
Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau curahan, sedangkan
mellitus atau melitus artinya gula atau madu. Dengan demikian secara bahasa, diabetes
melitus adalah cairan dari tubuh yang banyak mengandung gula, yang dimaksud dalam hal ini
adalah air kencing. Dengan demikian, diabetes militus secara umum adalah suatu keadaan
yakni tubuh tidak dapat menghasilkan hormone insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak
dapat memanfaatkan secara optimal insulin yang dihasilkan. Dalam hal ini terjadi lonjakan
gula dalam darah melebihi normal (Mughfuri, 2016).
Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya
(Soelistidjo, 2015). Diabetes Melitus adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan pada
pankreas yang tidak dapat menghasilkan insulin sesuai dengan kebutuhan tubuh dan/ atau
ketidak mampuan dalam memecah insulin. Penyakit diabetes mellitus juga menjadi faktor
komplikasi dari beberapa penyakit lain (Mughfuri, 2016)

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi DM berdasarkan etiologi menurut (PERKENI, 2015) adalah sebagai
berikut :
1. Diabetes melitus (DM) tipe 1 DM yang terjadi karena kerusakan atau destruksi sel beta di
pankreas. Kerusakan ini berakibat pada keadaan defisiensi insulin yang terjadi secara
absolut. Penyebab dari kerusakan sel beta antara lain autoimun dan idiopatik.
2. Diabetes tipe-2 atau ( Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus [NIDDM] )
a. Diabetes tipe ini merupakan bentuk diabetes yang paling umum. Penyebabnya bervariasi
mulai dominan resistansi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi
insulin disertai resistansi insulin. Penyebab resistansi insulin pada diabetes sebenarnya
tidak begitu jelas, tetapi faktor yang banyak berperan antara lain sebagai berikut.
b. Kelainan genetik. DM dapat diturunkan dari keluarga yang sebelumnya juga menderita
DM, karena kelainan gen mengakibatkan tubuhnya tidak dapat menghasilkan insulin
dengan baik. Tetapi resiko DM juga tergantung pada faktor kelebihan berat badan,
kurang gerak dan stres.
c. Usia. Umumnya manusia mengalami penurunan fisiologis yang secara dramatis menurun
dengan cepat pada usia setelah 40 tahun. Penurunan ini yang akan berisiko pada
penurunan fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin.
d. Gaya hidup dan stres. Stres kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan
yang cepat saji kaya pengawet, lemak dan gula. Makanan ini berpengaruh besar
terhadap kerja pankreas. Stres juga akan meningkatkan kerja metabolisme dan
meningkatkan kebutuhan akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja
pankreas. Beban yang tinggi membuat pankreas mudah rusak hingga berdampak pada
penurunan insulin.
e. Pola makan yang salah. Kurang gizi atau kelebihan berat badan sama-sama
meningkatkan risiko terkena diabetes.
f. Obesitas ( terutama pada abdomen ) Obesitas mengakibatkan sel-sel β pankreas
mengalami hipertrofi sehingga akan berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin.
Peningkatan BB 10 kg pada pria dan 8 kg pada wanita dari batas normal IMT ( indeks
masa tubuh ) akan meningkatkan risiko DM tipe-2 (Aini, 2016 ). Selain itu pada
obesitas juga terjadi penurunan adiponektin. Adiponektin adalah hormon yang
dihasilkan adiposit, yang berfungsi untuk memperbaiki sensitivitas insulin dengan cara
menstimulasi peningkatan penggunaan glukosa dan oksidasi asam lemak otot dan hati
sehingga kadar trigliserida turun. Penurunan adiponektin menyebabkan resistansi
insulin. Adiponektin berkorelasi positif dengan HDL dan berkorelasi negatif dengan
LDL (Aini, 2016 ).
g. Infeksi Masuknya bakteri atau virus ke dalam pankreas akan berakibat rusaknya sel-sel
pankreas. Kerusakan ini berakibatkan pada penurunan fungsi pankreas.
3. Diabetes tipe lain
a. Defek genetik fungsi sel beta ( maturity onset diabetes of the young [MODY] dan DNA
mitokondria).
b. Defek genetik kerja insulin
c.Penyakit eksokrin pancreas (pankreatitis, tumor/pancreatektomi, dan pankreatopati
fibrokalkulus).
d. Infeksi (rubella kongenital, sitomegalovirus).
4. Diabetes melitus gestational (DMG)
Diabetes yang terjadi pada saat kehamilan ini adalah intoleransi glukosa yang mulai timbul
atau menular diketahui selama keadaan hamil. Oleh karena terjadi peningkatan sekresi
berbagai hormone disertai pengaruh metabolik terhadap glukosa, maka kehamilan
merupakan keadaan peningkatan metabolik tubuh dan hal ini berdapak kurang baik bagi
jading (Mughfuri, 2016).
C. Etiologi
Penyebab diabetes melitus dikelompokkan menjadi 2. (Rendy, 2012)
1. Diabetes Melitus tergantung insulin ( Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM))
a. Faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi
mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing
c. Faktor lingkungan Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai
contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel pancreas.
2. Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
Virus dan kuman leukosit antigen tidak nampak memainkan peran terjadinya NIDDM.
Faktor herediter memainkan peran yang sangat besar. Riset melaporkan bahwa obesitas
salah satu faktor determinan terjadinya NIDDM sekitar 80% klien NIDDM adalah
kegemukan. Overweight membutuhkan banyak insulin untuk metabolisme. Terjadinya
hiperglikemia disaat pankreas tidak cukup menghasilkan insulin sesuai kebutuhan tubuh
atau saat jumlah reseptor insulin menurun atau mengalami gangguan. Faktor resiko dapat
dijumpai pada klien dengan riwayat keluarga menderita DM adalah resiko yang besar.
Pencegahan utama NIDDM adalah mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan
sekunder berupa program penurunan berat badan, olahraga dan diet. Oleh karena DM tidak
selalu dapat dicegah maka sebaiknya sudah dideteksi pada tahap awal tanda-tanda/gejala
yang ditemukan adalah kegemukan, perasaan haus yang berlebihan, lapar, diuresis dan
kehilangan berat badan, bayi lahir lebih dari berat badan normal, memiliki riwayat keluarga
DM, usia diatas 40 tahun, bila ditemukan peningkatan gula darah (Brunner & Suddart,
2016)

D. Patofisiologi
DM Tipe 1 (DMT 1=Diabetes Mellitus Tergantung Insulin ) DMT 1 merupakan DM
yang tergantung insulin. Pada DMT 1 kelainan terletak pada sel beta yang bisa idiopatik atau
imunologik. Pankreas tidak mampu mensintesis dan mensekresi insulin dalam kuantitas dan
atau kualitas yang cukup, bahkan kadang-kadang tidak ada sekresi insulin sama sekali. Jadi
pada kasus ini terdapat kekurangan insulin secara absolut. Pada DMT 1 biasanya reseptor
insulin di jaringan perifer kuantitas dan kualitasnya cukup atau normal ( jumlah reseptor
insulin DMT 1 antara30.000- 35.000 ) jumlah reseptor insulin pada orang normal ± 35.000.
sedang pada DM dengan obesitas ± 20.000 reseptor insulin. DMT1, biasanya terdiagnosa
sejak usia kanak-kanak. Pada DMT 1 tubuh penderita hanya sedikit menghasilkan insulin atau
bahkan sama sekali tidak menghasilkan insulin, oleh karena itu untuk bertahan hidup
penderita harus mendapat suntikan insulin setiap harinya. DMT 1 tanpa pengaturan harian,
pada kondisi darurat dapat terjadi. (Brunner & Suddart, 2016).
DM Tipe 2 (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin=DMT 2). DMT 2 adalah DM
tidak tergantung insulin. Pada tipe ini, pada awalnya kelainan terletak pada jaringan perifer
(resistensi insulin) dan kemudian disusul dengan disfungsi selbeta pankreas (defeksekresi
insulin), yaitu sebagai berikut : Sekresi insulin oleh pankreas mungkin cukup atau
kurang,sehingga glukosa yang sudah diabsorbsi masuk ke dalam darah tetapi jumlah insulin
yang efektif belum memadai, jumlah reseptor di jaringan perifer kurang (antara 20.000-
30.000) pada obesitas jumlah reseptor bahkan hanya 20.000, kadang-kadang jumlah reseptor
cukup, tetapi kualitas reseptor jelek, sehingga kerja insulin tidak efektif (insulin binding atau
afinitas atau sensitifitas insulin terganggu), terdapat kelainan di pasca reseptor sehingga
proses glikolisisi intraselluler terganggu, adanya kelainan campuran diantara nomor 1,2,3 dan
4. DM tipe2 ini biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan orang tidak menyadari telah
menderita dibetes tipe2, walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius. Diabetes tipe2
sudah menjadi umum di Indonesia, dan angkanya terus bertambah akibat gaya hidup yang
tidak sehat, kegemukan dan malas berolahraga (Brunner & Suddart, 2016)

E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala diabetes melitus Menurut (Mughfuri, 2016) antara lain:
1. Banyak kencing (polyuria)
Oleh karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing.
2. Banyak minum (polidipsia)
Oleh karena sering kencing maka memungkinkan sering haus banyak minum.
3. Banyak makan (polifagia)
Penderita diabetes militus mengalami keseimbangan kalori negative, sehingga timbul rasa
lapar yang besar
4. Penurunan berat badan dan lemah
Hal ini disebabkan dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan
bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber tenaga
terpaksa diambil dari cadangan lain.yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan dan otot sehingga menjadi kuru

Adapun tanda dan gejala diabetes melitus menurut (kowalak, 2011) yaitu:
1. Poliuria (air kencing keluar banyak) dan polydipsia (rasa haus yang berlebih) yang
disebabkan karena osmolalitas serum yang tinggi akibat kadar glukosa serum yang
meningkat.
2. Anoreksia dan polifagia (rasa lapar yang berlebih) yang terjadi karena glukosuria yang
menyebabkan keseimbangan kalori negatif
3. Keletihan (rasa cepat lelah) dan kelemahan yang disebabkan penggunaan glukosa oleh sel
menurun.
4. Kulit kering, lesi kulit atau luka yang lambat sembuhnya, dan rasa gatal pada kulit.
5. Sakit kepala, mengantuk, dan gangguan pada aktivitas disebabkan oleh kadar glukosa
intrasel yang rendah.
6. Kram pada otot, iritabilitas, serta emosi yang labil akibat ketidak seimbangan elektrolit
7. Gangguan penglihatan seperti pemandangan kabur yang disebabkan karena pembengkakan
akibat glukosa
8. Sensasi kesemutan atau kebas di tangan dan kaki yang disebabkan kerusakan jaringan saraf.
9. Gangguan rasa nyaman dan nyeri pada abdomen yang disebabkan karena neuropati otonom
yang menimbulkan konstipasi.
10. Mual, diare, dan konstipasi yang disebabkn karena dehidrasi dan ketida kseimbangan
eletrolit serta neuropati otonom.
G. Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis yang dapat terjadi (Mughfuri, 2016) yaitu:
1. Mata: retinopati diabetic, katarak
2. Ginjal: glomerulosklerosis intrakapiler, infeksi
3. Saraf neuropati perifer, neuropati kranial, neuropati otonom.
4. Kulit dermopatik diabetic, nekrobiosis lipiodika diabetikorum, kandidiasis, tukak kaki dan
tungkai
5. Sistem kardiovaskular: penyakit jantung dan gangrene pada kaki
6. Infeksi tidak lazim: fasilitas dan miosisitis nekrotikans, meningitis mucor, kolesistitis
empfisematosa, otitis eksterna maligna

H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1. Pemeriksaan darah
Berikut adalah klasifikasi kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (Menurut
WHO,2015):
a. Glukosa darah sewaktu >200 mb/dl
b. Glukosa darah puasa >140 mg/dl
c. Glukosa darah 2 jam setelah makan >200 mg/dl
2. Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.
3. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan jenis
kuman

I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut PERKENI 2015 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu:
a. Diet
b. Olahraga
c. Edukasi Penyuluhan
d. Pemberian Obat-obatan
e. Pemantauan Gula darah
f. Melakukan perawatan luka (jika terdapat luka)
g. Melakukan observasi tingkat kesadaran dan tanda tanda vital
h. Menjaga intake cairan elektrolit dan nutrisi jangan sampai terjadi hiperhidrasi
i. Mengelola pemberian obat sesuai program
2. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi dengan Insulin
Terapi farmakologi untuk pasien diabetes melitus geriatri tidak berbeda dengan pasien
dewasa sesuai dengan algoritma, dimulai dari monoterapi untuk terapi kombinasi yang
digunakan dalam mempertahankan kontrol glikemik. Apabila terapi kombinasi oral
gagal dalam mengontrol glikemik maka pengobatan diganti menjadi insulin setiap
harinya. Meskipun aturan pengobatan insulin pada pasien lanjut usia tidak berbeda
dengan pasien dewasa, prevalensi lebih tinggi dari faktor-faktor yang meningkatkan
risiko hipoglikemia yang dapat menjadi masalah bagi penderita diabetes pasien lanjut
usia. Alat yang digunakan untuk menentukan dosis insulin yang tepat yaitu dengan
menggunakan jarum suntik insulin premixed atau predrawn yang dapat digunakan
dalam terapi insulin. 16 Lama kerja insulin beragam antar individu sehingga diperlukan
penyesuaian dosis pada tiap pasien. Oleh karena itu, jenis insulin dan frekuensi
penyuntikannya ditentukan secara individual. Umumnya pasien diabetes melitus
memerlukan insulin kerja sedang pada awalnya, kemudian ditambahkan insulin kerja
singkat untuk mengatasi hiperglikemia setelah makan. Namun, karena tidak mudah bagi
pasien untuk mencampurnya sendiri, maka tersedia campuran tetap dari kedua jenis
insulin regular (R) dan insulin kerja sedang ,Idealnya insulin digunakan sesuai dengan
keadaan fisiologis tubuh, terapi insulin diberikan sekali untuk kebutuhan basal dan tiga
kali dengan insulin prandial untuk kebutuhan setelah makan. Namun demikian, terapi
insulin yang diberikan dapat divariasikan sesuai dengan kenyamanan penderita selama
terapi insulin mendekati kebutuhan fisiologis
b. Obat Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea
Pada pasien lanjut usia lebih dianjurkan menggunakan OAD generasi kedua yaitu
glipizid dan gliburid sebab resorbsi lebih cepat, karena adanya non ionic-binding
dengan albumin sehingga resiko interaksi obat berkurang demikian juga resiko
hiponatremi dan hipoglikemia lebih rendah. Dosis dimulai dengan dosis rendah.
Glipizid lebih dianjurkan karena metabolitnya tidak aktif sedangkan 18 metabolit
gliburid bersifat aktif.Glipizide dan gliklazid memiliki sistem kerja metabolit yang
lebih pendek atau metabolit tidak aktif yang lebih sesuai digunakan pada pasien
diabetes geriatri. Generasi terbaru sulfoniluera ini selain merangsang pelepasan
insulin dari fungsi sel beta pankreas juga memiliki tambahan efek ekstrapankreatik
2) Golongan Biguanid Metformi
pada pasien lanjut usia tidak menyebabkan hipoglekimia jika digunakan tanpa obat
lain, namun harus digunakan secara hati-hati pada pasien lanjut usia karena dapat
menyebabkan anorexia dan kehilangan berat badan. Pasien lanjut usia harus
memeriksakan kreatinin terlebih dahulu. Serum kretinin yang rendah disebakan
karena massa otot yang rendah pada orangtua.
3) Penghambat Alfa Glukosidase/Acarbose
Obat ini merupakan obat oral yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada
lapisan sel usus, yang mempengaruhi digesti sukrosa dan karbohidrat kompleks.
Sehingga mengurangi absorb karbohidrat dan menghasilkan penurunan peningkatan
glukosa postprandial.Walaupun kurang efektif dibandingkan golongan obat yang
lain, obat tersebut dapat dipertimbangkan pada pasien lanjut usia yang mengalami
diabetes 19 ringan. Efek samping gastrointestinal dapat membatasi terapi tetapi juga
bermanfaat bagi mereka yang menderita sembelit. Fungsi hati akan terganggu pada
dosis tinggi, tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah klinis
4) Thiazolidinediones
Thiazolidinediones memiliki tingkat kepekaan insulin yang baik dan dapat
meningkatkan efek insulin dengan mengaktifkan PPAR alpha reseptor. Rosiglitazone
telah terbukti aman dan efektif untuk pasien lanjut usia dan tidak menyebabkan
hipoglekimia. Namun, harus dihindari pada pasien dengan gagal jantung.
Thiazolidinediones adalah obat yang relatif .

B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Riwayat kesehatan sekarang: biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan


utama gatal-gatal pada kulit, bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat,
mata kabur, kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poli urea, polidipsi,
anorexia, mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kram otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala (Bachrudin dan Najib,
2016) Riwayat kesehatan dahulu: riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes
gestasional, riwayat ISK berulang, penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik
(tiazid), dilantin dan penoborbital, riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat
berlebihan (Bachrudin dan Najib, 2016).

Riwayat kesehatan keluarga: adanya riwayat anggota keluarga yang menderita


DM. Pemeriksaan Fisik: neuro sensori (disorientasi, mengantuk, stupor/koma, gangguan
memori, kekacauan mental, reflek tendon menurun, aktifitas kejang), kardiovaskuler
takikardia/nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi dysritmia,
krekel, gagal jantung, pernafasan (takipnoe pada keadaan istirahat/dengan aktifitas, sesak
nafas, batuk dengan tanpa sputum purulent dan tergantung ada/tidaknya infeksi,
panastesia/paralise otot pernafasan (jika kadar kalium menurun tajam), RR>24 x/menit,
nafas berbau aseton, gastro intestinal: muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi
abdomen, aseitas, wajah meringis pada palpitasi, bising usus lemah/menurun, eliminasi:
urine encer, pucat, kuning, poliuria, urine berkabut, bau busuk, diare (bising usus hiper
aktif), reproduksi/sexualitas, rabbas vagina (jika terjadi infeksi), keputihan, impotensi
pada pria, dan sulit orgasme pada wanita, muskulo skeletal, tonus otot menurun,
penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon menurun kesemuatan/rasa berat
pada tungkai integumen, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor
jelek, pembesaran tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak,
lesi/ulserasi/ulkus (Bachrudin dan Najib, 2016).

Aspek psikososial (stress, anxientas, depresi, peka rangsangan, tergantung pada


orang lain). Pemeriksaan diagnostik: gula darah meningkat >200 mg/dl, aseton plasma
(aseton): positif secara mencolok, smolaritas serum: meningkat tapi< 330 mosm/lt, gas
darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik), alkalosis respiratorik,
trombosit darah: mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi,
menunjukkan respon terhadap stress/infeeksi, ureum/kreatini: mungkin
meningkat/normal lochidrasi/penurunan fungsi ginjal, amelase darah: mungkin
meningkat > pankacatitis akut sulin darah: mungkin menurun sampai tidak ada (pada
tipe I), normal sampai meningkat pada tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin, urine: gula dan aseton positif, BJ dan
osmolaritas mungkin meningkat, kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi
pada saluran kemih, infeksi pada luka (Bachrudin dan Najib, 2016).

2. Daignosa Keperawatan yang sering muncul

a. Hipovolemia (SDKI: D. 0023):

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: Penurunan volume


cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraselular; Penyebab: kehilangan cairan
aktif, kegagalan mekanisme regulasi, peningkatan, kekurangan intake cairan,
Evaporasi; Gejala dan tanda mayor: Subjektif (tidak tersedia), Objektif: 1). Frekuensi
nadi meningkatkan; 2). Nadi teraba lemah; 3). Tekanan nadi menyempit; 4). Turgor
kulit menurun; 5). membram mukosa kering; 6). Volume urin menurun; 7).
Hematokrit meningkat. Gejala dan tanda minor: subjektif: merasa lemah, mengeluh
haus. Objektif: 1). pengisian vena menurun; 2). Status mental berubah; 3). Suhu
tubuh meningkat; konsentrasi urin meningkat; 5). Berat badan turun tiba-tiba.

b. Defisit nutrisi (SDKI: D. 0019)

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: asupan nutrisi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolism; Penyebab: ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolisme, factor ekonomi (mis.
Stress, keengganan untuk makan). Gejala dan tanda mayor: subjektif:-, Objektif:
berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. Gejala dan tanda minor:
subjektif: cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
Objektif: 1). Bising usus hiperaktif; 2). Otot pengunyah lemah; 3). Membrane
mukosa pucat; 4). Sariawan; 5). Serum albumin turun; 6). Rambut rontok berlebihan;
7). Diare.

c. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (SDKI: D. 0027)

Kategori: Fisiologis, Subkategori: Nutrisi dan Cairan; Defenisi: variasi kadar glukosa
darah naik/turun dari rentang normal; Penyebab: hiperglikemia: Disfungsi pancreas,
resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa darah, gangguan glukosa darah puasa;
hipoglikemia: penggunaan insulin/obat glikemia oral, hiperinsulinemia (mis.
Insulinoma), endokrinopati (mis. Kerusakan adrenal atau pituitari), disfungsi hati,
disfungsi ginjal kronis, efek agen farmakologi, tindakan pembedahan neoplasma,
gangguan metabolikbawaan (mis. Gangguan penyimpanan lisosomal, galaktosemia,
gangguan penyimpan glikogen). Gejala dan tanda mayor: subjektif (hipoglikemia):
mengantuk, pusing. Hiperglikemia: lelah atau lesa Objektif: (hipoglikemia):
gangguan koodinasi, kadar glukosa dalam/urin tinggi atau rendah. Hiperglikemia:
kadar glukosa dalam darah/urin tinggi. Tanda dan gejala minor, subjektif
(hipoglikemia): palpitasi, mengeluh lapar. Hiperglikemia: mulut kering, haus
meningkat Objekti (hipoglikemia) gemetar kesadaran menurun, perilaku ane, sulit
bicara, berkeringat banyak. Hiperglikemia: jumlah urin meningkat

d. Resiko infeksi (SDKI: D. 0142)

Kategori: Lingkungan, Subkategori: Keamanan dan Proteksi; Defenisi: Beresiko


mengalamipeningkatan terserang organisme patogenik, Faktor resiko: penyakit
kronis (mis. Diabetes mellitus), efek prosedur invasif, malnutrisi, peningkatan
paparan organisme pathogen lingkungan, ketidakadekuatan pertahan tubuh primer:
(gangguan peristaltic, kerusakan integritas kulit, penurunan sekresi pH, penurunan
kerja siliaris, ketuban pecah lama, ketuban pecah waktunya, merokok, status cairan
tubuh ), ketidakadekuatan pertahan tubuh sekunder: (penurunan hemoglobin,
imununosupresi, leukopenia, supresi respon inflamasi, vaksinasi tidak adekuat)

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Hipovolemia Status cairan Manajemen


(SLKI: L.03028) hipovolemia
(D.0023) (SIKI.I.03116) Observasi
Tujuan: - Untuk
Definisi: Setelah dilakukan Mengidentifikasi dan mengetahui
Kondisi volume cairan tindakan keperawatan mengelola penurunan tanda dan gejala
intravaskuler, interstisial selama.... diharapkan volume cairan hipovlemia yang
dan /atau intraseluler ekspektasi membaik intravaskuler dialami oleh
dengan klien
Kriterai hasil: Observasi: Teraupetik
- periksa tanda dan - Untuk
1. Frekuensi nadi gejala menentukan
membaik hipovolemia kecukupan
2. Tekanan darah - monitor intake cairan pada klien
membaik dan output cairan - Untuk
3. Kadar HB dan Teraupetik memberikan
Ht membaik - hitung rasa nyaman
4. Berat badan kebutuhan pada klien
membaik cairan - Membantu
5. Hematomegali - berikan dalam
membaik posisi pemenuhan
6. Inrake cairan modified asupan cairan
membaik trendelenberg pada klien
7. Status mental - berikan Kolaborasi
membaik asupan cairan - Untuk
8. Suhu tubuh oral memberikan
membaik Kolaborasi sauhand
- Kolaborasi antindakan
pemberian medis
cairan IV selanjutnya
isotonis sesuai dengan
(misal Nacl. intruksi
RL)
- Kolaborasi
pemberian
cairan IV
hipotonis
(misal
Glukosa
2,5%, Nacl
0,4%)
- Kolaborasi
pemberian
cairan koloid
(Misal
albumin dan
plasmanate)
- Kolaborasi
pemberian
produk darah

2. Manajemen syok
hipovolemik
(SIKI.I.02050)

Mengidentifikasi dan
mengelola
ketidkamampuan
tubuh menyediakan
oksigen dan nutrien Observasi:
untuk mencukupi - Untuk
kebutuhan jaringan mengetahui
akibat kehilangan status
cairan /darah kardiopulmonal
berlebih. klien
- Untuk
Observasi: mengetahui
- Monitor status oksigenasi
status apda klien
kardiopulmo - Mengetahui
nal keadaan klien
- Monitor secara
status keseluruhan
oksigenasi Teraupetik
- Monitor - Membantu klien
status cairan dalam
- Monitor pemenuhan
tingkat oksigen dalam
kesadaran tubuh
dan respon - Mempersiapkan
pupil alat dan
- Periksa kebutuhan klien
seluruh - Memberikan
permukaan posisi sesuai
tubuh dengan indikasi
terhadap pasien
adanya Kolaborasi
DOTS/ luka - Untuk
Teraupetik pemberian
- Pertahankan asuhan dan
jalan nafas tindakan medis
- Berikan berikutnya
oksigen sesuai dengan
untuk idnikasi dan
mempertahan intruksi
kan saturasi
oksigen
>94%
- Persiapkan
intubasi dan
ventilasi
mekanis, jika
diperlukan
- Lakukan
penekanan
langsung
pada
perdarahan
eksternal
- Berikan
posisi syok
- Pasang jalur
IV berukuran
bedar (misal
n0 14 dan
16)
- Pasang
kateter urin
untuk
menilai
produksi urin
- Pasang
selang
nasogastric
untuk
dekomprelam
bung
- Ambil darah
untuk
pemeriksaan
darah
lengkap dan
elektrolit
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 1-2
L pada
dewasa
- Kolaborasi
pemberian
infus cairan
kristaloid 20
ml/kgBB
pada anak
- Koolaborasi
pemberian
tranfusi
darah, jika
perlu

Defisit Nutrisi Status nutrisi Manajemen nutrisi


(SLKI.L.03030) (SIKI.I.03119)
(D.0019)
Tujuan: Mengidentifikasi dan Observasi
Definisi: Setelah dilakukan mengelola asupan Untuk mengetahui
Keadekuatan asupan tindakan keperawatan nutrisi yang sejauh mana asupan dan
nutrisi untuk memenuhi selama...status nutrisi seimbang keluarnya makanan dan
kebutuhan metabolisme terpenuhi dengan cairan serta kebutuhan
Kriteria hasil: Observasi: kalori pad apasien
1. Posri makanan - Identifikasi
yang status nutrisi Teraupetik
dihabiskan - Identifikasi 1. Untuk
meningkat kebutuhan memonitor berat
2. Berat badan kalori dan badan pasien
atau IMT jenis nutrient 2. Untuk
meningkat - Identifikasi mengetahui
3. Frekuensi perlunya sejauh mana
makan penggunaan perilaku makan
meningkat selang dan aktivitas
4. Nafsu makan nasogastric pasien
meningkat - Monitoring 3. Untuk
5. Perawaan cepat asupan meningkatkan
kenyang ,sedan makanan komitmen
g - Monitoring pasien
berat badan 4. Untuk
- Monitoring mengetahui
hasil perilaku pasien
pemeliharaan 5. Untuk
laboratorium memotifasi
pasien
Teraupetik: 6. Untuk
- Lakukan meningkatkan
hygne komitmen
sebelum psaien dalam
makan, jika mencapai
perlu sebuah target
- Fasilitasi 7. Meningkatkan
menentukan kesehatan dan
pedoman diet kesejahteraan
- Sajikan pasien
makanan
secara Edukasi
mnarik dan 1. Untuk
suhu yang memonitor
sesuai kondisi pasien
- Berikan fisik dan psikis
makanan 2. Untuk
tinggi serat membantu
untuk pasien mengatur
mencegah pola makan
konstipasi 3. Membantu
- Berikan pasien dalam
minuman menyelesaikan
tinggi kalori masalah
dan tinggi
protein
- Berikan
suplemen
makanan,
jika perlu
- Hentikan
pemberian
makan
melalui
selang
nasogastric
jika asupan
oral dapat
ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan
posisi
duduk , jika
perlu
- Ajarkan diet
yang
diprogramka
n
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
medikasi
sebelum
makan (misal
pereda nyeri,
antiametik),
jika perlu
- Kolaborasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan,
jika perlu

2. Promosi berat
badan
(SIKI.I.03136)

Memfasilitasi
peningkatan berat
badan

Observasi
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
- Monitor
adanya mual
dan mintah
- Monitor
jumlah kalori
yang
dikonsumsi
sehari-hari
- Monitor
berat bdan
Teraupetik
- Berikan
perawatan
mulut
sbeelum
pemberian
makan, jika
perlu
- Sediakan
makanan
yang tepat
sesuai
kondisi
pasien (misal
makanan
dengan
tekstur halus)
- Hidangkan
makanan
secara
menarik
- Berikan
suplemen ,
jika perlu
- Berikan
pujian pada
pasien/
keluarga
untuk
peningkatan
yang dicapai
Edukasi:
- Jelaskan
jenis
makanan
yang bergizi
tinggi,
namun tetap
terjangkau
- Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang
dibutuhkan

Ketidakstabilan kadar Kestabilan kadar Maajemen


gula darah glukosa darah Hiperglikemia
(D.0027) (SLKI. L.03022) (SIKI. I .03115) Observasi:
- Dengan
Definisi: Kadar gula darah Mengidentifikasi dan teridentifikasi
variasi kadar glukosa berada pada rentang mengelola kadar dan terkelolanya
darah naik/turun dari normal glukosa darah di atas kadar glukosa
rentang normal. normal darah dan
Penyebab: Tujuan: teridentifikasiny
hiperglikemia: Disfungsi Setelah dilakukan Observasi: a penyebab dari
pancreas, resistensi tindakan keperawatan - Identifkasi hiperglikemia
insulin, gangguan selama...diharapkan kemungkinan maka dalam
toleransi glukosa darah, ekspetasi meningkat penyebab menjadi acuan
gangguan glukosa darah dengan hiperglikemi untuk
puasa; hipoglikemia: Kriteria hasil: a menentukan
penggunaan insulin/ 1. Koordinasi dan - Identifikasi tindakan
obat glikemia oral, kesaran situasi yang selanjutnya dan
hiperinsulinemia (mis. meningkat menyebabka asuhan
Insulinoma), 2. Kadar glukosa n kebutuhan keperawatan
endokrinopati (mis. darah daam insulin yang tepat yang
Kerusakan adrenal atau darh membaik meningkat diberikan oleh
pituitari), disfungsi hati, 3. Kadar glukosa - Monitor petugas kepada
disfungsi ginjal kronis, dalam urin kadar klien
efek agen farmakologi, membaik glukosa Teraupetik
tindakan pembedahan 4. Palpitasi darah, jika - Pemberian
neoplasma, gangguan membaik perlu asupan cairan
metabolikbawaan (mis. 5. Perilaku - Monitor yang tepat
Gangguan penyimpanan membaik tanda dan - Untuk
lisosomal, galaktosemia, 6. Jumlah urine gejala mendapatkan
gangguan penyimpan membaik hiperglikemi tindak lanjut
glikogen). Gejala dan a dengan segera
tanda mayar: subjektif - Monitor Edukasi
(hipoglikemia): intake dan - Untuk
mengantuk, pusing. output mengontrol dan
Hiperglikemia:lelah atau - Monitor menghindari
lesa Objektif: keton urin terjaidnya
(hipoglikemia): Teraupetik kelonjakan
gangguan koodinasi, - Berikan glukosa darah
kadar glukosa dalam/ asupan cairan tinggi
urin tinggi rendah. - Konsultasi - Kepatuhan diet
Hiperglikemia: kadar dengan diberikan untuk
glukosa dalam medis jika meningkatkan
darah/urin tinggi. Tanda tanda dan tingkat
dan gejala minor, gejala kesehatan klien
subjektif (hipoglikemia): hiperglikemi - Dengan
palpitasi, mengeluh a tetap ada melakukan
lapar. Hiperglikemia: atau program diet
mulut kering, haus memburuk maka diabetes
meningkat Objekti Edukasi dalam dikelola
(hipoglikemia) gemetar - Anjurkan Kolaborasi
kesadaran menurun, menghindari - Sebagai acuan
perilaku ane, sulit olahraga saat tindakan
bicara, berkeringat glukosa selanjutnya
banyak. Hiperglikemia: darah lebih
jumlah urin meningkat. dari 250
- Anjurkan
monitor
kadar gula
darah secara
mandiri
- Anjurkan
kepatuhan
terhadap diet
dan olahraga
- Aajarkan
indikasi dan
pentingnya
pengujian
keton urine,
jika perlu
- Ajarkan
pengelolaan
diabetes
(mis.
Penggunaan
insulin, obat
oral, monitor
asupan
cairan,
penggantian
karbohidrat,
dan bantuan
profesional
kesehatan)
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
insulin, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
cairan IV,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
kalium, jika
perlu

2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)

mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah
rendah. Tindakan

Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana,
jika perlu
- Berikan
glucagon,
jika perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks
dan protein
sesuai diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor
kadar
glukosa
darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose,
jika perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon,
jika perlu
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
Observasi
(D.0142) Tujuan: Observasi Untuk mengetahui
Setelah dilakukan 1. Monitor tanda terjadinya infeksi lokal
Definisi: tindakan keperawatan gejala infeksi dan sistemik
Berisiko mengalami selama..... diharapkan lokal dan sistemik
peningkatan terserang glukosa derajat infeksi Teraupetik:
organisme patogenik. menurun dengan Teraupetik 1. Menciptakan
Kritera hasil: 1. Batasi lingkungan yang
Faktor Risiko 1. Demam menurun jumalh nayaman dan
1. Penyakit kronis 2. Kemerahan pengunjung stetil pad
(mis. diabetes. menurun 2. Berikan apasien
melitus). 3. Nyeri menurun perawatan 2. Menjaga resiko
2. Efek prosedur 4. Bengkak menurun kulit pada terjadinya
invasi. 5. Kadar sel darah daerah peningkatan
3. Malnutrisi. putih membaik edema infeksi
4. Peningkatan paparan 3. Cuci tangan 3. Menjaga
organisme patogen sebelum dan kesterilan diri
lingkungan. sesudah dan pasien
 Ketidakadekuatan kontak 4. Menjaga
pertahanan tubuh dengan kesterilan diri
primer  (Gangguan pasien dan dan pasien
peristaltik, lingkungan
 Kerusakan integritas pasien Edukasi
kulit, 4. Pertahankan 1. Memberi
 Perubahan sekresi teknik informasi
pH, aseptik pada kepada pasien
 Penurunan kerja pasien supaya
siliaris, beresiko memahami
 Ketuban pecah lama, tinggi tentang tadna
 Ketuban pecah dan gejala
sebelum waktunya, Edukasi infeksi
 Merokok, 1. Jelaskan 2. Untutk
 statis cairan tubuh. tanda dan membantu
5. Ketidakadekuatan gejala infeksi pasien
pertahanan tubuh 2. Ajarkan cara mengetahui luka
sekunder : memeriksa yang dialami
 luka 3. Untuk mencaga
 Penurunan 3. Anjurkan keseimabangan
hemoglobin, meningkatka cairan dalam
 Imununosupresi, n asupan tubuhpasien dan
 Leukopenia, cairan mencegah
 Supresi respon terjadinya
inflamasi, Kolaborasi dehidrasi
 Vaksinasi tidak Kolaborasi
adekuat. pemberian imunisasi,
jika perlu
Kondisi Klinis Terkait
1. AIDS.
2. Luka bakar.
3. Penyakit paru
obstruktif.
4. Diabetes melitus.
5. Tindakan invasi.
6. Kondisi penggunaan
terapi steroid.
7. Penyalahgunaan
obat.
8. Ketuban Pecah
Sebelum Waktunya
(KPSW).
9. Kanker.
10. Gagal ginjal.
11. Imunosupresi.
12. Lymphedema.
13. Leukositopedia.
14. Gangguan fungsi
hati.
ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MILITUS

1. Pengkajian
Tanggal Pengkajian      : 30 Oktober 2022
A. Data Demografi
a. Identitas klien
Nama                           : Tn. T             
Umur                           : 65 tahun
Suku/bangsa                : Jawa
Status Perkawinan        : Menikah
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : SMP
Pekerjaan                     : Tani
Alamat                         : Taman Negeri
b. Sumber informasi
Nama : Tn.J
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Taman Negeri
B. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien mengatakan sering merasa haus dan cepat lelah
3. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sering merasa haus dan cepat lelah saat beraktivitas sejak 1 bulan
lalu
4. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan sebelumnya sering mengalami pusing, cepat lelah , mudah lapar dan
sering kencing dimalam hari. Sebelumnya pernah periksa kadar gula darah dengan
hasil 230 mg/dl dan setelah makan siang dicek kembali 250 mg/dl.
5. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatkan dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang ,mengalami penyakit
diabetes melitus yakni ayah
- Pola kebiasaan sehari-hari
a. Pola nutrisi
Makan 3-4 x (nasi,sayur,lauk) , Minum 5-6 gelas/hari
b. Pola eliminasi
BAB 1 x tiap pagi, BAK 4-5 x/hari
c. Pola istirahat tidur
Siang 2 jam/hari, malam 6-7 jam/hari
d. Pola aktivitas
Membantu pekerjaan rumah
e. Perilaku kesehatan sehari-hari
Tidak pernah Penggunaan obat/jamu/rokok
f. Lain – lain (personal hygiene)
Mandi : 2 x/hari
Ganti baju : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
Gosok gigi : 2 x/hari

- Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : lemah
Kedasaran :compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37oC
SpO2 : 96

Rambut : hitam, bersih, tidak rontok


Kepala : tidak ada luka pada kepala
Muka : tidak oedema, pucat
Mata : simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera putih
Hidung :tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada sekret.
Mulut :simetris, tidak pucat, tidak kering.
Telinga :simetris, tidak ada gangguan pendengaran,
Leher :tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar tyroid.
Dada :tidak ada retraksi dinding dada.
Mamae :payudara normal
Abdoment : tidak ada luka bekas operasi
Genetalia :tidak ada varises, tidak ada kelainan
Ekstremitas :atas : tidak oedema, tidak sianosis.
Bawah : terdapat luka pada telapak kaki sebelah kanan

Pemeriksaan Penunjang
Pasien mengatakan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 12 Oktober 2022 di
Rumah Sakit
Dengan hasil:
a. Glukosa darah puasa : 250 mg/dl
b. Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
c. Hemoglobin : 10,0 gr/dl
c. Analisis data

N Data Fokus Masalah Etiologi


O
1 Ds: Ketidakstabilan kadar hiperglikemia
- Pasien mengatakan sering glukosa dalam darah
merasa haus
- Psaien mengatakan saat
beraktivitas merasa cepat lelah

Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringa
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,
-

DS. Nyeri
P
Q
R
S
T
DS. KERUSAKAN
INTEGRITAS
JARINGAN
DO
Panjang luka
Lebar luka
Warna luka
Tanda2 infeksi
Kedalaman luka

d. Diagnosa keperawatan prioritas


1. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan hiperglikemia

e. Rencana Tindakan Keperawatan

Tangga Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


l Keperawatan (SMART)
dan Data
Penunjang
30 Ketidakstabilan Kestabilan kadar Maajemen
Oktobe kadar gula darah glukosa darah Hiperglikemia
r 2022 (D.0027) (SLKI. L.03022) (SIKI. I .03115) Observasi:
- Dengan
Definisi: Kadar gula darah Mengidentifikasi dan teridentifik
variasi kadar berada pada rentang mengelola kadar asi dan
glukosa darah normal glukosa darah di atas terkelolany
naik/turun dari normal a kadar
rentang normal. Tujuan: glukosa
Penyebab: Setelah dilakukan Observasi: darah dan
hiperglikemia: tindakan keperawatan - Identifkasi teridentifik
Disfungsi pancreas, selama...diharapkan kemungkinan asinya
resistensi insulin, ekspetasi meningkat penyebab penyebab
gangguan toleransi dengan hiperglikemia dari
glukosa darah, Kriteria hasil: - Identifikasi hiperglike
gangguan glukosa 7. Koordinasi situasi yang mia maka
darah puasa; dan kesaran menyebabkan dalam
hipoglikemia: meningkat kebutuhan menjadi
penggunaan 8. Kadar insulin acuan
insulin/ obat glukosa meningkat untuk
glikemia oral, darah daam - Monitor kadar menentuka
hiperinsulinemia darh glukosa darah, n tindakan
(mis. Insulinoma), membaik jika perlu selanjutny
endokrinopati (mis. 9. Kadar - Monitor tanda a dan
Kerusakan adrenal glukosa dan gejala asuhan
atau pituitari), dalam urin hiperglikemia keperawat
disfungsi hati, membaik - Monitor intake an yang
disfungsi ginjal 10. Palpitasi dan output tepat yang
kronis, efek agen membaik - Monitor keton diberikan
farmakologi, 11. Perilaku urin oleh
tindakan membaik Teraupetik petugas
pembedahan 12. Jumlah urine - Berikan kepada
neoplasma, membaik asupan cairan klien
gangguan - Konsultasi Teraupetik
metabolikbawaan dengan medis - Pemberian
(mis. Gangguan jika tanda dan asupan
penyimpanan gejala cairan
lisosomal, hiperglikemia yang tepat
galaktosemia, tetap ada atau - Untuk
gangguan memburuk mendapatk
penyimpan Edukasi an tindak
glikogen). Gejala - Anjurkan lanjut
dan tanda mayar: menghindari dengan
subjektif olahraga saat segera
(hipoglikemia): glukosa darah Edukasi
mengantuk, pusing. lebih dari 250 - Untuk
Hiperglikemia:lela - Anjurkan mengontro
h atau lesa monitor kadar l dan
Objektif: gula darah menghinda
(hipoglikemia): secara mandiri ri
gangguan - Anjurkan terjaidnya
koodinasi, kadar kepatuhan kelonjakan
glukosa dalam/ urin terhadap diet glukosa
tinggi rendah. dan olahraga darah
Hiperglikemia: - Aajarkan tinggi
kadar glukosa indikasi dan - Kepatuhan
dalam darah/urin pentingnya diet
tinggi. Tanda dan pengujian diberikan
gejala minor, keton urine, untuk
subjektif jika perlu meningkat
(hipoglikemia): - Ajarkan kan tingkat
palpitasi, mengeluh pengelolaan kesehatan
lapar. diabetes (mis. klien
Hiperglikemia: Penggunaan - Dengan
mulut kering, haus insulin, obat melakukan
meningkat Objekti oral, monitor program
(hipoglikemia) asupan cairan, diet maka
gemetar kesadaran penggantian diabetes
menurun, perilaku karbohidrat, dalam
ane, sulit bicara, dan bantuan dikelola
berkeringat banyak. profesional Kolaborasi
Hiperglikemia: kesehatan) - Sebagai
jumlah urin Kolaborasi: acuan
meningkat. - Kolaborasi tindakan
pemberian selanjutny
insulin, jika a
perlu
- Kolaborasi
pemberian
cairan IV, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
kalium, jika
perlu

2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)

mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah rendah.
Tindakan

Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana, jika
perlu
- Berikan
glucagon, jika
perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon, jika
perlu
DAFTAR PUSTAKA

Irianto K. (2015). Epidiomologi Penyakit Dan Tidak Menular panduan Klinis Bandung:
Alfabeta
Mangliguna. (2021). I-hydrxymethyl harmine-TGFBST inhibitor Inovasi terapi DM: terbaru
melalui proses Regenerasi sel B pangreas pada penderita DM tipe 1 dan 2.
https://doi.org/10.32734/scripe.v2i2.3926.go.id.
Margharet, R. D. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit dalam. Nusa
medikaYogyakarta
Mughfuri, A. (2016). Buku Pintar Perawatan Luka Diabetes Mellitus. Salemba Medika:
jAKARTA
Najibmo, b. M. (2016).Keperawatan Medikal Bedah 1. pusdik SDM Kesehatan: Jakarta selatan.
Padila. (2012). Buku ajar medikal bedah.cetakan 1. Nuha medika: Yogyakarta
Perkeni. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Militus tipe 2 di Indonesia. EKG:
Jakarta.
RISKESDAS. 2019. Laporan provinsi Nusa Tenggara Timur.
https://www.litbang.kemkes.go.id.
Soelistidjo, D. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
Tahun 2015. PB. Perkeni: Jakarta
Suddert, & B. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. vol 2. EKG: Jakarta
Tim Pokja SDKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan
III
Tim Pokja SIKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan III
Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. edisi 1. cetakan
III..
World Health Organization (2016). Global report on diabetes.
https://puspadatin.kemenkes.go.id.

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA Tn.S DENGAN MASALAH
DIABETES MELITUS

Disusun Oleh :
FARICH JAYA ACHMADI
2022207209035
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG TAHUN AJARAN 2022/2023

2. Pengkajian
Tanggal Pengkajian      : 30 Oktober 2022
C. Data Demografi
f. Identitas klien
Nama                           : Tn. T             
Umur                           : 65 tahun
Suku/bangsa                : Jawa
Status Perkawinan        : Menikah
Agama                         : Islam
Pendidikan                   : SMP
Pekerjaan                     : Tani
Alamat                         : Taman Negeri
g. Sumber informasi
Nama : Tn.J
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Adik
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Taman Negeri
D. Riwayat Kesehatan
b. Keluhan utama
Pasien mengatakan sering merasa haus,cepat lelah saat beraktifitas dan nyeri kepala
6. Riwayat penyakit sekarang
Klien mengatakan sering merasa haus, cepat lelah saat beraktivitas sejak 1 bulan lalu
dan nyeri kepala atau pusing
7. Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan sebelumnya sering mengalami pusing, cepat lelah , mudah lapar dan
sering kencing dimalam hari. Sebelumnya pernah periksa kadar gula darah dengan
hasil 230 mg/dl dan setelah makan siang dicek kembali 250 mg/dl.
8. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatkan dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang ,mengalami penyakit
diabetes melitus yakni ayah
9. Pola kebiasaan sehari-hari
g. Pola nutrisi
Makan 3-4 x (nasi,sayur,lauk) , Minum 5-6 gelas/hari
h. Pola eliminasi
BAB 1 x tiap pagi, BAK 4-5 x/hari
i. Pola istirahat tidur
Siang 2 jam/hari, malam 6-7 jam/hari
j. Pola aktivitas
Membantu pekerjaan rumah
k. Perilaku kesehatan sehari-hari
Tidak pernah Penggunaan obat/jamu/rokok
l. Lain – lain (personal hygiene)
Mandi : 2 x/hari
Ganti baju : 2 x/hari
Keramas : 3 x/minggu
Gosok gigi : 2 x/hari

C. Pemeriksaan Fisik
1. pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kedasaran :compos mentis
TD :120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 37oC
SpO2 : 96

3. Pemeriksaan fisik per sistem


- Sistem penglihatan
Mata simetris, bersih, pergerakan bola mata normal, konjungtiva tidak anemis, kornea
normal, pupil isokor, reaksi terhadap cahaya positif, ketajaman penglihatan sedikit
berkurang, tidak ada peradangan, menggunakan kaca mata saat dibutuhkan.
- Sistem pendengaran
Telinga simetris, normal, tidak ada peradangan, tidak ada kelainan
- Sistem wicara
Tidak ada kesulitan berbicara
- Sistem pernafasan
RR 20 X/m, bentuk dada normal, susuanan ruang tulang belakang normal, pola nasfas
irama teratur, tidak ada gangguan irama pernafasan, tidak da otot bantunafas, perkusi
thorak resonan, tidak ada alat bantu nafas, vokal fremitus getaran pada punggung sisi
kanan dan sisi kiri sama, suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan.
- Sistem kardiovaskuler
a. sirkulasi perifer
Normal, tidak ada pembengkakan jantung.tidak ada distensi vena, nadi teraba
80x/menit.
b. Sirkulasi Jantung
Bunyi jantung lup dup, detak jantung normal, tidak ada bunyi jantung tamabahan,
tidak ada cianosis,hasil RO menggambarkan tidak ada pembengkakan jantung.
- Sisitem neorologi
a. Tes serebral fungsi
Klien dapat berorientasi dengan tempat, orang dan waktu, klien dapat berespon
dengan baik, klien dapat berkomunikasi dengan normal, GCS (E =4, M = 6, V =
5).
b. Saraf cranial
Nervus I (Olfaktorius)
Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup.
Nervus II (Optikus)
Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak  30 cm. Tidak
terdapat penyempitan lapang pandang.
Nervus III (Okulomotorius)
Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor pada kedua mata.
Nervus IV (trochlearis)
Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan deviasi mata.
Nervus V (Trigeminus)
Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan kapas, klien dapat
merasakan usapan pada mata, dahi dan dagu.
Nevus VI (Abducend)
Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.
Nervus VII (Facialis)
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata tertutup, bentuk
wajah simetris.
Nervus VIII (Akustikus)
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX (Glosofaringeus)
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit.
Nervus X
Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut dan berkata “ah”.
Nervus XI
Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.
Nervus XII
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan
menggerakkannya ke segala arah.
- sistem pencernaan
Mukosa bibir kering, lidah dan gusi tidak ada stomatitis, pergerakan lidah baik, jumlah
gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris, reflek menelan baik. Pada auskultasi
bising usus 20 x/ menit, pada perkusi tympani pada lambung, dullness pada hepar,
tidak terdapat nyeri tekan dan nyari lepas pada seluruh area abdomen dan tidak
terdapat pembesaran hati dan lien.
- Sistem Immunology
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada benjolan di leher.
- Sistem Endokrin
Nafas tidak berbau keton, tidak ada keluhan.
- Sistem Urogenital
Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak teraba pembesaran ginjal, tidak
terdengar suara bruits pada arteri renalis, tidak ada nyeri tekan pada simpisis, tidak
terdapat nyeri ketuk pada perkusi ginjal.
- Sistem Integumen
Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran rambut merata, keadaan
kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan adanya ketombe, rambut bersih dan tertata
rapi. Tidak ada nyeri tekan pada daerah kepala, dan rambut tidak mudah rontok. Warna
kulit sawo matang, kuku tampak bersih dan pendek, kulit tampak bersih dan tidak
lengket. Turgor kulit baik.
- Sistem Muskuloskeletal
Tidak ada fraktur, tidak ada dislokasi, akral hangat, turgor elastis, SRT < 3 detik, Tidak
ditemukan oedema pada daerah ekstremitas atas dan bawah, kebersihan kulit bersih.
Kekuatan tonus otot :
5 5
5 5

- Sistem Reproduksi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan mempunyai 3 anak laki-laki
Selama sakit : Pasien mengatakan selama sakit semua anaknya menjaga dan
membantu untuk merawatnya

4. Pemeriksaan Penunjang
Pasien mengatakan dilakukan pemeriksaan pada tanggal 19 Oktober 2022 di
Rumah Sakit
Dengan hasil:
d. Glukosa darah puasa : 250 mg/dl
e. Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
f. Hemoglobin : 10,0 gr/dl
g. Ureum : 128 mg/dl
h. Kreatin : 6,4 mg/dl

h. Analisis data

N Data Fokus Masalah Etiologi


O
1 Ds: Ketidakstabilan kadar hiperglikemia
- Pasien mengatakan sering glukosa dalam darah
merasa haus
- Pasien mengatakan saat
beraktivitas merasa cepat lelah

Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringa
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,

2 Ds: Nyeri akut Agen pencedera


- Pasien mengatakan saat fisiologis
beraktivitas merasa cepat lelah
- Pasien mengatakan nyri kepala/
pusing

Do :
- Pasien tampak lemah
- Pasien tampak pucat dan
berkeringat
- Gula darah puasa 250 mg/dl
- Gula darah 2 jam pp: 270 mg/dl
- TTV TD 130/80 mmHg , nadi
80 x/menit, RR 20 /menit, Suhu
37 derajat celcius,
- PQRST

KERUSAKAN
INTEGRITAS
JARINGAN

i. Diagnosa keperawatan prioritas


1. Ketidakstabilan kadar glukosa dalam darah berhubungan dengan hiperglikemia

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

j. Rencana Tindakan Keperawatan


Nama Pasien : Tn.S
Dx Medis :Diabetes Melitus

Tangga Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


l Keperawatan (SMART)
dan Data
Penunjang
30 Ketidakstabilan Kestabilan kadar Manajemen
Oktobe kadar gula darah glukosa darah Hiperglikemia
r 2022 (D.0027) (SLKI. L.03022) (SIKI. I .03115) Observasi:
- Dengan
Definisi: Kadar gula darah Mengidentifikasi dan teridentifik
variasi kadar berada pada rentang mengelola kadar asi dan
glukosa darah normal glukosa darah di atas terkelolany
naik/turun dari normal a kadar
rentang normal. Tujuan: glukosa
Penyebab: Setelah dilakukan Observasi: darah dan
hiperglikemia: tindakan keperawatan - Identifkasi teridentifik
Disfungsi pancreas, selama...diharapkan kemungkinan asinya
resistensi insulin, ekspetasi meningkat penyebab penyebab
gangguan toleransi dengan hiperglikemia dari
glukosa darah, Kriteria hasil: - Identifikasi hiperglike
gangguan glukosa 13. Koordinasi situasi yang mia maka
darah puasa; dan kesaran menyebabkan dalam
hipoglikemia: meningkat kebutuhan menjadi
penggunaan 14. Kadar insulin acuan
insulin/ obat glukosa meningkat untuk
glikemia oral, darah daam - Monitor kadar menentuka
hiperinsulinemia darh glukosa darah, n tindakan
(mis. Insulinoma), membaik jika perlu selanjutny
endokrinopati (mis. 15. Kadar - Monitor tanda a dan
Kerusakan adrenal glukosa dan gejala asuhan
atau pituitari), dalam urin hiperglikemia keperawat
disfungsi hati, membaik - Monitor intake an yang
disfungsi ginjal 16. Palpitasi dan output tepat yang
kronis, efek agen membaik - Monitor keton diberikan
farmakologi, 17. Perilaku urin oleh
tindakan membaik Teraupetik petugas
pembedahan 18. Jumlah urine - Berikan kepada
neoplasma, membaik asupan cairan klien
gangguan - Konsultasi Teraupetik
metabolikbawaan dengan medis - Pemberian
(mis. Gangguan jika tanda dan asupan
penyimpanan gejala cairan
lisosomal, hiperglikemia yang tepat
galaktosemia, tetap ada atau - Untuk
gangguan memburuk mendapatk
penyimpan Edukasi an tindak
glikogen). Gejala - Anjurkan lanjut
dan tanda mayar: menghindari dengan
subjektif olahraga saat segera
(hipoglikemia): glukosa darah Edukasi
mengantuk, pusing. lebih dari 250 - Untuk
Hiperglikemia:lela - Anjurkan mengontro
h atau lesa monitor kadar l dan
Objektif: gula darah menghinda
(hipoglikemia): secara mandiri ri
gangguan - Anjurkan terjaidnya
koodinasi, kadar kepatuhan kelonjakan
glukosa dalam/ urin terhadap diet glukosa
tinggi rendah. dan olahraga darah
Hiperglikemia: - Aajarkan tinggi
kadar glukosa indikasi dan - Kepatuhan
dalam darah/urin pentingnya diet
tinggi. Tanda dan pengujian diberikan
gejala minor, keton urine, untuk
subjektif jika perlu meningkat
(hipoglikemia): - Ajarkan kan tingkat
palpitasi, mengeluh pengelolaan kesehatan
lapar. diabetes (mis. klien
Hiperglikemia: Penggunaan - Dengan
mulut kering, haus insulin, obat melakukan
meningkat Objekti oral, monitor program
(hipoglikemia) asupan cairan, diet maka
gemetar kesadaran penggantian diabetes
menurun, perilaku karbohidrat, dalam
ane, sulit bicara, dan bantuan dikelola
berkeringat banyak. profesional Kolaborasi
Hiperglikemia: kesehatan) - Sebagai
jumlah urin Kolaborasi: acuan
meningkat. - Kolaborasi tindakan
pemberian selanjutny
insulin, jika a
perlu
- Kolaborasi
pemberian
cairan IV, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
kalium, jika
perlu

2. Manajemen
hipoglikemia
(SIKI: I. 03115)

mengidentifikasi dan
mengelola kadar
glukosa darah rendah.
Tindakan

Observasi:
- Identifikasi
tanda dan
gejala
hipoglikemia
- Identifikasi
kemungkinan
penyebab
hipoglikemia
Terapeutik:
- Berikan
karbohidrat
sederhana, jika
perlu
- Berikan
glucagon, jika
perluh
- Berikan
karbohidrat
kompleks dan
protein sesuai
diet
- Pertahankan
kepatenan
jalan napas
- Pertahankan
akses IV, jika
perlu
Edukasi:
- Anjurkan
membawa
karbohidrat
sederhana setiap
saat
- Anjurkan
memakai
identitas
darurat yang
tepat
- Anjurkan
monitor kadar
glukosa darah
- Anjurkan
berdiskusi
dengan tim
perawatan
diabetes
penyusuaian
program
pengobatan.
- Ajelaskan
interaksi
antara diet,
insulin/agen
oral dan
olahraga
Kolaborasi:
- Kolaborasi
pemberian
dekstrose, jika
perlu
- Kolaborasi
pemberian
glucagon, jika
perlu
30 Nyeri akut Tingkat nyeri Manajemen nyeri
Oktobe (SLKI.L.08066) (SIKI .I 14518)
r 2022 (sdki. D.0077)
Observasi Observasi
Definisi: Tujuan: - Identifikasi - Untuk
pengalaman Setelah dilakukan lokasi,karakteristik, mengetahui
sensorik atau tindakan keperawatan durasi,frekuensi, lokasi,karakteris
emosional yang selama...diharapkan kualitas, intensitas tik,
berkaitan dengan Skala nyeri menurun nyeri durasi,frekuensi,
kerusakan jaringan dengan - Identiikasi skala nyeri kualitas,
actual atau Kriteria hasil: - Identifikasi respon intensitas nyeri
fungsional dengan 1. Keluhan nyeri nyeri non verbal - Untuk
onset mendadak menurun - Identifikasi faktor mengetahui
atau lambat dan 2. meringis menurun yang memperberat respon klien
berintensitas ringan 3. kesulitan tidur dan memperingan - Untuk
hingga berat dan menurun nyeri mengetahui
konsten. 4. tekanan darah - Identifikasi faktor yang
membaik pengetahuan dan memperberat
5. fungsi berkemih keyakinan tentang dan
membaik nyeri memperingan
- Identifikasi pengaruh nyeri
budaya terhadap - Untuk
respon nyeri mengetahui
- Identifikasi pengaruh pengaruh
nyeri pada kualitas budaya pada
hidup respon nyeri
- Monitor keberhasilan - Untuk
terapi komplementer mengetahui
yang sudah diberikan seberapa jauh
- Monitor efek samping manfaat terapi
penggunaan obat yang sudah
analgesic diberikan
Teraupetik Teraupetik
- Berikan teknik - Untuk
nonfarmakologis membantu
untuk mengurangi mengurangi rasa
rasa nyeri nyeri
- Kontrol lingkungan - Untuk
yang memperberat menciptakan
rasa nyeri rasa nyaman
- Fasilitasi istirahat dan pada klien
tidur Edukasi
- Pertimbangkan jenis - Untuk
dan sumber nyeri memberikan
dalam pemilihan informasi
strategi meredakan kepada klien
nyeri tentang sumber
Edukasi dan pemicu
- Jelaskan penyebab, nyeri
periode dan pemicu
nyeri
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
- Anjurkan
menggunakan
analgesic
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi peberian
analgesic

A. Implementasid dan Evaluasi Keperawatan

No Tanggal Implementasi Evaluasi Nama


Dx /TTD
1 30 1. Identifikasi S:
Oktober kemungkinan - Pasien mengatakan mudah lelah
2022 penyebab - Pasien mengatakan sering merasa
hiperglikemia haus
2. Monitor kadar - Pasien mengatakan sering
glukosa darah kencing terutama di malam hari
3. Monitor tanda dan
gejala hiprglikemia O:
4. Monitor intake dan - pasien terlihat lemah
output cairan - ttv Tekanan darh 130/80 mmHg,
5. Monitor frekuensi nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
nadi Suhu 37oC
6. Memberikan asupan - GDS puasa 250 mg/dl
cairan secara oral - Gula darah 2 jam pp: 270mg/dl
7. Menganjurkanmonit
oring kadar glukosa
secara mandiri A: masalah belum teratasi
8. Menganjukan
kepatuhan terhada P: lanjutkan intervensi
diet dan olahraga
9. Mengajarkan
pengelolaan diabetes
10.Kolaboras
pemberian terapi
penurun kadar
glukosa darah
dengan dokter

2 1. mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan mudah lelah
durasi, frekuensi, - Pasien mengatakan nyeri
kualitas, intensitas kepala/pusing
nyeri,
2. mengidentifikasi O:
nyeri, Terapeutik - pasien terlihat lemah
3. memberikan - ttv Tekanan darh 130/80 mmHg,
nonfarmakologis nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
untuk memperingat Suhu 37oC
rasa nyeri ( relaksasi - GDS puasa 250 mg/dl
napas dalam), - Gula darah 2 jam pp: 270mg/dl
4. mengkontrol
lingkungan yang
memperberat rasa A: masalah belum teratasi
nyeri (suhu,
ruanganpencahayaan P: lanjutkan intervensi
dan kebisingan).
5. menjelaskan
penyebab,
periode/skala dan
pemicu nyeri,
6. mengkolaborasi
pemberian analgesic.
1 21 1. Identifikasi S:
oktober kemungkinan - Pasien mengatakan rasa lelah saat
2022 penyebab beraktivitas berkurang
hiperglikemia - Pasien mengatakan sering merasa
2. Monitor kadar haus
glukosa darah - Pasien mengatakan kencing
3. Monitor tanda dan terutama di malam hari sudah
gejala hiprglikemia berkurang
4. Monitor intake dan
output cairan O:
5. Monitor frekuensi - pasien terlihat lemah
nadi - ttv Tekanan darh 120/90 mmHg,
6. Memberikan asupan nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
cairan secara oral Suhu 37oC
7. Menganjurkanmonit - Gula darah puasa 210 mg/dl
oring kadar glukosa - Gula darah 2 jam pp: 235 mg/dl
secara mandiri
8. Menganjukan A: masalah teratasi sebagian
kepatuhan terhada
diet dan olahraga P: lanjutkan intervensi
9. Mengajarkan
pengelolaan diabetes
10.Kolaboras
pemberian terapi
penurun kadar
glukosa darah
dengan dokter

1. mengidentifikasi S:
lokasi, karakteristik, - Pasien mengatakan lelah saat
durasi, frekuensi, beraktivitas berkurang
kualitas, intensitas - Pasien mengatakan nyeri
nyeri, kepala/pusing berkurang
2. mengidentifikasi
nyeri, Terapeutik O:
3. memberikan - pasien terlihat lemah
nonfarmakologis - ttv Tekanan darh 120/80 mmHg,
untuk memperingat nadi 80 x/menit, RR 20 x/menit,
rasa nyeri ( relaksasi Suhu 37oC
napas dalam), - Gula darah puasa 210 mg/dl
4. mengkontrol - Gula darah 2 jam pp: 235 mg/dl
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (suhu, A: masalah teratasi sebagian
ruanganpencahayaan
dan kebisingan). P: lanjutkan intervensi
5. menjelaskan 1.
penyebab, 2.
periode/skala dan 3. DST
pemicu nyeri,
6. mengkolaborasi
pemberian analgesic.

Anda mungkin juga menyukai