OLEH :
AYU B. M NOMLENI
NIM: PO.5303211211525
MENGETAHUI
NIP. NIP.
Hiperglikemi
Insulinopenia Sel Beta bermasalah
Diabetes gestasional
DM Tipe I Sekresi insulin
DM Tipe I
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Breathing Blood Brain Bledder Bowel Bone
Kegagalan relatif sel Destruksi sel Beta Oksidasi Konsentrasi Destruksi sel Beta Kegagalan relative
Beta dan resistensi pulau Langerhans glukosa glukosa dalam pulau Langerhans sel Beta dan
insulin pada jaringan akibat proses terganggu darah akibat proses resistensi insulin
lemak autoimun autoimun
Perubahan metabolism Vaskularisasi Transport Ginjal tidak Mengganggu proses Sistem otot
lemak aliran darah glukosa plasma dapat arbsorbsi makanan terganggu
pulau-pulau ke SPP menyerap
langerhans terganggu glukosa
Pembentukan dan Transport asam
akumulasi benda- Penyimpanan di sel amino terganggu
benda keton Pembuluh darah Glukosa di urin dan metabolism zat
Perubahan fungsi gizi tergganggu
menyempit serebral dan disertai Cadangan glikogen
pengeluaran dalam otot
Keseimbangan asam-
cairan berlebih Ketidakseimbangan
basa terganggu Vasokonstriksi Kesadaran, zat gizi
penurunan Gangguan urat
Hiperventilasi Peningkatan saraf
Hipertrofi ventrikel penglihatan
dalam berkemih Hipoglikemi/
Hiperglikemia
Transport O2 Risiko cedera Kesemutan,
Peningkatan
Kekurangan kelelahan, kram
pengisian LVEP Ketidakstabilan
volume cairan
Gangguan dalam tubuh kadar glukosa
pertukaran gas darah Gangguan
Aliran darah ke
Gangguan Mobilitas Fisik
jantung dan otak
tidak adekuat eliminasi urine
Penurunan
Curah Jantung
6. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala kronik
(PERKENI, 2015) :
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak menunjukkan
gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi serba banyak
(poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum (polidipsi), dan banyak kencing
(poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati maka akan timbul gejala banyak minum,
banyak kencing, nafsu makan mulai berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-
10 kg dalam waktu 2-4 minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa
mual (PERKENI, 2015).
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit terasa panas
atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah mengantuk, mata kabur,
biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan terutama pada wanita, gigi mudah
goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual menurun, dan para ibu hamil sering mengalami
keguguran atau kematian janin dalam kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg
(PERKENI, 2015).
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar Glukosa Darah
Glukosa Plasma Sewaktu : >200 mg/dl
Glukosa Plasma Sewaktu : > 140 mg/dl
Glukosa 2 jam post prandial : >200 mg/dl
b. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Ureum, kreatinin, asam urat
Koleterol total, kolesterol LDL, HDL
Trigliserida
c. Pemeriksaan HbA1c
HbA1c < 6.5 % Kontrol glikemik baik
HbA1c 6.5-8% Kontrol glikemik sedang
HbA1c > 8% Kontrol glikemik buruk
d. Tes Saring
GDP, GDS
Tes Glukosa Urin :
1) Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
8. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes Mellitus
adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan jangka panjangnya
adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi; Penatalaksana diabetes dibagi dalam 4 pilar
seperti :
Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan mengetahui
faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes, komplikasi penyakit diabetes,
serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat lebih menyadari pentingnya
pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya hidup sehat dan pengobatan diabetes.
Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu menanggulangi diabetes, dan diabetes
bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya.
Pengaturan makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula darah,
tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian, komplikasi
diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses makan itu sendiri.
Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar merata dalam sehari. Seperti
halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita diabetes sebaiknya rendah lemak
terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah
dalam porsi yang secukupnya, serta seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas
sehari-hari penderita.
Olahraga / Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan aktivitas fisik
teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik meningkatkan sensitivitas
insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes lebih mudah dicapai. Porsi
olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan obat sehingga tidak mengakibatkan
kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik
dengan intensitas ringan-selama 30 menit dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis
olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda,
berdansa, berkebun, dll. Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan
sehari-hari, seperti lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya
penderita diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olahraga dimulai.
Obat / Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak terkendali
setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas. Obat juga digunakan
atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti pada komplikasi akut diabetes,
atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau tinggi
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian ( PERKENI,2015 )
a) Identitas Pasien
b) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh sering lapar (polifagi) disertai banyak kencing (poliuri) dan banyak
minum (polidipsi), sudah makan tapi mengeluh lemas, nafsu makan menurun (mungkin disertai
mual atau muntah), berat badan yang terus menurun secara signifikan dibawah BB ideal, keluhan
pusing, tremor
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Adalah riwayat yang menyebabkan klien MRS saat ini. Biasanya penderita diabetes mellitus
datang berobat karena ada keluhan mual dan tiga gejala khas yaitu (polifagi, poliuri, polidipsi),
kelemahan, mati rasa, kesemutan, sakit kepala, pandangan mata kabur, perubahan mood/suasana
hati, luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh.
d) Riwayat penyakit Dahulu
Gambran kesehatan pasien sebelumnyayang mendasari penyakit diabetes melitus
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang menederita penyakit yang sama sebelumnya untuk mengetahui apakah
penyakit yang dialami oleh pasien merupakan penyakit keturunan/genetic.
f) Riwayat Psikososial
Klien yang dirinya terkena diabetes mellitus biasanya mengalami denial dan takut mengkonsumsi
makanan dan minuman sembarangan atau malah enggan mengatur makanannya karena sudah
merasa bosan dengan penyakitnya yang bersifat kronis. Klien juga bisa mengalami putus asa,
serta cemas karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit diabetes mellitus yang dideritanya.
g) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Biasanya klien nampak lemas karena sel-sel tubuh tidak optimal menyerap glukosa, pasien
dengan diabetes mellitus pada masa tua (> 30 tahun), obesitas disertai komplikasi
mikro/makro vaskuler. Namun status obesitas tersebut bisa jadi berubah karena klien sering
mengalami polifagi atau merasa lapar dalam frekuensi yang sering
sehingga terjadi masalah pada perubahan nutrisi klien yang beresiko mengalami penurunan.
Kepala dan Rambut
Meliputi bentuk kepala,keadaan kulit kepala, keadaan dari penyebaran rambut, bau rambut,
ekspresi muka, bentuk muka, kulit muka, dan keadaan muka. Penderita diabetes mellitus
yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik biasanya rambutnya lebih tipis, rambutnya
mudah rontok.
Mata
Penderita diabetes mellitus juga dapat mengalami pembentukan katarak. Katarak mungkin
disebabkan oleh adanya hiperglikemi yang berkepanjangan yang menyebabkan pembengkakn
lensa.
Integumen dan ekstemitas
Perubahan - perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler dan neuropati semuanya
menyebabkan perubahan pada ekstermitas bahwa perubahan yang penting yakni adanya
anesthesia. Keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak terdeteksinya
infeksi yang menyebabkan gangren
Pemeriksaan saraf
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, jenis diabetes mellitus neuropati
yang paling lazim adalah polineuropati perifersimetris. Hal ini terlihat pertama kali dengan
hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstermitas bawah. Kemudian hilangnya kemampuan
motoric dan ekstermitas dan mati rasa.
Pendengaran
Karena urat syaraf bagian pendengaran penderita diabetes mellitus mudah rusak, telinga
sering mendenging. Bila keadaan ini tidak segera diobati dan diabetes mellitus tidak terawat
dengan baik, pendengaran akan merosot bahkan dapat menjadi tuli sebelah ataupun tuli
keduanya.
Sistem Pernapasan
Klien diabetes mellitus rentan terhadap penyakit infeksi termasuk infeksi saluran pernapasan
disebabkan penurunan kekebalan tubuh sampai terserang TBC paru.
Sistem kardiovaskuler
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menimbulkan aterosklerosis, yang akan menyebabkan
deprivasi O2 di jaringan yang akan berlanjut menjadi Hipertensi, infark miokard, dan stroke
juga klien bisa terserang penyakit jantung koroner karena adanya daya pompa jantung
menurun dan rendahnya kadar HDL
Sistem Pencernaan
Adanya rasa lapar yang sering (polifagi) disebabkan karena glukosa yang diperleh dari
karbohidrat tidak dapat dimetabolisme seluruhnya menjadi energi, sehingga menimbulkan
kelemahan. Penurunan kemampuan mengosongkan isi yang dikarenakan adanya neuropati
syaraf-syaraf otonom system gastrointestinal
Sistem Perkemihan dan reproduksi
Kencing yang sering (poliuri) dan dalam jumlah yang banyak terutama malam hari sangat
mengganggu penderita sehingga mendorong periksa. Kerusakan syaraf-syaraf pada ginjal
tidak mampu melakukan absorbsi zat-zat yang terlarut dalam air seni sehingga terjadi
proteinuria. Kondisi seperti ini akan mudah terjadi infeksi salurah kemih. Didapatkan keluhan
kesulitan ereksi, impoten yang disebabkan neuropati.
Sistem Muskuloskeletal
Awalnya mungkin hanya nampak kondisi leah pada penderita sampai terjadinya kejang pada
otot kaki disebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit, pada tulang terjadi osteomielitis.
Jika terjadi gangren, biasanya sering progresif dan memerlukan amputasi.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Glukosa darah Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 300 mOsm/l
d) Elektrolit:
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),selanjutnya akan
menurun
Fosfor: lebih sering menurun
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
Trombosit darah: hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
e) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
f) Urin: gula positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
g) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
pernapasan, dan infeksi pada luka.
2. Diagosa Keperawatan
1) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler d.d tampak gelisah, dyspnea,
PCO2 meningkat/menurun, PO2 menurun, takikardia, sianosis, pola napas abnormal, warna kulit
abnormal, kesadaran menurun.
2) Penurunan curah jantung b.d perubahan frekuensi jantung d.d perubahan irama jantung,
perubahan afterload, perubahan preload, perubahan kontraktilitas. (D.0008)
3) Risiko cedera d.d kegagalam mekanisme pertahanan tubuh (D.0136)
4) Gangguan eliminasi urin b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d distensi kandung kemih,
berkemih tidak tuntas (hesitancy), volume residu urin meningkat, desakan berkemih (urgensi),
urin menetes (dribbling), sering buang air kecil, nokturia, mengompol, enuresis. (D.0149)
5) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan toleransi glukosa darah d.d kadar glukosa
dalam darah/urin tinggi, mulut kering, haus meningkat, jumlah urin meningkat (D.0027)
6) Gangguan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi d.d mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, nyeri
saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, kekuatan otot
menurun, rentang gerak (ROM) menurun, sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan
terbatas, fisik lemah. (D.0054)
3. Intervensi Keperawatan
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam keperawatan. Implementasi
keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien
dari maslaah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang di harapkan ( wahid, 2017 )
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan anatara proses
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan menilai efektif tidaknya dari proses keperawatan yang telah
di laksanakan ( wahid, 2017 )
DAFTAR PUSTAKA
1. Huda, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogyakarta: Mediaction.
2. PERKENI. (2015). Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
3. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
4. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
5. PPNI, T. P. (2019). Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
6. Smelter & Bare (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.