Anda di halaman 1dari 27

BAB II

Tinjauan Pustaka
2.1 Definisi
Diabetes melitus merupakan sekumpulan gangguan metabolik yang
ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) akibat
kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Smeltzer dan
Bare, 2015). Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit atau
gangguan metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia
kronik pada diabetes melitus berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi dan kegagalan beberapa organ tubuh terutama mata, ginjal, saraf,
jantung dan pembuluh darah (PERKENI, 2015 dan ADA, 2017).
Diabetes melitus adalah sindroma gangguan metabolisme dengan
hiperglikemi kronik akibat defisiensi sekresi insulin atau berkurangnya
efektifitas biologis dari insulin yang disertai berbagai kelainan metabolik lain
akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik
pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah ( Rendy dan Margareth, 2012).
Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi insulin
oleh sel beta langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel tubuh terhadap insulin (Sunaryati dalam Masriadi, 2016).

2.2 Etiologi
Umumnya diabetes mellitus disebabkan oleh rusaknya sebagian kecil
atau sebagian besar dari sel-sel beta dari pulau-pulau langerhans pada
pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin, akibatnya terjadi kekurangan
insulin. Disamping itu diabetes mellitus juga dapat terjadi karena gangguan
terhadap fungsi insulin dalam memasukan glukosa kedalam sel. Gangguan itu
dapat terjadi karena kegemukan atau sebab lain yang belum diketahui.
(Smeltzer dan Bare, 2015).

5
6

Diabetes mellitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis
mempunyai beberapa penyebab, antara lain :
a. Pola makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes mellitus.
Konsumsi makanan yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan sekresi
insulin dalam jumlah yang memadai dapat menyebabkan kadar gula
dalam darah meningkat dan pastinya akan menyebabkan diabetes
mellitus.
b. Obesitas (kegemukan)
Orang gemuk dengan berat badan lebih dari 90kg cenderung memiliki
peluang lebih besar untuk terkena penyakit diabetes mellitus. Sembilan
dari sepuluh orang gemuk berpotensi untuk terserang diabetes mellitus.
c. Faktor genetis
Diabetes mellitus dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen
penyebab diabetes mellitus akan dibawa oleh anak jika orang tuanya
menderita diabetes mellitus. Pewarisan gen ini dapat sampai ke cucunya
bahkan cicit walaupun resikonya sangat kecil.
d. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan-bahan kimia dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas, radang pada pankreas akan mengakibatkan fungsi
pancreas menurun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk
proses metabolisme tubuh termasuk insulin. Segala jenis residu obat
yang terakumulasi dalam waktu yang lama dapat mengiritasi pankreas.
e. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Infeksi mikroorganisme dan virus pada pankreas juga dapat
menyebabkan radang pankreas yang otomatis akan menyebabkan fungsi
pankreas turun sehingga tidak ada sekresi hormon-hormon untuk proses
metabolisme tubuh termasuk insulin. Penyakit seperti kolesterol tinggi
dan dislipedemia dapat meningkatkan risiko terkena diabetes mellitus.
f. Pola hidup
7

Pola hidup juga sangat mempengaruhi faktor penyebab diabetes


mellitus. Jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena penyakit diabetes mellitus karena olahraga berfungsi
untuk membakar kalori yang tertimbun didalam tubuh, kalori yang
tertimbun di dalam tubuh merupakan faktor utama penyebab diabetes
mellitus selain disfungsi pankreas.
g. Kadar kortikosteroid yang tinggi. Kehamilan diabetes gestasional.
h. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.
i. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

2.3 Klasifikasi
DM dapat diklasifikasikan ke dalam 4 kategori klinis (Smeltzer dan
Bare,2015), yaitu :
2.3.1 DM tipe 1
DM tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus), dapat
terjadi disebabkan karena adanya kerusakan sel-β, biasanya
menyebabkan kekurangan insulin absolut yang disebabkan oleh proses
autoimun atau idiopatik. Umumnya penyakit ini berkembang ke arah
ketoasidosis diabetik yang menyebabkan kematian. DM tipe 1 terjadi
sebanyak 5-10% dari semua DM. DM tipe 1 dicirikan dengan onset
yang akut dan biasanya terjadi pada usia 30 tahun (Smeltzer dan Bare,
2015).
2.3.2 DM tipe 2
DM tipe 2 atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus),
dapat terjadi karena kerusakan progresif sekretorik insulin akibat
resistensi insulin. DM tipe 2 juga merupakan salah satu gangguan

metabolik dengan kondisi insulin yang diproduksi oleh tubuh tidak


cukup jumlahnya akan tetapi reseptor insulin di jaringan tidak
berespon terhadap insulin tersebut. DM tipe 2 mengenai 90-95%
pasien dengan DM. Insidensi terjadi lebih umum pada usia 30
8

tahun, obesitas, herediter, dan faktor lingkungan. DM tipe ini sering


terdiagnosis setelah terjadi komplikasi (Smeltzer dan Bare, 2015).
2.3.3 DM tipe tertentu
DM tipe ini dapat terjadi karena penyebab lain, misalnya, defek
genetik pada fungsi sel-β, defek genetik pada kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas (seperti fibrosis kistik dan
pankreatitis), penyakit metabolik endokrin, infeksi, sindrom genetik
lain dan karena disebabkan oleh obat atau kimia (seperti dalam
pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ) (Smeltzer
dan Bare, 2015).
2.3.4 DM gestasional
DM ini merupakan DM yang didiagnosis selama masa kehamilan,
dimana intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa
kehamilan. Terjadi pada 2-5% semua wanita hamil tetapi hilang
saat melahirkan (Smeltzer dan Bare, 2015).
9

2.4 Patofisiologi
10

2.5 Manifestasi Klinis


Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM, yaitu:
a. Gejala awal pada penderita DM adalah
1. Poliuria (peningkatan volume urine)
2. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
3. Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
4. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
b. Gejala lain yang muncul: 
1. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
2. Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
3. Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
4. Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
11

5. Kelemahan tubuh
6. Penurunan energi metabolik yang dilakukan oleh sel melalui proses
glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
7. Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein
banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
8. Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
9. Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.

2.6 Pemeriksaan Penunjang Dan Diagnostik
a. Glukosa darah
Pemeriksaan glukosa darah untuk menetapkan DM meliputi :
a. glukosa darah puasa
b. glukosa 2 jam post prandial (2 jam PP)
c. glukosa darah sewaktu
ADA (American Diabetic Association)/WHO (World Health Organization)
menetapkan kriteria menegakkan diagnosa DM adalah bila glukosa darah sewaktu 
≥ 200 mg/dl, atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl.
Sebagai persiapan, penderita diminta puasa selama 10 jam dan tidak boleh lebih.
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan pagi hari karena ada efek diurnal hormon
terhadap glukosa. Yang digunakan sebagai sampel biasanya serum atau plasma. Bila
Whole blood yang digunakan sebagai sampel nilai kadar glukosa umumnya lebih
rendah 15% dibanding glukosa plasma atau serum.
Bukan DM    Belum pasti  DM  DM       
Kadar glukosa darah sewaktu
plasma vena       < 110    110 – 199      200
darah kapiler       <   90           90  - 199          200

Kadar glukosa darah puasa


plasma vena        < 110    110 – 125 126
12

darah  kapiler                            <   90    90  - 109   110   

b. HBAIC (Glucosated Haemoglobin AIC) meningkat yaitu terikatnya glukosa


dengan Hb. (Normal : 3,8-8,4 mg/dl).
c. Aseton plasma ( keton ) ; Positif secara mencolok.
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat.
e. Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330Mosm/l
f. Elektrolit :
1) Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : Normal
3) Fosfor : Lebih sering menurun
g. Hemoglobin Glikosilat : kadar meningkat 2 – 4 kali dari normal yang
mencerminkan kontrol diabetes melitus yang kurang selama 4 bulanterakhir.
h. Gas Darah Arteri : Biasanya menunjukkan pH rendahdan penurunanpada
HCO2 ( Asidosis Metabolik ) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
i. Trombosit darah : Hematokrit mungkin meningkat ( dehidrasi )
;Leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stressatau
infeksi.
j. Ureum / kreatinin : Mungkin meningkat atau normal ( dehidrasi /penurunan
fungsi ginjal ).
k. Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankreatitis akut sebagai penyebab dari DKA.
l. Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan sampai tidak ada ( tipe I ) atau
normal sampai tinggi ( tipe II ), mengindikasikan infusiensi insulin,
gangguan dalam penggunaannya.
m. Resistensi insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukkan
antibodi (autoantibodi).
n. Pemeriksaan fungsi tiroid : Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
o. Urin : gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin
meningkat.
13

p. Kultur dan sensitivitas : Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,


infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

2.7 Penatalaksanaan Medis Dan Keperawatan


Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan
kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada
pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1)   Memperbaiki kesehatan umum penderita
2)   Mengarahkan pada berat badan normal
3)   Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4)   Mempertahankan kadar KGD normal
5)   Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6)   Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7)   Menarik dan mudah diberikan

b. Prinsip diet DM, adalah:


1)      Jumlah sesuai kebutuhan
2)      Jadwal diet ketat
3)      Jenis: boleh dimakan/tidak

c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan kandungan


kalorinya.
1)      Diit DM I     : 1100 kalori
2)      Diit DM II   : 1300 kalori
3)      Diit DM III  : 1500 kalori
4)      Diit DM IV  : 1700 kalori
5)      Diit DM V  : 1900 kalori
14

6)      Diit DM VI  : 2100 kalori


7)      Diit DM VII : 2300 kalori
8)      Diit DM VIII : 2500 kalori
Keterangan :
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja, atau
diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3 J
yaitu:
a) J I     : jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah
b) J II    : jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
c) J III  : jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh
status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
BBR =  < BB (Kg) / TB (cm) – 100 > X 100 %
Kurus (underweight)   : BBR < 90 %
Normal (ideal)             : BBR 90 – 110 %
Gemuk (overweight)   : BBR > 110 %
Obesitas, apabila         : BBR > 120 %
Obesitas ringan           : BBR 120 – 130 %
Obesitas sedang          : BBR 130 – 140 %
Obesitas berat             : BBR 140 – 200 %
Morbid                        : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah:
Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
Normal : BB X 30 kalori sehari
Gemuk : BB X 20 kalori sehari
15

Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap 1
½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam
cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan
sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
a) kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b) kerja OAD tingkat reseptor
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang
dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a)  ekstra pankreatikBiguanida pada tingkat prereseptor
a) Menghambat absorpsi karbohidrat
b) Menghambat glukoneogenesis di hati
c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
16

(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin


(c) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek intraseluler
b. Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4 )DM dan gangguan faal hati yang berat
5 )DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10)  DM dan underweight
11)  DM dan penyakit Graves

Beberapa cara pemberian insulin


1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah suntikan subcutan,
kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung pada beberapa factor antara lain:
a) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut, lengan, dan
paha.Dalam memindahkan suntikan (lokasi) janganlah dilakukan setiap hari
tetapi lakukan rotasi tempat suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi
perubahan kecepatan absorpsi setiap hari.
b) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam waktu 30
menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan otot yang berarti,
hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu
17

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat absorpsi
insulin.
c) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai. Ini berarti
suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya daripada subcutan.
d) Konsentrasi insulin
e) Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak terdapat perbedaan
absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan dari u –100 ke u – 10 maka efek
insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau pada kasus-
kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.Sedangkan suntikan
intravena dosis rendah digunakan untuk terapi koma diabetik.
2.8 Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
Penderita diabetes dapat mengakibatkan perubahan aterosklerosis pada arteri-
arteri besar.Penderita NIDDM mengalami perubahan makrovaskuler lebih
sering daripada penderita IDDM.Insulin memainkan peranan utama dalam
metabolisme lemak dan lipid.   Selain itu, diabetes dianggap memberikan
peranan sebagai faktor dalam timbulnya hipertensi yang dapat mempercepat
aterosklerosis.Pengecilan lumen pembuluh darah besar membahayakan
pengiriman oksigen ke jaringan-jaringan dan dapat menyebabkan ischemia
jaringan, dengan akibatnya timbul berupa penyakit cerebro vascular, penyakit
arteri koroner, stenosis arteri renalis dan penyakit-penyakit vascular perifer.
c. Penyakit mikrovaskuler,  mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
Ditandai dengan penebalan dan kerusakan membran basal pembuluh kapiler,
sering terjadi pada penderita IDDM dan bertanggung jawab dalam terjadinya
neuropati, retinopati diabetik.
18

d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom


berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner,
1990).

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetik
            Diabetes dapat mempengaruhi saraf-saraf perifer, sistem syaraf otonom,
medula spinalis atau sistim saraf pusat. Neuropati sensorik/neuropati
perifer.Lebih sering mengenai ekstremitas bawah dengan gejala parastesia
(rasa tertusuk-tusuk, kesemutan atau baal) dan rasa terbakar terutama pada
malam hari, penurunan fungsi proprioseptif (kesadaran terhadap postur serta
gerakan tubuh dan terhadap posisi serta berat benda yang berhubungan
dengan tubuh) dan penurunan sensibilitas terhadap sentuhan ringan dapat
menimbulkan gaya berjalan yang terhuyung-huyung, penurunan sensibilitas
nyeri dan suhu membuat penderita neuropati beresiko untuk mengalami
cedera dan infeksi pada kaki tanpa diketahui.
b. Retinopati diabetik
Disebabkan karena perubahan dalam pembuluh darah kecil pada retina selain
retinopati, penderita diabetes juga dapat mengalami pembentukan katarak
yang diakibatkan hiperglikemi yang berkepanjangan sehingga menyebabkan
pembengkakan lensa dan kerusakan lensa.
c. Nefropati diabetik
Perubahan struktur dan fungsi ginjal. Empat jenis lesi yang sering timbul
adalah pyelonefritis, lesi-lesi glomerulus, arterisclerosis, lesi-lesi tubular
yang ditandai dengan adanya proteinuria yang meningkat secara bertahap
sesuai dengan beratnya penyakit.
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : Tidak ada luka
19

2) Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan


kulit
3) Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III : Terjadi abses
5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai
bawah Distal

2.9 Konsep Dasar Keperawatan


2.9.1 Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Pengumpulan data 
yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan
pola pertahanan pasien, mengantisipasi kekuatan dan pertahanan pasien serta
merumuskan diagnosa keperawatan.
Pada pasien diabetes melitus, pengkajian data dasar pasien meliputi :
1. Riwayat
a. Tinjau kembali kesehatan pasien sebelumnya dan tinjau kembali indikasi
terjadinya penyakit DM
b. Cata keluhan yang disampaikan oleh pasien dan catat tanda-tanda vital dari
pada pasien.
c. injau kembali kesehatan keluarga yang dapat mempengaruhi terjadinya
penyakit DM.

2. Data dasar
a. Aktivitas
Gejala :     Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan beraktivitas
letargi/ disorientasi, koma dan Penurunan kekuatan otot
b. Istirahat
Gejala        :     Gangguan tidur/istirahat
Tanda        :     Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat
c. Sirkulasi
20

Gejala        :    Adanya riwayat hipertensi, MCI, kesemutan pada


ekstremiitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda        :    Takikardia, hipertensi. Nadi yang menurun / tidak ada
Kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
d. Eliminasi
Gejala        :    Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia
Rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen.
Tanda        :     Urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat)
Urine berkabut, bau busuk (infeksi)Abdomen keras,
adanya asitesBising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare)
e. Makanan/cairan
Gejala        :    Hilang nafsu makan, mual muntah
Tidak mengikuti diet, peningkatan masukan glukosa
karbohidrat.Penurunan berat badan dar periode
beberapa hari/minggu.Haus.Penggunaan diuretik
(tiazid)
Tanda :     Kulit kering/bersisik, turgor jelek
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik
dengan peningkatan gula darah).Kekakuan/distensi
abdomen, muntah, Bau halitosis, bau buah
(nafasaseton).
f. Pernapasan
Gejala        :     Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa
sputum purulen/tergantung adanya infeksi/tidak.
Tanda        :     Lapar udaraBatuk dengan/tanpa sputum purulen
(infeksi)
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien diabetes melitus meliputi keadaan umum,
kesadaran, tanda-tanda vital dan head to toe.
21

3. Pemeriksaan diagnostic
a. Glukosa darah meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b. Aseton plasma (keton) : positif secara mencolok
c. Asam lemak bebas, kadar lipid dan kolesterol meningkat
d. Osmolalitas serum meningkat tetapi biasanya kurang dari 330 mmol /L
e. Elektrolit
1) Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
2) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
3) Fosfor : lebih sering menurun
f. Gemoglobin glukolisat
Kadarnya meningkat 2-4  kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol
DM yang kurang selama 4 bulan terakhir dan karenanya sangat bermanfaat
dan membedakan DKA dengan kontrol tidak dekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden (misalnya ISK baru).
g. Gas darah arteri
Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis
metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
h. Trombosit darah
Ht mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis, hemokonsentrasi,
merupakan respons terhadap respons atau infeksi.
i. Ureum/kreatinin
j. Mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungsi ginjal)
k. Amilase darah
Mungkin meningkat yang mengindikjasikan adanya pankreatitis akut
sebagai penyebab DKA.
l. Insulin darah
Mungkin menurun/bahkan sampai tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai
tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin/ gangguan dalam
penggunaannya (endogen/eksogen). Resistensi insulin dpt berkembang
sekunder terhadap pembentukan antibodi (autoantibodi).
m. Urin
22

Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
n. Kultur dan sensitivitas
Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut SDKI DPP PPNI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada
penderita diabetes mellitus antara lain:
1. Ketidakseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan Diuresis Osmotik
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan berat badan
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diskontinuitas jaringan
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan antibodi
6. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi
23

2.9.3 Intervensi keperawatan


No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan

1 Ketidakseimbangan status Gizi : Monitor gizi


nutrisi kurang dari Asupan Makanan Aktivitas yang dilakukan :
kebutuhan tubuh b.d Dan Cairan  Amati kecenderungan
Penurunan berat badan Klien diharapkan pengurangandan dan
mampu untuk : penambahan BB
 Mempertahan  Monitor jenis dan jumlah
kan berat latihan yang dilaksanakan
badan  Monitor respon
 Mempertahan emosional klien ketika
kan masa ditempatka pada suatu
tubuh dan keadaan yang ada
berat badan makanan
dalam batas  Monitor lingkungan
normal tempat makanan
 Memiliki  Monitor mual dan
nilai muntah
laboratorium  Monitor tingkat energi,
dalam batas rasa tidak enak
normal badan,kelatihan dan
 Melaporkan kelemahan
tingkat energi  Monitor masukan kalori
yang adekuat dari bahan makanan

  Manajemen Nutrisi
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji apa klien ada alergi
makanan
 Kerja sama dengan ahli
gizi dalam menentukan
jumlah kalori, protein dan
lemak secara tepat sesuai
dengan kebutuhan klien.
 Ajari klien tentang diet
yang bener sesuai
kebutuhan tubuh
 Monitor catatan makanan
yang masuk atas
kandungan gizi dan
jumlah kalori
 Timbang BB secara
teratur
 Pastikan bahwa diet
mengandung makanan
24

yang berserat tinggi


untuk mencegah sembelit
 Pastikan kemampuan
klien untuk memenuhi
kebutuhan
   Manajemen Hiperglikemi
Aktivitas yang dilakukan :
 Monitor guladarah
sesuaiindikasi
 Monitor tanda dan gejala
poliuri, polidipsi,
polifagia. Keletihan,
pandangankabur
atausakit kepala
 Monitor TTV sesuai
indikasi
 Batasi latihan ketika gula
darah besar dari
250mg/dl khusus nya
adanya keton dalam urin
 Monitor status cairan
intake output sesuai
kebutuhan
2 Ketidakseimbangan keseimbangan Manajemen Asam-Basa
cairan kurang dari Elektrolit dan Aktivitas yang dilakukan :
kebutuhan b.d asam-Basa  Monitor status
Diuresis Osmotik Klien diharapkan hemodinamik termasuk
�mampu untuk CVP (tekanan vena
menormalkan : sentral), MAP (tekanan
 Albumin seru arteri rata-rata), PAP
 pH serum (tekanan arteri paru)
 Kreatinin  Pantau
serum ketidakseimbangan
 Bikarbonat elektrolit yang semakin
serum buruk dengan mengoreksi
 pH Urine ketidakseimbangan asam
basa
 Dorong pasien dan
   Keseimbangan keluarga untuk aktif
Cairan dalam  pengobatan
Klien diharapkan ketidakseimbangan asam
mampu untuk basa
menormalkan :
 Tanda-tanda    Manajemen Cairan
dehidrasi Aktivitas yang dilakukan :
tidak ada  Timbang BB tiap hari
 Mukosa  Pertahankan intake yang
25

mulut dan akurat


bibir lembab  Monitor status hidrasi
 Balance (seperti :kelembapan
cairan mukosa membrane, nadi)
seimbang  Monitor status
hemodinamik termasuk
    Hidrasi CVP,MAP, PAP
Klien diharapkan  Monitor hasil lab. terkait
mampu retensi cairan
menormalkan : (peningkatan BUN, Ht ↓)
 Hidrasi kulit  Monitor TTV
 Kelembaban  Monitor adanya indikasi
membran retensi/overload cairan
mukosa\Hau (seperti :edem, asites,
s yang distensi vena leher)
abormal  Monitor perubahan BB
 Pengeluaran klien sebelum dan
urin sesudah dialisa
 Tekanan  Monitor status nutrisi
darah  Monitor respon pasien
untuk meresepkan terapi
elektrolit
   Pemantauan Cairan
Aktivitas yang dilakukan :
 Kaji tentang riwayat
jumlah dan tipe intake
cairan dan pola eliminasi
 Kaji kemungkinan factor
resiko terjadinya imbalan
cairan (seperti :
hipertermia, gagal
jantung, diaforesis, diare,
muntah, infeksi, disfungsi
hati)
 Monitor BB, intake dan
output
 Monitor nilai elektrolit
urin dan serum
 Monitor osmolalitas urin
dan serum
 Monitor membrane
mukosa, turgor dan rasa
haus
 Monitor warna dan
kuantitas urin
3 Intoleransi Toleransi Aktivitas T Terapi Aktivitas
Aktivitas b.d Klien diharapkan Aktivitas yang dilakukan :
26

Kelemahan mampu untuk  Monitor program


menyeimbangkan aktivitas klien.
 Denyut nadi  Bantu klien untuk
saat melaluk an aktivitas yang
beraktivitas. biasanya ia lakukan.
 Jumlah  Jadwalkan klien untuk
pernafasan latihan-latihan fisik
saat secara rutin
beraktivitas.  Bantu klien dengan
 Tekanan aktivitas-aktivitas fisik.
darah sistolik  Monitor respon fisik,
saat sosial, dan spiritual dari
beraktivitas. klien terhadap
 Tekanan aktivitasnya.
darah  Bantu klien untuk
diastolic saat memonitor kemajuan dari
beraktivitas. pencapaian tujuan.
 Warna kulit.   Pengajaran : Penentuan
 Kekuatan Aktivitas dan Latihan
tubuh bagian Aktivitas yang dilakukan :
atas Ajarkan klien tentang :Tujuan
 Kekuatan dan kegunaan aktivitas dan
tubuh bagian latihan.
bawah.  Bagaimana cara
   Daya Tahan melakukan suatu
Tubuh aktivitas.
Klien diharapkan  Bagaimana cara
mampu untuk memonitor toleransi
menyeimbangkan aktivitas.
 Aktivas  Bagaimana menjaga
 Daya tahan latihan.
otot  Berikan informasi kepada
 Hemoglobin klien bagaiamana teknik-
 Hematocrit teknik untuk menyimpan
 Glukosa energi.
darah  Berikan informasi-
 Serum informasi seputar
elektrolit kesehatan fisik klien.
 Rasa lelah
   Mengontrol berat badan
Aktivitas yang dilakukan :
 Diskusikan dengan klien
hubungan antara intake
maknan, latihan,
peningkatan berat badan
dan kehilangan berat
badan
27

 Diskusikan dengan klien


kondisi pengobatan yang
mempengaruhi berat
badan.
 Diskusikan hubungan
resiko berat badan
normal dan tidak normal.
 Beri informasi kepada
klien tentang berat badan
yang ideal.
 Diskusikan bersama klien
metode tentang intake
makanan sehari-hari
 Minta informasi dari
klien, apakah ada
dukungan luar yang
mempengaruhi berat
badannya
 Kaji peningkatan
keseimbangan makanan
4. Kerusakan integritas NOC : NIC : Pressure Management
kulit berhubungan Tissue Integrity : Anjurkan pasien untuk
dengan diskontinuitas Skin and Mucous menggunakan pakaian yang
jaring Membranes longgar
Wound Healing : Hindari kerutan pada tempat
primer dan sekunder tidur
Setelah dilakukan Jaga kebersihan kulit agar tetap
tindakan bersih dan kering
keperawatan Mobilisasi pasien (ubah posisi
selama….. kerusakan pasien) setiap dua jam sekali
integritas kulit Monitor kulit akan adanya
pasien teratasi kemerahan
dengan kriteria hasil: Oleskan lotion atau
 Integritas kulit minyak/baby oil pada derah
yang baik bisa yang tertekan
dipertahankan Monitor aktivitas dan
(sensasi, mobilisasi pasien
elastisitas, Monitor status nutrisi pasien
temperatur, Memandikan pasien dengan
hidrasi, sabun dan air hangat
pigmentasi) Kaji lingkungan dan peralatan
 Tidak ada yang menyebabkan tekanan
luka/lesi pada Observasi luka : lokasi,
kulit dimensi, kedalaman luka,
 Perfusi jaringan karakteristik,warna cairan,
baik granulasi, jaringan nekrotik,
 Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal,
pemahaman formasi traktus
28

dalam proses Ajarkan pada keluarga tentang


perbaikan kulit luka dan perawatan luka
dan mencegah Kolaburasi ahli gizi pemberian
terjadinya diae TKTP, vitamin
sedera berulang Cegah kontaminasi feses dan
 Mampu urin
melindungi kulit Lakukan tehnik perawatan luka
dan dengan steril
mempertahanka Berikan posisi yang
n kelembaban mengurangi tekanan pada luka
kulit dan
perawatan alami
 Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan
luka

5 Resiko infeksi  Immune Status NIC :


berhubungan dengan  Knowledge :  Pertahankan teknik aseptif
penurunan antibodi Infection control  Batasi pengunjung bila perlu
 Risk control  Cuci tangan setiap sebelum
Setelah dilakukan dan sesudah tindakan
tindakan keperawatan
keperawatan  Gunakan baju, sarung tangan
selama…… pasien sebagai alat pelindung
tidak mengalami  Ganti letak IV perifer dan
infeksi dengan dressing sesuai dengan
kriteria hasil: petunjuk umum
 Klien bebas dari  Gunakan kateter intermiten
tanda dan gejala untuk menurunkan infeksi
infeksi kandung kencing
 Menunjukkan
 Tingkatkan intake nutrisi
kemampuan
 Berikan terapi
untuk mencegah
antibiotik:................................
timbulnya infeksi
.
 Jumlah leukosit
dalam batas  Monitor tanda dan gejala
normal infeksi sistemik dan lokal
 Menunjukkan  Pertahankan teknik isolasi k/p
perilaku hidup  Inspeksi kulit dan membran
sehat mukosa terhadap kemerahan,
 Status imun, panas, drainase
gastrointestinal,  Monitor adanya luka
genitourinaria  Dorong masukan cairan
dalam batas  Dorong istirahat
normal  Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
29

 Kaji suhu badan pada pasien


neutropenia setiap 4 jam

6 Kurang Pengetahuan NOC: NIC :


berhubungan dengan  Kowlwdge :  Kaji tingkat pengetahuan
kurang sumber disease process pasien dan keluarga
informasi  Kowledge :  Jelaskan patofisiologi dari
health Behavior penyakit dan bagaimana hal
Setelah dilakukan ini berhubungan dengan
tindakan anatomi dan fisiologi, dengan
keperawatan selama cara yang tepat.
…. pasien  Gambarkan tanda dan gejala
menunjukkan yang biasa muncul pada
pengetahuan tentang penyakit, dengan cara yang
proses penyakit tepat
dengan kriteria hasil:  Gambarkan proses penyakit,
 Pasien dan dengan cara yang tepat
keluarga  Identifikasi kemungkinan
menyatakan penyebab, dengan cara yang
pemahaman tepat
tentang penyakit,  Sediakan informasi pada
kondisi, pasien tentang kondisi,
prognosis dan dengan cara yang tepat
program
 Sediakan bagi keluarga
pengobatan
informasi tentang kemajuan
 Pasien dan
pasien dengan cara yang tepat
keluarga mampu
 Diskusikan pilihan terapi atau
melaksanakan
penanganan
prosedur yang
dijelaskan secara  Dukung pasien untuk
benar mengeksplorasi atau
Pasien dan keluarga mendapatkan second opinion
mampu menjelaskan dengan cara yang tepat atau
kembali apa yang diindikasikan
dijelaskan  Eksplorasi kemungkinan
perawat/tim sumber atau dukungan,
kesehatan lainnya dengan cara yang tepat

2.9.4 Evidance Based Nursing (EBN)


Dalam jurnal keperawatan “Efektivitas Spa Kaki Diabetik Terhadap
Sirkulasi Darah Perifer Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Wilayah
30

Kerja Puskesmas Wonokromo Surabaya” menunjukan bahwa Spa kaki


diabetes merupakan terapi untuk pasien diabetes mellitus secara menyeluruh
mulai dari senam kaki, pembersihan (skin cleansing), foot mask, dan foot
massage. Perawatan kaki adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
sirkulasi darah perifer. Spa kaki diabetik merupakan serangkaian kegiatan
perawatan kaki yang di dalamnya terdapat kegiatan senam kaki,
pembersihan dengan air hangat, dan pemijatan (Purwanto, 2014). Kegiatan-
kegiatan tersebut selain dapat melancarkan aliran darah, juga membuat
pasien merasa nyaman dan rileks.
Hasil penelitian Rahmi Affiani et all (2015), didapatkan hasil bahwa
Terdapat efektivitas spa kaki diabetik terhadap sirkulasi darah perifer dan
terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Semakin rutin dilakukan spa kaki diabetik pada pasien
diabetes mellitus, maka akan semakin baik pula sirkulasi darah perifernya
dalam mencegah komplikasi diabetes mellitus.
Menurut Badawi (2009), foot massage atau pijat kaki dapat
mempengaruhi hormon tubuh, yaitu dapat meningkatkan sekresi endorfin.
Endorfin memiliki efek narkotika alami yaitu mengurangi rasa sakit dan
meningkatkan kegembiraan. Endorfin menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah sehingga dapat meningkatkan sirkulasi darah perifer. Seperti pendapat
Gala (2009) bahwa pemijatan di area telapak kaki kiri dapat merangsang
pankreas untuk memproduksi insulin. Pijat kaki juga sangat disenangi oleh
banyak orang karena selain bermanfaat untuk sirkulasi darah, namun
memberikan efek relaksasi.
Seperti pendapat dari Helmawati (2014) bahwa pencegahan
timbulnya kaki diabetik mutlak diperlukan. Prinsip pencegahan kaki diabetes
adalah menghindari terjadinya luka dan terus berupaya mengontrol keadaan
gula darah. Pada spa kaki diabetik selain kegiatan senam kaki, kegiatan
pembersihan (skin cleansing) dan pedicure atau pemotongan kuku
dimaksudkan untuk mencegah kuku yang terlalu panjang dan masuk ke
dalam sehingga dapat melukai kaki. Kegiatan foot massage merupakan
rangkaian kegiatan spa kaki diabetik yang tidak kalah penting selain
31

kegiatan senam kaki, skin cleansing, pedicure, dan foot mask. Dalam pijat
kaki terdapat titik-titik tertentu yang menghubungkan ke organ pankreas
untuk merangsang produksi insulin.

Anda mungkin juga menyukai