Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis defisiensi atau resistensi insulin absolute
atau relative yang ditandai dengan gangguan metabolism karbohidrat,protein,lemak
(Billota,2012).
Sedangkan menurut Arisman dan soegondo Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan
gejala yang timbul pada seseorang yang di sebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah
akibat kekurangan insulin baik absolute maupun relative (Arisman dan soegondo, 2009).
Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagaikelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasikronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membranbasalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan diktatorial
insulin atau insensitifitas sel terhadap insulin (Corwin, 2001).

2. ETIOLOGI
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
a. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
1) Faktor genetik / herediter
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


b. DM Tipe II Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat.DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun
dalam kerja insulin.Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin.Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor
permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan
transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh
berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Price,1995).
Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung insulin
(DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang merupakan
suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama
dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:

1) Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)


2) Obesitas ,obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target
insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam
meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3) Riwayat keluarga
4) Kelompok etnik
c.  DM Malnutrisi
1) Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD), Terjadi karena mengkonsumsi makiri
rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses
mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi
rusak.
2) Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD), Karena kekurangan protein
yang kronik menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
d. DM Tipe Lain
1) Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


2) Penyakit hormonal seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak
3) Obat-obatan
a) Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel  seperti aloxan dan streptozerin
b) Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

3. MANIFESTASI KLINIS
a. Poliuria
b. Polidipsi
c. Polipagia
d. Penurunan berat badan
e. Kelemahan, keletihan dan mengantuk
f. Malaise
g. Kesemutan pada ekstremitas
h. Infeksi kulit dan pruritus
i. Timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat
Menurut Newsroom (2009) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Melitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu:
a. Keluhan TRIAS: Kencing yang berlebihan ( Poliuri ), Rasa haus yang berlebihan
( Polidipsi ), Rasa lapar berlebihan ( Polifagia ) dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl.
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl.
Keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes Mellitus adalah: Poliuria,
Polidipsia, Polifagia, Berat Badan menurun, Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun,
Bisul/luka, Keputihan (Waspadji, 1996).

4. PATOFISIOLOGI
Pada  DM tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemi puasa terjadi akibat
produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari
makiri tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia posprandial (sesudah makan). (Arisman,2011).
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin
yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terkaitnya insulin dengan reseptor
tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian
insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
(Santosa,budi.2007)
Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi
glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan dan kadar
glukosa akan di pertahankan pada tingkatan yang normal atau sedikit meningkat. Namun
demikian jika sel – sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan dan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan
sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II. Namun masih terdapat insulin dengan
jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetic tidak terjadi pada diabetes tipe II. Meskipun
demikian diabetes tipe II yang tidak terkontrol menimbulkan masalah.(suprajitno,2004)
Pada penderita DM Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal
tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia)
(Brunner & Suddarth,2002). Poliuria dapat menyebabkan klien mengalami dehidrasi yang
berakibat pada masalah defisit volume cairan dalam tubuh.
Akibat hiperglikemia terjadi penimbunan glikoprotein dan penebalan membran dasar
sehingga kapiler terganggu dan suplai darah ke perifer menurun yang akan menyebabkan
gangguan perfusi jaringan yang mempengaruhi organ-organ dalam tubuh. Saat terjadi luka,
luka menjadi sulit sembuh dan beresiko terjadi infeksi, jika tidak ditangani dengan cepat dan
tepat luka bisa menjadi ulkus/gangren yang akan menimbulkan nyeri akut. Selain itu,
gangguan pembuluh darah tersebut juga dapat mempengaruhi peredaran darah ke retinopati
yang menyebabkan pandangan kabur sehingga terjadi perubahan persepsi sensori pada
penglihatan klien dan itu menyebabkan timbulnya masalah resiko jatuh atau cedera.
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan
(polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori menyebabkan penurunan energi dan
menimbulkan gejala lainnya mencakup kelemahan dan ketidakberdayaan. Dalam keadaan
normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain),
namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping
pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa
tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan
tanda-tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah yang menyebabkan gangguan
nutrisi pada klien, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan
menimbulkan perubahan kesadaran, koma, bahkan kematian. Pemberian insulin bersama
cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki dengan cara cepat kelainan
metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan
disertai pemantauan kadar gula darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
(Newsroom,2009)
5. CLINICAL PATHWAY

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Gula darah meningkat
Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil : Pada sedikitnya 2
x pemeriksaan :
1) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi
75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
b. Tes Toleransi Glukosa
Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makiri tinggi kabohidrat (150 – 300
gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan
harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada
pasien (Brunner & Suddarth, 2003)
c. Aseton plasma (keton)    : positif secara mencolok
d. Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
e. Osmolaritas serum : meningkat, < 330 mosm/dl
f. Elektrolit :
1) Natrium    :     meningkat atau menurun
2) Kalium    :    (normal) atau meningkat semu (pemindahan seluler) selanjutnya
menurun.
3) Fosfor    :    lebih sering meningkat
g. Gas darah arteri : biasanya menunjukkan pH rendah dan Po menurun pada HCO3
(asidosis metabolik) dengan kompensasi alkolosis resperatorik.
h. Trombosit darah : H+ mungkin meningkat (dehidrasi) ; leukositosis; hemokonsentrasi
merupakan resnion terhadap sitosis atau infeksi.
i. Ureum/kreatinin : meningkat atau normal (dehidrasi/menurun fungsi ginjal).
j. Urine : gula dan aseton (+), berat jenis dan osmolaritas mungkin meningkat.
(Doengoes, 2000)

7. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik.
Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas pasien.
a. Diet
Syarat diet DM hendaknya dapat :
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
4) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita
5) Menarik dan mudah diberikan
Prinsip diet DM, adalah :
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis : boleh dimakan / tidak
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3J yaitu:
1) jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan  dikurangi atau ditambah
2) jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya
3) jenis makiri yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status gizi
penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of Relative Body
Weight (BBR = berat badan normal) dengan rumus :
1) Kurus (underweight) BBR < 90 %
2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%
3) Gemuk (overweight) BBR > 110%
4) Obesitas apabila BBR > 120%
a) Obesitas ringan BBR 120 % - 130%
b) Obesitas sedang BBR 130% - 140%
c) Obesitas berat BBR 140% -  200%
d) Morbid BBR >200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita   DM yang
bekerja biasa adalah :
1) Kurus (underweight)    BB X 40-60 kalori sehari
2) Normal (ideal)         BB X 30 kalori sehari
3) Gemuk (overweight)    BB X 20 kalori sehari
4) Obesitas apabila       BB X 10-15 kalori sehari     
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah
1) Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2  jam sesudah
makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada penderita dengan kegemukan
atau menambah jumlah reseptor insulin dan meningkatkan sensivitas insulin dengan
reseptornya.
2) Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


4) Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan dirangsang
pembentukan glikogen baru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena pembakaran asam
lemak menjadi lebih baik.
c. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO). (Asman 2006)
1) Mekanisme kerja sulfanilurea
Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan,
menurunkan ambang sekresi insulin dam meningkatkan sekresi insulin sebagai
akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita
dengan berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang berat badannya
sedikit lebih.
2) Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek lain yang dapat
meningkatkan efektivitas insulin, yaitu :
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik
b) Menghambat absorpsi karbohidrat
c) Menghambat glukoneogenesis di hati
d) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
e) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor insulin
f) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek intraselluler
3) Insulin
a) Indikasi penggunaan insulin
(1) DM tipe I
(2) DM tipe II yang pada ketika tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
(3) DM kehamilan
(4) DM dan gangguan faal hati yang berat
(5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
(6) DM dan TBC paru akut
(7) DM dan koma lain pada DM
(8) DM operasi
b) Insulin dibutuhkan pada keadaan :
(1) Penurunan berat tubuh yang cepat.
(2) Hiperglikemia berat yang disertai ketoasidosis.
(3) Ketoasidosis diabetik.
(4) Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat.

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


c) Cara pemberian insulin :
Dilakukan dengan injeksi subkutan Insulin regular mencapai puncak kerjanya
pada 1 – 4 jam.
d. Pendidikan
Tujuan dari pendidikan ini ialah agar pasien dapat mempelajari keterampilan dalam
melaksanakan penatalaksanaan diabetes yang berdikari dan bisa menghindari
komplikasi dari diabetes itu sendiri.
Pendidikan kesehatan perawatan kaki
1) Hiegene kaki:
a) Cuci kaki setiap hari, keringkan sela-sela jari dengan cara menekan, jangan
digosok
b) Setelah kering diberi lotion untuk mencegah kering, bersisik dan ukiran yang
berlebih
c) Potong kuku secara teratur dan susut kuku jangan dipotong
d) Gunakan sepatu tumit rendah, kulit lunak dan tidak sempit
e) Gunakan kaos kaki yang tipis dan hangat serta tidak sempit
f) Bila terdapat callus, hilangkan callus yang berlebihan dengan cara kaki
direndam dalam air hangat sekitar 10 menit kemudian gosok dengan handuk
atau dikikir jangan dikelupas.
2) Alas kaki yang tepat
3) Mencegah syok kaki
4) Berhenti merokok
5) Segera bertindak jikalau ada masalah
e. Tindakan Bedah
Berdasarkan berat ringannya penyakit menurut Wagner maka tindakan pengobatan atau
pembedahan dapat ditentukan sebagai berikut:
1) Derajat 0 : perawatan lokal secara khusus tidak ada.
2) Derajat I - V : pengelolaan medik dan bedah minor
f. Cangkok pankreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donor hidup saudara kembar
identik.
8. KOMPLIKASI
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia secara harafiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga normal.
Walaupun kadar glukosa plasma puasa pada orang normal jarang melampaui 99 mg
% (5,5 mmol/L), tetapi kadar <180 mg% (6 mmol/L) masih dianggap normal. Kadar

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


glukosa plasma kira-kira 10 % lebih tinggi dibandingkan dengan kadar glukosa
darah keseluruhan (whole blood) karena eritrosit mengandung kadar glukosa yang
relatif lebih rendah. Kadar glukosa arteri lebih tinggi dibandingkan vena, sedangkan
kadar glukosa darah kapiler diantara kadar arteri dan vena (Wahono Soemadji,
2006).
2) Hiperglikemia
Hiperglikemia dapat terjadi karena meningkatnya asupan glukosa dan meningkatnya
produksi glukosa hati. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan termetabolisme habis
secara normal melalui glikolisis. Tetapi, sebagian melalui perantara enzim aldose
reduktase akan diubah menjadi sorbitol, yang selanjutnya akan tertumpuk dalam
sel/jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi (Arifin).
Hiperglikemia terdiri dari:
a) Diabetes Keto Asidosis (DKA)
Diabetes Ketoasidosis (DKA) adalah keadaan dekompensasi-kekacauan
metabolik yang ditandai dengan trias hiperglikemia, asidosis dan ketosis,
terutama disebabkan oleh defisiensi insulin absolut atau relatif (Soewondo,
2006).
b) Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik (KHHNK)
Sindrom KHHNK ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai
adanya ketosis.Gejala klinis utama adalah dehidrasi berat, hiperglikemia berat
dan sering kali disertai ganguan neurolis dengan atau tanpa adanya ketosis
(Soewondo, 2006).
b. Komplikasi Kronik
1) Penyakit Makrovaskuler
Mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung koroner (cerebrovaskuler,
penyakit pembuluh darah kapiler) (Avicenna, 2009).Kewaspadaan untuk
kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah koroner harus ditingkatkan
terutama untuk yang mereka yang mempunyai resiko tinggi terjadinya kelainan
aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh
darah koroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat (Waspadji, 2006).
2) Penyakit Mikrovaskuler,
Mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati. Kelainan yang terjadi pada
ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya mikroalbuminuria, dan kemudian
berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut dengan penurunan fungsi
laju filtrasi glomerular dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal yangmemerlukan
pengelolaan dengan pengobatan substitusi (Waspadji, 2006).Berbagai kelainan
akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik nonproliferatif

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasio retina dan lebih lanjut lagi dapat
menyebabkan kebutaan.Diagnosa dini retinopati dapat diketahui melalui
pemeriksaan retina secara rutin (Waspadji, 2006).
3) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastrointestinal, kardiovaskuler (Suddarth dan Brunner, 2002).
4) Ulkus/gangren (Avicenna, 2009).
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) Grade 0  :tidak ada luka
b) Grade I   :kerusakan hanya hingga pada permukaan kulit
c) Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) Grade III :terjadi abses
e) Grade IV :Gangren pada kaki adegan distal
f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes melitus dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat
keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
a. Keluhan utama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasien mungkin berbau
aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang kabur, kelemahan dan
sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK),
penyebab terjadinya penyakit (Coma Hipoglikemik, KAD/ HONK) serta upaya yang
telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit  lain yang ada kaitannya dengan
defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.  Adanya riwayat penyakit jantung,
obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-
obatan yang biasa digunakan oleh penderita.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat atau adanya faktor resiko, riwayat keluarga tentang penyakit, obesitas, riwayat
pankreatitis kronik, riwayat melahirkan anak lebih dari 4 kg, riwayat glukosuria selama
stress (kehamilan, pembedahan, trauma, infeksi, penyakit) atau terapi obat
(glukokortikosteroid, diuretik tiasid, kontrasepsi oral).
e. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
f. Kaji terhadap manifestasi Diabetes Mellitus
poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan berat badan, pruritus vulvular, kelelahan,
gangguan penglihatan, peka rangsang, dan kram otot. Temuan ini menunjukkan
gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi aterosklerosis.
g. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, pemeriksaan diagnostik dan
tindakan perawatan diri untuk mencegah komplikasi.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus. (manaf.2006) :
a. Pemeriksaan seluruh tubuh : Head to toe
b. Aktivitas dan istirahat

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.
c. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada ekstremitas
bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
d. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
e. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
f. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot, disorientasi,
letargi, koma dan bingung.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi impoten
pada pria.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Asupan Makiri,
Ketidakadekuatan Monitor Glukosa Darah, Kurangan Ketaatan Dalam Manajemen
Diabetes
b. Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan
Ketidakmampuan Untuk Mengabsorbsi Nutrisi
c. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Volume Cairan Secara
Aktif
d. Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan Perubahan Sirkulasi, Kurang
Pengetahuan, Faktor Mekanik (tekiri, benturan, gesekan)
e. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan Kelemahan umum
f. Perfusi jaringan tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia jaringan

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


3. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa NOC NIC
O Keperawatan
1 Resiko 1. Tingkat glukosa darah 1. Managemen Hiperglikemia
Ketidakstabilan Defenisi : keadaan dimana Aktifitas ;
Kadar Glukosa tingkat glukosa di plasma dan  Memantau peningkatan gula
Darah berhubungan urin dalam rentang normal darah
dengan Asupan Indikator :  Memantau gejala hiperglikemia,
Makiri,  Glukosa darah dalam batas poliuria, polidipsi, poliphagi, dan
Ketidakadekuatan normal kelelahan.
Monitor Glukosa  Glukosa urin dalam batas  Memantau urin keton
Darah, Kurangan normal  Memberikan insulin yang sesuai
Ketaatan Dalam 2. Manajemen Diabetes secara  Memantau status cairan
Manajemen mandiri  Antisipasi situasi dalam
Diabetes Definisi : melakukan manajemen persyaratan pemberian insulin
Diabetes secara mandiri,  Membatasi gerakan ketika gula
pengobatan dan pencegahan darah diatas 250 mg/dl, terutama
tehadap perjalanan penyakit apabila terdapat urin keton
Indikator :  Mendorong pasien untuk
 Memantau glukosa darah dalam memantau gula darah
batas normal 2. Manajemen hipoglikemia (2130)
 Mengobati gejala dari Aktivitas :
hiperglikemia  Mengenali pasien dengan resiko
 Mengobati gejala dari hipoglikemia
hipoglikemia  Memantau gula darah
3. Kurangnya pengetahuan tentang  Memantau gejala hipoglikemia
manajemen diabetes seperti:tremor, berkeringat,
4. Ketidakadekuatan dalam gugup, tacikardi, palpitasi,
memantau gula darah mengigil, perubahan perilaku,
5. Pengetahuan tentang diet coma.
 Memberikan karbohidrat
sederhana yang sesuai
 Memberikan glukosa yang sesuai
 Melaporkan segera pada dokter
 Memberikan glukosa melalui IV
 Memperhatikan jalan nafas
 Mempertahankan akses IV
 Lindungi jangan sampai cedera
 Meninjau peristiwa terjadinya
hipoglikemia dan faktor
penyebabnya
 Memberikan umpan balik
mengenai manajemen
hipoglikemia
 Mengajarkan  pasien dan
keluarga mengenai gejala, faktor
resiko, pencegahan hipoglikemia
 Menganjurkan pasien memakan
karbohidrat yang simple setiap

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


waktu

2 Ketidakseimbangan 1. Status nutrisi 1. Manajemen Nutrisi


Nutrisi : Kurang Defenisi : sejauh mana tingkat Aktivitas :
Dari Kebutuhan nutrisi yang tersedia untuk dapat  Mengkaji adanya pasien alergi
Tubuh memenuhikebutuhanproses terhadap makiri
berhubungan metabolik.  Berkolaborasi dengan ahli gizi
dengan Indikator : untuk menentukan jumlah
Ketidakmampuan Intake nutrisi adekuat kalori dan jenis gizi yang
Untuk Intake makiri adekuat dibutuhkan untuk memenuhi
Mengabsorbsi Intake cairan dalam batas normal kebutuhan gizi pasien
Nutrisi Energi cukup  Mengatur pola makan dan gaya
Indeks masa tubuh dalam batas hidup pasien
normal  Mengajarkan pasien bagaimana
pola makan sehari- hari yang
sesuai dengan kebutuhan
 Memantau dan mencatat
masukan kalori dan nutrisi
 Timbang berat badan pasien
dengan interval yang sesuai
 Memberikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan nutrisi
dan bagaimana cara
memenuhinya
 Membantu pasien untuk
menerima program gizi yang
dibutuhkan
2. Therapy nutrisi
Aktivitas :
 Memantau makiri dan
minuman yang dimakan dan
hitung intake kalori sehari yang
sesuai
 Memantau ketepatan anjuran
diet untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi sehari-
hariyang sesuai
 Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi pasien
 Memberikan makiri sesuai
dengan diet yang dianjurkan
 Memantau hasil labor
Memberikan
 Mengajari  kepada keluarga
dan pasien secara tertulis
contoh diet yang dianjurkan
3. Monitor Gizi
Aktivitas :
 Memantau berat badan pasien

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


 Memantau turgor kulit
 Memantau mual dan muntah
 Memantau albumin, total
protein, Hb, hematokrit, dan
elektrolit
 Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak enak
 Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
 Memantau intake nutrisi dan
kalori
3 Kekurangan 1. Keseimbangan cairan 1.Manajemen Cairan
Volume Cairan Defenisi : keseimbangan cairan Aktivitas :
berhubungan di intraselluler dan ekstraselluler  Mempertahankan keakuratan
dengan Kehilangan di dalam tubuh catatan intake dan output
Volume Cairan Indikator :  Memonitor status hidrasi
Secara Aktif  Tekiri darah dalam batas (kelembaban membran mukosa,
normal nadi, tekiri darah ortostatik ),
 Keseimbangan intake dan jika diperlukan
output selama 24 jam  Memonitor vital sign
 Turgor kulit baik  Memonitor hasil labor yang
 Membran mukosa lembab sesuai dengan retensi cairan
 Hematokrit dalam batas (BUN, Ht, osmolalitas urin)
normal  Memonitor masukan makiri/
2. Hidrasi cairan dan hitung intake kalori
Definisi : kecukupan cairan di harian
intraselluler dan ekstraselluler di  Berkolaborasi untuk pemberian
dalam tubuh cairan IV
Indikator : 2.Monitor Cairan
 Turgor kulit baik Aktivitas :
 Membran mukosa lembab  Menentukan faktor resiko dari
 Intake cairan dalam batas normal ketidakseimbangan cairan
 Pengeluaran Urin dalam batas (polyuria, muntah, hipertermi)
normal  Memonitor intake dan output
 Memonitor serum dan jumlah
elektrolit dalam urin
 Memonitor serum albumin dan
jumlah protein total
 Memonitor serum dan
osmolaritas urin
 Mempertahankan keakuratan
catatan intake dan output
 Memonitor warna, jumlah dan
berat jenis urin.
3.Terapi Intravena
Aktivitas      :
 Periksa tipe, jumlah, expire date,
karakter dari cairan dan
kerusakan botol
 Tentukan dan persiapkan pompa
infuse IV
 Hubungkan  botol dengan selang

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


yang tepat
 Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
 Kenali apakah pasien sedang
penjalani pengobatan lain yang
bertentangan dengan pengobatan
ini
 Atur pemberian IV, sesuai resep,
dan pantau hasilnya
 Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
 Pantau terjadinya kelebihan
cairan dan reaksi yang timbul
 Pantau kepatenan IV sebelum
pemberian medikasi intravena
 Ganti kanula IV, apparatus, dan
infusate setiap 48 jam,
tergantung pada protocol
 Perhatikan adanya kemacetan
aliran
 Periksa IV secara teratur
 Pantau tanda-tanda vital
 Batas kalium intravena adalah 20
meq per jam atau 200 meq per
24 jam
 Catat intake dan output
 Pantau tanda dan gejala yang
berhubungan dengan infusion
phlebitis dan infeksi lokal
4 Kerusakan 1. Integritas Jaringan : kulit dan 1. Managemen Tekiri
Integritas Jaringan membran mukosa Aktifitas ;
berhubungan Defenisi : keutuhan struktur dan  Memakaikan pasien  pakaian
dengan Perubahan fungsi fisiologis normal dari kulit yang tidak membatasi gerak
Sirkulasi, Kurang dan membrane mukosa  Menahan diri untuk melakukan
Pengetahuan, Indikator : tekiri pada bagian tubuh yang
Faktor Mekanik  Temperature kulit dalam batas sakit
(tekiri, benturan, normal  Meninggikan ektremitas yang
gesekan)  Susunan dalam batas normal terluka
 Perfusi jaringan baik  Memutar posisi pasien setiap
 Integritas kulit baik dua jam sekali, berdasarkan
2. Penyembuhan luka : tahapan jadwal khusus
kedua  Memantau area kulit yang
Definisi : tingkat regenerasi kemerahan atau rusak
dari sel dan jaringan setelah  Memantau pergerakan dan
dilakukan penutupan aktifitas pasien
Indikator :  Memantau status nutrisi pasien
 Granulasi dalam keadaan baik  Memantau sumber tekiri dan
 Bekas luka dalam keadaan baik geseran
 Penurunan ukuran luka 2. Perawatan Luka (3660)
Aktifitas :
 Mengganti balutan plester dan
debris
 Mencukur rambut sekeliling

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


daerah yang terluka, jika perlu
 Mencatat karakteristik luka
termasuk warna, bau dan
ukuran
 Membersihkan dengan larutan
saline atau nontoksik yang
sesuai
 Memberikan pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
 Mengurut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
 Menggunakan unit
TENS(Transcutaneous
Elektrikal Nerve
Stimulation) untuk peningkatan
penyembuhan luka yang sesuai
 Menggunakan salep yang
cocok pada kulit/ lesi, yang
sesuai
 Membalut dengan perban yang
cocok
 Mempertahankan teknik
pensterilan perban ketika
merawat luka
 Memeriksa luka setiap
mengganti perban
 Membandingkan dan
mencatat  secara teratur
perubahan-perubahan pada
luka
 Menjauhkan tekiri pada luka
 Mengajarkan pasien dan
anggota keluarga
prosedurperawatan luka
3. Posisi
Aktivitas :
 Menyediakan tempat tidur
yang terapeutik
 Memelihara kenyamanan
tempat tidur
 Menempatkan dalam posisi
yang terapeutik
 Posisi dalam mempersiapkan
kesajajaran tubuh
 Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
 Memperbaiki bagian tubuh
 Menghindari terjadinya
amputasi dalam posisi fleksi
 Memposisikan untuk
mengurangi dyspnea (mis.
posisi semi melayang), jika

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


diperlukan
 Memfasilitasi pertukaran
udara  yang bagus untuk
bernafas
 Menyarankan untuk
peningkatan rentang latihan
 Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
 Memasang footboard untuk
tidur
 Gunakan teknik log roll untuk
berputar
 Meningkatkan eliminasi urin,
jika diperlukan
 Menghindari tempat yang akan
melukai
 Menopang dengan backrest,
jika diperlukan
 Memperbaiki kaki 20 derajat
diatas jantung, jika diperlukan
 Menginstruksikan kepada
pasien bagaimana
menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh yang
bagus dalam beraktifitas
 Mengontrol sistem pelayanan
untuk mengatur persiapan
 Memelihara posisi akan
integritas dari sistem
 Memperbaiki kepala waktu
tidur, jika diperlukan
 Mengatur indikasi kondisi kulit
 Membantu imobilisasi setiap 2
jam, sesuai jadwal
 Gunakan alat bantu layanan
untuk mendukung kaki (mis.
Hand roll dan trochanter roll)
 Menggunakan alat-alat yang
digunakan berulang ditempat
yang mudah dijangkau
 Menempatkan posisi tempat
tidur yang nyaman agar mudah
dalam perpindahan posisi
 Menempatkan lampu ditempat
yang mudah dijangkau
5 Intoleransi 1. Energy Conservation Ø  Activty Therapy
Aktifitas 2. Activty tolerance  Bantu klien mengidentifikasi
berhubungan aktivitas yang mampu dilakukan
dengan Kelemahan Setelah diberikan asuhan  Bantu untuk memilih aktivitas
umum keperawatan selama..x 24 jam konsisten yang sesuai dengan
diharapkan klien meningkatkan kemampuan fisik ,psikologi dan
ambulasi atau aktivitas dengan sosial
kriteria hasil :

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram


 bantu pasien/keluarga untuk
Ø  Mampu meningkatkan mengidentifikasi kekurangan
aktivitas sehari-hari secara dalam beraktivitas
mandiri  monitoring tanda-tanda vital
Ø  Mampu berpindah dengan  kolaborasi dengan tenaga medis
atau tanpa alat bantu lainnya
Ø  Tanda-tanda vital normal

6 Perfusi jaringan Ø  Circulation status Ø  Peripheral sensation management


tidak efektif Ø  Tissue prefusion : cerebral  Monitor TTV
berhubungan  Monitor adanya daerah tertentu
dengan hipoksemia Setelah dilakukan asuhan yang hanya peka terhadap
jaringan keperawatan selama…x24 jam panas/dingin/tajam/tumpul
diharapkan perfusi jaringan tidak  Monitor adanya tromboflebitis
efektif tidak terjadi dengan  Kolaborasi dengan dokter untuk
kriteria hasil pemberian analgesik
Ø  Tidak ada peningkatan tekiri
intrakranial
Ø  Berkomunikasi dengan jelas
dan sesuai dengan kemampuan
Ø  Tanta tanda vital normal

Profesi Ners XV TA. 2019/2020 STIKES Mataram

Anda mungkin juga menyukai