Anda di halaman 1dari 19

RESUME KEPERAWATAN GERONTIK

LANSIA DENGAN GANGGUAN FUNGSI RESPIRATORY

A. Masalah Utama
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah
menghantarkan udara masuk dan keluar dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan
dengan karbondiaoksida. Sistem pernafasan atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus-
sinus, dan faring. Sistem pernafasan bawah meliputi trakhea, bronkus-bronkus, dan paru.
Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan
pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan
tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah  penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
Peningkatan insiden dan prevalensi pneumonia pada lansia  juga dikaitkan dengan
penyakit komorbid yang diderita pasien, seperti diabetes melitus, penyakit jantung,
malnutrisi, dan penyakit hati kronik. Sebagai contoh, diabetes melitus menyebabkan
penurunan fungsi sistim imun tubuh baik proses kemotaksis maupun fagositosis. Pada
gagal jantung kongestif yang disertai edema paru, fungsi clearance paru berkurang
sehingga kolonisasi kuman pernafasan mudah berkembangbiak. Pasien yang sebelumnya
sering mengonsumsi obat-obatan yang bersifat sedatif atau hipnotik berisiko tinggi
mengalami aspirasi sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Hal itu disebabkan kedua
obat tersebut menekan rangsang batuk dan kerja clearance mukosilier (WHO, 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Perubahan anatomi fisiologi sistem pernapasan pada lansia
Berikut adalah penjelasan tentang penyakit pernapasan pada lansia yang dimulai
dengan penjelasan tentang perubahan anatomic dan fisiologik jantung:
a. Perubahan anatomik pada respirasi
Efek penuaan tersebut dapat terlihat dari perubahan-perubahan yang terjadi
baik dari segi anatomi maupun fisiologinya. Perubahan-perubahan anatomi pada
lansia mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi
sel, jaringan atau organ. Perubahan anatomi yang terjadi turut berperan terhadap
perubahan fisiologis sistem pernafasan dan kemampuan untuk mempertahankan
homeostasis. Penuaan terjadi secara bertahap sehingga saat seseorang memasuki
masa lansia, ia dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Perubahan
anatomik sistem respirastory akibat penuaan adalah sebagai berikut :
1). Paru-paru kecil dan kendur.
2). Pembesaran alveoli.
3). Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu
4). Kelenjar mucus kurang produktif 
5). Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi
6). Penurunan sensivitas sfingter esophagush.
7). Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi
pengembangani.
8). Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Penurunan
sensivitas kemoreseptor.

(Stanley, 2006).

b. Perubahan Fisiologik pada pernapasan


Menurut Stanley, 2006 perubahan anatomi dan fisiologi yang terjadi pada
lansia, yaitu:
1). Hilangnya silia serta terjadinya penurunan reflex batuk dan muntah pada
lansia menyebabkan terjadinya penurunan perlindungan pada sistem
respiratory. Hal ini terjadi karena saluran pernafasan tidak akan segera
merespon atau bereaksi apabila terdapat benda asing didalam saluran
pernafasan karena reflex batuk dan muntah pada lansia telah
mengalami penurunan.
2). Penurunan kompliants paru dan dinding dada. Hal ini menyebabkan jumlah
udara (O2) yang dapat masuk ke dalam saluran pernafasan menurun dan
menyebabkan terjadinya peningkatan kerja pernafasan guna memenuhi
kebutuhan tubuh.
3). Atrofi otot pernafasan dan penurunan kekuatan otot pernafasan. Kedua hal
ini menyebabkan pengembangan paru tidak terjadi sebagai mestinya
sehingga klien mengalami kekurangan suplay O2 dan hal ini dapat
menyebabkan kompensasi penigkatan RR yang dapat menyebabkan
kelelahan otot-otot pernafasan pada lansia.
4). Perubahan interstisium parenkim dan penurunan daerah permukaan
alveolar menyebabkan menurunnya tempat difusi oksigen yang menyebabka
n klien kekurangan suplay O2.
5). Penurunan mortilitas esophagus dang aster serta hilangnya tonus sfringter
kardiak.Hal ini menyebabkan lansia mudah mengalami aspirasi yang apabila
terjadi dapat mengganggu fisiologis pernafasan.
6). Paru-paru kecil dan mengendur. Paru-paru yang mengecil menyebabkan
ruangatau permukaan difusi gas berkurang bila dibandingkan dengan dewasa.
2. Gangguan-gangguan pada sistem pernafasan lansia
a. Pneumonia
1). Pengertian
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal
dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius,
alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan menimbulkan
gangguan pertukaran gas setempat. Pneumonia memiliki tanda klasik
berupa demam, batuk, sesak. Tetapi pada usia lanjut usia, gejalanya
menjadi atipikal, yaitu suhu normal, takada batuk, status mental
terganggu, nafsu makan menurun, aktivitas berkurang. Pemeriksaan fisik
didapatkan ronki, bronkofoni, suara napas menurun. Leukosit naik, dan
pada rontgen thoraks terlihat infiltrat (Lukman, 2009).
Perubahan sistem respirasi yang berhubungan dengan usia yang
mempengaruhi kapasitasdan fungsi paru meliputi:
a) Peningkatan diameter anteroposterior dada
b) Kalsifikasi kartilago kosta dan penurunan mobilitas kosta
c) Penurunan efisiensi otot pernapasanPeningkatan rigiditas paru
d) Penurunan luas permukaan alveoli.
2). Etiologi
a) Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme
gram positif seperti streptococcus pnemonia, S. Aureus dan S.
Pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,
klabsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b) Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi
droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini di kenal sebagai penyebab
utama pnemonia virus.
c) Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar
melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya
ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d) Protozoa
Menimbulkan terjadinya pneumocystis sarini pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami imunosupresi.
3). Manifestasi klinis
a) Kesulitan dan sakit pada saat bernapas
b) Nyeri pleurutik, nafas dangkal dan mendengkur, takipnea
c) Bunyi napas diatas area yang mengalami konsulidasi
d) Mengecil, kemudian menjadi hilang, krekels, ronkhi, egofoni
e) Gerakan dada tidak simetris
f) Menggigil dan demam 38,8-41,10C, delirium
g) Batuk kental, produktif
h) Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan/berkarat.
4). Pemeriksaan penunjang
a) Sinar X: mengidentifikasi distribusi struktural, dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, emfiema (staphyococcus), infiltrat menyebar atau
terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrat nodul
(virus). Pneumonia mikoplasma sinar X dada mungkin bersih
b) GDA: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang
terlibat dan penyakit paru yang ada.
c) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan biopsi
jarum, aspirasi transtrakheal, bronkoskopi fiberotik atau biopsi
pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d) JDL: leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi
pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan
berkembangnya pnemonia bakterial.
e) Pemeriksaan serologi: titer virus atau legionella, aglutinin dingin.
5). Penatalaksanaan
a) Kemoterapi
Pemberian kemoterapi harus berdasarkan petunjuk penemuan
kuman penyebab infeksi (hasil kultur sputum dan tes sensitivitas
kuman terhadap antibodi). Bila penyakitnya ringan antibiotik
diberikan secara oral, sedangkan bila berat deberikan secara
parenteral. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal akibat proses
penuaan, maka harus diingat kemungkinan penggunaan antibiotik
tertentu perlu penyusaian dosis.
a) Pengobatan umum
b) Terapi oksigen
c) Hidrasi, bila ringan hidrasi oral, tetapi jika berat dehidrasi
dilakukan secara parenteral
d) Fisioterapi
e) Penderita perlu tirah baring dan posisi penderita perlu diubah-
ubah untuk menghindari pneumonia hipografik, kelemahan dan
dekubitus.
b. TB paru
1). Pengertian
Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basilmikobakterium
tuberkulosa tipe humanus (jarang oleh tipe M. Bovinus). TB Paru
merupakan penyakit infeksi penting saluran napas bagian bawah. Basil
mikobakterium tuberculosa tersebut masuk kedalam jaringan paru
melalui saluran napas (droplet infeksion) sampai alveoli, terjadilah
infeksi primer (ghon). Selanjutnya menyebar ke kelenjar getah bening
setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). Tb paru adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dengan gejala yang sangat bervariasi (harrison, 2002).
2). Etiologi
Penyebabnya adalah kuman mycobacterium teberculosa. Sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak (lipid). Lipid ini
adalah yang membuat kuman lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan
dingin (dapat bertahan-tahan dalam lemari es).
3). Tanda dan gejala
a) Berkeringat
b) Batuk disetai dahak lebih dari 3 minggu
c) Sesak napas dan nyeri dada
d) Badan lemah, kurang enak badan pada malam hari walau tanpa
kegiatan
e) Berat badan menurun (penyakit infeksi TB paru dan ekstra paru,
misnadiary).
4). Pemeriksaan diagnostik
a) Kultur sputum adalah mikobakterium tuberkolosis positif pada tahap
akhir penyakit
b) Tes tuberkalin adalah mantolix test reaksi positif (area indurasi 10-
15 mm terjadi 48-72 jam)
c) Foto toraks adalah infiltrasi lesi awal pada area paru atas: pada tahap
dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas
tidak jelas: pada aktivitas bayangan, berupa cincin: pada klasifikasi
tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi
d) Bronchografi adalah untuk melihat kerusakan bronkus atau
kerusakan paru karen Tb paru
e) Darah adalah peningkatan leukosit dan laju endapan darah (LED)
f) Spirometriadalah penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital
menurun.
5). Penatalaksanaan
Pengobatan tuberkolosis terbagi menjadi 2 fase yaitu: fase intensif (2-3
bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri
dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan
sesuai dengan rekomendasi WHO adalah rifampisin, INH, pirasinamid,
streptomisin dan etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah
kanamisin, kulnolon, makvolide, dan amoksilin ditambah dengan asam
klavulanat, derivat rifampisin/INH.
c. Asma
1). Pengertian
Asma adalah penyakit pernapasan obstruktif yang ditandai oleh spasme
otot polos bronkiolus.
Asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh
penyempitan yang intermiten pada saluran napas di banyak tingkat
mengakibatkan terhalangnya aliran udara.
Asma merupakan gangguan inflamasi kronik jalan napas yang
mengakibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah
hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan
gejala pernafasan (mengi atau sesak).
Asma adalah gangguan pernapasan pada bronkus yang menyebabkan
penyempitan intermiten pada saluran pernafasan.
2). Etiologi
Secara etiologis asma dibagi dalam 3 tipe :
a) Asma tipe non atopik (intrinsik)
Pada golongan ini, keluhan tidak adanya hubungan dengan
paparan (exposure) terhadap alergen dan sifat-sifatnya adalah :
(1) Serangan timbul setelah dewasa.
(2) Pada keluarga tidak ada yang menderita asma.
(3) Penyakit infeksi sering menimbulkan serangan.
(4) Ada hubungan dengan pekerjaan dan beban fisik.
(5) Rangsangan / stimuli psikis mempunyai peran untuk
menimbulkan serangan reaksi asma.
(6) Perubahan-perubahan cuaca atau lingkungan yang non spesifik
merupakan keadaan yang peka bagi penderita.
b) Asma tipe atopik (ekstrinsik)
Pada golongan ini, keluhan ada hubungannya dengan paparan
(exposure) terhadap alergen yang spesifik. Kepekaan ini biasaanya
ditimbulkan dengan uji kulit atau provokasi bronkial. Pada tipe ini
mempunyai sifat-sifat :
(1) Timbul sejak kanak-kanak
(2) Pada famili ada yang mengidap asma
(3) Ada eksim waktu bayi
(4) Sering menderita rinitis
(5) Di Inggris penyebabnya house dust mite, di USA tepung sari
bunga rumput
c) Asma Campuran (mixed)
Pada golongan ini, keluhan diperberat oleh faktor-faktor
intrinsik maupun ekstrinsik.
3). Tanda dan Gejala
a) Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop
b) Batuk produktif, sering pada malam hari
c) Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang
4). Pemeriksaan diagnostic
a) Pemeriksaan test kulit → untuk menunjukkan adanya alergi dan
adanya antibodi kadar Ig E yang spesifik dalam tubuh.
b) Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E serum → untuk menyokong
adanya penyakit atopi
c) Pemeriksaan analisa gas darah → dilakukan dengan pasien asma
berat
d) Pemeriksaan eosinofil damal darah → jumlah eosinofil total dalam
darah sering meningkat
e) Pemeriksaan sputum → untuk menilai adanya misellium aspergius
fumigatus
f) Radiologi → dilakukan apabila dan kecurigaan terhadap proses
patologik dipar
5). Penatalaksanaan
a) Pegobatan Medika Mentosa
(1) Waktu serangan
 Bronkodilator
 Korkhosteroid
 Ekspektoransia
 Antihistamin
 Antibiotika
(2) Diluar serangan
 disodium chomoglycate (DSCG)
 ketotijen
b) Pengobatan non Medika Mentosa
(1) Waktu serangan
 Pemberian O2
 Pastural drainase
 Pemberian cairan
 Menghindari paparan alergen
(2) Diluar serangan
 Pendidikan
 Immunoteraphy/desensitasi
 Pelayanan / kontrol emosi

Tujuan pelaksanaan terapi asma

1) Menyembuhkan dan menendalikan gejala asma


2) Mencegah kekambuhan
3) Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta
mempertahankan
4) Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal
5) Menghindari efek samping obat asma
6) Mencegah obstruksif jalan nafas yang irreversible

Terapi awal :
1) O2 4-6 liter/menit
2) Agonis B2
3) Amnofium bolus IV 5 – 6 mg
4) Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200
mg IV

Terapi asmak kronik


1) Asma ringan : agnosis B2 inhalasi
2) Asma sedang : anti inflamsi / hr dan agonis B2 inhalasi bila perlu
3) asmaAberat : steroid inhalasi / hr B2 long acting, steroid sedang
sehari/dosis tunggal harian dan agnosis B2 inhalasi sesuai kebutuhan.
Respon terapi awal baik didapatkan keadaan :
1) Respon menetap selama 60 menit setelah pengobatan
2) Pemeriksaan fisik normal
3) Arus puncak ekspirasi > 70 %
d. Bromkiektasis
1). Pengertian
Bronkiektasis merupakan kelainan morfologis yang terdiri dari
pelebaran bronkus yang abnormal dan menetap disebabkan kerusakan
komponen elastis dan muscular dinding bronkus.
Bronkiektasis berarti suatu dilatasi yang tak dapat pulih lagi dari
bronchial yang disebabkan oleh episode pnemonitis berulang dan
memanjang,aspirasi benda asing, atau massa ( mis. Neoplasma) yang
menghambat lumen bronchial dengan obstruksi.
Bronkiektasis adalah dilatasi permanen abnormal dari salah satu atau
lebih cabang-vabang bronkus yang besar.
2). Etiologi
a) Infeksi
b) Kelainan heriditer atau kelainan konginetal
c) Faktor mekanis yang mempermudah timbulnya infeksi
d) Sering penderita mempunyai riwayat pneumoni sebagai komplikasi
campak, batuk rejan, atau penyakit menular lainnya semasa kanak-
kanak.
3). Tanda dan Gejala
a) Batuk yang menahun dengan sputum yang banyak terutama pada pagi
hari,setelah tiduran dan berbaring.
b) Batuk dengan sputum menyertai batuk pilek selama 1-2 minggu atau
tidak ada gejala sama sekali ( Bronkiektasis ringan )
c) Batuk yang terus menerus dengan sputum yang banyak kurang lebih
200 - 300 cc, disertai demam, tidak ada nafsu makan, penurunan berat
badan, anemia, nyeri pleura, dan lemah badan kadang-kadang sesak
nafas dan sianosis, sputum sering mengandung bercak darah,dan batuk
darah.
d) Ditemukan jari-jari tabuh pada 30-50 % kasus.
4). Pemeriksaan diagnostic
a) Pemerisaan Laboratorium.
(1) Pemeriksaan sputum meliputi Volume sputum, warna sputum, sel-
sel dan bakteri dalam sputum.
Bila terdapat infeksi volume sputum akan meningkat, dan menjadi
purulen dan mengandung lebih banyak leukosit dan bakteri. Biakan
sputum dapat menghasilkan flora normal dari nasofaring,
streptokokus pneumoniae, hemofilus influenza, stapilokokus
aereus,klebsiela, aerobakter,proteus, pseudomonas aeroginosa.
Apabila ditemukan sputum berbau busuk menunjukkan adanya
infeksi kuman anaerob.
(2) Pemeriksaan darah tepi.
Biasanya ditemukan dalam batas normal. Kadang ditemukan
adanya leukositosis menunjukkan adanya supurasi yang aktif dan
anemia menunjukkan adanya infeksi yang menahun.
(3) Pemeriksaan urina
Ditemukan dalam batas normal, kadang ditemukan adanya
proteinuria yang bermakna yang disebabkan oleh amiloidosis,
Namun Imunoglobulin serum biasanya dalam batas normal Kadan
bisa meningkat atau menurun.
(4) Pemeriksaan EKG
EKG biasa dalam batas normal kecuali pada kasus lanjut yang
sudah ada komplikasi korpulmonal atau tanda pendorongan
jantung. Spirometri pada kasus ringan mungkin normal tetapi pada
kasus berat ada kelainan obstruksi dengan penurunan volume
ekspirasi paksa 1 menit atau penurunan kapasitas vital, biasanya
disertai insufisiensi pernafasan yang dapat mengakibatkan :
 Ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi
 Kenaikan perbedaan tekanan PO2 alveoli-arteri
 Hipoksemia
 Hiperkapnia
(5) Pemeriksaan tambahan untuk mengetahui faktor predisposisi
dilakukan pemerisaan :
 Pemeriksaan imunologi
 Pemeriksaan spermatozoa
 Biopsi bronkus dan mukosa nasal( bronkopulmonal berulang).
b) Pemeriksaan Radiologi.
(1) Foto dada PA dan Lateral
Biasanya ditemukan corakan paru menjadi lebih kasar dan batas-
batas corakan menjadi kabur, mengelompok,kadang-kadang ada
gambaran sarang tawon serta gambaran kistik dan batas-batas
permukaan udara cairan. Paling banyak mengenai lobus paru kiri,
karena mempunyai diameter yang lebih kecil kanan dan letaknya
menyilang mediastinum,segmen lingual lobus atas kiri dan lobus
medius paru kanan.
(2) Pemeriksaan bronkografi
Bronkografi tidak rutin dikerjakan namun bila ada indikasi dimana
untuk mengevaluasi penderita yang akan dioperasi yaitu pendereita
dengan pneumoni yang terbatas pada suatu tempat dan berulang
yang tidak menunjukkan perbaikan klinis setelah mendapat
pengobatan konservatif atau penderita dengan hemoptisis yang
masif.
Bronkografi dilakukan sertalah keadaan stabil,setalah pemberian
antibiotik dan postural drainage yang adekuat sehingga bronkus
bersih dari sekret.
5). Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan adalah memperbaiki drainage sekret dan mengobati
infeksi.
Penatalaksanaan meliputi :
1) Pemberian antibiotik dengan spekrum luas
( Ampisillin,Kotrimoksasol, atau amoksisilin ) selama 5- 7 hari
pemberian
2) Drainage postural dan latihan fisioterapi untuk pernafasan
serta batuk yang efektif untuk mengeluarkan sekret secara maksimal

Pada saat dilakukan drainage perlu diberikan bronkodilator untuk


mencegah bronkospasme dan memperbaiki drainage sekret. Serta
dilakukan hidrasi yang adekuat untuk mencegah sekret menjadi kental dan
dilengkapi dengan alat pelembab serta nebulizer untuk melembabkan
sekret.

C. Masalah Keperawatan dan Data Yang Perlu Dikaji


1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer Asma
1) Airway
a) Peningkatan sekresi pernafasan
b)  Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
2) Breathing
a) Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung,
takipneu/bradipneu, retraksi.
b) Menggunakan otot aksesoris pernafasan
c) Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
b) Sakit kepala
c) Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
d) Papiledema
e) Urin output meurun
4) Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum
dan neurologi dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
b. Pengkajian Sekunder Asma
1) Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, berguna untuk
mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu
maupun pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak
ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu
serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya
komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang
paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul
secara tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan
pengobatan, meskipun ada yang berlangsung terus untuk waktu yang
lama.
2) Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang
mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan
penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin
menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
a) Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,
kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi
pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat
klien.
b) Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan
pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,
perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda
urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
c) Thorak
(1) Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan
adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi
otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta
frekwensi peranfasan.
(2) Palpasi
Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan
taktil fremitus.
(3) Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor
sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.
(4) Auskultasi
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan
expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi,
dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
3) Sistem Pernafasan
a) Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras
dan seterusnya menjadi produktif yang mula-mula encer
kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih tetapi
juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi
infeksi sekunder.
b) Frekuensipernapasanmeningkat
c) Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
d) Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang
memanjang disertai ronchi kering dan wheezing.
e) Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada
inspirasi bahkan mungkin lebih.
f) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
(1) Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan
diameter anteroposterior rongga dada yang pada perkusi
terdengar hipersonor.
(2) Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan
pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi
suprasternal, supraclavikula dan sela iga serta pernapasan
cuping hidung.
g) Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan
cepat dan dangkal dengan bunyi pernapasan dan wheezing tidak
terdengar(silent chest), sianosis.
4) Sistem Kardiovaskuler
a) Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat.
b) Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
(1) Takhikardi makin hebat disertai dehidrasi.
(2) Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu
inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma
yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
(3) Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun,
gangguan irama jantung.
D. Diagnosa Keperawatan dan Rencana Tindakan

Diagnoa Keperawatan Perencanaan


No
(NANDA) Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) & Rasional
1 Bersihan jalan nafas tak Status Respirasi : Kepatenan a. Manajemen jalan nafas
efektif yang berhubungan Jalan nafas # dengan Rasional : untuk
dengan : skala…….. (1 – 5) setelah menghindari terjadi
Bronchospasme diberikan perawatan nya obtruktif jalan
Peningkatan produksi selama……. Hari, dengan nafas yang disebabkan
sekret (sekret yang kriteria : oleh peningkatan
tertahan, kental)  Tidak ada demam sekret
Menurunnya  Tidak ada cemas b. Latih batuk efektif
energi/fatique  RR dalam batas normal Rasional : bertujuan
Data-data  Irama nafas dalam batas untuk mengeluarkan
Klien mengeluh sulit normal sekrek
untuk bernafas  Pergerakan sputum keluar c. Terapi oksigen
Perubahan dari jalan nafas Rasional : untuk
kedalaman/jumlah  Bebas dari suara nafas memenuhi kebutuhan
nafas, penggunaan otot tambahan oksigen
bantu pernafasan d. Pemberian posisi
Suara nafas abnormal Rasional : mengatur
seperti : wheezing, posisi dapat
ronchi, crackles meningkatkan sirkulasi
Batuk (persisten) e. Monitoring tanda vital
dengan/tanpa produksi Rasional : untuk
sputum. mengetahui keadaan
umum pasien
menghindari
komplikasi

2 Kerusakan Pertukaran gas Status Respirasi : a. Manajemen asam dan


yang berhubungan dengan : Pertukaran gas # dengan skala basa tubuh
Kurangnya suplai ……. (1 – 5) setelah diberikan Rasional : mencegah
oksigen (obstruksi jalan perawatan selama……. Hari komplikasi akibat
nafas oleh sekret, dengan kriteria : penurunan atau
bronchospasme, air  Status mental dalam batas peningkatan PCO2
trapping) normal b. Manajemen jalan nafas
Destruksi alveoli  Bernafas dengan mudah Rasional : untuk
Data-data :  Tidak ada cyanosis memfasilitasi
Dyspnea  PaO2 dan PaCO2 dalam kepatenan jalan nafas
Confusion, lemah batas normal c. Terapi oksigen
Tidak mampu  Saturasi O2 dalam Rasional : memberikan
mengeluarkan secret rentang normal oksigen dan memantau
Nilai ABGs abnormal aktivitas
(hipoxia dan d. Monitoring tanda vital
hiperkapnia) Rasional : untuk
Perubahan tanda vital mengetahui keadaan
Menurunnya toleransi umum pasien
terhadap aktifitas. menghindari
komplikasi
3 Ketidakseimbangan nutrisi Status Nutrisi : Intake cairan a. Manajemen cairan
Kurang dari kebutuhan tubuh dan makanan gas # dengan Rasional : membantu
yang berhubungan dengan : skala ……. (1 – 5) setelah kebutuhan cairan tubuh
Dyspnea, fatique diberikan perawatan b. Monitoring cairan
Efek samping selama……. Hari dengan Rasional : menghindari
pengobatan kriteria : kelebihan atau
Produksi sputum  Asupan makanan skala (1 kekurangan cairan
Anorexia, – 5) (adekuat) c. Manajemen gangguan
nausea/vomiting.  Intake cairan peroral (1– makan
Data : 5) (adekuat) Rasional : untuk
Penurunan berat badan  Intake cairan (1 – 5) mencari alternatif
Kehilangan masa otot, (adekuat) untuk memenuhi
tonus otot jelek Status Nutrisi : Intake Nutrien kebutuhan nutrisi
Dilaporkan adanya gas # dengan skala ……. (1 – d. Terapi nutrisi
perubahan sensasi rasa 5) setelah diberikan perawatan Rasional : memenuhi
Tidak bernafsu untuk selama……. Hari dengan kebutuhan nutrisi
makan. kriteria : e. Kontroling nutrisi
 Intake kalori (1 – 5) Rasional :
(adekuat) mempertahankan
 Intake protein, intake dan output
karbohidrat dan lemak (1 f. Manajemen berat
– 5) (adekuat) badan.
Kontrol Berat Badan gas # Rasional : untuk
dengan skala ……. (1 – 5) apakah terapi diet yang
setelah diberikan perawatan diberikan berhasil
selama……. Hari dengan
kriteria :
 Mampu memeliharan
intake kalori secara
optimal (1 – 5)
 Mampu memelihara
keseimbangan cairan (1 –
5)
 Mampu mengontrol
asupan makanan secara
adekuat (1 – 5).

DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B, Martono H. 2006. Buku ajar geriatri edisi ke-3. Jakarta: balai penerbit fakultas
kedokteran universitas indonesia.

Herdman, T. Heather.2012. diagnosis keperawatan: definisi danklasifikasi 2012-2014.


Jakarta: EGC

Lukman HM. 2009. Kegawat darutanan pada pasien geriatri. In: buku ajar ilmu
penyakit dalam. Interna publishing: jakarta. Ed V jilid 1.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik,


ed 2.Jakarta:EGC

Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC

Nanda. 2012. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan NANDA Nort American


Nursing Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy

Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co.
Philadelphia

Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta

Hurlock, 2000., Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. Erlangga, Jakarta

Nugroho, 2008., Keperawatan Gerontik. EGC, Jakarta

Watson, 2003., Perawatan pada Lansia. EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai