A. Masalah Utama
Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomi-fisiologi dan dapat timbul pula
penyakit-penyakit pada sistem pernafasan. Fungsi primer dari sistem pernafasan adalah
menghantarkan udara masuk dan keluar dari paru sehingga oksigen dapat dipertukarkan
dengan karbondiaoksida. Sistem pernafasan atas meliputi hidung, rongga hidung, sinus-
sinus, dan faring. Sistem pernafasan bawah meliputi trakhea, bronkus-bronkus, dan paru.
Menurut ilmu demografi Indonesia dalam masa transisi demografi yaitu perubahan
pola penduduk berusia muda ke usia tua. Infeksi saluran nafas bagian bawah akut dan
tuberkulosis paru menduduki 5 penyakit terbanyak yang diderita oleh masyarakat.
Gangguan sistem respirasi merupakan gangguan yang menjadi masalah besar di dunia
khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, dan asma.
Peningkatan insiden dan prevalensi pneumonia pada lansia juga dikaitkan dengan
penyakit komorbid yang diderita pasien, seperti diabetes melitus, penyakit jantung,
malnutrisi, dan penyakit hati kronik. Sebagai contoh, diabetes melitus menyebabkan
penurunan fungsi sistim imun tubuh baik proses kemotaksis maupun fagositosis. Pada
gagal jantung kongestif yang disertai edema paru, fungsi clearance paru berkurang
sehingga kolonisasi kuman pernafasan mudah berkembangbiak. Pasien yang sebelumnya
sering mengonsumsi obat-obatan yang bersifat sedatif atau hipnotik berisiko tinggi
mengalami aspirasi sehingga mempermudah terjadinya infeksi. Hal itu disebabkan kedua
obat tersebut menekan rangsang batuk dan kerja clearance mukosilier (WHO, 2010).
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Perubahan anatomi fisiologi sistem pernapasan pada lansia
Berikut adalah penjelasan tentang penyakit pernapasan pada lansia yang dimulai
dengan penjelasan tentang perubahan anatomic dan fisiologik jantung:
a. Perubahan anatomik pada respirasi
Efek penuaan tersebut dapat terlihat dari perubahan-perubahan yang terjadi
baik dari segi anatomi maupun fisiologinya. Perubahan-perubahan anatomi pada
lansia mengenai hampir seluruh susunan anatomik tubuh, dan perubahan fungsi
sel, jaringan atau organ. Perubahan anatomi yang terjadi turut berperan terhadap
perubahan fisiologis sistem pernafasan dan kemampuan untuk mempertahankan
homeostasis. Penuaan terjadi secara bertahap sehingga saat seseorang memasuki
masa lansia, ia dapat beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Perubahan
anatomik sistem respirastory akibat penuaan adalah sebagai berikut :
1). Paru-paru kecil dan kendur.
2). Pembesaran alveoli.
3). Penurunan kapasitas vital ; penurunan PaO2 dan residu
4). Kelenjar mucus kurang produktif
5). Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi
6). Penurunan sensivitas sfingter esophagush.
7). Klasifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi
pengembangani.
8). Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Penurunan
sensivitas kemoreseptor.
(Stanley, 2006).
Terapi awal :
1) O2 4-6 liter/menit
2) Agonis B2
3) Amnofium bolus IV 5 – 6 mg
4) Kortikosteroid hidrokortison 100 – 200
mg IV
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo B, Martono H. 2006. Buku ajar geriatri edisi ke-3. Jakarta: balai penerbit fakultas
kedokteran universitas indonesia.
Lukman HM. 2009. Kegawat darutanan pada pasien geriatri. In: buku ajar ilmu
penyakit dalam. Interna publishing: jakarta. Ed V jilid 1.
Suddarth dan Brunner. 2002. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8. Jakarta : EGC.
Wood, Under J.C.E. 1996. Patologi Umum dan Sistemik. Jakarta : EGC
Acton, Sharon Enis & Fugate, Terry (1993) Pediatric Care Plans, AddisonWesley Co.
Philadelphia
Soeparman & Sarwono W, (1998), Ilmu penyakit dalam Jilid II Balai Penerbit FKUI,
Jakarta