Tugas Mandiri
Stase Keperawatan Medikal Bedah Tahap Profesi
Program Studi Ilmu Keperawatan
Disusun Oleh:
FIKA NUR INDRIASARI
00/137910/KU/09769
2. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
a. Klasifikasi Klinis
1) Diabetes Mellitus
a) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
b) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II
(1) DMTTI yang tidak mengalami obesitas
(2) DMTTI dengan obesitas
2) Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
3) Diabetes Kehamilan (GDM)
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan hormon
insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai
oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun.
Diabetes mellitus tipe II terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi
insulin) atau akibat penurunan jumlah produksi insulin.
3. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tergantung insulin (DMTI)
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
2) Faktor imunologi
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
3) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autuimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
Defisiensi insulin
Penurunan BB polipagi
coma
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berfungsi
dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari bahan makanan yang kita
makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari unsur karbohidrat, lemak dan
protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20% sampai 40%
diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga
kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan
hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila
terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa
dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan
dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka
sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi
intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus
terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka
klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia.
Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah
yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh
bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan
asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik
(Price,1995).
4. Gejala Klinis
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
a. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
c. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita Diabetes
Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun, Lemah, Kesemutan,
Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
5. Komplikasi
Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah
a) Akut
1) Hipoglikemia dan hiperglikemia
2) Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
3) Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
4) Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom berpengaruh
pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
b) Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
1) Neuropati diabetik
2) Retinopati diabetik
3) Nefropati diabetik
4) Proteinuria
5) Kelainan koroner
6) Ulkus/gangren (Soeparman, 1987, hal 377)
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
(a) Grade 0 : tidak ada luka
(b) Grade I : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
(c) Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
(d) Grade III : terjadi abses
(e) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal
(f) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal
6. Evaluasi Diagnostik
Kriteria yang melandasi penegakan diagnosa DM adalah kadar glukosa darah yang
meningkat secara abnormal. Kadar gula darah plasma pada waktu puasa yang besarnya di
atas 140 mg/dl atau kadar glukosa darah sewaktu diatas 200 mg/dl pada satu kali
pemeriksaan atau lebih merupakan criteria diagnostik penyakit DM.
klien tidak mengetahui penyebabnya. Mulai saat itu klien lebih berhati-hati dan
2 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan dirasa semakin bertambah, luka pada
tumit menjadi membengkak diperiksakan ke dokter praktek dan hanya diberikan obat
oral.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit keluhan luka pada tumit kaki klien makin
bertambah, luka makin membenkak dan oleh cucunya luka tersebut di buka atau
diiris keluar pusnya banyak. Klien hanya istirahat di rumah dan akhirnya karena
merasa tidak kuat dan tidak bisa mengobati luka tersebut maka oleh keuarganya klien
dibawa ke rumah sakit.
Hari masuk rumah sakit, keluhan luka tumit, kemudian dilakukan perawatan luka .
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien menderita tekanan darah tinggi sudah sejak 10 tahun yang lalu. Klien
terdeteksi diabetes mellitus saat menjalani perawatan di rumah sakit ini. Klien belum
Interpretasi:
- glukosa = 515, 9 mg/dl ; Hiperglikemi
- WBC = 25,1 103/μl ; Leukositosis
- HGB = 10,1 9/dl
- HCT = 31,6 %
karena klien dan keluarga hanya mengetahui kalau klien tersebut dirawat di rumah
sakit hanya karena adanya luka ulkus di tumit tersebut. Untuk pemerliharaan
kesehatan klien selalu memeriksakan diri ke dokter atau mantri praktek di sekitar
rumahnya.
Klien mempunyai pantangan makanan yaitu daging kambing. Saat sakit / dirawat di
rumah sakit klien hanya menghabiskan rata-rata ¼ porsi pemberian. Menurut klien
pantangan kopi. Saat di rumah sakit ini klien mendapat cairan infus 1000 ml sehari
3. Pola Eliminasi
a. Buang air besar
Sebelum sakit: sekali per dua atau tiga hari. Dan saat sakit di rumah sakit klien
sekali per dua atau tiga hari, dengan konsistensi padat, warna kuning.
terpasang dower cateter mulai tanggal 23 Maret 2005. Dalam satu hari ± 800 CC
tergantung total.
6. Pola Perceptual
Klien mengatakan bahwa tidak ada perubahan pada penglihatan dan klien tidak
maret 2005.
10. Ekstremitas
Terdapat ulkus di tumit kaki kiri, luas ulkus dengan diameter ± 5 cm kadalamannya ± 1
cm, nampak jaringan nekrotik warna putih. Terdapat udema di bagian distal kaki kiri.
Pergerakan : B B
B TB
Differential
MXD : 6,2 % (0-8)
Neut : 87,3 % (40-74)
Lym# : 1,6 103/μl (1-3,7)
MXD# : 1,6 103/μl (0-1,2)
Neut# : 21,9103/μl (1,5-7)
24 Maret 2005
GDN : 407,0 mg/dl
2 Jam PP : 476,9 mg/dl
26 Maret 2005
GDN : 261 mg/dl
2 Jam PP : 431,3 mg/dl
28 Maret 2005
GDN : 154 mg/dl
2 Jam PP : 327 mg/dl
ANALISA DATA
Diagnosa Keperawatan:
1. PK : infeksi
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury : fisik
3. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan Faktor mekanik: mobilitas dan
penurunan neuropati, perubahan sirkulasi.
4. Ketidakseimbangan nurisi: kurang berhubungan dengan Faktor biologis
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman nyeri, intoleransi aktivitas.
6. Defisit pengetahuan tentang proses penyakit DM dan perawatannya berhubungan dengan
Kurang familier dengan sumber informasi
7. PK: Hipertensi
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
4. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan a. Monitoring Gizi - Mengidentifikasi
kurang dari kebutuhan tubuh tindakan keperawaatan a) Timbang berat badan pasien kekurangan dan
berhubungan dengan faktor selama 6 hari Status pada interval tertentu. penyimpangan dari
biologis Nutrisi meningkat, b) Amati kecenderungan kebutuhan teraupetik.
Dengan criteria: pengurangan dan penambahan
a) intake makan dan berat badan.
minuman c) Monitor jenis dan jumlah
b) intake nutrisi latihan yang dilaksanakan.
c) control BB d) Monitor respons emosional
d) masa tubuh pasien ketika ditempatkan pada
e) biochemical measures suatu keadaan yang ada
f) energy makanan.
e) Monitor lingk tempat makanan.
f) Amati rambut yang kering, tipis
dan mudah rontok.
g) Monitor mual dan muntah.
h) Amati tingkat albumin, protein
total, hemoglobin dan
hemaktokrit.
i) Monitor tingkat energi, rasa
tidak enak badan, keletihan dan
kelemahan.
j) Amati jaringan penghubung
yang pucat, kemerahan dan
kering.
k) Monitor masukan kalori dan
bahan makanan
b.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
b. Manajemen Nutrisi Nurisi yang adekuat
b) Tanyakan pada pasien apakah sesuai kebutuhan dapat
memiliki alergi makanan. memenuhi kebutuhan
c) Kerja sama dengan ahli gizi nutrisi klien.
dalam menentukan jumlah
kalori, protein dan lemak secara
tepat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
d) Anjurkan masukan kalori sesuai
dengan kebutuhan.
e) Ajari pasien tentang diet yang
benar berdasarkan kebutuhan
tubuh.
f) Timbang berat badan secara
teratur.
g) Anjurkan penambahan intake
protein, zat besi dan vitamin C
yang sesuai.
h) Pastikan bahwa diet
mengandung makanan berserat
tinggi untuk mencegah sembelit.
i) Berikan makanan berprotein
tinggi, kalori tinggi dan makanan
bergizi yang sesuai.
j) Pastikan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan
gizinya.
a.
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
c. Managemen Hiperglikemia Hiperglikemia
a) Monitor tingkat gula darah sesuai dipengaruhi oleh
indikasi beberapa factor
b) 23Monitor tanda dan gejala diantaranya: terlalu
polyuria, polidypsia,poliphagia, banyak makan, terlalu
keletihan, pandangan kabur atau sedikit insulin, dan
sakit kepala kurang aktivitas.
c) Monitor v/s :TD dan nadi sesuai
indikasi
d) Berikan insulin sesuai resep
e) Pertahankan akses IV
f) Berikan IV fluids sesuai
kebutuhan
g) Konsultasi dengan dokter jika
tanda dan gejala hiperglikemia
menetap atau memburuk
h) Dampingi/ Bantu ambulasi jika
terjadi hipotensi
i) Batasi latihan ketika gula darah
>250 mg/dl khususnya adanya
keton pada urine
j) Anjurkan banyak minum
k) Monitor status cairan I/O sesuai
kebutuhan
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
3. Kerusakan integritas jaringan b/d Setelah dilakukan Wound care Pengkajian luka akan
factor mekanik : perubahan tindakan keperawatan a) catat karakteristik luka:tentukan lebih
sirkulasi, imobilitas dan selama 6 hari Wound ukuran dan kedalaman luka, dan realible dilakukan oleh
penurunan sensasibilitas healing meningkat: klasifikasi pengaruh ulcers pemberi asuhan yang
(neuropati) Dengan criteria b) Catat karakteristik cairan secret sama dengan posisi yang
Luka mengecil dalam yang keluar sama dan tehnik yang
ukuran dan peningkatan c) Bersihkan dengan cairan anti bakteri sama
granulasi jaringan d) Bilas dengan cairan NaCl 0,9%
e) Lakukan nekrotomi
f) Lakukan tampon yang sesuai
g) Dressing dengan kasa steril sesuai
kebutuhan
h) Lakukan pembalutan
i) Pertahankan tehnik dressing steril
ketika melakukan perawatan luka
j) Amati setiap perubahan pada
balutan
k) Bandingkan dan catat setiap adanya
perubahan pada luka
l) Berikan posisi terhindar dari tekanan
7. Kurang pengetahuan tentang Setelah dilakukan tindakan Pembelajaran proses penyakit Memberikan
Proses Penyakit Diabetes keperawatan selama 6 hari a) Jelaskan patofisiologi dari pengetahuan dasar
Mellitus berhubungan dengan dapat mengidentifikasi penyakitnya dan bagaimana dimana pasien dapat
tidak mengenal (familiar) manajemen diabetes hubungannya dengan anatomi dan membuat pertimbangan
dengan sumber informasi. Dengan criteria: fisiologi. memilih gaya hidup
a) Mendemonstrasikan b) Jelaskan tanda-tanda dan gejala dapat melakukan
bagaimana gambaran yang umum dari penyakitnya. tindakan pencegahan
tentang prosedur yang c) Jelaskan tentang proses supaya tidak terjadi
akan dijalani. penyakitnya. komplikasi
b) Menjelaskan tentang d) Diskusikan perubahan gaya hidup
proses penyakit, yang bisa untuk mencegah
perlunya pengobatan komplikasi atau mengontrol proses
dan memahami penyakit.
perawatan. e) Jelaskan secara rasional tentang
c) Membuat daftar pengelolaan terapi atau perawatan
sumber yang akan yang dianjurkan.
digerakkan sebagai f) Berikan dorongan kepada pasien
sumber informasi untuk mengungkapkan pilihannya
atau mendapatkan second opinion.
g) Jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin terjadi.
h) Anjurkan pada pasien untuk
mencegah atau meminimalkan efek
samping dari penyakitnya.
i) Menilai tingkat pengetahuan pasien
yang berhubungan dengan
penyakitnya.
Pengajaran Prosedur Perawatan Dengan pengajaran
a) Beritahu pasien atau orang lain prosedur perawatan
tentang kapan dan dimana, berapa pemahaman klien dan
lama prosedur perawatan akan keluarga mengenai
berlangsung selama tepat. prosedur perawatan akan
b) Beritahu pasien atau orang lain yang meningkatkan kerja sama
berkepentingan tentang siapa yang yang saling
akan melakukan prosedur perawatan menguntungkan antara
tersebut. perawat dan klien.
c) Pastikan pengalaman masa lalu
pasien dan tingkat pengetahuan
yang berhubungan dengan prosedur
perawatan selama tepat.
d) Terangkan tujuan dari prosedur
e) Terangkan kegiatan sebelum
dilakukan prosedur perawatan.
f) Ajari pasien tentang bagaimana cara
bekerja sama selama prosedur
g) Ajari pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi selama prosedur.
h) Berikan waktu bagi pasien untuk
menanyakan pertanyaan dan
membicarakan hal-hal yang
berkaitaan dengan prosedur
perawatan.
2. Nyeri Akut berhubungan Setelah dilakukan Pain manajemen
tindakan keperawatan a) Kaji tingkat nyeri: kualitas, Mengetahui subyektifitas
dengan agen injury : fisik;
selama 6 hari klien dapat frekuensi, presipitasi, durasi dan klien terhadap nyeri
Ulkus DM di kaki dan tindakan Kontrol nyeri dan lokasi. untuk menentukan
mengidentifikasi Tingkat tindakan selanjutnya.
nekrotomi
nyeri. Menurunkan ketegangan
Dengan criteria hasil: b) Berikan posisi yang nyaman Menurunkan stimulasi
a) penampilan rileks c) Berikan lingkungan yang tenang dapat menurunkan
b) Klien menyatakan ketegangan
nyeri berkurang Mengetahui tingkat nyeri
c) skala nyeri 0-2 d) Monitor respon verbal dan non utk menentukan
verbal nyeri intervensi
e) Monitor vital sign Nyeri mempengaruhi
f) Kaji factor penyebab TTV
Intervensi disesuaikan
g) Berikan support emosi dengan penyebab
Emosi berpengaruh thd
h) Lakukan touch terapi nyeri
i) Lakukan teknik distraksi dan Klien merasa
relaksaski diperhatikan
Mengalihkan perhatian
j) Lakukan anxiety reduction untuk mengurangi nyeri
Kecemasan dapat
Management medication meningkat
Kolaborasi pemberian analgetik
Analgetik memblokade
reseptor nyeri
5. Kerusakan mobilitas fisik Setelah dilakukan Terapi Exercise : Pergerakan sendi
tindakan keperawatan a) Pastikan keterbatasan gerak sendi ROM exercise membantu
berhubungan dengan tidak
selama 6 hari dapat yang dialami mempertahankan
nyaman nyeri, intoleransi teridentifikasi Mobility b) Kolaborasi dengan fisioterapi mobilitas sendi,
level c) Pastikan motivasi klien untuk meningkatkan sirkulasi,
aktivitas, penurunan kekuatan
Joint movement: aktif. mempertahankan pergerakan sendi mencegah kontraktur,
otot. Self care:ADLs d) Pastikan klien untuk meningkatkan
Dengan criteria hasil: mempertahankan pergerakan sendi kenyamanan.
a) aktivitas fisik e) Pastikan klien bebas dari nyeri
meningkat sebelum diberikan latihan
b) ROM normal f) Anjurkan ROM Exercise aktif:
c) Melaporkan perasaan jadual; keteraturan, Latih ROM
peningkatan kekuatan pasif.
kemampuan dalam Exercise promotion Pengetahuan yang cukup
bergerak a) Bantu identifikasi program latihan akan memotivasi klien
d) klien bisa melakukan yang sesuai untuk melakukan latihan.
aktivitas b) Diskusikan dan instruksikan pada
e) kebersihan diri klien klien mengenai latihan yang tepat
terpenuhi walaupun Exercise terapi ambulasi Meningkatkan dan
dibantu oleh perawat a) Anjurkan dan Bantu klien duduk di membantu berjalan/
atau keluarga tempat tidur sesuai toleransi ambulasi atau
b) Atur posisi setiap 2 jam atau sesuai memperbaiki otonomi dan
toleransi fungsi tubuh dari injuri
c) Fasilitasi penggunaan alat bantu
Self care assistance: Memfasilitasi pasien
Bathing/hygiene dalam memenuhi
a) Dorong keluarga untuk berpartisipasi kebutuhan perawatan diri
untuk kegiatan mandi dan kebersihan untuk dapat membantu
diri klien klien hingga klien dapat
b) Berikan bantuan sampai klien dapat mandiri melakukannya.
merawat secara mandiri
c) Monitor kebersihan kuku, kulit
d) Monitor kemampuan perawatan diri
klien
e) Dorong klien melakukan aktivitas
normal keseharian sesuai kemampuan
f) Promosi aktivitas sesuai usia
Self care assistance:dressing/groming
a) Berikan baju sesuai ukuran
b) Fasilitasi klien menyisir
c) Pelihara privasi ketika berpakaian
Self care assistance:feeding
a) Identifikasi preskripsi diet
b) Set tray makanan dan meja secara
aktraktif
c) Kreasikan lingkungan menarik
d) Monitor dan catat intake
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
1. PK. Infeksi Setelah dilakukan a) Pantau tanda dan gejala infeksi Tanda vital bisa
tindakan keperawatan b) Kaji tanda-tanda vital menunjukkan adanya
selama 6 hari klien dapat c) Kaji dan observasi daerah ulkus infeksi sehingga dapat
Mengelola dan d) Monitor angka leukosit dilakukan tindakan
meminimalkan e) Monitor jika ada infeksi di daerah secepatnya.
komplikasi, dengan lain
criteria hasil: f) Kolaborasi pemberian antibiotik:
- tanda vital stabil ceftriaxon 2 x 1 gr IV, metronidazol
- angka leukosit normal 3 x 500 gr (IV)
g) Monitor jumlah granulosit, leukosit
dan bandingkan dengan angka
normal.
h) Gunakan sabun antimikroba untuk
cuci tangan yang sesuai.
i) Gunakan sarung tangan sesuai
peraturan tindakan pencegahan.
j) Ganti IV line sesuai aturan yang
berlaku.
k) Pastikan perawatan aseptik pd IV
line.
l) Pastikan teknik perawatan luka
secara tepat.
m) Dorong pasien untuk istirahat.
n) Berikan terapi antibiotik sesuai
instruksi
RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA PERENCANAAN
No. KEPERAWATAN/ TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
MASALAH KOLABORASI
7. PK. Hipertensi Setelah dilakukana. Ukur tekanan darah Edema akibat retensi
tindakan keperawatan garam berhubungan
b. Pantau berat badan setiap hari
perawat dapat dengan penurunan filtrasi
meminimalkan komplikasic. Pantau edema glomerulus
dari hipertensi
d. Pantau hasil laboratorium terhadap
proteinuria
e. Kaji dan ajarkan untuk melaporkan
adanya: edema, gangguan penglihatan,
sakit kepala, pandangan kabur
f. Ajarkan klien untuk menunjukkan
hipertensi dengan edema ringan atau
tanpa edema
g. Jamin klien untuk mendapatkan
istirahat
L
IMPLEMENTASI DAN CATATAN
PERKEMBANGAN